Ali Ar-Ramitani: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Muhammad236 (bicara | kontrib)
k ~PL
 
(3 revisi perantara oleh 3 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 107:
Mawlana Sayfuddin Fidda, seorang ulama besar dimasanya, bertanya kepadanya, “Kenapa kau bersuara saat berdzikir?” Sheikh Ali q.s menjawab:
“Wahai saudaraku, ulama Muslim berabad-abad, dari masa Tabi’in (generasi setelah para Sahabat) sampai sekarang, telah mengijinkan zikir bersuara di saat-saat terakhir hidup mereka. Saat itu, mereka yang berdekatan dengan yang akan wafat mendorongnya untuk mengulang pernyataan kepercayaan. Nabi bersabda, laqqina mawtakum shahadatan LAA ILAHA ILLALLAH (“biarkan yang akan meninggal mengucap: Tidak ada tuhan selain Allah”). Didalam Ilmu Sufisme, para ulama telah menekankan bahwa setiap waktu bisa jadi yang terakhir buatmu. Hal ini menyimpulkan bahwa kalian harus mengucap LAA ILAHA ILLALLAH dengan suara keras disetiap saat hidup kalian.”
Ia diminta Shaikh Mawlana Badruddin al-Midani, yaitu seorang ulama besar dimasanya, “Allah telah memerintahkan kita didalam Qur’an untuk sering berzhikr lewat sabdaNya, “Seringlah Mengingat Allah” [34:41]. Apakah zkir tersebut lewat lidah atau hati?” Shaikh Ali Ramitani q.s menjawab:
Baris 116:
“Seandainya di bumi ada salah satu pengikut Abdul Khaliq al-Ghujdawani di masa Hallaj, maka Hallaj tidak akan disalib.” Hal ini berarti akan ada orang yang mampu membelanya dari tuduhan orang yang sombong.
Shaikh Fakhruddin an-Nuri, seorang ulama terkenal di massanya, bertanya, “Allah bersabda didalam Qur’an Suci bahwa pada Hari Perjanjian Ia bertanya, Alastu bi Rabbikum, qala bala [7:172] (“Apa aku bukan Tuhanmu? – Mereka menjawab: Ya!”), sedangkan di Hari Perhitungan Ia akan bertanya, liman al-mulk ul-yawm [40:16] (siapa pemilik Kerajaan dipada hari ini?”) dan tak satupun menjawab.
Kenapa mereka bertanya, ‘Bukankah Aku Tuhanmu? Sedangkan di Hari Perhitungan mereka tidak akan menjawab?” DijawabNya, Sheikh Ali Ramitani q.s menunjukkan pemahaman yang dalam akan Al Qur’an dan Hadits Suci yang dimiliki oleh Para Guru Naqshbandi. Ia berkata:
Baris 131:
Beliau memiliki dua anak laki-laki yang sangat terkenal sebagai pengikut ayahnya. Tetapi, dia tidak menurunkan rahasianya ke mereka, melainkan ke Shaikh Muhammad Baba as-Samsi q.s.
 
== PranaraPranala Luarluar ==
https://sites.google.com/site/pustakapejaten/manaqib-biografi/6-masyaikh/ali-ar-ramitani {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20190329155050/https://sites.google.com/site/pustakapejaten/manaqib-biografi/6-masyaikh/ali-ar-ramitani |date=2019-03-29 }}
http://maktabah.org/blog/?p=1503