Sejarah Timor Leste: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan |
menambahkan referensi |
||
(78 revisi perantara oleh 52 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{
'''Sejarah Timor Leste''' berawal
[[Berkas:Koramil-Polsek-Building-Metinaro-Timor-Leste-2009.JPG|ka|jmpl|256px|Reruntuhan bekas Polsek dan Koramil di Metinaro, yang hancur lebur diamuk massa.]]
Pada tahun 1975, ketika terjadi [[Revolusi
Ketika pasukan Indonesia mendarat di Timor Leste pada tanggal 7 Desember 1975, [[FRETILIN]]
▲'''Sejarah Timor Leste''' berawal dengan kedatangan orang [[Australoid]] dan [[Melanesia]]. Orang dari [[Portugal]] mulai berdagang dengan pulau [[Timor]] pada awal abad ke-16 dan menjajahnya pada pertengahan abad itu juga. Setelah terjadi beberapa bentrokan dengan [[Belanda]], dibuat perjanjian pada [[1859]] di mana Portugal memberikan bagian barat pulau itu. [[Jepang]] menguasai Timor Timur dari [[1942]] sampai [[1945]], namun setelah mereka kalah dalam [[Perang Dunia II]] Portugal kembali menguasainya.
Selain terjadinya korban penduduk sipil di hutan, terjadi juga pembantaian oleh kelompok radikal FRETILIN di hutan terhadap kelompok yang lebih moderat. Sehingga banyak juga tokoh-tokoh FRETILIN yang dibunuh oleh sesama FRETILIN selama di Hutan. Semua cerita ini dikisahkan kembali oleh orang-orang seperti [[Francisco Xavier do Amaral]], Presiden Pertama Timor
▲Pada tahun 1975, ketika terjadi Revolusi Bunga di Portugal dan Gubernur terakhir Portugal di Timor Leste, Lemos Pires, tidak mendapatkan jawaban dari Pemerintah Pusat di Portugal untuk mengirimkan bala bantuan ke Timor Leste yang sedang terjadi perang saudara, maka Lemos Pires memerintahkan untuk menarik tentara Portugis yang sedang bertahan di Timor Leste untuk mengevakuasi ke Pulau Kambing atau dikenal dengan Pulau Atauro. Setelah itu FRETILIN menurunkan bendera Portugal dan mendeklarasikan Timor Leste sebagai Republik Demokratik Timor Leste pada tanggal 28 November 1975. Menurut suatu laporan resmi dari PBB, selama berkuasa selama 3 bulan ketika terjadi kevakuman pemerintahan di Timor Leste antara bulan September, Oktober dan November, Fretilin melakukan pembantaian terhadap sekitar 60.000 penduduk sipil (sebagian besarnya wanita dan anak2 karena para suami mereka adalah pendukung faksi integrasi dengan Indonesia). Berdasarkan itulah, kelompok pro-integrasi kemudian mendeklarasikan integrasi dengan Indonesia pada 30 November 1975 dan kemudian meminta dukungan Indonesia untuk mengambil alih Timor Leste dari kekuasaan FRETILIN yang berhaluan Komunis.
Selain Xavier, ada juga komandan sektor FRETILIN bernama [[Aquiles]] yang dinyatakan hilang di hutan (kemungkinan besar dibunuh oleh kelompok radikal FRETILIN). Istri komandan Aquilis sekarang ada di [[Baucau]] dan masih terus menanyakan kepada para komandan FRETILIN lain yang memegang kendali di sektor Timur pada waktu itu tentang
▲Ketika pasukan Indonesia mendarat di Timor Leste pada tanggal 7 Desember 1975, FRETILIN memaksa ribuan rakyat untuk mengungsi ke daerah pegunungan untuk dijadikan tameng hidup atau perisai hidup (human shields) untuk melawan tentara Indonesia. Lebih dari 200.000 orang dari penduduk ini kemudian mati di hutan karena penyakit dan kelaparan. Banyak juga yang mati di kota setelah menyerahkan diri ke tentara Indonesia, namun Tim Palah Merah International yang menangani orang-orang ini tidak mampu menyelamatkan semuanya.
Selama perang saudara di Timor Leste dalam kurun waktu 3 bulan (September-November 1975) dan selama pendudukan Indonesia selama 24 tahun (1975-1999), lebih dari 200.000 orang dinyatakan meninggal (60.000 orang secara resmi mati di tangan FRETILIN menurut laporan resmi [[PBB]]). Selebihnya mati ditangan Indonesia saat dan sesudah invasi dan ada pula yang mati kelaparan atau penyakit. Hasil [[CAVR]] menyatakan 183.000 mati di tangan tentara Indonesia karena keracunan bahan kimia dari bom-bom [[napalm]], serta mortir-mortir.
▲Selain terjadinya korban penduduk sipil di hutan, terjadi juga pembantaian oleh kelompok radikal FRETILIN di hutan terhadap kelompok yang lebih moderat. Sehingga banyak juga tokoh-tokoh FRETILIN yang dibunuh oleh sesama FRETILIN selama di Hutan. Semua cerita ini dikisahkan kembali oleh orang-orang seperti Francisco Xavier do Amaral, Presiden Pertama Timor Lesta yang mendeklarasikan kemerdekaan Timor Leste pada tahun 1975. Seandainya Genderal Wiranto (pada waktu itu Letnan) tidak menyelamatkan Xavier di lubang tempat dia dipenjarakan oleh FRETILIN di hutan, maka mungkin Xavier tidak bisa lagi jadi Ketua Partai ASDT di Timor Leste Sekarang.
Timor Leste menjadi bagian dari Indonesia tahun [[1976]] sebagai provinsi ke-27 setelah gubernur jendral Timor Portugis terakhir Mario Lemos Pires melarikan diri dari Dili setelah tidak mampu menguasai keadaan pada saat terjadi perang saudara. Portugal juga gagal dalam proses dekolonisasi di Timor Portugis dan selalu mengklaim Timor Portugis sebagai wilayahnya walaupun meninggalkannya dan tidak pernah diurus dengan baik.
▲Selain Xavier, ada juga komandan sektor FRETILIN bernama Aquiles yang dinyatakan hilang di hutan (kemungkinan besar dibunuh oleh kelompok radikal FRETILIN). Istri komandan Aquilis sekarang ada di Baucau dan masih terus menanyakan kepada para komandan FRETILIN lain yang memegang kendali di sektor Timur pada waktu itu tentang keberakaan suaminya. Hal yang sama juga dilakukan oleh kelompok pro-kemerdekaan terhadap tentara Indonesia tentang keberadaan komandan Konis Santana dan Mauhudu yang dinyatakan hilang di tangan tentara Indonesia.
[[Amerika Serikat]] dan [[Australia]] "merestui" tindakan Indonesia karena takut Timor Leste menjadi kantong [[komunisme]] terutama karena kekuatan utama di perang saudara Timor Leste adalah Fretilin yang beraliran [[Marxis]]-[[Komunis]]. AS dan Australia khawatir akan efek domino meluasnya pengaruh komunisme di [[Asia Tenggara]] setelah AS lari terbirit-birit dari [[Vietnam]] dengan [[Kejatuhan Saigon|jatuhnya Saigon]] atau Ho Chi Minh City.
[[Berkas:East Timor Demo.jpg|kiri|jmpl|200px|Salah satu demonstrasi di [[Australia]] yang menentang kependudukan Indonesia di Timor Timur]]
Pada [[30 Agustus]] [[1999]], dalam sebuah referendum yang diadakan [[Perserikatan Bangsa Bangsa|PBB]], sebagian besar rakyat Timor Timur memilih merdeka dari Indonesia. Antara waktu referendum sampai kedatangan pasukan perdamaian PBB pada akhir September 1999, kaum anti-kemerdekaan yang konon didukung Indonesia mengadakan pembantaian balasan besar-besaran, di mana sekitar 1.400 jiwa tewas dan 300.000 dipaksa mengungsi ke Timor barat. Sebagian besar infrastruktur seperti rumah, sistem irigasi, air, sekolah dan listrik hancur. Pada [[20 September]] 1999 pasukan penjaga perdamaian [[International Force for East Timor]] (INTERFET) tiba dan mengakhiri hal ini. Pada [[20 Mei]] [[2002]], Timor Timur diakui secara internasional sebagai negara merdeka dengan nama [[Timor Leste]]. ▼
[[Berkas:Balibo Memorial.jpg|jmpl|200px|Tugu peringatan Australia di Balibo]]
▲
Semenjak hari kemerdekaan itu, pemerintah Timor Leste berusaha memutuskan segala hubungan dengan Indonesia antara lain dengan mengadopsi [[Bahasa Portugis]] sebagai bahasa resmi dan mendatangkan bahan-bahan kebutuhan pokok dari Australia sebagai "balas budi" atas campur tangan Australia menjelang dan pada saat referendum. Selain itu pemerintah Timor Leste mengubah nama resminya dari Timor Leste menjadi Republica Democratica de Timor Leste dan mengadopsi mata uang [[dolar AS]] sebagai mata uang resmi yang mengakibatkan rakyat Timor Leste menjadi lebih krisis lagi dalam hal ekonomi.
== Lihat pula ==
* [[Timor Portugis]]
* [[Timor Timur]]
* [[Timor Leste]]
{{Sejarah Asia}}
[[Kategori:Sejarah Timor Leste| ]]
▲[[Kategori:Timor Leste]]
[[Kategori:Timor Timur]]
|