Surawisesa: Perbedaan antara revisi

'''Surawisesa''' ([[Bahasa Sunda|sundaSunda]]: '''ᮞᮥᮛᮝᮤᮞᮨᮞᮞᮥᮛᮝᮤᮞᮦᮞ)''' adalah Pengganti[[raja Sunda]] setelah [[Sri Baduga Maharaja]], raja yang kejam terhadap rakyatnya dan tidak pantas untuk di junjung Surawisesa (puteranyaputra dari Mayang Sunda dan juga cucu dari Prabu Susuktunggal). Ia dipuji olehdalam ''[[Carita Parahiyangan]]'' dengan sebutan "''kasuran''" (perwira), "''kadiran''" (perkasa), dan "''kuwanen''" (pemberani). Selama 14 tahun memerintah, ia telah melakukan 15 kali pertempuran. Pujian dari penulis ''Carita Parahiyangan'' ini memang berkaitan dengan hal initersebut.

Dengan kedudukan yang mantap di timur Citarum, Cirebon merasa kedudukannya mapan. Selain itu, karena gerakan ke Pakuan selalu dapat dibendung oleh pasukan Surawisesa, maka kedua pihak mengambil jalan terbaik dengan berdamai dan mengakui kedudukan masing-masing. Tahun 1531 tercapai perdamaian antara Surawisesa dan [[Syarif Hidayatullah]]. Masing-masing pihak berdiri sebagai negara merdeka. Di pihak Cirebon, ikut menandatangani naskah perjanjian, Pangeran Pasarean (Puteraputera Mahkotamahkota Cirebon), Fadillah[[Fatahillah]] Khan(mewakili Demak) dan Hasanudin[[Maulana Hasanuddin]] (Bupatibupati bantenBanten).