Abdul Hamid Pasuruan: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
penambahan gambar |
|||
(25 revisi perantara oleh 5 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{kelayakan}}{{tone}}{{bersayap}}
== Riwayat Hidup ==
=== Masa kecil dan remaja ===
Meski [[Pasuruan]] dinisbatkan dalam namanya, KH Abdul Hamid sebenarnya dilahirkan di Dukuh Sumurkepel, Desa Sumber Gerang, [[Lasem, Rembang]], [[Jawa Tengah]] pada 22 November 1914 [[Masehi|M]] atau bertepatan dengan tanggal 4 Muharram [[Hijriah|H]] dengan nama lahir Abdul Mu'thi. Kedua orang tuanya juga merupakan keluarga ulama/pendakwah yang disegani masyarakat, ayahnya adalah KH. Abdullah bin KH. Umar sedangkan ibunya adalah Nyai Raihanah binti KH. Shiddiq.<ref name=":0">{{Cite web|url=http://majalahlangitan.com/kh-abdul-hamid-bin-abdullah-bin-umar-sufi-tanpathoriqoh/|title=KH. Abdul Hamid bin Abdullah bin Umar, Sufi TanpaThoriqoh - MajalahLangitan.Com|website=majalahlangitan.com|access-date=2020-04-10}}</ref>
Semasa kecil ia dikenal sebagai anak nakal yang
Akibat kenakalannya, ia
Semasa kecil ia juga sangat jarang berdiam di rumah. Hobinya adalah bermain sepak bola dan layang-layang setiap hari, hingga membuat orang tuanya khawatir keselamatan dan kewajiban belajar mengajinya yang sering terbengkalai meski tak sepenuhnya ditinggalkan.<ref name=":1">{{Cite web|url=https://www.laduni.id/post/read/14659/riwayat-hidup-kh-abdul-hamid-pasuruan.html|title=Riwayat Hidup KH Abdul Hamid Pasuruan|last=DIA|first=Yayasan|date=2016-09-11|website=Riwayat Hidup KH Abdul Hamid Pasuruan|language=en|access-date=2020-04-10}}</ref> Semasa kecil ia juga dikenal dengan panggilan ''bedudul'', pelesetan dari nama panggilannya "Dul" sekaligus menunjukkan betapa nakalnya ia saat itu.
Pada usia 15 tahun (sekitar tahun 1930), Abdul Mu'thi muda diajak kakeknya, KH. Shiddiq menunaikan ibadah haji. Dalam proses berhaji ini, Abdul Mu'thi muda mendapat pengalaman spiritual berjumpa dengan [[Rasulullah]], mendengar tanda-tanda keistimewaan ini, kakeknya kemudian menjodohkannya dengan cucunya yang lain (sepupu Abdul Mu'thi muda dari paman jalur ibunya, KH. Ahmad Qusyairi). Meski demikian ia tak langsung dinikahkan, ia harus kembali menuntut ilmu dahulu ke Tremas, sepulang berhaji Abdul Mu'thi kemudian mengganti namanya menjadi Abdul Hamid.<ref name=":0" />
Di Tremas inilah, Abdul Hamid muda mendapat gemblengan ilmu agama yang mumpuni. Setelah lima tahun menimba ilmu di pesantren ini, ia kemudian dipercaya menjadi lurah pondok, dan empat tahun kemudian ia telah dipercaya untuk mengisi pengajian di masjid. Selain belajar, ia juga sering berkhalwat atau menyendiri di sebuah bukit di dekat pesantren, ia juga jarang keluar kamar hingga dijuluki "''plenthu''".<ref name=":2" />
▲Pada usia 15 tahun (sekitar tahun 1930), Abdul Mu'thi muda diajak kakeknya, KH. Shiddiq menunaikan ibadah haji. Dalam proses berhaji ini, Abdul Mu'thi muda mendapat pengalaman spiritual berjumpa dengan [[Rasulullah]], mendengar tanda-tanda keistimewaan ini, kakeknya kemudian menjodohkannya dengan cucunya yang lain (sepupu Abdul Mu'thi muda dari paman jalur ibunya, KH. Ahmad Qusyairi). Meski demikian ia tak langsung dinikahkan, ia harus kembali menuntut ilmu dahulu ke Tremas, sepulang berhaji Abdul Mu'thi kemudian mengganti namanya menjadi Abdul Hamid<ref name=":0" />.
▲Di Tremas inilah, Abdul Hamid muda mendapat gemblengan ilmu agama yang mumpuni. Setelah lima tahun menimba ilmu di pesantren ini, ia kemudian dipercaya menjadi lurah pondok, dan empat tahun kemudian ia telah dipercaya untuk mengisi pengajian di masjid. Selain belajar, ia juga sering berkhalwat atau menyendiri di sebuah bukit di dekat pesantren, ia juga jarang keluar kamar hingga dijuluki "''plenthu''"<ref name=":2" />. Total ia menghabiskan 12 tahun dalam menuntut ilmu di Tremas, semasa di Tremas ini ia juga bersahabat dengan [[Ali Maksum|KH. Ali Maksum]] yang menjadi Rais Aam Syuriyah PB [[Nahdlatul Ulama]] periode 1980 - 1984 dan [[Mukti Ali]] yang kemudian menjadi Menteri Agama di masa pemerintahan [[Orde Baru]] (1971-1978)<ref name=":2" /><ref name=":3">{{Cite web|url=https://aswajamuda.com/kh-abdul-hamid/|title=KH. Abdul Hamid|last=Muhammad|first=Afif|date=2018-11-08|website=Aswaja Muda|language=en-US|access-date=2020-04-10}}</ref>.
=== KH Abdul Hamid Menikah ===
Setelah 12 tahun menuntut ilmu di [https://pondoktremas.com/ Pesantren Tremas Pacitan], ia kemudian dipinang oleh paman dari jalur ibunya yakni KH. Ahmad Qusyairi untuk dijodohkan dengan putrinya yang bernama Nafisah sebagaimana pesan ayahanda setelah peristiwa berhaji yang lalu. Beliau kemudian menikah pada usia 22 tahun, tanggal 12 September 1940 M / 9 Sya'ban 1359 H, di Masjid Jami' (sekarang Masjid Agung Al-Anwar) Pasuruan, data didapat dari manuskrip undangan pernikahan yang masih ada.<ref name=":0" />
Acara pernikahan yang telah dijadwalkan waktu itu ternyata harus terlambat karena rombongan pengantin pria yang baru tiba sore hari. Semua undangan yang telah siap berkumpul di Masjid Jami' saat itu urung menyaksikan prosesi pernikahan dan hanya mengikuti acara syukuran saja, akad nikah baru diselenggarakan sore hari ketika rombongan datang dan hanya disaksikan beberapa kerabat saja karena tamu undangan telah pulang.<ref name=":1" />
Seusai menikah, keluarga Haji Abdul Hamid ikut tinggal bersama mertuanya, KH. Ahmad Qusyairi di Kebonsari, kompleks Pesantren Salafiyah Pasuruan. Lima tahun kemudian atau sekitar tahun kemerdekaan 1945, KH. Ahmad Qusyairi pindah ke [[Jember]] sehingga keluarga Haji Abdul Hamid harus mulai mandiri, mereka sempat mengalami hidup dalam keprihatinan, untuk menghidupi keluarga, ia kemudian berdagang sepeda, ia juga sempat berdagang kelapa dan kedelai, menyewa sawah, hingga berdagang suku cadang dokar.<ref name=":1" />
=== Mengasuh pesantren dan berdakwah ===
Meski tinggal di lingkungan Pesantren Salafiyah, KH Abdul Hamid belum ikut terlibat pada aktivitas pengajaran. Beliau masih ikut menimba ilmu melalui pengajian ''rohah'' atau membaca kitab secara bergantian yang diadakan Habib Ja'far bin Syaikhan, ulama kenamaan Pasurauan di rumahnya setiap ashar hingga selesai isya. Tahun 1951 KH. Abdullah bin Yasin yang menjadi pengasuh Pesantren Salafiyah Pasuruan wafat, putranya yang bernama Kiai Aqib diangkat menjadi pengganti, namun karena masih sangat muda dan masih harus menimba ilmu di Pesantren Al-Hidayah Lasem, Haji Abdul Hamid kemudian didaulat untuk menjalankan kepemimpinan Pesantren Salafiyah.<ref name=":0" />
Haji Abdul Hamid mulai menjalankan pesantren yang telah ditinggal banyak santrinya karena tak tahan dengan kepemimpinan KH. Abdullah bin Yasin yang sangat keras. Lambat laun santri mulai berdatangan, tahun 1962 jumlah meningkat sekitar 80 orang. Pembangunanpun dilakukan untuk menampung santri yang mulai bertambah.
Selain mengajar di pesantren, ia juga kerap diminta warga untuk mengisi pengajian di kampung-kampung seperti di Rejoso hingga Ranggeh. Ia juga mengadakan pengajian di pelataran rumah pribadinya yang diisi oleh sekitar 10-15 orang.<ref name=":0" />
== Wafat ==
[[Berkas:Masjid Agung Pasuruan.jpg|
Kamis, 23 Desember 1982 KH. Abdul Hamid dilarikan ke RSI Surabaya setelah mendadak jatuh. Hasil pemeriksaan menunjukkan adanya pembekakan jantung, kondisi ginjal dan liver yang juga parah yang seharusnya sudah diketahui dan diobati sejak lama, namun karena tak ingin merepotkan orang lain KH. Abdul Hamid tak pernah membicarakan kondisi kesehatannya pada siapapun termasuk kepada keluarganya.<ref name=":2" /><ref name=":3" />
Ia kemudian meninggal dalam usia 70 tahun menurut perhitungan kalender Hijriah pada 9 Rabiul Awwal 1403 H atau 25 Desember 1982.<ref name=":0" />
Setiap tahun, agenda ''haul'' atau peringatan hari kewafatan KH. Abdul Hamid di Pasuruan selalu menjadi acara besar yang dihadiri ribuan jamaah dari berbagai penjuru. Tak jarang acara haul ini juga dihadiri tokoh-tokoh besar dari organisasi [[Nahdlatul 'Ulama]], tokoh-tokoh politik nasional hingga kepala-kepala daerah di Jawa Timur.<ref>{{Cite web|title=Jelang Haul KH. Abdul Hamid Ke-42, Rakor Persiapan Pengamanan Digelar|url=https://pasuruankota.go.id/2023/09/19/jelang-haul-kh-abdul-hamid-ke-42-rakor-persiapan-pengamanan-digelar/|website=Pasuruankota.go.id|language=en-US|access-date=2024-01-29}}</ref>
== Referensi ==
|