Berita bohong: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k →Pengertian: menambahkan titik di akhir paragraf. |
|||
(80 revisi perantara oleh 46 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 2:
{{original research|date=Oktober 2018}}
{{refimprove|date=Oktober 2018}}
[[Berkas:Hoaks.jpg|al=hoaks|jmpl|381x381px]]'''
== Pengertian ==
Menurut [[Kamus Besar Bahasa Indonesia|KBBI]], Hoaks mengandung makna
Journal of Economic Perspectives Vol 31, No. 2, Spring 2017.</ref>
== Sejarah ==
[[Berkas:Lift Off (5757968535).jpg|jmpl|Piring terbang palsu]]
Meski baru mengambil peran utama dalam panggung diskusi publik Indonesia di beberapa dekade terakhir ini, hoaks sebetulnya punya akar sejarah yang panjang.<ref>{{Cite news|title=Sejarah Hoaks dan Andilnya dari Masa ke Masa|url=https://kumparan.com/kumparantech/sejarah-hoaks-dan-andilnya-dari-masa-ke-masa|work=[[Kumparan (situs web)|Kumparan]]|language=id-ID|access-date=2021-12-01|last=Tio}}</ref>
Terdapat 2 versi terkait dengan sejarah hoaks. Pertama yang dicatat pada [[1661]]. Kasus tersebut adalah soal ''[[Drummer of Tedworth]]'', yang berkisah soal [[John Mompesson]] -seorang tuan tanah- yang dihantui oleh suara-suara drum setiap malam di rumahnya.<ref>{{Cite web|last=Zumar Hakiki|date=19 Juni 2020|title=Sejarah HOAX atau Berita Bohong|url=https://coganews.co.id/2020/06/19/sejarah-hoax-atau-berita-bohong/|website=Informasi Terkini Berita Sumatera Selatan|language=|access-date=1 Desember 2021}}</ref> Ia mendapat nasib tersebut setelah ia menuntut William Drury - seorang drummer band gipsy- dan berhasil memenangkan perkara. Mompesson menuduh Drury melakukan guna-guna terhadap rumahnya karena dendam akibat kekalahannya di pengadilan. Singkat cerita, seorang penulis bernama [[Granville Stanley Hall|Glanvill]] mendengar kisah tersebut. Ia mendatangi rumah tersebut dan mengaku mendengar suara-suara yang sama. Ia kemudian menceritakannya ke dalam tiga buku cerita yang diakunya berasal dari kisah nyata. Kehebohan dan keseraman ''[[local horror story]]'' tersebut berhasil menaikkan penjualan buku Glancill. Namun, pada buku ketiga Glanvill mengakui bahwa suara-suara tersebut hanyalah trik dan apa yang ceritakan adalah bohong belaka.<ref name=":1" />
Ada juga kisah soal Benjamin Franklin yang pada tahun 1745 lewat harian Pennsylvania Gazette mengungkap adanya sebuah benda bernama “Batu China” yang dapat mengobati rabies, kanker, dan penyakit-penyakit lainnya.<ref>{{Cite news|last=Junita|first=Nancy|date=14 Januari 2017|title=Ini Sejarah Hoax dari Masa ke Masa|url=https://teknologi.bisnis.com/read/20170114/105/619451/ini-sejarah-hoax-dari-masa-ke-masa|work=[[Bisnis Indonesia|Bisnis.com]]|language=|access-date=1 Desember 2021|editor-last=Herlinda|editor-first=Wike Dita}}</ref> Sayangnya, nama Benjamin Franklin saat itu membuat standar verifikasi kedokteran tidak dilakukan sebagaimana standar semestinya.Meski begitu, ternyata batu yang dimaksud hanyalah terbuat dari tanduk rusa biasa yang tak memiliki fungsi medis apapun. Hal tersebut diketahui oleh salah seorang pembaca harian [[Pennsylvania Gazette]] yang membuktikan tulisan [[Benjamin Franklin]] tersebut. Hoaks-hoaks senada beberapa kali terjadi sampai adanya Badan Makanan dan Obat-obatan Amerika Serikat pada awal abad 20.<ref name=":1" />
Meskipun demikian, kata hoaks sendiri baru mulai digunakan sekitar tahun 1808. Kata tersebut dipercaya datang dari ''hocus'' yang berarti untuk mengelabui. Kata-kata ''hocus'' sendiri merupakan penyingkatan dari ''[[hocus pocus]]'', semacam mantra yang kerap digunakan dalam pertunjukan sulap saat akan terjadi sebuah ''[[Punchline (film)|punch line]]'' dalam pertunjukan mereka di panggung.<ref name=":1">{{Cite
Kedua, catatan historis "[[Great Moon Hoax]] ”tahun [[1835]], di mana [[The New York Sun|New York Sun]] menerbitkan serangkaian artikel tentang penemuan kehidupan di bulan. Contoh yang lebih baru adalah [[2006]] “[[Flemish Secession Hoax]]", di mana stasiun televisi publik [[Belgia]] melaporkan bahwa Parlemen Flemish telah mendeklarasikan kemerdekaan dari Belgia, sebuah laporan bahwa yang membuat sejumlah besar penonton menjadi salah paham.<ref name=":0" />
Hingga kini, eksistensi hoaks terus meningkat. Dari kabar palsu seperti entitas raksasa seperti [[Loch Ness]], [[Tembok Besar Tiongkok|tembok China]] yang terlihat dari luar angkasa, hingga ribuan hoaks yang bertebaran di pemilihan umum [[presiden Amerika Serikat]] pada tahun [[2016]]. Semua hoaks tersebut punya tujuan masing-masing, dari sesederhana publisitas diri hingga tujuan yang amat genting seperti politik praktis sebuah negara adidaya.<ref name=":1" />
Kemunculan internet semakin memperparah sirkulasi hoaks di dunia. Sama seperti [[meme]], keberadaannya sangat mudah menyebar lewat media-media sosial. Apalagi biasanya konten hoaks memiliki isu yang tengah ramai di masyarakat dan menghebohkan, yang membuatnya sangat mudah memancing orang membagikannya.<ref name=":1" />
[[Daftar Menteri Komunikasi dan Informatika Indonesia|Menteri Komunikasi dan Informatika]] pernah mengungkapkan bahwa hoaks dan media sosial seperti ''[[vicious circle]]'', atau lingkaran setan. Dari situ langkah pencegahan mulai gencar dilakukan. Termasuk oleh [[Facebook]] dan [[Twitter]] sebagai pemilik platform yang membuat tim khusus untuk meminimalisasi keberadaannya. Ditambah lagi dengan kemunculan media abal-abal yang sama sekali tak menerapkan standar jurnalisme. Peran media profesional yang seharusnya membawa kecerahan dalam sebuah persoalan yang simpang siur di masyarakat semakin lama semakin tergerus.<ref name=":1" />
== Jenis misinformasi dan disinformasi ==
[[Berkas:Disinformation vs Misinformation.
===
[[
=== Konten menyesatkan ===
Konten yang menyesatkan atau ''misleading content'', di dalamnya biasanya ada penggunaan informasi yang sesat untuk membingkai sebuah isu atau individu. ''Misleading content'' dibentuk dengan cara memanfaatkan informasi asli, seperti gambar, pernyataan resmi, atau statistik, akan tetapi diedit sedemikian rupa sehingga tidak memiliki hubungan dengan konteks aslinya.<ref name=":2">{{Cite
=== Konten tiruan ===
Konten tiruan atau ''Imposter content'' adalah ketika sebuah sumber asli ditiru atau diubah untuk mengaburkan fakta sebenarnya. Konten palsu ini juga bisa berbentuk konten tiruan dengan cara mendompleng ketenaran suatu pihak atau lembaga.<ref name=":2" />
=== Konten Palsu ===
Konten palsu berupa konten baru yang 100% salah dan secara sengaja dibuat, didesain untuk menipu serta merugikan.<ref name=":2" />
=== Keterkaitan yang Salah ===
Keterkaitan yang Salah, atau ''False connection'' Ini adalah ketika judul, gambar, atau keterangan tidak mendukung konten atau tidak terikat antara satu dengan yang lainnya. Ciri paling gamblang dalam mengamati konten jenis ini adalah ditemukannya judul yang berbeda dengan isi berita. Konten jenis ini biasanya diunggah demi memperoleh keuntungan berupa profit atau publikasi berlebih dari konten sensasional.<ref name=":2" />
=== Konten yang Salah ===
Konten yang Salah atau ''False context'', ketika konten yang asli dipadankan atau dikait-kaitkan dengan konteks informasi yang salah.<ref name=":2" />
=== Konten yang Dimanipulasi ===
Konten yang Dimanipulasi atau ''Manipulated content'' ketika informasi atau gambar yang asli sengaja dimanipulasi untuk menipu.<ref>{{Cite web|url=https://firstdraftnews.org/fake-news-complicated/|title=Fake news. It's complicated.|website=firstdraftnews.org|language=en-US|access-date=2018-11-09}}</ref>
===
Berita yang bermuatan unsur 'dugaan' termasuk dalam jenis rumor yang tidak berdsar bukti konkrit, namun lebih pada penilaian atau opini subjektif yang '''diduga''' sebagai fakta. Umumnya konten ini bermuatan gosip, tuduhan hingga fitnah kepada seseorang atau kelompok tertentu. Konten dugaan juga memiliki ciri berakhiran tanda tanya, (semisal ''Tokoh X adalah seorang Y?'') bertujuan memberi informasi yang tidak pasti dan tanpa validitas sehingga justru menyebabkan publik bertanya-tanya.
== Jenis konten<ref>{{Cite book|last=Hidayah|first=Nuril|last2=Suryani|first2=Cahyani|last3=Dewi Wasdiana|first3=Mizati|date=2018-09-30|url=https://www.mafindo.or.id/wp-content/uploads/2020/06/Final_Media-Release_Mapping-Hoaks-Juli-September-2018-1.pdf|title=Pemetaan Hoaks Di Indonesia|publisher=Mafindo|pages=4|url-status=live}}</ref> ==
* [[Agama]], konten yang memuat segala hal yang berkaitan dengan ajaran, sistem yang mengatur tata keimanan dan peribadatan kepada Tuhan yang maha Kuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dan manusia serta lingkungannya.
* [[Politik]], konten yang memuat segala hal yang berhubungan dengan penyelenggaraan negara, pembagian kekuasaan, berupa kebijakan atau cara-cara mempertahankan kekuasaan.
Baris 64 ⟶ 67:
* [[Lain-lain]], konten lain yang tidak termasuk dalam kesepuluh kategori tersebut.
== Alat<ref>{{Cite book|last=Hidayah|first=Nuril|last2=Suryani|first2=Cahya|last3=Mizati Dewi|first3=Wasdiana|date=2018-09-30|url=https://www.mafindo.or.id/wp-content/uploads/2020/06/Final_Media-Release_Mapping-Hoaks-Juli-September-2018-1.pdf|title=Pemetaan Hoax Di Indonesia|publisher=Mafindo|pages=5|url-status=live}}</ref> ==
* [[Narasi]], biasanya digunakan untuk menggambarkan runtutan peristiwa seperti seolah-olah benar adanya. Narasi yang dibangun lebih kepada hal-hal yang bersifat membesar-
* Gambar atau [[foto]], biasanya digunakan untuk menambah keyakinan pada pembaca akan berita bohong yang dibuat. Biasanya gambar atau foto yang digunakan tidak ada keterkaitan dengan peristiwa yang terjadi atau telah di edit sedemikian rupa.
* [[Video]], biasanya digunakan untuk menggambarkan peristiwa yang terjadi secara lebih nyata. Biasanya video yang digunakan tidak ada keterkaitan dengan peristiwa yang terjadi hingga telah di edit sedemikian rupa.
Baris 72 ⟶ 75:
== Alasan hoaks tetap ada ==
Berbagai cara telah dilakukan, baik oleh pemerintah maupun masyarakat yang peduli dengan maraknya hoaks di kehidupan masyarakat. Pemerintah misalnya telah membuat pagar hukum dengan menyetujui lahirnya Undang-undang Informasi dan Transaksi Elektonik, memblokir situs-situs yang menyebarkan hoaks, menangkap sindikat penyebar hoaks hingga membentuk lembaga siberkreasi yang berfokus dalam menangani hoaks. Tidak hanya itu, masyarakat juga turut serta dalam menekan peredaran hoaks dengan memberikan klarifikasi terhadap hoaks. Diantaranya adalah Mafindo (Masyarakat Anti Fitnah Indonesia) yang secara aktif dan peduli memberikan klarifikasi akan hoaks hingga melakukan literasi media, baik dikalangan masyarakat hingga jurnalis.<ref>{{Cite web|title=Website Dinas Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau - Cegah Hoax : Ingat Selalu, Saring sebelum Sharing!|url=https://dinkes.kepriprov.go.id/index.php/9-berita/571-cegah-hoax-ingat-selalu-saring-sebelum-sharing|website=dinkes.kepriprov.go.id|access-date=2021-12-01}}</ref> Lantas muncul pertanyaan, sebenarya faktor apa saja yang mempengaruhi hoaks masih terus ada dan berkembang. Berikut beberapa alasan hoaks tetap ada.
* [[Jurnalisme]] yang lemah, jurnalisme yang lemah membuat konten hoaks terus berkembang karena tidak terbiasa dengan proses [[verifikasi]], cek dan recheck. Peran media profesional yang seharusnya membawa kecerahan dalam sebuah persoalan yang simpang siur di masyarakat semakin lama semakin tergerus.<ref>{{Cite web|last=Prasetya Utomo|first=Wisnu|date=2017-02-01|title=Jurnalisme Memproduksi Hoax - Remotivi|url=https://www.remotivi.or.id/mediapedia/356/jurnalisme-memproduksi-hoax|website=remotivi|language=id|access-date=2021-11-26}}</ref>
* [[Ekonomi]], Faktor ekonomi yang lemah membuat peredaran hoak terus ada. Bagaimana tidak, dengan memproduksi hoaks atau mengarang berita seseorang bisa mendapatkan penghasilan yang dapat mendokrak ekonominya.
* [[Internet]], kemunculan internet semakin memperparah sirkulasi hoaks di dunia. Sama seperti [[meme]], keberadaannya sangat mudah menyebar lewat media-[[media sosial]]. Apalagi biasanya konten hoaks memiliki isu yang tengah ramai di masyarakat dan menghebohkan, yang membuatnya sangat mudah memancing orang membagikannya.<ref>{{Cite news|last=Anjar Sawitri|first=Angelina|date=2017-01-22|title=4 Penyebab Hoax Mudah Viral di Media Sosial|url=https://nasional.tempo.co/read/838621/4-penyebab-hoax-mudah-viral-di-media-sosial|work=[[Tempo.co]]|access-date=2021-11-26|editor-last=Baiduri|editor-first=MC Nieke Indrietta|language=id}}</ref>
* Munculnya [[media abal-abal]], kemunculan media abal-abal sama sekali tak menerapkan standar [[jurnalisme]]. Keadaan ini tentu semakin memperburuk kualitas informasi yang tersebar di masyarakat.<ref>{{Cite web|last=Rahadi|first=Fernan|date=2017-01-13|title=Masyarakat Diminta Waspadai Media Penyebar Hoax|url=https://republika.co.id/berita/nasional/umum/17/01/13/ojpsij291-masyarakat-diminta-waspadai-media-penyebar-hoax|website=Republika Online|language=id|access-date=2021-11-26}}</ref>
* [[Pendidikan]], rendahnya kualitas pendidikan membuat seseorang tidak bisa menyaring informasi yang diterimanya apalagi mencoba untuk bertindak kritis dengan membandingkan setiap informasi yang diterimannya dengan informasi yang ada di berbagai media mainstream.<ref name=":3">{{Cite news|last=Debora|first=Yantina|date=2017-05-01|title=Literasi Rendah Sebabkan Masyarakat Mudah Percaya Hoax|url=https://tirto.id/literasi-rendah-sebabkan-masyarakat-mudah-percaya-hoax-cnQa|work=[[Tirto|Tirto.id]]|language=id|access-date=2021-11-26}}</ref>
* [[Literasi media]] yang rendah, rendahnya literasi media membuat seseorang cenderung mempercayai sebuah informasi yang diterima, didapatkannya tanpa melakukan [[verifikasi]]. Rendahnya literasi media membuat seseorang cenderung untuk membagikan setiap [[informasi]] yang dapatkannya kepada orang lain tanpa mengetahui kebenaran dari sebuah informasi tersebut.<ref name=":3" />
== Produsen hoaks ==
Semua orang berpotensi sebagai pembuat hoaks. Hoaks terkait dengan apa saja yang tidak benar adanya, tetapi dijual sebagai sebuah kebenaran dengan tujuan tertentu. Namun, ada beberapa kasus yang menujukkan bahwa hoaks diproduksi oleh beberapa kalangan seperti [[Saracen (Indonesia)|Saracen]] dan ''[
Diketahui, Sindikat [[Saracen (Indonesia)|Saracen]] diketahui memiliki ribuan akun. Mereka juga berbagi tugas untuk mengunggah konten pro dan kontra terhadap suatu isu. "Misalnya kurang lebih 2.000 akun itu dia membuat [[meme]] menjelek-jelekkan [[Islam]], ribuan lagi kurang lebih hampir 2.000 juga menjelek-jelekkan [[Kristen]]. Itu yang kemudian tergantung pemesanan.<ref>{{Cite news|last=Habibie|first=Nur|date=2017-08-23|title=Punya 2.000 akun, Saracen pasang tarif puluhan juta sebar konten kebencian|url=https://www.merdeka.com/peristiwa/punya-2000-akun-saracen-pasang-tarif-puluhan-juta-sebar-konten-kebencian.html|work=[[Merdeka.com]]|language=id|access-date=2021-11-26|editor-last=Fadil|editor-first=Iqbal}}</ref>
Terkait masalah pemesanan itu, [[polisi]] menemukan ada salah satu proposal yang menawarkan senilai Rp 75 juta sampai Rp 100 juta. Meskipun demikian, [[polisi]] masih belum bisa memastikan harga pasti per proposal. Apalagi polisi masih terus menggali siapa saja yang pernah membeli jasa [[Saracen (Indonesia)|Saracen]] untuk menebar kebencian dan [[SARA]].<ref>{{Cite news|url=https://www.liputan6.com/news/read/3326941/kelompok-penyebar-hoax-mca-dan-saracen-serupa-tapi-tak-sama|title=Kelompok Penyebar Hoax MCA dan Saracen, Serupa tapi Tak Sama|last=
Dari pengungkapan tersebut, kita dapat menyimpulkan bahwa hoaks dipesan oleh sekelompok orang dengan beragam kepentingan
== Penyebab orang percaya berita bohong ==
Menurut dr. Gina Inindyajati, SP.Kj setidaknya ada tiga faktor yang menyebabkan orang mudah mempercayai berita hoax:<ref>{{Cite web|last=Ika Suryani|first=Syarif|date=2021-06-29|title=Faktor-Faktor Orang Percaya Hoaks dan Dampaknya|url=https://www.suarasurabaya.net/kelanakota/2021/faktor-faktor-orang-percaya-hoaks-dan-dampaknya/|website=www.suarasurabaya.net|language=id|access-date=2021-11-26}}</ref>
* Penyangkalan atas apa yang terjadi, biasa sang penerima berita bohong akan menerima begitu saja karena seakan berlawanan dengan fakta yang ada;
* [[Teori konspirasi|Teori Konspirasi]], teori yang biasa menjadi awal dari berita bohong menyebar ini merupakan teori yang sama sekali belum teruji dan tidak bisa terukur. Penyebab ini yang biasa sangat berdampak, karena sang penerima langsung mempercayai ini sebagai kebenaran dan menyebarkan ulang.
* Keterikatan penerima secara ideologis/politik/aliran terhadap penyebar, biasa faktor ini terjadi saat ada kompetisi politik atau saat ada ketegangan antar kelompok.
== Beberapa kasus ==
* Hoaks tentang [[Bendungan
* Hoaks korban
* Hoaks Wali kota Palu Meninggal
* Hoaks
* Hoaks Gerak cepat relawan FPI evakuasi korban gempa Palu 7.7,
* Hoaks
* Hoaks 2 Oktober
* Hoaks Emmeril Khan Mumtadz ditemukan di sebagian wilayah [[Donbas]] yang diduduki oleh [[Republik Rakyat Donetsk]], [[Rusia]], faktanya jenazah putra sulung [[Gubernur Jawa Barat]], [[Ridwan Kamil]] itu ditemukan tidak jauh dari titik awal kejadian di sekitar [[Sungai Aare]], [[Kanton Bern|Bern]], [[Swiss]] setelah sempat dinyatakan hilang selama dua minggu.
* Hoaks penerbangan gratis dari
* [[Front Pembela Islam|FPI]] Bantu Korban Bencana Alam Di Palu Duluan, faktanya (1) Foto pertama: Bantuan FPI di Lombok, Agustus 2018. Ketika konten yang asli dipadankan dengan konteks informasi yang salah. (2) Foto kedua: FPI membantu korban penggusuran Pasar Ikan di Batang.<ref>{{Cite web|url=http://beritapersatuan.com/fpi-terus-bantu-korban-penggusuran-di-pasar-ikan-dan-luar-batang/|title=FPI Terus Bantu Korban Penggusuran Di Pasar Ikan Dan Luar Batang - Berita Persatuan|website=beritapersatuan.com|language=id-ID|access-date=2018-10-08}}</ref>
== Lihat pula ==
Baris 118 ⟶ 129:
{{Authority control}}
▲[[Kategori:Hoax| ]]
[[Kategori:Penipuan]]
|