Sigalingging: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
PARNAPEDIA (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Siradja Lontung (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
 
(312 revisi perantara oleh 31 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{Bedakan|text=[[Baringbing]] atau [[Saragih|Saragih Garingging]]. Ketiganya merupakan marga yang berbeda}}
'''Sigalingging''' adalah salah satu [[marga]] dari suku [[Batak]] di [[Indonesia]].
{{Infobox Marga Batak
| nama = Sigalingging
| gambar = Berkas:Tugu Sigalingging.jpeg
| keterangan = Tugu Ompu Raja Sigalingging
| gambar2 =
| keterangan2 =
 
 
| marga = Sigalingging
| alias =
| aksara = {{btk|ᯘᯪᯎᯞᯪᯰᯎᯪᯰ}} <br> {{small|([[Surat Batak#Bentuk|Surat Batak Toba]])}}
| julukan =
| arti =
 
 
| jarak = {{Infobox | subbox = yes
| labelstyle = background-color:#FF9966;
| label1 = 1 | data1 = {{{gen1 | [[Si Raja Batak]]}}}
| label2 = 2 | data2 = {{{gen2 | [[Raja Isumbaon]]}}}
| label3 = 3 | data3 = {{{gen3 | Tuan Sorimangaraja}}}
| label4 = 4 | data4 = {{{gen4 | [[Nai Ambaton|Tuan Sorbadijulu <br> {{small|(Raja Nai Ambaton)}}]]}}}
| label5 = 5 | data5 = {{{gen5 | [[Raja Sitempang]]}}}
| label6 = 6 | data6 = {{{gen6 | [[Sitanggang|Raja Natanggang]] <br> {{small|(Ompu Raja Pangururan)}}}}}
| label7 = 7 | data7 = {{{gen7 | '''Sigalingging'''}}}
}}
| nama lengkap = Raja Pangulu Oloan Sigalingging
| nama istri = {{ubl|[[Naibaho|Martualan boru Naibaho Sitangkaraen]]|[[Malau|Rona Tio boru Malau]]}}
| nama anak = {{ubl
|1. Guru Mangarissan <br> {{small|(Sigorak)}}
|2. Raja Tinatea <br> {{small|(Tambolang)}}
|3. Namora Pangujian <br> {{small|(Parhaliang/Garingging)}}}}
| induk = [[Raja Sitempang]]
| persatuan = [[Parna]] <br> {{small|''(bersama seluruh marga keturunan Tuan Sorbadijulu)''}}
| kerabat = {{ubl|[[Sitanggang]]|[[Manihuruk]]|[[Sidauruk]]}}
| turunan =
| mataniaribinsar =
| padan =
 
 
| kampung = [[Sait Nihuta, Pangururan, Samosir|Sait Nihuta]], [[Pangururan, Samosir|Pangururan]], [[Kabupaten Samosir|Samosir]]
| etnis = [[Suku Batak Toba|Batak Toba]]
| suku = [[Suku Batak|Batak]]
| tugu = [[Sait Nihuta, Pangururan, Samosir|Sait Nihuta]] <br> {{coord|2|37|8.36|N|98|41|44.77|E}}
}}
 
'''Sigalingging''' ([[Surat Batak]]: {{Btk|ᯘᯪᯎᯞᯪᯰᯎᯪᯰ}}) adalah salah satu [[marga]] [[Suku Batak Toba|Batak Toba]] yang berasal dari [[Sait Nihuta, Pangururan, Samosir|Sait Nihuta]], [[Pangururan, Samosir|Pangururan]], [[Kabupaten Samosir|Samosir]].
 
== Asal-usul ==
Sigalingging termasuk dalam marga-marga Pomparan ni Raja Naiambaton atau [[Parna]], leluhur (bona pasogit) Raja Sigalingging berasal dari [[Sait Nihuta, Pangururan, Samosir|Sait Nihuta]], [[Pangururan, Samosir|Pangururan]], [[Pulau Samosir|Samosir]].<ref>Buku Tarombo Raja Sigalingging, 2002</ref>
 
Raja Nai Ambaton memiliki 2 orang anak yakni Raja Sitempang dan Raja Nabolon. Raja Sitempang (Raja Natanggang) memiliki 1 orang anak Raja Sitanggang. Raja Sitanggang inilah sering disebut sebagai Raja Pangururan, dan penguasa tanah / golat di Pangururan adalah keturunan dari Raja Sitempang. Raja Sitanggang memiliki 3 orang anak, dan anak bungsu bernama Raja Sigalingging 'gelar' Raja Pangulu Oloan.
 
Raja Sigalingging memiliki 3 (tiga) orang anak dan seorang putri. Istri dari Raja Sigalingging adalah [[Naibaho]] Sitakkaraen/Sitangkaraen, putri dari Raja Sigalingging kawin dengan putra dari Naibaho Siahaan. Berikut nama anak Raja Sigalingging:
 
=== Tarombo Marga Sigalingging ===
[[Berkas:TAROMBO SIGALINGGING.pdf|al=|pus|nirbing|600x600px]]
Sigalingging termasuk dalam marga-marga [[PomparAn ni Raja Nai Ambaton]] atau Parna, yang asal leluhur Raja Sigalingging berasal dari ''[[Saitnihuta, Pangururan, Samosir]]''.<ref>Buku yang berjudul Tarombo Raja Sigalingging</ref>
[[Berkas:Tugu sigalingging saitnihuta.png|tepi|jmpl|Tugu Raja Sigalingging]]
Raja Sigalingging memiliki 3 (tiga) orang anak dan salah satunya seorang putri. Istri dari Raja Sigalingging adalah [[Naibaho]] Sitakkaraen/Sitangkaraen, putri dari Raja Sigalingging kawin dengan putra dari Naibaho Siahaan. Berikut nama anak Raja Sigalingging:
# Guru Mangarissan (Sigorak)
# Raja Tinatea (SitambolangTambolang)
# Namora Pangujian (Parhaliang/Garingging)
 
Salah satu Cucu Raja Sigalingging adalah Mpu Bada anak dari Guru Mangarissan yang merantau ke tanah Sindeas, Dairi, Pakpak, dan melahirkan beberapa marga antara lain :
 
* Tendang
* Banurea
* Manik
* Beringin
* Gajah
* Berasa
Dan keturunan PARHALIANG yang merantau ke tanah Simalungun anaknya memakai marga :
*Garingging
 
Keturunan lain dari Raja Sigalingging adalah Datu Bangun Sigalingging di daerah Sirisi-risi Dolok Sanggul (sebahagian pindah ke arah pakkat)
 
Seluruh keturunan marga Sigalingging ini terkumpul dalam wadah organisasi atau punguan marga dengan nama [[PPRS (Parsadaan Pomparan Raja Sigalingging)]]
 
 
=== Tarombo Raja Sitempang (Sitanggang Manihuruk Sidaurukmarga Sigalingging) ===
{{main|Tarombo Batak}}[[Berkas:TAROMBO_SIGALINGGING.png|al=|nirbing|550x550px]]
 
== Tarombo Si Raja Batak - Raja Sigalingging ==
<br />
{{main|Tarombo Batak}}
[[Berkas:Tarombo raja batak sigalingging11.pdf|al=Tarombo Raja Batak sahat tu Raja Sigalingging sahat sundut 9|pus|jmpl|700x700px|Tarombo Raja Batak - Raja Sitempang (sundut 9)]]
[[Berkas:TAROMBO V3.png|al=Tarombo Raja Batak sahat tu Raja Sigalingging sahat sundut 9|nir|jmpl|698x698px|Tarombo [[Si Raja Batak]] - Raja Sigalingging]]
 
=== Raja Natanggang Pangururan/ Raja PangururanNatanggang ===
[[Raja Sitempang]] adalah anak Raja Nai Ambaton.<ref> Buku: '''Tarombo Raja Sitempang Anak Ni Raja Nai Ambaton''' Oleh: Bachtiar Sitanggang, SH dan Brigjen Polisi (Purn) Drs. Antonius Sitanggang, SH, MH, Jakarta, 16 Agustus 2020.</ref> Atau dengan kata lain mereka adalah Keturunan Si Raja Batak dari garis keturunan Isumbaon yang sering disebut garis Mataniari, berbeda dengan garis keturunan Guru Tatea Bulan yang disebut garis Bulan.
 
Garis keturunan Mataniari diwarisi oleh Si Raja Batak sebuah Kitab bernama “Tumbaga Holing” yang berisikan Hukum, Ketatanegaraan, Bercocok Tanam, Bertukang, hingga Seni Mencipta. Sementara golongan Bulan diwarisi “Pustaha Laklak” yang berisi Ilmu Pengobatan, Ilmu Perbintangan dan Spiritual.
Baris 31 ⟶ 92:
Jaman dahulu belum semudah seperti sekarang dalam mengolah kayu, karena peralatannya masih belum canggih, menebang pohon dan membentuknya menjadi kayu kasau (urur) hanya menggunakan kapak dari batu, ataupun dari tembaga yang kasar. Karena itu butuh keterampilan dalam membuatnya.
 
Semakin banyaklah orang datang ke huta yang dibuka oleh Raja Sitempang untuk mencari urur, dan sebagian lagi belajar membuat urur. Karena itulah huta itu akhirnya diberi nama “Pangururan”“Pang-urur-an” tempat orang mendapatkan urur untuk membuat bangunan.
 
* Bius Sitolu Hae Horbo
Baris 38 ⟶ 99:
 
* Aek Parsuangan
Di salah satu sisi di Gunung Pusuk Buhit, ada 3 (Tltigatiga) mata air yang disebut Aek Parsuangan. Pemilik dan nama mata air itu berturut-turut dari atas kebawah adalah: Naibaho, Sitanggang dan Simbolon.
 
=== Sejarah Marga Sigalingging ===
 
Putra Sulung Raja Sigalingging yaitu Guru Mangarissan mengerjakan dan mengusahakan semua hauma (''hauma'': sawah; bahasa Batak Toba) yang berada di sekitar Huta Sigalingging (''huta'': kampung, pada zaman dahulu ''huta'' dikelilingi oleh benteng besar yang bertujuan untuk menghindari serangan musuh dari kampung lain ataupun binatang buas). Guru Mangarissan adalah petani ulung dan pekerja keras, sementara itu adiknya Raja Tinatea adalah nelayan atau “par Tao”, di tepian Danau Toba. Ikan hasil tangkapannya dijual ke Onan Pangururan. Pada zaman dahulu sistem perdagangan sudahhanya mengenal sistem barter, di mana sesama petani maupun nelayan saling menukarkan hasil usahanya masing-masing sesuai dengan kesepakatan yang dibuat.
 
Pada suatu ketika Raja Sigalingging mengalami jatuh sakit, Guru Mangarissan memberitahu adiknya Raja Tinatea agar bersama-sama memberikan “Sipanganon” (makanan khusus yang ditujukan kepada orang yang sangat dihormati) kepada ayah mereka Raja Sigalingging. Guru Mangarissan sebagai putra sulung sangat menghormati orang tuanya. Oleh karena itu beras yang akan ditanak untuk dihidangkan kepada Raja Sigalingging harus dipilih tidak boleh ada beras yang patah atau pecah. Demikian hormatnya Guru Mangarissan kepada ayah mereka, nasi yang dihasilkan merupakan “Indahan Na Bottar “ ( Nasi putih ) yang berasal dari beras utuh.
 
Raja Tinatea juga membawa “Indahan” (Nasi), hasil dari keringatnya “Mardoton” ( mencari ikan ), dan nasi yang dibawanya tidak “saksak bottar” ( putih bersih ), tetapi beras campuran yaitu beras merah dan beras biasa. Secara spontan Guru Mangarissan membentak adiknya dan berkata: {{cquote| inilah saatnya adat yang penting untuk memberi orang tua kita ‘marsipanganon’ tetapi kau hidangkan “indahan na mar bolang-bolang” (nasi yang bercampur-campur), sungguh engkau anak yang tidak berbakti”berbakti}}. Sembari berkata demikian Guru Mangarissan menendang nasi Raja Tinatea. Raja Tinatea tidak dapat berbuat apa-apa. Dia berkata kepada abangnya:{{cquote| dia ma dohonon ku dahahang, ai ido pancarian dohot pancamontankupansamontanku, dengke na dapot doton sian tao ido hu boan tu onan pasar, jala di tukkar mai dohot boras na binoan ni angka panuhor i. Ai so adong hauma hu ula jadi beha bahenonku dahahang na laho patupahon indahan songon na pinatupa mi, ai hasil ni hauma na niula mi do dipatupa ho na laho pangananon ni natua-tua ta . I do na tarbahen ahu tu jolo ni damang ba ima hupasahat na laho panganon ni damang, beha ma bahenon ndang tarpatupa au songon na pinarade ni dahahang i,”}}. (“ Apa yang aku bisa perbuat bang, itu adalah hasil pekerjaanku, ikan hasil tangkapan ku yang aku tukarkan di pasar, mana ada sawah yang aku kerjakan, jadi aku tidak bisa berikan seperti apa yang abang berikan kepada orang tua kita, “). Ikan hasil tangkapan jala dari Danau Toba di bawa ke pasar. Di pasar ikan ditukarkan dengan beras. Misalnya: 1 liter ikan mujahir ditukar dengan 1 liter beras. Orang yang datingdatang untuk barter membawa beras, ada beras merah dan ada beras putih. Raja Tinatea tidak mungkin memilih beras mana yang akan ditukarkan dengan ikan hasil tangkapannya/jalanya. Sehingga beras yang diperoleh bercampur baur (“Marbolang”) antara beras merah dan beras putih, itu yang menyebabkan nasi yang berasal dari beras merah dan beras putih menjadi Marbolang .
Melihat hal tersebut Raja Sigalinggingdengan menatap kedua anaknya danRaja Sigalingging berkata:{{cquote| Anakku Mangarissan, tidak perlu engkau mempermasalahkan makanan yang dibawa Adikmu, sebab itulah yang mampu ia berikan,”.}}
Masyarakat di kampung dan sekitarnya mengetahui kejadian tersebut, terkabar bahwa Guru Mangarissan “manggorakkon” ( menyepelekan ) makanan yang dibawa Adiknya karena “marbolang” (berbelang-belang), pada saat memberikan makanan kepada Raja Sigalingging dengan cara menendang makanan yang dihidangkan oleh adiknya. Masyarakat sekitar merasa bahwa tindakan Guru Mangarissan tidak pantas, mereka mencibir dan mencuekin Guru Mangarissan dengan berkata:,” hanya karena bercampur makanan yang dibawa adiknya, kemudian dia menendang makanan tersebut,”.
 
Baris 53 ⟶ 114:
Karena Guru Mangarissan merasa dijauhi, dicuekin dan dimusuhi oleh masyarakat sekitar dia merasa tertekan dan semakin lama merasa asing di tengah-tengah masyarakat Huta Sigalingging Sait Ni Huta dan Pangururan. Dengan segala kepahitan dan kegalauan Guru Mangarissan meninggalkan tanah kelahirannya. Guru Mangarissan pergi merantau jauh agar tidak mendengar cemoohan tentang dirinya dan dia tidak ingin bertemu dengan orang sekampungnya.
 
Kisah inini berlangsung alamiah, maka dikemudian hari Raja Tinatea diberi gelar Si “Tambolang”, karena nasi yang ia hidangkan kepada orang tuanya berbelang-belang dan kepada Guru Mangarissan diberi gelar “Sigorak”, karena memperhatikan makanan yang dihidangkan oleh adiknya.
 
Sejarah Namora Pangujian Anak Raja Sigalingging nomor 3 yaitu Namora Pangujian dengan gelar “Parhaliang”, menurut hikayatnya lahir di Rianiate sebelah selatan kota Pangururan. Raja Sigalingging berkelana ke Rianiate, pada saat itu putridputri raja penguasa Rianiate dalam keadaan sakit parah. Sudah banyak “Datu”, ( dukun ), yang berupaya untuk menyembuhkan sang Putri namun tidak kunjung sembuh. Akhirnya seseorang menyampaikan pesan dan berita kepada Raja Rianiate, bahwa ada seorang dukun dari Sait Ni Huta Pangururan yang saat ini berada di desa Rianiate. Sang Raja memesan Raja Sigalingging untuk mengobati putrinya. Dengan rendah hati Raja Sigalingging mengeluarkan ilmu “Pandampolon” ( Pijat Refleksi ), dan memijat Putri Raja dengan ramuan yang ia buat. Seluruh tubuh putri raja harus dibalur dengan obat Raja Sigalingging, karena harus dibalur langsung ke tubuh putri raja, maka putri raja tidak boleh mengenakan pakaian.
 
Setelah beberapa minggu putri raja sehat seperti sediakala, banyak “Pariban”, (anak Paman) yang meminang putri raja, tetapi tidak satupun berkenan dihati putridputri raja. Akhirnya sang Raja memanggil putrinya dan menanyakan mengapa putri tidak menerima lamaran dan pinangan paribannya. Putri raja menyahut:” Bagaimana aku mau menerima lamaran dari “Pariban” ku, seluruh tubuhku telah dipijat oleh Raja Sigalingging ketika aku sakit, jadi aku tidak sanggup menerima lamaran “Pariban” ku ataupun laki-laki lain. Keadaan ini berlangsung lama, namun sang putri tidak kunjung mau menerima lamaran pria lain. Akhirnya Raja Rianiate memanggil Raja Sigalingging dan memohon agar mau mempersunting putrinya. Raja Sigalingging menjawab:,” Mohon maaf yang sebesar-besarnya Raja, saya telah berkeluarga dan saat ini telah mempunyai dua orang putra, jadi tidak mungkin aku memperistri putri raja,”. Namun putrinya berkeras tidak mau dipersunting oleh pria lain.
 
Akhirnya Raja Sigalingging diminta untuk mengawini putridputri raja Rianiate, Raja Sigalingging mau dengan persyaratan “Parpadanan” (janji yang mengikat), bahwa hal ini tidak boleh diceritakan oleh siapapun kepada keluarga Raja Sigalingging di Sait Ni Huta Pangururan . Tapi kelak kalau ada keturunan dari putri Raja Rianiate harus mencari keluarga Raja Sigalingging di Sait Ni Huta Pangururan itupun kalau Raja Sigalingging telah wafat. Itu adalah janji/pesan yang ia katakan agar ia mau mempersunting putri raja Rianiate.
Maka pada pesta “Peletakan Batu Pertama Tugu Raja Sigalingging” di Huta Sigalingging Sait Ni Huta Pangururan, pada saat akan membunyikan “ Gondang Sabungan”, turunan Namora Pangujian parhaliang memaparkan kisah Raja Sigalingging di Rianiate, dan mereka menyatakan bahwa mereka adalah “anak ketiga” dari Raja Sigalingging sesuai dengan pesan Raja Sigalingging zaman dahulu, yang menyatakan bahwa mereka harus mencari kedua abangnya di Pangururan.
 
Baris 66 ⟶ 127:
 
# Sigorak
# Tambolang
# Sitambolang
# Parhaliang
# Siparhaliang
 
=== Ompu Bada / Mpu Bada ===
[[Berkas:Tugu Op Bada.png|al=|jmpl|Tugu Mpu Bada di Manduamas Barus Tapanuli Tengah]]
Keturunan Ompu Bada terdapat di Klasen Kabupaten Dairi di Manduamas Kab Tapanuli Tengah dan di Boang Kabupaten Aceh Selatan
 
Ompu Bada atau Mpu Bada adalah cucu dari Raja Sigalingging, dari anak pertama Guru Mangarissan (Sigorak). Dalam sejarahnya Mpu Bada membuka 'huta' ke arah Sindeas Manduamas, hingga Dairi, Pakpak. Keturunan Ompu Bada terdapat di Klasen Kabupaten Dairi di Manduamas Kab Tapanuli Tengah dan di Boang Kabupaten Aceh Selatan
Marga-marga keturunan Ompu Bada
 
Marga-marga keturunan Mpu Bada
 
# Marga Tendang yang tersebar di Boang Aceh
Baris 80 ⟶ 141:
# Bringin di Simerpara Kab Dairi
# Gajah di Manduamas (Kab Tapanuli Tengah), Parmonangan (Tap Utara) dan Pakkat (Kab Dairi)
# BrasaBerasa di Parmonangan, Parlilitan dan Sileang Kab Tapanuli Utara
 
Selain marga diatas masih ada lagi BoangmenaluBoangmanalu dan Bancin yang masih anak Banurea keturunan OmpuMpu Bada.
 
Keturunan lain adalah Saraan (daerah Keppas), Kombih (daerang Boang) dan Brampu (daerah Keppas), ketiga marga ini masih cucu dari OOp. BanuareaBanurea.
 
Namun belakangan ini telah terjadi kontroversi dimana mayoritas keturunan Mpu Bada telah mendeklarasikan bahwa mereka bukanlah bagian dari marga " Parna" dan bukan juga bagian dari marga Sigalingging.
=== Kumpulan Marga Sigalingging ===
 
Tarombo Mpu Bada dari sumber buku zaman Hindia Belanda <ref>Eerste Maatregelen in pas geannexeerd gebied, L Van Vuuren, 1910</ref>
Persatuan keluarga besar keturunan Raja Sigalingging berdasarkan Hasil Mubes Sigalingging tgl 6-7 Juli 2012 di Pangururan Hotel Dainang, yakni Parsadaan Pomparan Raja Sigalingging (PPRS).
[[Berkas:Ompu Bada Sigalingging.png|nir|jmpl]]
 
=== Huta Sigalingging ===
[[Berkas:Tugubaru.png|jmpl|Pendopo di Tugu Marga Sigalingging]]
 
== Huta Sigalingging ==
Huta Sigalingging tersebar secara luas dibeberapa Kabupaten di Sumatra Utara, berikut daftarnya:
 
Keturunan Raja Sigalingging terkenal perantau ulung, pemberani dan penolong serta pemilik 'ilmu', sehingga banyak menguasai lahan hutan dan mendapat tanah dari upaya menolong orang, sehingga memiliki banyak tanah ulayat/huta. Huta Sigalingging tersebar seluas yang dijelajahi di beberapa Kabupaten Sumatera Utara, berikut daftarnya:
[[Berkas:Kecamatan_Parbuluan,_Dairi_(01).jpg|300x300px|Desa Sigalingging, Sidikalang|al=Desa Sigalingging, Sidikalang|jmpl]]
# Lumban Sigalingging di Desa Sait Nihuta, Kecamatan Pangururan, Kabupaten Samosir (Bona Pasogit Sigalingging - Makam Op. Raja Sigalingging - Tempat Tugu)
# Huta Sigalingging di Desa Tanjungbunga, Kecamatan Pangururan, Kabupaten Samosir
# Huta Sigalingging Tarabunga di Kecamatan Palipi, Kabupaten Samosir
# Lumban Sigalingging di Sirait Uruk, Kecamatan Porsea, Kabupaten Toba
# Desa Sigalingging, Kecamatan [[Parbuluan, Kabupaten Dairi]]
# Lumban Sigalingging di Kecamatan Siempat Nempu, Kabupaten Dairi
# Huta Sigalingging [[Sigumbang, Siborongborong, Tapanuli Utara]][[Berkas:Lembaga Adat Batak Pakpak - Sulang Silima Marga Sigalingging Rading Berru Lebbuh Siburabura (01).jpg|jmpl|300x300px|Sekretariat Lembaga Adat Sulang Silima Marga Sigalingging Rading Berru di [[Batang Beruh, Sidikalang, Dairi|Siburabura, Sidikalang]].]]
# Huta Sigalingging Sigumbang, Kecamatan Siborong-borong, Kabupaten Taput
# Huta Sigalingging di Kecamatan Parmonangan, Kabupaten Taput
# Huta Sigalingging Lumban Bangun Sirisi-risi, Kecamatan Doloksanggul, Kabupaten Humbahas
Baris 109 ⟶ 171:
# Desa Garingging, Kecamatan Merek, Kabupaten Karo
# Huta Sigalingging Combi Boang, Kabupaten Aceh Singkil
# Lumban Sigalingging / Huta ginjang ( Sitabo- tabo) Kecamatan Palipi Kabupaten Samosir
 
Perlu disadari, beragam Huta (bona nipinasa) pasti beragam adat.
 
 
<!--
== Tona ni Ompu Raja Sigalingging ==
{{cquote| Marsada ma hamu akka pomparanhu
Sada do hamu pomparanhu Sigalingging. <br>Ise sian pomparanhu namandok lobi sian sada Sigalingging dohot mambedahon taononna ma:
Paet di parngoluan paet di parartaon.
<p>Alai akka pomparanhu naso mambedahon Sigalingging jaloon nama:
* Hamoraon
* Hagabeon
* Hasangapon
<p>Pasahat tona on tu pomparanhu nadibagas hasusahan dope }} -->
 
== Mars Raja Sigalingging ==
Pencipta : Titus Sigalingging (op. Juan)
lirik:
 
'''N'''a marbona do songon aek marmula do songon udan, {{br}}
Sigalingging bonapasogit jonokhon ni Pangururan {{br}}
Sian i do haborhatan ni pomparan ni Raja Sigalingging i {{br}}
Tu angka luat si hadaoan humaliang dasa naualu i tu angka luat di parserahan
 
:'''H'''utai ma parningotan Disi do tugu ni ompu,
:si ingoton ni pinomparna Di nadao nang na jonok
:Tolu do anak ni Ompui Ima si Gorak si angkkangan na i
:Sitambolang anak paidua si Parhaliang ma siampudan i tubu ni Boru Naibaho dohot Malau.
'''S'''ai sitorop ma di dangkana si toropma di rantingna, {{br}}
sai toropma nang di hahana Toropma nang di anggina {{br}}
Sai horas ma pomparanna i dipasupasu Tuhanta Debata {{br}}
Marsihohot hita martangiang mangido sian parholong roha i, Ima Tuhanta parasiroha i
:'''S'''ai horas namarhaha anggi horas manang diboruna,
:rap tu dolok rap tu toruan tu hamajuon
:Sai ta tiop holong dame i diparsaoran nang di punguan i
:Dos ni roha dohot hasadaon di haha anggi dohot di boru i, Ima ta tiop ta ingot sai tongtong
 
== Referensi ==
{{reflist}}
 
[[Kategori:Marga Batak]]
== Pranala luar ==
* {{id}} [http://samosirku.blogspot.com/2010/03/raja-sitanggang-atau-raja-pangururan.html Samosirku]
*https://m.wiki-indonesia.club/wiki/Pengguna:PARNAPEDIA
 
[[Kategori:Marga Batak Toba]]
[[Kategori:Marga Parna]]
[[Kategori:Marga Sigalingging]]
 
{{Suku-Batak-stub}}