Tionghoa Parit: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Alamnirvana (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
 
(16 revisi perantara oleh 5 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{ethnic group
[[Berkas:Orang Cina Parit Pleihari Kalsel.jpg|jmpl|200px|Gambar Orang Tionghoa Parit Pleihari Kalsel, di Museum Wasaka Banjarmasin tertulis sebagai Cina Parit.]]
| group = Tionghoa Parit<br/>Cina Parit
| image = [[File:Klenteng Soetji Nurani (2).jpg|jmpl|250px]]
| image_caption = [[Kelenteng Suci Nurani]]
| pop =
| popplace = [[Banjarmasin Timur, Banjarmasin|Kecamatan Banjarmasin Timur]] dan [[Banjarmasin Tengah, Banjarmasin|kecamatan Banjarmasin Tengah]]
| languages =
| religions = [[Agama tradisional Tionghoa]], [[Kristen]], [[Islam]]
}}
 
[[Berkas:Tridarma_BanjarmasinOrang Cina Parit Pleihari Kalsel.jpg|jmpl|300px|DaerahGambar [[Gadang,Orang BanjarmasinTionghoa Tengah,Parit Banjarmasin|Pecinan]]Pelaihari Kalsel, di [[Museum Wasaka Banjarmasin]] tertulis sebagai Cina Parit.]]
 
'''Tionghoa Parit''' ([[Bahasa Banjar]]: '''Cina Parit''') adalah suatu komunitas suku [[Tionghoa-Indonesia]] yang mendiami daerah sungai Parit di [[Pelaihari, Tanah Laut]], [[Kalimantan Selatan]]. Dalam sebutan sehari-hari, orang Tionghoa disebut orang Cina oleh suku Banjar dan cukup sulit lidah orang Banjar menyebut istilah Tionghoa, dan kenyataannya masyarakat Tionghoa di [[Banjarmasin]] tinggal di kawasan Pacinan yang terdiri dari Kampung Pacinan Laut (dekat sungai) dan Kampung Pacinan Darat (jauh dari sungai). Masyarakat Tionghoa sendiri menyebut dirinya Cina Banjar bukan Tionghoa Banjar.
 
Sebutan Tionghoa Parit ini juga biasa ditujukan kepada pekerja imigran penambangan timah yang datang ke pulau Bangka dan Belitung. Penamaan orang Cina Parit (Chinese Parit) dipakai secara resmi sebagai salah satu kelompok etnik yang mendiami Kalimantan Selatan menurut [[Museum Lambung Mangkurat]] (Museum Daerah Kalsel), karena sejak semula kedatangannya ke daerah ini orang Tionghoa disebut sebagai 'Urang Cina' dalam [[bahasa Banjar]]. Orang-orang Cina Parit yang ditempatkan di [[Distrik Maluka]] ini didatangkan secara langsung dari Tiongkok oleh [[Alexander Hare]], komisioner residen Inggris untuk Kalimantan sekitar tahun 1812.<ref>[http://mansyurmappaarung.blogspot.com/2010/11/antara-maluka-dan-maluku-dalam.html Antara Maluka dan Maluku (Ambon) ]</ref><ref>[http://blog.londoh.com/item/1335/catid/4 Alexander Hare en Maluka (II)]</ref>
Baris 9 ⟶ 17:
Pada tahun 1816 atau 1817 pemerintah Belanda kembali memiliki pendirian di Bandjermasin, di mana seorang pejabat kepala ditempatkan. Tabanio juga diduduki lagi dan Jager resmi ditunjuk sebagai pemegang pos di sana. Pada saat ini kepemilikan Tanah-Laoet berasal dari pemerintah Hindia Belanda.
 
Di Sungai Maluku dan Tabanio, kantor tol didirikan dan 1/10 barang yang diekspor dari Tanah-Laoet dinaikkan; dari lilin, padi dan emas, yang digali di bagian ini oleh penggali emas Cina, pajak juga dikenakan. Mungkin inilah tempat untuk menunjukkan di sini, bahwa permukiman Chihesehe pertama di Tanah-Laoet terjadi sekitar tahun 1790. Orang-orang Tionghoa ini datang dari Pontianak dan diambil dari sana oleh campur tangan Panembahan-Batoe. Namun, jumlah mereka hanya 13 orang; beberapa tahun kemudian, persediaan 70 lebih banyak orang Cina datang langsung dari Tiongkok, sementara melalui kerja sama Master Her, 70 lainnya didatangkan dari Pontianak.
 
Tambang emas secara bertahap tumbuh dalam ukuran, sehingga mereka segera mendorong jantung tujuan ini untuk membuka tambang emas; eksploitasi darat pertama terjadi di [[Ujung Batu, Pelaihari, Tanah Laut |Oedjong-Batoe]], dekat pegunungan Kramean (gunung Keramaian). Ketika jumlah orang Cina meningkat menjadi sekitar 150 orang, seorang kapten orang Tionghoa diangkat atas mereka, yang menerima pengangkatannya dari Bandjermasin. Pekerjaan penambangan menghasilkan keuntungan besar pada awalnya, karena upah orang Dayak dan Melayu (Banjar) sangat rendah. Beberapa orang Cina telah dapat kembali ke Cina dengan harta yang diperoleh.<ref name="Tijdschrift 14"> {{cite book
Mungkin inilah tempat untuk menunjukkan di sini, bahwa permukiman Chihesehe pertama di Tanah-Laoet terjadi sekitar tahun 1790. Orang-orang Tionghoa ini datang dari Pontianak dan diambil dari sana oleh campur tangan Panembahan-Batoe. Namun, jumlah mereka hanya 13 orang; beberapa tahun kemudian, persediaan 70 lebih banyak orang Cina datang langsung dari Tiongkok, sementara melalui kerja sama Master Her, 70 lainnya didatangkan dari Pontianak.
 
Tambang emas secara bertahap tumbuh dalam ukuran, sehingga mereka segera mendorong jantung tujuan ini untuk membuka tambang emas; eksploitasi darat pertama terjadi di Oedjong-Batoe, dekat pegunungan Kramean (Keramaian).
 
Ketika jumlah orang Cina meningkat menjadi sekitar 150 orang, seorang kapten orang Tionghoa diangkat atas mereka, yang menerima pengangkatannya dari Bandjermasin.
 
Pekerjaan penambangan menghasilkan keuntungan besar pada awalnya, karena upah orang Dayak dan Melayu (Banjar) sangat rendah. Beberapa orang Cina telah dapat kembali ke Cina dengan harta yang diperoleh.<ref name="Tijdschrift 14"> {{cite book
| pages= 388
| url= https://books.google.co.id/books?pg=PA388&dq=Pan+geran+Taehrnit&id=CpNUAAAAcAAJ&hl=id#v=onepage&q=Pan%20geran%20Taehrnit&f=false| languagen= nl
Baris 29 ⟶ 31:
== Orang Tionghoa di Kalimantan Selatan ==
[[Berkas:Chinese-wijk-te-Bandjermasi.jpg|jmpl|250px|Kawasan [[pecinan]] di Banjarmasin pada tahun 1862]]
[[File:Kawasan Veteran Banjarmasin.JPG|300px|thumb|Kawasan [[pecinan]] Darat di Banjarmasin.]]
Orang Tionghoa sudah datang ke Kalimantan Selatan pada abad ke-14 (Hikayat Banjar). Kronik Tiongkok Sejarah Dinasti Ming, mencatat kunjungan pedagang-pedagang Tionghoa pada masa Sultan Hidayatullah (raja Banjar muslim ke-3). Di Banjarmasin, suku Tionghoa menempati suatu kawasan yang disebut 'Pacinan' (Chinezen Camp). Sedangkan istilah Orang Tionghoa Parit tidak pernah digunakan sebelumnya dan merupakan istilah yang tidak dikenal sebagai suatu kelompok etnik di Kalimantan Selatan. Penamaan Orang Cina sudah lazim digunakan di [[Kalimantan]] pada umumnya dan bukanlah sesuatu yang dimaksudkan sebagai penghinaan, tetapi semata-mata merupakan penamaan etnik yang sudah digunakan sejak lama di daerah ini. Keberadaan komunitas Orang Cina Parit sekaligus dapat mewakili keberadaan suku Tionghoa secara keseluruhan yang ada di Kalimantan Selatan pada umumnya. Pada pencatatan oleh pemerintah kolonial [[Hindia Belanda]] tahun [[1895]], jumlah suku Tionghoa yang terdapat di ''Zuider en Ooster Afdeeling van Borneo'' ([[Kalsel]]-[[Kalteng]]-[[Kaltim]]-[[Kaltara]]) seluruhnya berjumlah 4.525 jiwa (laki-laki 2.829). Jadi sejak dahulu jumlah populasi di ke-4 provinsi tersebut relatif sedikit dibanding dengan daerah lainnya di [[Borneo]] yaitu [[Kalbar]], [[Sarawak]] dan [[Sabah]] yang jumlah suku Tionghoanya mencapai 40% dari populasi penduduk daerah-daerah tersebut. Di Kalteng, Kalsel dan Kaltim (beserta Kaltara), suku Tionghoa tidak termasuk ke dalam delapan etnik terbesar menurut sensus tahun [[2000]] pada masing-masing provinsi tersebut.
 
Orang Tionghoa sudah datang ke Kalimantan Selatan pada abad ke-14 (Hikayat Banjar). Kronik Tiongkok Sejarah Dinasti Ming, mencatat kunjungan pedagang-pedagang Tionghoa pada masa Sultan Hidayatullah (raja Banjar muslim ke-3). Di Banjarmasin, suku Tionghoa menempati suatu kawasan yang disebut 'Pacinan' (Chinezen Camp). Sedangkan istilah Orang Tionghoa Parit tidak pernah digunakan sebelumnya dan merupakan istilah yang tidak dikenal sebagai suatu kelompok etnik di Kalimantan Selatan. Penamaan Orang Cina sudah lazim digunakan di [[Kalimantan]] pada umumnya dan bukanlah sesuatu yang dimaksudkan sebagai penghinaan, tetapi semata-mata merupakan penamaan etnik yang sudah digunakan sejak lama di daerah ini. Keberadaan komunitas Orang Cina Parit sekaligus dapat mewakili keberadaan suku Tionghoa secara keseluruhan yang ada di Kalimantan Selatan pada umumnya. Pada pencatatan oleh pemerintah kolonial [[Hindia Belanda]] tahun [[1895]], jumlah suku Tionghoa yang terdapat di ''Zuider en Ooster Afdeeling van Borneo'' ([[Kalsel]]-[[Kalteng]]-[[Kaltim]]-[[Kaltara]]) seluruhnya berjumlah 4.525 jiwa (laki-laki 2.829). Jadi sejak dahulu jumlah populasi di ke-4 provinsi tersebut relatif sedikit dibanding dengan daerah lainnya di [[Borneo]] yaitu [[Kalbar]], [[Sarawak]], dan [[Sabah]] yang jumlah suku Tionghoanya mencapai 40% dari populasi penduduk daerah-daerah tersebut. Di Kalteng, Kalsel, dan Kaltim (beserta Kaltara), suku Tionghoa tidak termasuk ke dalam delapan etnik terbesar menurut sensus tahun [[2000]] pada masing-masing provinsi tersebut.
[[Berkas:Rumah_Joglo_Gudang.jpg|jmpl|200px|Rumah [[Joglo Gudang]] yang menjadi ciri khas rumah tinggal suku Tionghoa di Banjarmasin yang sudah hampir punah.]]
 
[[Berkas:Rumah_Joglo_Gudang.jpg|jmpl|200px250px|Rumah [[Joglo Gudang]] yang menjadi ciri khas rumah tinggal suku Tionghoa di Banjarmasin yang sudah hampir punah.]]
 
=== Kedatangan Pedagang Tiongkok ===
Baris 40 ⟶ 44:
Pedagang-pedagang Tiongkok mendatangi negeri Banjar untuk keperluan memperoleh [[lada]] pada pertengahan pertama abad ke-17, setelah diusir oleh saingan mereka [[Belanda]] dan [[Inggris]]. Ketika itu mereka diberitahu tentang kemungkinan melakukan perdagangan lada di negeri Banjar oleh orang-orang [[Portugis]] di [[Macao]]. Mereka kemudian datang dengan jung-jung mereka, setiap tahun secara teratur datang sebanyak empat sampai tigabelas buah dari pelabuhan [[Xiamen|Amoy]], [[Guangzhou|Kanton]], [[Ningbo|Ningpo]], dan [[Makau|Macao]]. Para nakhoda disambut dengan senang di [[Kayu Tangi]] (Martapura) dan [[Tatas]] (Banjarmasin) oleh orang-orang Banjar, karena mereka membawa sejumlah barang kesukaan penduduk setempat. Berbagai macam barang terdiri dari sutera kasar dan halus, teh, kamper, garam, perkakas tembaga, barang-barang porselen dan lain sebagainya yang dapat ditukar dengan lada, emas, sarang burung dan lain-lain barang hasil daerah Banjar. Kedatangan mereka yang secara terus menerus membawa negeri Banjar masuk dalam lingkaran persinggahan para pedagang dari berbagai negara seperti Arab, Gujarat, disamping dari daerah-daerah tetangga seperti Jawa, Madura, Sulawesi, Lombok, Bali dan Sumbawa. Mereka berkumpul untuk saling mengadakan transaksi, tetapi komoditas dari negeri Tiongkok sangat menonjol peranannya.
 
Pada permulaan abad ke-18, perdagangan jung menjadi begitu penting, bahwa [[sungai Barito]] dikenal pula dengan sebutan sungai Cina (bukan sungai Tiongkok), sebab dipenuhi oleh jung-jung dari Tiongkok.<ref>{{en}} James Cook, A collection of voyages round the world: performed by royal authrity. Containing a complete historical account of Captain Cook's first, second, third and last voyages, undertaken for making new discoveries, &c. ... To which are added genuine narratives of other voyages of discovery round the ..., Printed for A. Millar, W. Law, and R. Cater, 1790</ref><ref>[http://books.google.co.id/books?id=f7I-AAAAcAAJ&dq=china%20river%20banjar&pg=PA145#v=onepage&q=china%20river%20banjar&f=true {{en}} Thomas Salmon, Modern history or the present state of all nations, Volume 1, 1744]</ref>
Demikianlah musim dari penawaran lada di Banjar adalah pada permulaan [[Oktober]] sampai [[Maret]] pada setiap tahunnya, jung-jung itu tidak seperti umumnya pedagang-pedagang yang lain, mereka tiba pada akhir bulan [[Februari]]. Menurut perhitungan bahwa kedatangan mereka yang terlambat berarti hanya akan mendapat sisa-sisa dari lada yang tidak terjual. Namun ternyata pepatah ''yang datang pertama, dilayani pertama'' tidak berlaku di lingkungan orang-orang Banjar. Adalah hal biasa bagi orang-orang Banjar untuk menyimpan sebagian besar persediaan ladanya untuk para pedagang jung. Mereka tidak hanya tertarik oleh barang dagangan Tiongkok, tetapi juga oleh harga yang lebih tinggi yang ditawarkan. Namun karena barangnya diminati penduduk setempat maka akan lebih mudah dan lebih banyak memperoleh lada.
 
=== Perang Inggris-Banjar ===
Sesudah kekalahan orang-orang Banjar dalam perang-perang pertama [[Inggris]]-[[Banjar]] pada Oktober [[1701]], orang-orang Tiongkok kehilangan tempat dan hak mereka dalam pasar lada. Karena sebagian besar tindakan raja Banjar diatur oleh Inggris sebagai pemenang perang, maka diperintahkanlah semua rakyatnya untuk menjual ladanya kepada orang-orang di bawah pengawasan Inggris, yang mendirikan tempat penjagaan yang terletak di muara sungai Barito. Dengan semakin berkurangnya jung yang mengunjungi Banjar membuat khawatir pada penguasa Inggris di sana. Untuk itulah maka kemudian mereka mengadakan perundingan dengan orang-orang Tiongkok, yang pada intinya orang-orang Tiongkok dijamin kemudahannya untuk berdagang dengan Banjar. Maka perdagangan barang dari berbagai negara di pelabuhan itu kembali ramai. Pada tahun [[1702]] London mengatakan bahwa lebih mudah untuk mendapatkan barang-barang Tiongkok di Banjar daripada di Tiongkok. Di pelabuhan ini calon pembeli dapat melihat terlebih dahulu barang yang akan dibeli, baru setelah kecocokan transaksi dilakukan. Hal ini mustahil dilakukan di Tiongkok. Disamping orang-orang Tiongkok menjual barangnya mereka juga banyak membeli barang-barang yang ditawarkan pedagang Inggris, seperti kain India, tembaga dan sebagainya.
 
Sebelum pendirian permukiman Inggris di Banjar, pedagang-pedagang jung memperoleh barang-barang dari wilayah barat itu dari para pedagang Belanda di Batavia. Hubungan komersial antara Inggris dan pedagang-pedagang jung di Banjar berakhir sesudah pengusiran orang-orang Inggris oleh orang-orang Banjar dalam perang Inggris-Banjar yang kedua tahun [[1707]].
 
=== Tahun 1707 ===
Pasca Perang Inggris-Banjar II tahun [[1707]], orang-orang Tiongkok dapat bebas kembali untuk mengadakan transaksi dengan para pedagang lada Banjar dan Dayak Ngaju (Biaju). Jumlah orang-orang Tiongkok yang berkumpul di daerah Kesultanan Banjar makin hari makin besar. Mereka terdiri dari 2 golongan yakni pedagang-pedagang jung dan pedagang-pedagang menetap. Pedagang-pedagang jung hanya tinggal sementara di Tatas atau di tempat lain di daerah Banjar. Setelah selesai dengan aktivitas perdagangannya termasuk mengisi perbekalan kapalnya, mereka akan kembali berlayar ke Kanton, Amoy atau pelabuhan lainnya di Tiongkok, baru kembali ke Banjar pada musim berikutnya. Sedang pedagang menetap, mulanya mereka juga seperti pedagang jung yang hanya tinggal sementara di Banjar, tetapi karena melihat kemungkinan untuk menjadikan Banjar sebagai rumah mereka yang kedua, maka kemudian mereka tinggal dan menetap. Beberapa di antara mereka membuat toko di kota atau pelabuhan, menjadi pedagang perantara antara pedagang jung dan pedagang Banjar.
 
=== Tahun 1708 ===
Baris 55 ⟶ 59:
 
=== Tahun 1774 ===
 
Menurut [[Magotaro]], seorang budak asal Jepang yang dibeli oleh seorang pedagang Tionghoa yang tinggal di Banjarmasin bernama Taikonkan yang berasal dari [[Zhengzhou]], sekitar tahun 1774 terdapat 300 rumah-toko Cina di Banjarmasin.<ref name="Mujiburrahman2017">{{id}} {{cite book
| url= https://books.google.co.id/books?id=xi9IDwAAQBAJ&pg=PA247PA246&dq=kayu+tangiMagotaro&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwjh1c2Njb7hAhUF6nMBHQ3aAt4QuwUIQTAE0ahUKEwi2-Y3hlKfoAhWUbn0KHZ7cDa0QuwUILzAA#v=onepage&q=kayu%20tangiMagotaro&f=false
|pages=247
| pages= 247
| title= Humor, Perempuan Dan Sufi
| author= Mujiburrahman
|contribution language= id
| publisher= Elex Media Komputindo
| date= 8 Mei 2017
| year= 2017
| isbn= 9786020420608
}} ISBN 6020420604</ref>
 
=== Pemimpin Tionghoa ===
Baris 120 ⟶ 126:
* http://mansyurmappaarung.blogspot.co.id/2010/11/antara-maluka-dan-maluku-dalam.html
* {{id}} [http://mansyurmappaarung.blogspot.com/2010/11/antara-maluka-dan-maluku-dalam.html Antara Maluka dan Maluku (Ambon) ]
* http://www.kabarbanjarmasin.com/posting/negara-dipa-dan-40-pematung-cina-2.html {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20150326172701/http://kabarbanjarmasin.com/posting/negara-dipa-dan-40-pematung-cina-2.html |date=2015-03-26 }}
* http://www.kabarbanjarmasin.com/posting/cina-banjar-naik-haji.html {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20140514180854/http://www.kabarbanjarmasin.com/posting/cina-banjar-naik-haji.html |date=2014-05-14 }}
* https://books.google.co.id/books?id=vGsMYLKuezgC&pg=PA239&lpg=PA239&dq=banjarese+singapore&source=bl&ots=GWllBrSTkj&sig=IEgYEy2DQsWEYenWYHrCb7-c_Lw&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwjw5arphZzUAhWLpo8KHRbmCyIQ6AEIbDAJ#v=onepage&q=banjarese%20singapore&f=false