Kesultanan Siak Sri Inderapura: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
Tidak ada ringkasan suntingan |
||
(74 revisi perantara oleh 35 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{bedakan|Kerajaan Inderapura}}
{{Infobox Former Country
| native_name =
| conventional_long_name
| common_name = Kesultanan Siak
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
| capital = Buantan,<br /> Mempura,<br /> Pekanbaru,<br /> Siak Sri Indrapura
|
|
|
|
|
|
| leader3 = [[Sultan Syarif Ali dari Siak |Sultan Sayyid Ali]]
|
| leader4 = [[Syarif Kasim II dari Siak|Sultan Syarif Kasim II]]
|
|
|
▲|currency =
}}
{{Sejarah Indonesia}}
'''Kesultanan Siak Sri
== Etimologi ==
Ada beberapa pendapat yang dapat menjelaskan asal usul nama Siak.<ref name=":0">{{Cite journal|last=Asril|date=2009|title=Raja Kecil Pendiri Kerajaan Siak Sri Indrapura|journal=Lentera: Jurnal Ilmu-ilmu Sejarah, Budaya dan Sosial|volume=1|issue=2|pages=50-68|doi=https://media.neliti.com/media/publications/22968-ID-raja-kecil-pendiri-kerajaan-siak-sri-indrapura.pdf}}</ref> Pertama, dari kata "siak" yang artinya orang alim.<ref name=":1">{{Cite book|last=Suwondo|first=Bambang|collaboration=Anwar Syair, Umar Amin, Ahmad Yusuf, Suwardi MS|date=1977|url=https://www.google.co.id/books/edition/Sejarah_daerah_Riau/M84BAAAAMAAJ?hl=id&gbpv=0|title=Sejarah daerah Riau|publisher=Proyek Penelitian dan Pencatatan Kebudayaan Daerah, Pusat Penelitian Sejarah dan Budaya, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan|language=id|url-status=live}}</ref> Amir Luthfi mengaitkan nama Siak sebagai daerah dengan kata "siak" dalam [[Bahasa Minangkabau]] yang artinya orang yang taat agama ataupun yang belajar agama di surau, serta berpendapat bahwa perkembangan Islam di Minangkabau erat kaitannya dengan Siak.<ref name=":2" /> Kata "siak" juga kadang dipakai dalam [[Bahasa Melayu]] dengan arti pengurus masjid.<ref>{{Cite web|date=2023-12-11|title=Carian Umum|url=https://web.archive.org/web/20231211163342/https://prpm.dbp.gov.my/Cari1?keyword=siak|website=web.archive.org|access-date=2024-09-17}}</ref> Kedua, dari kata "lasiak" dalam [[Bahasa Batak Toba|Bahasa Batak]] yang artinya ''pedas'',<ref name=":1" /> dikaitkan dengan kegiatan orang Batak di wilayah Siak yang banyak ditanami lada.<ref>{{Cite news|date=2002-10-06|title=Bangunan Istana Raja Siak Bukti Sejarah Kebesarannya|url=https://mpn.kominfo.go.id/arsip/detail/64218/sheet?q=kesultanan%20siak|work=Waspada}}</ref> Ketiga, dari kata "suak" yakni kampung-kampung yang berdiri di sekitar sungai Siak. Keempat, dari tumbuhan [[rumput siak-siak]] yang dikatakan tumbuh di wilayah tersebut.<ref name=":0" />
Nama Siak sebagai sebuah daerah muncul lebih tua dari kemunculan Kesultanan Siak itu sendiri. Siak tercatat dalam karya sastra abad ke-14, [[Negarakertagama|Nagarakertagama]], sebagai wilayah [[nusantara]] jangkauan Majapahit berserta wilayah lainnya di Sumatera seperti Minangkabau, Rokan, dan Kampar. Gelar kerajaan ''Sri Inderapura'' muncul belakangan, setidaknya pada awal abad ke-19 sebagaimana tertulis dalam perjanjian [[Ibrahim dari Siak|Sultan Sayyid Ibrahim]] dengan [[William Farquhar]] dari [[EIC]].<ref>{{Cite book|last=Netscher|first=Elisa|date=2002|title=Belanda di Johor dan Siak 1602-1865|location=Pekanbaru|publisher=Pemerintah Daerah Kabupaten Siak dan Bina Pusaka|others=Diterjemahkan oleh Wan Ghalib|url-status=live}}</ref>
==
=== Pendirian dan Perkembangan Awal ===
Kesultanan Siak Sri Inderapura didirikan oleh Raja Kecil sekitar tahun 1723. Raja Kecil adalah seorang pengklaim takhta [[Kesultanan Johor]] yang telah diduduki oleh Abdul Jalil keturunan Bendahara. Dalam [[Hikayat Siak|''Hikayat Siak'']] dan [[Tuhfat al-Nafis|''Tuhfat al-Nafis'']], Raja Kecil merupakan anak sultan dengan Encik Apong hamba sahayanya, yang kemudian dilarikan ke [[Pagaruyung]] dan diasuh oleh Puti Jamilan. Saat remaja, ia merantau ke berbagai tempat seperti Jambi dan Palembang.<ref>{{Cite book|last=Andaya|first=Leonard Y.|date=2019|url=|title=Selat Malaka: Sejarah Perdagangan dan Etnisitas|location=Jakarta|publisher=Komunitas Bambu|isbn=978-623-7357-04-9|language=|url-status=live}}</ref><ref>{{Cite book|last=Barnard|first=Timothy P.|date=2003|url=|title=Multiple Centres of Authority: Society and Environment in Siak and Eastern Sumatra, 1674-1827|location=London|publisher=Brill|isbn=978-90-04-45435-4|language=|url-status=live}}</ref>
Membandingkan dengan catatan [[Tomé Pires]] yang ditulis antara tahun 1513-1515, [[Kabupaten Siak|Siak]] merupakan kawasan yang berada antara ''Arcat'' dan ''Indragiri'' yang disebutnya sebagai kawasan pelabuhan raja [[Minangkabau]],<ref>Cortesão, Armando, (1944), ''The Suma Oriental of Tomé Pires'', London: Hakluyt Society, 2 vols.</ref> kemudian menjadi [[vasal]]
▲Membandingkan dengan catatan [[Tomé Pires]] yang ditulis antara tahun 1513-1515, [[Kabupaten Siak|Siak]] merupakan kawasan yang berada antara ''Arcat'' dan ''Indragiri'' yang disebutnya sebagai kawasan pelabuhan raja [[Minangkabau]],<ref>Cortesão, Armando, (1944), ''The Suma Oriental of Tomé Pires'', London: Hakluyt Society, 2 vols.</ref> kemudian menjadi vasal Malaka sebelum ditaklukan oleh [[Portugal]]. Sejak jatuhnya [[Malaka]] ke tangan [[VOC]], [[Kesultanan Johor]] telah mengklaim Siak sebagai bagian dari wilayah kedaulatannya. Hal ini berlangsung hingga kedatangan Raja Kecil yang kemudian mendirikan Kesultanan Siak.<ref name="Andaya2"/>
Dalam [[Syair Perang Siak]], [[Raja
Sebelumnya dari catatan [[Belanda]], dikatakan bahwa pada tahun 1674 telah datang utusan dari [[Johor]] meminta bantuan raja [[Minangkabau]] untuk berperang melawan raja [[Jambi]].<ref>Andaya, L.Y., (1971), ''The Kingdom of Johor, 1641-1728: a study of economic and political developments in the Straits of Malacca''. s.n.</ref> Dalam salah satu versi [[Sulalatus Salatin]], juga menceritakan tentang bagaimana hebatnya serangan [[Kesultanan Jambi|Jambi]] ke Johor (1673),<ref>Samad, A. A., (1979), ''[[Sulalatus Salatin]]'', Dewan Bahasa dan Pustaka.</ref> yang mengakibatkan hancurnya pusat pemerintahan Johor, yang sebelumnya juga telah dihancurkan oleh [[Portugal]] dan [[Kesultanan Aceh|Aceh]].<ref>Borschberg, P., (2004), ''Iberians in the Singapore-Melaka Area and Adjacent Regions (16th to 18th Century)'', Otto Harrassowitz Verlag, ISBN 3-447-05107-8.</ref><ref>Ricklefs, M.C., (2002), ''A History of Modern Indonesia Since C. 1200'', Stanford University Press, ISBN 0-8047-4480-7.</ref> Kemudian berdasarkan surat dari raja [[Jambi]], [[Ingalaga dari Jambi|Sultan Ingalaga]] kepada VOC pada tahun 1694, menyebutkan bahwa Sultan Abdul Jalil hadir menjadi saksi perdamaian dari perselisihan mereka.<ref>NA, VOC 1557, Jambi, 1 April 1694, fols.35-6.</ref>
Pada tahun 1718, Sultan Abdul Jalil berhasil menguasai [[Kesultanan Johor]]<ref name="Andaya2"/> sekaligus mengukuhkan dirinya sebagai Sultan Johor dengan gelar ''Yang Dipertuan Besar Johor''. Namun pada tahun 1722, terjadi pemberontakan yang dipimpin oleh Raja Sulaiman anak Bendahara Johor, yang juga menuntut hak atas
== Masa keemasan ==
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM De Sultan van Siak met rijksgroten in de afdeling Bengalis oostkust van Sumatra TMnr 60012313.jpg|jmpl|250px|Sultan Siak dan Dewan Menterinya serta Kadi Siak pada tahun 1888]]
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Installatie van de Sultan van Siak in 1889 in aanwezigheid van resident Michielsen overste Van der Pol en assistent-resident Schouten Oost-Sumatra TMnr 10001571.jpg|jmpl|250px|Upacara penobatan Sultan Siak pada tahun 1899]]
Dengan klaim sebagai pewaris [[Kesultanan Malaka|Malaka]],<ref name="Barnard">Barnard, T. P., (2003), ''Multiple centres of authority: society and environment in Siak and eastern Sumatra, 1674-1827'', KITLV Press, ISBN 90-6718-219-2.</ref> pada tahun 1724-1726 [[Raja Kecik|Sultan Abdul Jalil]] melakukan perluasan wilayah, dimulai dengan memasukkan [[Rokan]] ke dalam wilayah Kesultanan Siak dan kemudian membangun pertahanan armada laut di [[Bintan]]. Namun, pada
Sementara Raja Kecil terpaksa melepas hegemoninya di Kepulauan Riau dan mulai membangun kekuatan baru di kawasan sepanjang pesisir timur [[Sumatra]]. Antara tahun 1740-1745, Raja Kecil kembali bangkit dan menaklukan beberapa kawasan di
Sepeninggal Raja Kecil pada tahun 1746, klaim atas Johor memudar.
Sekitar tahun 1767, Raja Ismail telah menjadi duplikasi dari Raja Kecil. Didukung oleh [[Orang Laut]], ia terus menunjukan dominasinya di kawasan perairan timur Sumatra, dengan mulai mengontrol perdagangan [[timah]] di [[Pulau Bangka]], kemudian menaklukan [[Mempawah (kota)|Mempawah]] di [[Kalimantan Barat]]. Sebelumnya Raja Ismail juga turut membantu [[Terengganu]] menaklukan [[Kelantan]]
Pada abad ke-18, Kesultanan Siak telah menjadi kekuatan yang dominan di pesisir timur [[Sumatra]]. Tahun 1780, Kesultanan Siak menaklukkan daerah [[Langkat]], dan menjadikan wilayah tersebut dalam pengawasannya,<ref>''Penelitian dan pengkajian naskah kuno daerah Jambi'', Volume 2, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional, Proyek Penelitian dan Pengkajian Kebudayaan Nusantara, 1989</ref> termasuk wilayah [[Deli]] dan [[Serdang]].<ref>Cribb, R. B., Kahin, A., (2004), ''Historical dictionary of Indonesia'', Scarecrow Press, ISBN 0-8108-4935-6.</ref> Di bawah ikatan perjanjian kerja sama dengan VOC, pada tahun 1784 Kesultanan Siak membantu VOC menyerang dan menundukkan [[Selangor]].<ref>Karl Hack, Tobias Rettig, (2006), ''Colonial armies in Southeast Asia'', Routledge, ISBN 0-415-33413-6.</ref> Sebelumnya mereka telah bekerja sama memadamkan pemberontakan [[Raja Haji Fisabilillah]] di [[Pulau Penyengat]].
== Perdagangan ==
[[Berkas:Sultanate of Siak (1850).png|jmpl|kiri|250px|Kesultanan Siak dan taklukannya, 1850.]]
Kesultanan Siak Sri
of Coastal trade and Shipping in the Malay peninsula during the 17th and 18th centuries'', in: Mohd. Yusoff Hashim et al., Kapal dan Harta Karam; Ships and Sunken Treasure, pp. 53-76, Kuala Lumpur: Muzium Malaysia.</ref> Siak menjadi kawasan segitiga perdagangan antara Belanda di Malaka dan Inggris di [[Pulau Pinang]].<ref>''The London general gazetteer, or Geographical dictionary: containing a description of the various countries, kingdoms, states, cities, towns, &c. of the known world'', W. Baynes & Son, 1825.</ref>
Peranan [[Sungai Siak]] sebagai bagian kawasan inti dari kerajaan ini, berpengaruh besar terhadap kemajuan perekonomian Siak Sri
Dominasi Kesultanan Siak terhadap wilayah pesisir pantai timur Sumatra dan Semenanjung Malaya cukup signifikan. Mereka mampu menggantikan pengaruh Johor sebelumnya atas penguasaan jalur perdagangan. Selain itu, Kesultanan Siak juga muncul sebagai pemegang kunci ke dataran tinggi Minangkabau, melalui tiga sungai utama yaitu [[Sungai Siak|Siak]], [[Sungai Kampar|Kampar]], dan [[Batang Kuantan|Kuantan]], yang mana sebelumnya telah menjadi kunci bagi kejayaan [[Kesultanan Malaka|Malaka]]. Namun demikian, kemajuan perekonomian Siak memudar seiring dengan munculnya gejolak di pedalaman Minangkabau yang dikenal dengan [[Perang Padri]].<ref name="Anthony">Reid, A., (2005), ''Asal mula konflik Aceh: dari perebutan pantai Timur Sumatra hingga akhir kerajaan Aceh abad ke-19'', Yayasan Obor Indonesia, ISBN 979-461-534-X.</ref>
== Penurunan ==
[[Berkas:Native States of Central Sumatra.png|jmpl|kiri|250px|Wilayah ''[[zelfbestuur]]'' di Sumatra Tengah, termasuk Siak, 1941.]]
Ekspansi kolonialisasi [[Belanda]] ke kawasan timur [[Pulau Sumatra]] tidak mampu dihadang oleh Kesultanan Siak, dimulai dengan lepasnya [[Kesultanan Deli]], [[Kesultanan Asahan]], [[Kesultanan Langkat]], dan kemudian muncul
Penguasaan [[Inggris]] atas Selat Melaka, mendorong Sultan Siak pada tahun 1840 untuk menerima tawaran perjanjian baru mengganti perjanjian yang telah mereka buat sebelumnya pada tahun 1819. Perjanjian ini menjadikan wilayah Kesultanan Siak semakin kecil dan terjepit antara wilayah kerajaan kecil lainnya yang mendapat perlindungan dari Inggris.<ref>Locher-Scholten, E., (2004), ''Sumatran Sultanate and Colonial State: Jambi and the Rise of Dutch Imperialism, 1830-1907'', SEAP Publications, ISBN 0-87727-736-2.</ref> Demikian juga pihak Belanda menjadikan kawasan Siak sebagai salah satu bagian dari pemerintahan Hindia Belanda,<ref>Dick, H.W., (2002), ''The Emergence of a National Economy: An Economic History of Indonesia, 1800-2000'', University of Hawaii Press, ISBN 0-8248-2552-7.</ref> setelah memaksa Sultan Siak menandatangani perjanjian pada [[1 Februari]] [[1858]].<ref name="Anthony"/><ref>Panhuys, H. F., (1978), ''International Law in the Netherlands'', BRILL, ISBN 90-286-0108-2.</ref> Dari perjanjian tersebut Siak Sri
Perubahan peta politik atas penguasaan jalur [[Selat Malaka]], kemudian adanya pertikaian internal Siak dan persaingan dengan [[Inggris]] dan [[Belanda]], melemahkan pengaruh hegemoni Kesultanan Siak atas wilayah-wilayah yang pernah dikuasainya.<ref>Milner, A. C., (1982), ''Kerajaan: Malay political culture on the eve of colonial rule'', University of Arizona Press, ISBN 0-8165-0772-4.</ref> Tarik ulur kepentingan kekuatan asing terlihat pada [[Perjanjian Sumatra]] antara pihak Inggris dan Belanda, menjadikan Siak berada pada posisi yang dilematis, berada dalam posisi tawar yang lemah.<ref>http://www.fco.gov.uk [http://web.archive.org/web/20120927180810/http://www.fco.gov.uk/en/treaties/treaties-landing/records/08400/08422 Treaty] (diakses pada 26 April 2012)</ref> Kemudian berdasarkan perjanjian pada [[26 Juli]] [[1873]], pemerintah Hindia Belanda memaksa Sultan Siak, untuk menyerahkan wilayah Bengkalis kepada Residen Riau.<ref name="Wolters">Wolters, O. W., (1999), ''History, Culture, and Region in Southeast Asian Perspectives'', SEAP Publications, ISBN 0-87727-725-7.</ref> Namun, di tengah tekanan tersebut, Kesultanan Siak masih tetap bertahan sampai kemerdekaan [[Indonesia]],<ref name="Samin"/> walau pada masa pendudukan tentara [[Jepang]] sebagian besar kekuatan militer Kesultanan Siak sudah tidak berarti lagi.{{citation needed}}
=== Bergabung dengan Indonesia ===
Baris 96 ⟶ 95:
== Struktur pemerintahan ==
Sebagai bagian dari rantau Minangkabau, sistem pemerintahan Kesultanan Siak mengikuti model [[Kerajaan Pagaruyung]]. Setelah posisi Sultan, terdapat ''Dewan Menteri'' yang mirip dengan kedudukan ''[[Basa Ampek Balai]]'' di Pagaruyung. Dewan Menteri ini memiliki kekuasaan untuk memilih dan mengangkat [[Sultan Siak]], sama dengan ''Undang Yang Ampat'' di [[Negeri Sembilan]].<ref>Martin, L., (1889), ''The Negri Sembilan: their origin and constitution'', Singapore, Foreign and Commonwealth Office Collection.</ref> Dewan Menteri bersama dengan Sultan, menetapkan undang-undang serta peraturan bagi masyarakatnya.<ref name="Luthfi"/><ref name="Sejarah"/> Dewan menteri ini terdiri dari:
# Datuk Tanah Datar
# Datuk
# Datuk Kampar
# Datuk Pesisir
Seiring dengan perkembangan zaman, Siak Sri
Dalam pelaksanaan masalah pengadilan umum di Kesultanan Siak diselesaikan melalui ''Balai Kerapatan Tinggi'' yang dipimpin oleh Sultan Siak, Dewan Menteri dan dibantu oleh ''Kadi Siak'' serta ''Controleur Siak'' sebagai anggota. Selanjutnya, beberapa nama jabatan lainnya dalam pemerintahan Siak antara lain ''Pangiran Wira Negara'', ''Biduanda Pahlawan'', ''Biduanda Perkasa'', ''Opas Polisi''. Kemudian terdapat juga ''warga dalam'' yang bertanggung jawab terhadap ''harta-harta'' disebut dengan ''Kerukuan Setia Raja'', serta ''Bendahari Sriwa Raja'' yang bertanggung jawab terhadap pusaka kerajaan.<ref name="Barnard4">Barnard, T.P., ''Rules for Rulers: Obscure Texts, Authority, and Policing in Two Malay States'', Journal of Southeast Asian Studies, Vol. 32, No. 2 (Jun., 2001), pp. 211-225.</ref>
Dalam administrasi pemerintahannya Kesultanan Siak membagi kawasannya atas ''hulu'' dan ''hilir'', masing-masing terdiri dari beberapa kawasan dalam bentuk [[distrik]]<ref name="Wolters"/> yang dipimpin oleh seseorang yang bergelar [[Datuk]] atau [[Tuanku]] atau [[Yang Dipertuan]] dan bertanggungjawab kepada Sultan Siak yang juga bergelar ''[[Yang Dipertuan Besar]]''. Pengaruh [[Islam]] dan keturunan [[Bugis dan Arab]] mewarnai Kesultanan Siak,<ref>Dobbin, C. E., (1983), ''Islamic revivalism in a changing peasant economy: central Sumatra, 1784-1847'', Curzon Press, ISBN 0-7007-0155-9.</ref> salah satunya keturunan ''Al-Jufri'' yang bergelar ''Bendahara Patapahan''.<ref>L.W.C. van de Berg, ''Le Hadramouth et les colonies Arabes dans l'archipel Indien'', Batavia:Imprimerie du gouvernement, 1886.</ref>
Pada kawasan tertentu, ditunjuk ''Kepala
== Pembagian Administrasi ==
Menurut ''Bab Al-Qawa'id''<ref name="Junus, H. 2016" />, kitab hukum kesultanan Siak, wilayah administrasi kesultanan dibagi ke dalam 10 propinsi, setiap propinsi dipimpin oleh hakim polisi yang memiliki gelar masing-masing. Untuk urusan keagamaan, tiap
=== Propinsi Negeri Siak ===
* Hakim
Tengku Besar yang terkenal adalah Sayyid Sagaf, sepupu [[Syarif Kasim II dari Siak|Sultan Syarif Kasim II]] yang ditunjuk sebagai wali sultan ''(regent)'' bertugas menjalankan pemerintahan semasa sultan menempuh pendidikan di [[Batavia]] dan belum diresmikan sebagai sultan.<ref>Jamil, OK. NIzami (2014), ''Tahtaku untuk Negeriku Indonesia'', Lembaga Warisan Budaya Melayu Riau.</ref>
* Hakim Syari'ah
* Batas-batas negeri:
=== Propinsi Negeri Tebing Tinggi ===
* Hakim
* Hakim
* Batas-batas negeri: Sebesar-besar Pulau Rantau
=== Propinsi Negeri Merbau ===
* Hakim
* Hakim
* Batas-batas negeri:
=== Propinsi Negeri Bukit Batu ===
* Hakim
* Hakim
* Batas-batas negeri: Dari Tanjung Pematang Duku
=== Propinsi Negeri Bangko ===
* Hakim
* Hakim
Salah satu Imam Bangko yang dikenal bernama Imam Abdullah.<ref name=":2">Luthfi, Amir (1991), ''Hukum dan Perubahan Struktur Kekuasaan: Pelaksanaan Hukum Islam dalm Kesultanan Melayu Siak 1901 - 1942'', Susqa Press.</ref>
* Batas-batas negeri:
=== Propinsi Negeri Tanah Putih ===
* Hakim
* Hakim
*Batas-batas negeri: Dari Tanjung Segerak mengikuti [[Sungai Rokan]] sebelah kanan mudik lalu masuk ke [[Sungai Rokan Kiri|Sungai Rokan kiri]] sampai ke Pasir Rumput watasan dengan Kunto di Kota Intan dan dari sungai Sarang Lang mengikuti [[Sungai Rokan]] sebelah kiri mudik lalu masuk ke Batang Komo sampai ke Muara Batang Buruk watasan dengan [[Kerajaan Tambusai|Tambusai]] dan lalu masuk ke Sungai Rokan sampai ke Air Mendah watasan negeri Kepenuhan dan lagi masuk ke sungai Rayung sampai bertemu watasan Batin Delapan Sakai dan Pulau kecil-kecil mana yang masuk dalam kerajaan Siak Sri Indrapura yang dekat situ dan ditarik satu garis dari Tanjung Segerak terus ke hulu sungai Dayun dan terus ke hulu sungai Sepengambat dan terus ke hulu Sungai Mahna sehingga sungai Kuning dan lalu menikam Batang Buruk dan Langkuas berwatas dengan Tambusai.
=== Propinsi Negeri Kubu ===
* Hakim
* Hakim
*Batas-batas negeri: Dari sungai Dua Pekaitan mengikut Tanah Besar lalu sampai ke Telaga Tergenang watasan dengan Negeri Panai ke daratan sampai ke hulu watasan dengan Negeri Kota Pinang dan [[Pulau Jemur]] dan Pulau Tokang Sumbang dan Pulau Lalang Besar dan Pulau Lalang Kecil dan Pulau kecil-kecil mana yang masuk dalam kerajaan Siak Sri Indrapura yang dekat situ dan ditarik satu garis dari Telaga Tergenang melalui Berubul menuju hulu sungai Dayun yang di dalam Batang Komo watasan dengan Tanah Poetih.
=== Propinsi Negeri Pekanbaru ===
* Hakim
* Hakim
*Batas-batas negeri: Dari Sungai Lukut mengikut sebelah kanan mudik [[Sungai Siak]] sampai Kuala Tapung Kanan dan dari Sungai Pendanau sebelah kiri mudik [[Sungai Siak]] sampai ke Kuala Tapung Kiri dan naik ke darat lalu ke [[Teratak Buluh, Siak Hulu, Kampar|Teratak Buluh]] dan ketiga kampung yaitu [[Lubuk Siam, Siak Hulu, Kampar|Lubuk Siam]] [[Buluh Cina, Siak Hulu, Kampar|Buluh Cina]] dan [[Buluh Nipis, Siak Hulu, Kampar|Buluh Nipis]] sehingga sampai ke Tanjung Muara Saka watasan dengan [[Kabupaten Pelalawan|Pulau Lawan]] dan sampai ke Permatang Mangkinang watasan Kampar Kiri di [[Kerajaan Kampar Kiri|Negeri Gunung Sahilan]] dan sampai ke Sungai Air Gemuruh Tanjung Pancuran Batang watasan dengan Negeri Tambang dan sebelah darat sampai berwatasan dengan Negeri Kampar Kanan dan Lima Kota.
=== Propinsi Negeri Tapung
* Hakim
* Hakim
*Batas-batas negeri: Dari Kuala Tapung Kiri mudik ke hulunya sampai ke bukit Suliki watasan dengan Sri Paduka Gubernemen Pesisir Barat dan lalu naik ke darat sampai watasan dengan negeri Kampar Kanan dan Lima Kota dan sampai watasan dengan Empat Kota Rokan Kiri dan sampai watasan dengan negeri Tapung Kanan.
=== Propinsi Negeri Tapung
* Hakim
* Hakim
*Batas-batas negeri: Dari Kuala Tapung Kanan sampai ke Bukit Suliki watasan dengan Sri Paduka Gubernemen Pesisir Barat sampai watasan dengan Empat Kota Rokan Kiri dan sampai watasan dengan negeri Kunto dan sampai watasan dengan Batin Delapan Sakai dan sampai watasan dengan negeri Tapung Kiri sampai watasan dengan Tanah Mandau Batin Lima Sakai.
== Daftar Nama-Nama Sultan Siak Sri Indrapura ==
{| class="wikitable sortable" border="1" width="90%"
Baris 174 ⟶ 177:
|-
|1
|1723-
|[[Raja Kecil|Sultan Abdul Jalil Rahmat Syah I]]<ref name="Tijdschrift1862">{{nl}} {{cite book|pages=113|url=http://books.google.co.id/books?id=A0pJAAAAMAAJ&dq=pangeran%20agoeng&pg=PA113#v=onepage&q=pangeran%20agoeng&f=true|title=Tijdschrift voor Indische taal-, land-, en volkenkunde|volume=11|author=Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen, Lembaga Kebudajaan Indonesia|publisher=Lange & Co.|year=1862}}</ref><br />Raja
▲[[Raja Kecil|Sultan Abdul Jalil Rahmat Syah I]]<ref name="Tijdschrift1862">{{nl}} {{cite book|pages=113|url=http://books.google.co.id/books?id=A0pJAAAAMAAJ&dq=pangeran%20agoeng&pg=PA113#v=onepage&q=pangeran%20agoeng&f=true|title=Tijdschrift voor Indische taal-, land-, en volkenkunde|volume=11|author=Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen, Lembaga Kebudajaan Indonesia|publisher=Lange & Co.|year=1862}}</ref><br />Raja Kecik
|Mengklaim tahta Johor<br />Mendirikan kesultanan Siak di [[Buantan Besar, Siak, Siak|Buantan]]
|-
|2
|
|[[Muhammad dari Siak|Sultan Muhammad Abdul Jalil Muzaffar Syah]]<br />Raja
|Putra dari no. 1<br /> Memindahkan pusat pemerintahan ke [[Mempura, Siak|Mempura]]**
|-
|3
|1760-1761
|[[Ismail dari Siak|Sultan Ismail Abdul Jalil Jalaluddin Syah]] <br />
|Putra dari no. 2<br />Dipaksa VOC turun tahta, kemudian berkelana selama 18 tahun*
|-
|4
|1761-1766
|[[Alamuddin dari Siak|Sultan Abdul Jalil Alamuddin Riayat Syah]]<br />
|Putra no. 1, saudara no. 2<br />Merebut kekuasaan dari Sultan Ismail dengan bantuan Belanda<br />Memindahkan ibu kota ke [[Senapelan, Pekanbaru|Senapelan]]
|-
|5
|1766-1779
|[[Muhammad Ali dari Siak|Sultan Muhammad Ali Abdul Jalil Muazzam Syah]]<br />
|Putra no. 4<br />[[Johor]] telah menjadi bagian dari Siak Sri
Mendirikan Kota [[Kota Pekanbaru|Pekanbaru]]
|-
|
|1779-1781
|[[Ismail dari Siak|Sultan Abdul Jalil Rahmat Syah II]]<br />
|Kembali berkuasa untuk kedua kali setelah menggeser Muhammad Ali
|-
|6
|1781-
|[[Yahya dari Siak|Sultan Yahya Abdul Jalil Muzaffar Syah]]<br />
|Putra no. 3<br />Pada tanggal 1 - 8 - 1782 membuat perjanjian dengan VOC dalam berperang melawan [[Inggris]]<br />Dikudeta oleh no. 7 kemudian menyingkir ke [[Kampar]] kemudian [[Terengganu]]<br />Meninggal dunia tahun 1791 dan dimakamkan di Tanjung Pati (Che Lijah, Dungun, [[Terengganu]], [[Malaysia]])
|-
|7
|
|[[Sayyid Ali dari Siak|Sultan
|Putra
|-
|8
|1811-1827
|[[Sayyid Ibrahim dari Siak|Sultan
|Putra no. 7<br />Membuat perjanjian kerja sama dengan Inggris tanggal 31 Agustus 1818.<br /> Kemudian dengan Belanda tahun 1822<br /> Pengaruh dari [[Perjanjian London tahun 1824]], beberapa wilayah Siak lepas dan menjadi bagian dari kolonialisasi antara Inggris dan Belanda.<br />[[Johor]] lepas dari Siak, berada dalam pengawasan Inggris.<br />[[Pulau Lingga]] menjadi wilayah pengawasan Belanda.
|-
|9
|1827-1864
|[[Sayyid Ismail dari Siak|Sultan]]
|Cucu Sayyid Ahmad (adik no. 7)<br />Mangkubumi Sayyid al-Syarif Jalaluddin 'Ali Ba' Alawi<ref>Or. 2242 IV, Surat Sultan Siak kepada Belanda tanggal 22 Ramadhan 1248 (22 Februari 1833)</ref><br />Menerima perjanjian baru dengan Inggris tahun 1840.<br />Tahun 1864 dipaksa Belanda turun tahta.
|-
|10
|1864-1889
|[[Syarif Kasim I dari Siak|Sultan]]
|Saudara no.9<br />Pengangkatannya mesti disetujui oleh Ratu Belanda, Belanda menempatkan ''controleur'' di Siak<br />
Diperebutkan oleh Inggris dan Belanda dalam [[Perjanjian Sumatra]]
Baris 232 ⟶ 235:
|11
|1889-1908
|[[Syarif Hasyim dari Siak|Yang Dipertuan Besar]]
|Putra no. 10<br />Menerbitkan ''Bab Al-Qawa'id'' kitab undang-undang resmi negara<br />Meresmikan Istana Siak Sri
|-
|12
|
|[[Syarif Kasim II dari Siak|Yang Dipertuan Besar]]
|Putra no. 11<br />Menyerahkan kerajaannya pada pemerintah [[Republik Indonesia]]
|-▼
|}
== Warisan sejarah ==
Siak Sri
== Galeri Bendera ==
Baris 275 ⟶ 276:
== Pranala luar ==
{{commons cat|Sultans of Siak}}
* {{en}} [
▲* {{en}} [http://web.archive.org/web/20030314092148/http://www.uq.net.au/~zzhsoszy/states/indonesia/siak.html Kesultanan Siak di University of Queensland]
{{Kerajaan di Sumatra}}
{{Authority control}}
[[Kategori:Kerajaan di Nusantara|Siak]]
|