Muhammad Thoha Ma'ruf: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
k Pendidikan: bentuk baku
Kakei Yukata (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
 
(Satu revisi perantara oleh satu pengguna lainnya tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{Infobox Person
|name = K.H. Muhammad Thoha Ma'ruf
|image = Muhammad Thoha Maruf.jpg
|imagesize =
|caption =
Baris 34:
Terbukti kemudian pasangan muda ini kedua-duanya aktif sebagai kader pejuang unggul yang mampu mensinergikan antara perjuangan bangsa dan dakwah keagamaan dalam satu tarikan napas bahtera rumah tangga mereka. Thaha Ma'ruf, selain menjadi wartawan di Harian Penerangan, juga aktif sebagai guru di berbagai sekolah dan majlis taklim, sehingga ia mampu menanamkan rasa kecintaan masyarakat dan seluruh anak didiknya terhadap perjuangan bangsa dan agama sekaligus.
 
Hal ini senyatanya menjadi sebuah fakta ketika pada tahun 1953, dalam usia 33 tahun, Ia menjadi pelopor sekaligus deklarator berdirinya Partai NU di wilayah Sumatra Tengah, wilayah yang sekarang menjadi tiga provinsi, SumatraSumatera Barat, Jambi dan Riau. Pendirian partai NU di Sumatra Tengah ini dilaksanakan setelah selama enam tahun Thaha Ma'ruf bergulat dalam perjuangannya sebagai Sekretaris Jenderal PERTI yang berpusat di Bukittinggi.
 
=== Bergabung di NU ===
Baris 51:
Salah satu gagasan penting yang dicetuskannya dengan sukses adalah kembalinya Indonesia ke pangkuan PBB pada tahun 1966. Dari sinilah kemudian Thaha Ma'ruf dipercaya untuk menjalani berbagai kunjungan kenegaraan ke berbagai wilayah di luar negeri. Termasuk untuk menghadiri Kongres Perdamaian di Moskow tahun 1962 dan mempersiapkan pendirian Konsulat RI. di Seoul, Korea Selatan pada tahun 1968.
 
Ketika terjadi banyak kemelut antara pemerintah pusat dengan beberapa wilayah termasuk dengan PRRI di SumatraSumatera Barat, Thaha Ma'ruf mengambil sikap pro pemerintah pusat, karena baginya, keutuhan NKRI lebih penting daripada perpecahan antar bangsa. karenanya, hal ini juga menjadikannya berada dalam garis depan untuk menolak setiap bentuk perlawanan terhadap kedaulatan NKRI, termasuk ketika terjadi peristiwa pemberontakan PKI 1965.
 
Dukungannya yang begitu kuat untuk keutuhan NKRI juga tercermin dari pendirian dan deklarasi NU wilayah Sumatra Tengah, yang diawali oleh argumentasi bahwa semestinya umat Islam di Indonesia memang memiliki sebuah wadah keagamaan yang mencakup dan menjangkau ke seluruh wilayah NKRI, sehingga tidak menimbulkan friksi antar daerah.