Rumah Tinggal Hasmo Sugijarto: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
 
(86 revisi perantara oleh 7 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{Infobox cagar budaya
[[Berkas:Rumah Tinggal Dokter Hasmo Sugiarto.jpg|jmpl|260x260px|Rumah Tinggal Hasmo Sugijarto terletak di Jalan Moh. Yamin No. 4, Kelurahan Salatiga, Kecamatan Sidorejo, Kota Salatiga.]]
| Name = Rumah Tinggal Dokter Hasmo
'''Rumah Tinggal Hasmo Sugijarto''' adalah salah satu bangunan [[cagar budaya]] yang terletak di Jalan Moh. Yamin No. 4, [[Salatiga, Sidorejo, Salatiga|Kelurahan Salatiga, Kecamatan Sidorejo, Kota Salatiga]], [[Jawa Tengah|Provinsi Jawa Tengah]]. Bangunan rumah ini merupakan salah satu bukti fisik dari konsep kota modern yang memperlihatkan ciri arsitektur kolonial. Setidaknya hingga tahun [[2020]], kondisi fisik bangunan rumah tersebut terawat dengan baik.
| Image = [[Berkas:Rumah Tinggal Dokter Hasmo Sugiarto (1).jpg|240px]]
| caption =
| Type =
| Criteria = Bangunan
| ID = Belum ada {{br}}(Pengajuan 19 Januari 2016)
[[Berkas:Rumah Tinggal Dokter Hasmo Sugiarto.jpg|jmpl|260x260px|Rumah TinggalLocation Hasmo Sugijarto terletak di= Jalan Moh. Yamin No. 4, Kelurahan Salatiga, Kecamatan Sidorejo, Kota Salatiga.]], Provinsi Jawa Tengah
| Year =
| ownership = Keluarga Hasmo Sugijarto
| management = Keluarga Hasmo Sugijarto
| Link = http://cagarbudaya.kemdikbud.go.id/cagarbudaya/detail/PO2016011900008/rumah-tinggal-dr-hasmo
| embedded =
|border=infobox
|| label =
| link =
| coordinates =
}}
'''Rumah Tinggal Hasmo Sugijarto''' adalah salahbangunan satuyang bangunanterinventarisasi untuk ditetapkan sebagai [[cagar budaya]], yang terletak di Jalan Moh. Yamin No. 4, [[Salatiga, Sidorejo, Salatiga|Kelurahan Salatiga, Kecamatan Sidorejo, Kota Salatiga]], [[Jawa Tengah|Provinsi Jawa Tengah]]. Bangunan rumah ini merupakandiperkirakan dibangun pada 1919 dan menjadi salah satu bukti fisik dari konsep kota modern yangarsitektur memperlihatkankolonial ciridi arsitektur[[Kota kolonialSalatiga]]. SetidaknyaPada hingga17 Juni 2015, rumah tersebut menerima penghargaan dalam bentuk pemberian kompensasi pelestarian dari Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jawa Tengah bersama dengan empat bangunan lain, tahunyaitu [[2020GPIB Tamansari Salatiga]], kondisiSusteran fisikOSF bangunanSt. rumahFransiskus tersebutXaverius, terawat[[Rumah denganTinggal baikNotosoegondo]], dan [[Toko Aneka Jaya]].
 
== Keadaan bangunan ==
Rumah ini dibangun pada awal abad ke-20 dan diperkirakan berusia lebih dari 100 tahun. Lokasinya berada di kawasan strategis, yaitu Jalan Moh. Yamin (dahulu bernama ''Julianalaan'').<ref>{{Cite web|url=https://www.solopos.com/wisata-salatiga-ini-11-benda-cagar-budaya-714261|title=Wisata Salatiga: Ini 11 Benda Cagar Budaya|last=Saputra|first=Imam Yuda|date=27 April 2016|website=Solopos|access-date=12 Maret 2020}}</ref>{{sfnp|Supangkat|2012|p=21|ps=: "Beberapa nama jalan lain yang "berbau" Belanda misalnya: ''Koffiestraat'' yang kemudian diganti ''Prins Hendriklaan'' (sekarang Jalan Yos Soedarso), ''Emmalaan'' (sekarang Jalan Adisutjipto), ''Prinsenlaan'' (sekarang Jalan Tentara Pelajar), ''Julianalaan'' (sekarang Jalan Moh. Yamin) (...)"}} Pada masa pemerintahan ''gemeente'' (kotapraja), kawasan tersebut berkembang menjadi pusat kota yang dikenal dengan nama ''Europeesche Wijk.{{sfnp|Anwar|2019|p=147|ps=: "Untuk wilayah yang saat ini bernama Jalan Diponegoro, Jalan Yos Sudarso, Jalan Patimura, Jalan Moh. Yamin, pada masa kolonial adalah zona ''Europeesche Wijk'' dihuni oleh orang Eropa yang kaya-raya (...)"}}'' Menurut Prakosa dan Supangkat, kawasan ini hanya boleh ditempati oleh orang-orang Eropa, Timur Asing, dan masyarakat pribumi yang memiliki penghasilan setara dengan pegawai Eropa, yaitu kategori golongan gaji A (gaji tertinggi).{{sfnp|Prakosa|2017|p=16|ps=: "Selain diskriminasi dalam lapangan politik, ekonomi, sosial, dan hukum, pemerintah kolonial juga membedakan penduduk dalam pola permukiman. Mereka dikelompokkan dalam lokasi tertentu berdasarkan golongan etnis. Golongan Eropa, misalnya, bermukim di sekitar ''Toentangscheweg'' (...)"}}{{sfnp|Supangkat|2012|p=35|ps=: "(...) Itulah sebabnya mereka seakan berlomba membangun rumah-rumah dan bangunan dengan arsitektur Eropa yang berhalaman luas di kanan-kiri ''Toentangscheweg'', sampai akhirnya daerah tersebut benar-benar menjadi kawasan permukiman orang Eropa (''Europeesche Wijk'')".}}
 
[[Berkas:Keluarga Frederik Bousché (1).jpg|jmpl|260x260px|Frederik Bousché dan Wilhelmina Frederika Kouwenberg bersama keempat anaknya pada 1910.]]
Bangunan rumah ini merupakan salah satu bukti fisik dari konsep kota modern yang memperlihatkan ciri arsitektur kolonial. Setidaknya hingga tahun 2020, kondisi fisik bangunannya terawat dengan baik. Selain itu, bentuk bangunannya masih asli dengan estetika gaya ''art deco'' Indo-Eropa dan belum pernah mengalami perubahan desain maupun renovasi.<ref name=":0">{{Cite web|url=http://salatigakota.go.id/PariwisataBcb.php|title=Bangunan Cagar Budaya|last=Pemerintah Kota Salatiga|first=|date=tanpa tanggal|website=Pemerintah Kota Salatiga|access-date=12 Maret 2020}}</ref> Bangunan rumah tersebut terdiri atas bangunan induk, paviliun di sisi kiri, serta ruang keluarga yang menunjukkan bahwa penghuninya banyak. Fondasi yang dipakai adalah batu kali besar dan tinggi untuk menghindari resapan air yang dapat merusak tembok, sedangkan atapnya berbentuk perisai ganda tiga dengan pendopo berbentuk gazebo di sudut bangunan. Bangunan rumah serta pekarangan yang luasnya hingga Jalan Margosari ini mulai ditempati oleh keluarga Hasmo Sugijarto sejak tahun [[1950]]. Sugijarto sendiri memiliki istri yang berprofesi sebagai bidan dan tujuh orang anak yang semuanya perempuan.
Rumah ini diperkirakan dibangun pada 1919 dengan pemilik awal bernama Frederik Bousché, seorang Indo-Belanda kelahiran [[Delanggu, Klaten]].{{sfnp|Prakosa|2017|p=64|ps=}} Pada awal pendiriannya, seperti mayoritas orang [[Belanda]] lainnya, Bousché menanam berbagai bunga di halaman rumah tersebut dan memilih motif [[tulip]] untuk lantainya.{{sfnp|Supangkat|2019|p=9|ps=}} Bangunan rumah itu berada di Jalan Moh. Yamin (dahulu bernama ''Julianalaan'') No. 4, Kelurahan Salatiga, Kecamatan Sidorejo, Kota Salatiga, Provinsi Jawa Tengah.<ref>{{Cite web|url=https://www.solopos.com/wisata-salatiga-ini-11-benda-cagar-budaya-714261|title=Wisata Salatiga: Ini 11 Benda Cagar Budaya|last=Saputra|first=Imam Yuda|date=27 April 2016|website=Solopos|access-date=12 Maret 2020}}</ref>{{sfnp|Supangkat|2012|p=21|ps=}}''{{sfnp|Harnoko, dkk|2008|p=42|ps=}}'' Pada masa pemerintahan ''gemeente'' ([[kota praja]] dengan otonomi penuh), kawasan tersebut berkembang menjadi pusat kota yang dikenal dengan nama ''Europeesche Wijk.{{sfnp|Anwar|2019|p=147|ps=}}{{sfnp|Rohman|2020|p=124|ps=}}''
 
Menurut Prakosa, kawasan itu hanya boleh ditempati oleh orang-orang [[Eropa]], [[Asia Timur]], dan masyarakat [[Pribumi-Nusantara|pribumi]] yang memiliki penghasilan setara dengan pegawai Eropa, yaitu kategori golongan gaji A (gaji tertinggi).{{sfnp|Prakosa|2017|p=27|ps=}} Namun, Supangkat menegarai bahwa ruas ''Julianalaan'' menjadi lokasi alternatif pendirian rumah tinggal tersebut karena lahan di sekitar Jalan Diponegoro (dahulu bernama ''Toentangscheweg'') mulai padat.{{sfnp|Supangkat|2012|p=35|ps=}}{{sfnp|Supangkat|2019|p=8|ps=}}
 
Bangunan ini merupakan salah satu bukti fisik dari konsep kota modern arsitektur kolonial di Kota Salatiga. Secara umum, kondisi fisiknya terawat dengan baik hingga tahun 2023. Selain itu, bentuk bangunannya masih asli dengan estetika gaya ''art deco'' Indo-Eropa dan belum pernah mengalami perubahan desain maupun renovasi.<ref name=":0">{{Cite web|last=Pemerintah Kota Salatiga|first=|date=|title=Bangunan Cagar Budaya|url=http://salatigakota.go.id/PariwisataBcb.php|website=Pemerintah Kota Salatiga|archive-url=https://web.archive.org/web/20190911023151/http://salatigakota.go.id/PariwisataBcb.php|archive-date=11 September 2021|dead-url=yes|access-date=12 Maret 2020}}</ref> Bangunan rumah tersebut terdiri atas bangunan induk, paviliun di sisi kiri, serta ruang keluarga yang menunjukkan bahwa penghuninya banyak.{{sfnp|Supangkat|2019|p=7–8|ps=}}
 
Menurut Supangkat, [[Fondasi (arsitektur)|fondasi]] yang dipakai di rumah itu adalah batu kali besar dan tinggi untuk menghindari resapan air yang dapat merusak tembok, sedangkan atapnya berbentuk perisai ganda tiga dengan pendopo berbentuk [[gazebo]] di sudut bangunan. Bangunan rumah dan pekarangan yang luasnya hingga Jalan Margosari tersebut mulai ditempati oleh keluarga Hasmo Sugijarto sejak tahun 1950. Sugijarto sendiri memiliki istri yang berprofesi sebagai [[bidan]] dan delapan orang anak yang semuanya perempuan. Hal inilah yang menyebabkan bangunan rumah ini pernah dijadikan sebagai klinik bersalin.''{{sfnp|Rahardjo, dkk|2013|p=245–246|ps=}}{{sfnp|Supangkat|2019|p=10|ps=}}''
 
== Kompensasi pelestarian ==
 
{{portal|Budaya|Indonesia}}
Rumah tinggal yang berdekatan dengan [[Kantor Pos Salatiga]] tersebut terdaftarterinventarisasi untuk ditetapkan sebagai salah satu bangunan cagar budaya di Kota Salatiga dengan Nomor Inventaris 11111-73/Sla/67{{efn|Berdasarkan hasil kajian dan identifikasi bangunan bersejarah di Kota Salatiga yang dilakukan oleh Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kota Salatiga bersama Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jawa Tengah tahun 2009 ({{harvnb|Hatmadji, dkk|2009|pp=3}}).}}''{{sfnp|Hatmadji, dkk|2009|p=133–135|ps=}}'' dan dilindungi oleh Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya.<ref name=":0" /> Pada [[17 Juni]] [[2015]], bangunan ini menerima penghargaan dalam bentuk pemberian kompensasi pelestarian dari Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jawa Tengah bersama dengan empat bangunan lain di Kota Salatiga.<ref name=":1" /><ref name=":2" />

Kompensasi tersebut diserahkan kepada Sri Kadarinah selaku pemilik dan pengelola bangunan. Adapun empatEmpat bangunan lain itu adalah [[GPIB Tamansari Salatiga]] (diserahkan kepada Marthinus Mijan Rukait selaku Ketua IV Pelaksana Harian Majelis GPIB Tamansari Salatiga), Susteran OSF St. Fransiskus Xaverius (diserahkan kepada Suster Kepala Maria Gratia Surtinan), [[Rumah Tinggal Notosoegondo]] (diserahkan kepada Hendriani selaku pemilik dan pengelola bangunan), dan [[Toko Aneka Jaya]] (diserahkan kepada Heriyanto selaku pemilik dan pengelola bangunan).<ref name=":1">{{Cite web|url=https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbjateng/pemberian-kompensasi-pelestari-cagar-budaya-kota-salatiga/|title=Pemberian Kompensasi Pelestari Cagar Budaya Kota Salatiga|last=Balai Pelestarian Cagar Budaya Jawa Tengah|first=|date=19 Juni 2015|website=Balai Pelestarian Cagar Budaya Jawa Tengah, Direktorat Jenderal Kebudayaan Republik Indonesia|access-date=11 Maret 2020}}</ref><ref name=":2">{{Cite web|url=https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbjateng/bangunan-bangunan-di-kota-salatiga-penerima-kompensasi-pelestarian/|title=Bangunan-Bangunan di Kota Salatiga Penerima Kompensasi Pelestarian|last=Balai Pelestarian Cagar Budaya Jawa Tengah|first=|date=19 Juni 2015|website=Balai Pelestarian Cagar Budaya Jawa Tengah, Direktorat Jenderal Kebudayaan Republik Indonesia|access-date=11 Maret 2020}}</ref>
 
== Lihat pula ==
* [[Gedung Pakuwon]]
<gallery>
Berkas:Istana* Djoen Eng.jpg|[[Istana Djoen Eng]]
Berkas:Gedung Pakuwon (2).jpg|[[Gedung Pakuwon]]
Berkas:Rumah* Dinas Wali Kota Salatiga (2).jpg|[[Rumah Dinas Wali Kota Salatiga]]
Berkas:Gereja Kristen Jawa Salib Putih.jpg|[[Gereja Kristen Jawa Salib Putih]]
* [[Rumah Tinggal Notosoegondo]]
Berkas:GPIB Tamansari Salatiga.jpg|[[GPIB Tamansari Salatiga]]
* [[Toko Aneka Jaya]]
Berkas:Istana Djoen Eng.jpg|[[Istana Djoen Eng]]
Berkas:Tugu* Jam Tamansari.jpg|[[Tugu Jam Tamansari]]
Berkas:Srir Astu Swasti Prajabhyah (1).jpg|[[Prasasti Plumpungan]]
Berkas:Wisma* BCA Salatiga (2).jpg|[[Wisma BCA Salatiga]]
Berkas:Rumah Dinas Wali Kota Salatiga (2).jpg|[[Rumah Dinas Wali Kota Salatiga]]
Berkas:Rumah Tinggal di Jl. Diponegoro No. 21 dan 23 Salatiga.jpg|[[Rumah Tinggal Notosoegondo]]
Berkas:Toko Aneka Jaya (2).jpg|[[Toko Aneka Jaya]]
Berkas:Tugu Jam Tamansari.jpg|[[Tugu Jam Tamansari]]
Berkas:Wisma BCA Salatiga (2).jpg|[[Wisma BCA Salatiga]]
</gallery>
 
== Keterangan ==
Baris 35 ⟶ 55:
'''Buku'''
 
* {{Cite book|title=DiskriminasiSalatiga Rasial di Kotadalam Kolonial:Lintasan Salatiga 1917-1942Sejarah|last=PrakosaHarnoko|first=AbelDarto, Jatayu|date=dkk|publisher=SinarDinas HidoepPariwisata, Seni, Budaya, dan Olah Raga Kota Salatiga|year=20172008|isbn=|location=Semarang|page=Salatiga|pages=|ref={{sfnref|PrakosaHarnoko, dkk|20172008}}|url-status=live}}
* {{Cite journal|last=Hatmadji, Tri, dkk|publisher=Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Jawa Tengah|location=Klaten|first=|date=|year=2009|orig-year=|title=CagarKajian Budayadan Hasil Identifikasi Bangunan Bersejarah di Kota Salatiga|url=https://www.academia.edu/31840491/Cagar_budaya_salatiga|ref={{sfnref|BalaiHatmadji, Pelestarian Peninggalan Purbakala Jawa Tengahdkk|2009}}}}
* {{Cite book|title=Kota di Djawa Tempo Doeloe|last=Raap|first=Olivier Johannes|date=|publisher=Kepustakaan Populer Gramedia|year=2015|isbn=|location=Jakarta|pages=|url-status=live|ref={{sfnref|Raap|2015}}}}
* {{Cite book|title=SejarahDiskriminasi BangunanRasial Cagar Budayadi Kota Kolonial: Salatiga 1917–1942|last=Rahardjo, Slamet, dkkPrakosa|first=Abel Jatayu|date=|publisher=PemerintahSinar Daerah Kota SalatigaHidoep|year=20132017|isbn=|location=SalatigaSemarang|page=|pages=|ref={{sfnref|Rahardjo, dkkPrakosa|19952017}}}}
* {{Cite book|title=Salatiga:Sejarah SketsaBangunan Cagar Budaya Kota LamaSalatiga|last=SupangkatRahardjo, Slamet, dkk|first=Eddy|date=|publisher=GriyaPemerintah MediaDaerah Kota Salatiga|year=20122013|isbn=|location=Salatiga|page=|pages=|ref={{sfnref|SupangkatRahardjo, dkk|20122013}}|url-status=live}}
* {{Cite book|title=Gedung-Gedung Tua yang Melewati Lorong Waktu Salatiga|last=Supangkat|first=Eddy|publisher=Griya Media|year=2019|isbn=|location=Salatiga|pages=|ref={{sfnref|Supangkat|2019}}}}
* {{Cite book|title=Salatiga: Sketsa Kota Lama|last=Supangkat|first=Eddy|date=|publisher=Griya Media|year=2012|isbn=|location=Salatiga|page=|pages=|ref={{sfnref|Supangkat|2012}}}}
 
'''Jurnal ilmiah'''
 
* {{Cite journal|last=Anwar|first=Muhammad Khoirul|year=Agustus 2019|title=Rekonstrusi Kota Kolonial Salatiga dan Kontribusi Teknologi ''Geographical Information System''|url=https://jurnal.ugm.ac.id/sasdayajournal/article/view/50349/25831|journal=Sasdaya (Gadjah Mada Journal of Humanities)|volume=3|issue=2|pages=|doi=|issn=2549-3884|ref={{sfnref|Anwar|2019}}}}
* {{Cite journal|last=Rohman|first=Fandy Aprianto|year=Juni 2020|title=Administrasi Pemerintahan ''Gemeente'' di Salatiga 1917–1942|url=https://jurnalwalasuji.kemdikbud.go.id/index.php/walasuji/article/view/64|journal=Walasuji|volume=11|issue=1|pages=|doi=|issn=2502-2229|ref={{sfnref|Rohman|2020}}|access-date=2020-06-18|archive-date=2020-06-18|archive-url=https://web.archive.org/web/20200618142759/https://jurnalwalasuji.kemdikbud.go.id/index.php/walasuji/article/view/64|dead-url=yes}}
 
'''LainnyaBacaan lanjutan'''
 
* {{Cite book|title=Otonomi Daerah di Hindia-Belanda (1903–1940)|last=Darmiati|first=dkk|publisher=CV. Sejahtera|year=1999|isbn=|location=Jakarta|pages=|page=|url-status=live|ref={{sfnref|Darmiati, dkk|1999}}}}
* {{Cite journal|last=Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Jawa Tengah|first=|date=|year=2009|orig-year=|title=Cagar Budaya Salatiga|url=https://www.academia.edu/31840491/Cagar_budaya_salatiga|ref={{sfnref|Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Jawa Tengah|2009}}}}
* {{Cite book|title=Riwayat Kota Salatiga|last=Handjojo|first=M.S.|publisher=Sechan Press|year=1978|isbn=|location=Salatiga|pages=|page=|url-status=live|ref={{sfnref|Handjojo|1978}}}}
* {{Cite book|title=Hari Jadi Kota Salatiga 24 Juli 750|last=Kartoatmadja|first=dkk|publisher=Pemerintah Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II Salatiga|year=1995|isbn=|location=Salatiga|pages=|page=|url-status=live|ref={{sfnref|Kartoatmadja, dkk|1995}}}}
* {{Cite book|title=KotaSedjarah diDaerah DjawaJawa Tempo DoeloeTengah|last=RaapOemar|first=OlivierMohammad, Johannes|date=dkk|publisher=KepustakaanDepartemen PopulerPendidikan Gramediadan Kebudayaan|year=20151978|isbn=|location=Jakarta|pages=|page=|url-status=live|ref={{sfnref|RaapOemar, dkk|20151978}}}}
* {{Cite book|title=Kajian Pemekaran Kota Salatiga|last=Purnomo|first=Daru, dkk|publisher=Pusat Kajian Kependudukan dan Pemukiman Fakultas Ilmu Sosial dan Komunikasi Universitas Kristen Satya Wacana|year=2015|isbn=|location=Salatiga|pages=|page=|url-status=live|ref={{sfnref|Purnomo, dkk|2015}}}}
{{refend}}
 
== Pranala luar ==
{{commons category|Rumah Tinggal Hasmo Sugijarto}}
* [https://nasional.kompas.com/read/2009/12/31/04002997/bangunan.cagar.budaya.akan.dijadikan.mal Bangunan Cagar Budaya Akan Dijadikan Mal].
* [https://wwwnasional.academiakompas.educom/31639133read/CAGAR_BUDAYA_FIX_V-VI2009/12/31/04002997/bangunan.cagar.budaya.akan.dijadikan.mal Bangunan Cagar Budaya SalatigaAkan Dijadikan Mal].
* [httphttps://scientiarumradarsemarang.jawapos.com/2014berita/09jateng/19salatiga/selain2019/08/15/bangunan-hancurcagar-danbudaya-diinjakterancam-orangmusnah/ Bangunan Cagar Budaya Salatiga:Terancam Selain Hancur dan Diinjak OrangMusnah].
* [https://regional.kompas.com/read/2014/10/05/07334171/Dilema.Pelestarian.Benda.Cagar.Budaya.di.Salatiga.1.?page=all Dilema Pelestarian Benda Cagar Budaya di Salatiga].
* [https://radarsemarang.jawapos.com/berita/jateng/salatiga/2019/08/15/bangunan-cagar-budaya-terancam-musnah/ Bangunan Cagar Budaya Terancam Musnah].
* [https://regional.kompas.com/read/2014/10/05/07334171/Dilema.Pelestarian.Benda.Cagar.Budaya.di.Salatiga.1.?page=all Dilema Pelestarian Benda Cagar Budaya di Salatiga].
* [https://nationalgeographic.grid.id/read/13300042/salatiga-lelakon-tinggalan-kota-garnisun-di-pinggang-merbabu?page=all Salatiga, Lelakon Tinggalan Kota Garnisun di Pinggang Merbabu].
 
{{Salatiga-stub}}
 
{{Salatigaarkeologi-stub}}
[[Kategori:Kota Salatiga]]
[[Kategori:Cagar budaya di Indonesia]]
[[Kategori:Bangunan bersejarah di Salatiga]]