Pelabuhan Paotere: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
kTidak ada ringkasan suntingan
 
(33 revisi perantara oleh 10 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
<!--[[Berkas:Taopere.jpg|300px|jmpl|[[Pinisi]] di pelabuhan Paotere]]-->
{{Infobox lokasi}}
'''Paotere''' adalah suatu [[pelabuhan warisan Kesultanan Gowa Tallo]] [[perahu]] yang terletak di Kecamatan [[Ujung Tanah, Makassar]], [[Sulawesi Selatan]]. Pelabuhan yang berjarak ± 5&nbsp;km (± 30 menit) dari pusat [[Kota Makassar]] ini merupakan salah satu pelabuhan rakyat warisan ''tempo doeloe'' yang masih bertahan dan merupakan bukti peninggalan [[Kerajaan Gowa-Tallo]] sejak abad ke-14 sewaktu memberangkatkan sekitar 200 armada Perahu [[Phinisi]] ke [[Malaka]].
'''Pelabuhan Paotere''' adalah salah satu warisan [[Kerajaan Gowa|Kerajaan Gowa Tallo]] yang terletak di bagian utara [[Kota Makassar]], tepatnya [[Gusung, Ujung Tanah, Makassar|Kelurahan Gusung]], [[Ujung Tanah, Makassar|Kecamatan Ujung Tanah,]] [[Kota Makassar|Kotamadya Makassar]]. Pelabuhan Paotere muncul pada tahun 1420, ketika [[Kerajaan Tallo|Raja Tallo]] [[Karaeng Samarluka]] memimpin pasukan sebanyak 200 buah Armada Kapal dengan tujuan ke [[Kesultanan Melaka]], [[Samudera Pasai]] dan Banda (Maluku).
 
== Sejarah ==
Pelabuhan Paotere sekarang ini masih dipakai sebagai pelabuhan perahu-perahu rakyat seperti Phinisi dan [[Lambo]] dan juga menjadi pusat niaga nelayan, di mana dapat dilihat di sepanjang jalan di pelabuhan berjejer toko-toko yang menjual berbagai macam jenis ikan kering, perlengkapan nelayan, serta beberapa restoran ''seafood''.
Pelabuhan Paotere pada abad awal ke-15 silam pernah mencatat sejarah baru, ketika raja yang bernama Karaeng Samarluka pada tahun 1420 memimpin pasukan sebanyak 200 buah armada kapal perahu untuk berangkat ke Semenanjung Melayu dengan maksud menyerang Selat Malaka di Kesultanan Malaka. Namun karena mendapat perlawanan dari pasukan Malaka yang sangat hebat, akhirnya Karaeng Samarluka mengalihkan perhatian untuk menduduki Samudera Pasai, Aceh. Setelah dari wilayah selat Malaka, Karaeng Samarluka pun melanjutkan perjalanannya ke arah timur Indonesia yaitu Banda (Maluku).
 
Teks dikonfirmasi ke dua karya klasik. Tulisan Stapel (1922) merujuk karya Valentjin (1858), "Dat de koningen van Macasar van oudsher al bekend, vermogend en als zoodanige vorsten onder de koningen van't Oosten beroemd waren, blijkt ons in 1420 daar Crain Samarloeka, koning van Macasar, voorkomt, met 200 vaartuigen naar Malakka gaande, om dien koning te beoorlogen; doch hij werd door den Lacsamana of zeevoogd, des konings van Malakka zoo dapper aangetast, dat hij genoodzaakt was naar de stad Pasi, op't eiland Sumatra, te wijken, waar hij de stad geen kleine schade, door't verwoesten van hunne landerijen, toebragt." "Bahwa raja-raja Makassar dari zaman dahulu sudah terkenal, kaya dan termasyhur seperti pangeran-pangeran di antara raja-raja di Timur, tampak bagi kita pada tahun 1420, ketika Crain Samarloeka, raja Makassar, muncul, pergi dengan 200 kapal ke Malaka untuk merayu itu raja perang; tetapi dia diserang dengan gagah berani oleh Lacsamana, atau penjaga laut, raja Malaka, sehingga dia terpaksa mundur ke kota Pasi, di pulau Sumatra, di mana dia merusak kota itu dengan menghancurkan tanah mereka. . , ditimbulkan."
 
== Pranala luar ==
* {{id}} [http://kotadaeng.net/index.php?option=com_content&task=view&id=6&Itemid=1 Pelabuhan Paotere]{{Pranala mati|date=Mei 2021 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}
{{DEFAULTSORT:Paotere}}
{{indo-geo-stub}}
 
[[Kategori:Pelabuhan di Indonesia]]
[[Kategori:Pelabuhan di Sulawesi Selatan]]
[[Kategori:Sulawesi Selatan]]
[[Kategori:Kota Makassar]]