Raja Pagaruyung: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
 
(79 revisi perantara oleh 29 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
'''Kekuasaan diraja di [[Kerajaan [[Pagaruyung]]''' dipegang oleh sebuah [[triumvirat]] yang terdiri atas '''Raja Alam''' di [[Pagaruyung]], '''Raja Adat''' di [[Buo]], dan '''Raja Ibadat''' di [[Sumpur Kudus]].
 
Konsep kekuasaan diraja ini dinamakan ''rajo tigo selo'' ("tiga raja yang duduk bersila"). Secara historis, Raja Alam adalah ''[[primus inter pares]]'' dari ketiganya dan memiliki gelar ''[[Yang Dipertuan Pagaruyung]]'' atau ''Yang Dipertuan Sakti'', yang kemudian berubah pula menjadi gelar [[sultan]] setelah masuknya [[Islam]]. Sistem ini secara formal berakhir setelah Raja Alam [[Bagagarsyah dari Pagaruyung|Sultan Bagagarsyah]] ditangkap dan dibuang dari Pagaruyung oleh [[Belanda]] pada tahun 1833. Namun, pada hari ini terdapat beberapa orang yang mengklaim sebagai pewaris atau pemangku kedaulatan pada salah satu jabatan raja, terutama Raja Alam.
 
== Sejarah ==
[[Berkas:Adityawarman.jpg|150px|right|thumb|Arca Adityawarman di [[Museum Gajah]], Jakarta.]]
=== Asal mula ===
Secara umum, [[Adityawarman]] diterima luas sebagai orang pertama yang berkuasa sebagai raja di [[alam Minangkabau]], yaitu berdasarkan manuskrip [[arca Amoghapasa]] (1347). Ia dipercaya memerintah di [[Malayapura]] dari tahun 1347 hingga wafatnya pada tahun 1375.<ref name="Kern">Kern, J.H.C., (1907), [https://www.tandfonline.com/doi/full/10.1080/13639811003665488?scroll=top&needAccess=true "De wij-inscriptie op het Amoghapāça-beeld van Padang Candi(Batang Hari-districten); 1269 Çaka."], ''Tijdschrift voor Indische Taal-, Land-, en Volkenkunde''.</ref><ref name="Cas">{{cite journal |last=Casparis |first= J.G. |authorlink=Johannes Gijsbertus de Casparis |title=An ancient garden in West Sumatra |journal=Kalpataru |year=1990 |issue=9|pages= 40-49}}</ref> Adityawarman digantikan oleh puteranya [[Ananggawarman]], yang disebutkan pada [[Prasasti Batusangkar]] yang beraksara [[aksara Melayu|Melayu]]. Ia merupakan putra Adityawarman dengan [[Puti Reno Jalito]], dan memerintah antara tahun 1375 hingga 1417. [[Ananggawarman]] dipercaya merupakan raja Minangkabau pertama yang memeluk agama [[Islam]] dan mengambil gelar ''Sultan Alif''. Ia berperan memindahkan pusat kekuasaan dari [[Malayapura]] (kini sekitar [[Dharmasraya]]) ke ''nagari'' [[Pagaruyung, Tanjung Emas, Tanah Datar|Pagaruyung]] di [[pedalaman Luak]] [[Tanah Datar]].{{sfn|Tambo-BM}}
 
[[Tambo Minangkabau|Tambo alam Minangkabau]] secara spesifik menyebutkan beberapa orang yang diyakini sebagai penguasa Pagaruyung setelah Adityawarman dan Ananggawarman, namun tidak ada riset modern yang dapat menjelaskan kapan persisnya mereka memerintah. Terdapat seorang penguasa perempuan bernama [[Puti Panjang Rambut II|Puti Panjang Rambut]], seorang perempuan yang dicatat sebagai [[Bundo Kanduang]] pertama di Minangkabau, yang merupakan putri dari [[Yang Dipatuan Rajo Nan Sati]]. Ia digantikan oleh putranya yang bergelar Dang Tuanku Sutan Rumanduang.{{sfn|Tambo-BM}}
 
Tambo juga mencatat seorang penguasa lain bernama [[Cindua Mato]] gelar Rajo Mudo dan putranya Sutan Lembak Tuah (bernama lain Sutan Aminullah), hasil perkawinannya dengan Putri Reno Bulan. Menurut Tambo, Bundo Kanduang, Dang Tuanku, dan Puti Bungsu pergi menyelamatkan diri ke negeri [[Lunang]] (kini di [[Pesisir Selatan]]) di [[Kerajaan Inderapura]] untuk menghindari serangan dari pasukan Kerajaan Sungai Ngiang. Pengungsian ini dipercaya melahirkan keturunan [[Mande Rubiah]].{{sfn|Tambo-BM}}
 
=== Kesultanan ===
Selepas masuknya [[agama Islam]] ke pedalaman Minangkabau, para Raja Alam mulai mengambil gelar Yang Dipertuan Sakti atau [[Yang Dipertuan Pagaruyung]]. Catatan sejarah pertama tentang perubahan gelar ini adalah surat [[Jacob Pits]], seorang pegawai [[Vereenigde Oostindische Compagnie|Kongsi Dagang Hindia Timur]] kepada "[[Ahmadsyah dari Pagaruyung|Sultan Ahmadsyah, Iskandar Zur-Karnain, Penguasa Minangkabau yang kaya akan emas]]" bertanggal 9 Oktober 1668. Catatan lanjutan Belanda memperkirakan bahwa Ahmadsyah memerintah sampai kematiannya pada tahun 1674.{{sfn|Dobbin}}
 
Ahmadsyah digantikan sebagai Raja Alam oleh puteranya [[Indermasyah dari Suruaso|Indermasyah]], yang memerintah antara tahun 1670 hingga 1730. Indermasyah juga melakukan korespondensi dengan [[VOC]] yang berkedudukan di [[Padang]] dan menyebutkan dirinya sebagai "raja Suruaso". Ia tercatat berbalas surat secara reguler dengan para pegawai Belanda sampai tahun 1730.{{sfn|Dobbin}}
 
=== Perang Padri ===
{{main|Perang Padri}}
[[Perang Padri]] pecah pada masa kekuasaan [[Muningsyah dari Pagaruyung|Muningsyah]] dan [[Bagagarsyah dari Pagaruyung|Bagagarsyah]]. Pada tahap-tahap awal, Sultan Muningsyah melakukan perundingan dengan kaum Padri yang dipimpin oleh ''[[Harimau nan Salapan]]'' yang terdiri atas [[Haji Miskin]], [[Haji Sumanik]], [[Haji Piobang]],dipimpin [[Tuanku Nan Renceh]], dan beberapa pemimpin ulama lainnya. Kaum Padri mendesak agar Sultan meninggalkan beberapa kebiasaan yang menurut mereka bertentangan dengan agama Islam. Namun, perundingan tersebut tidak mencapai kata sepakat, sehingga pada tahun 1815 [[Tuanku Pasaman]] melancarkan serangan atas wilayah Raja Alam di Pagaruyung yang menyebabkan Sultan Muningsyah melarikan diri.
 
[[Bagagarsyah]], seorang kerabat Sultan Muningsyah, melakukan perundingan dengan Belanda yang berkedudukan di [[Padang]]. Oleh Belanda, Bagagarsyah dianggap menyerahkan kedaulatan Pagaruyung dan mengangkatnya sebagai ''Regent'' Tanah Datar pada tanggal 10 Februari 1821.{{sfn|Stuers}} Beberapa tokoh kaum adat pada saat itu menganggap bahwa Bagagarsyah tidak berhak untuk mengadakan perjanjian dengan Belanda, namuntetapi pada titik ini Belanda sudah terlibat dalam pertempuran melawan kaum Padri.<ref>Kepper, G., (1900), ''Wapenfeiten van het Nederlands Indische Leger; 1816-1900'', M.M. Cuvee, Den Haag.</ref> Sultan Muningsyah masih memerintah, namuntetapi ia wafat pada tahun 1825 dan dimakamkan di Pagaruyung yang telah direbut kembali dari kaum Padri.{{sfn|Dobbin}} Bagagarsyah kemudian ditabalkan sebagai pengganti Muningsyah.
 
Selepas penaklukan [[Lintau]] pada bulan Agustus 1831, seluruh Luak Tanah Datar berada dalam kendali Belanda, dan Bagagarsyah dapat kembali ke Pagaruyung di mana ia memerintah sebagai Sultan dan Regent sekaligus.{{sfn|Dobbin}} Namun, pada bulan Mei 1833, ia ditangkap oleh Kolonel [[Cornelis Pieter Jacob Elout|Cornelis Elout]] atas tuduhan pengkhianatan di Batusangkar. Kedudukan Regent Tanah Datar diberikan kepada [[Tuan Gadang]] di [[Batipuah]], salah seorang pembesar kerajaan yang termasuk ke dalam ''[[Basa Ampek Balai]]''. Bagagarsyah dibuang ke [[Batavia]] dan hidup di sana sampai akhir hayatnya pada bulan Februari 1849.{{sfn|Dobbin}}
 
== Gelar ==
Sepanjang sejarahnya, para raja Pagaruyung menggunakan berbagai macam gelar. Adityawarman tercatat menggunakan gelar ''Maharajadiraja'' ("raja para raja"); catatan lain menuliskannya sebagai ''Tuan Janaka'', ''Mantrolot Warmadewa'', dan ''Srimat Sri Udayadityawarman Pratapaparakrama Rajendra Maulimali Warmadewa''.{{sfn|Mangkudimedja}} Putranya Angganawarman mengambil gelar sebagai ''yuvarajaYuvaraja'' ("putera mahkota") pada masa pemerintahan ayahnya dan menyebut ayahnya sebagai ''suravasavanSuravasavan'' ("penguasa [[Suruaso, Tanjung Emas, Tanah Datar|Suruaso]]").{{sfn|Mangkudimedja}}
 
Tidak dapat dipastikan kapan nama ''Yang Dipertuan'' atau ''Yang Dipertuan Sakti'' mulai digunakan, namun legenda yang diterima luas memercayai bahwa Raja Alam di Pagaruyung adalah salah satu dari tiga pemimpin dunia yang mewarisi kekuasaan atas alam semesta bersama-sama dengan [[Kaisar Tiongkok]] dan [[Kaisar Romawi Timur]] di [[Konstantinopel]].{{sfn|Tambo-BM}}
Baris 35:
dangerous profanation. Their appropriate title ... is Yang de per-tuan, literally signifying Tie who ruleth."|[[William Marsden]], ''History of Sumatra'', 1783.{{sfn|Marsden-Sumatra|p=206}}}}
 
Para raja Pagaruyung adalah salah satu monarki yang berpengaruh di [[dunia Melayu]]. Meskipun kekuasaan teritorialnya sendiri terbatas kepada ''nagari'' Pagaruyung, namuntetapi mereka memiliki kekuasaan yang besar atas wilayah rantau Pagaruyung, dengan pengaruh yang mencapai hingga ke [[Semenanjung Melayu]].
 
=== Pembagian kekuasaan ===
Penjelajah [[Portugis]] [[Tomé Pires]] dipercaya merupakan orang Eropa pertama yang mencatat tentang sistem kerajaan Pagaruyung. Dalam karyanya ''[[Suma Oriental]]'' (1512), Pires mencatat tentang sebuah kerajaan di pedalaman Minangkabau yang memiliki tiga orang raja, dan salah seorang dari mereka telah memeluk agama Islam setidaknya lima belas tahun sebelumnya.{{sfn|Pires}}
 
[[Sarjana modern]] seperti [[Drakard]], [[Kato]], dan [[P.E. de Josselin de Jong|de Josselin de Jong]] mencatatkan [[triumvirat]] ''[[rajo tigo selo]]'' sebagai sebuah kesatuan di mana Raja Alam berfungsi sebagai ''[[primus inter pares]]'', yang paling utama di antara yang utama. [[Ali Akbar Navis|Navis]] mencatat bahwa Raja Alam, yang berkedudukan di Pagaruyung, memegang tampuk kekuasaan secara keseluruhan. Urusan adat diserahkan kepada Raja Adat di [[Buo]], sedangkan urusahurusan agama Islam diurus oleh Raja Ibadat di [[Sumpur Kudus]].{{sfn|Navis}}
 
Di [[Buo]], berkuasa seorang Raja Adat yang bertugas memutuskan masalah-masalah tentang adat yang tidak dapat diselesaikan oleh [[Basa Ampek Balai]]. Dikatakan bahwa jika Raja Adat tidak dapat pula menyelesaikan urusan tersebut, maka akan diputuskan oleh Raja Alam.{{sfn|Kato}} Pada tahun 1684, seorang penjelajah berkebangsaan [[Portugis]], [[Thomas Dias]], melaporkan peretemuannyapertemuannya dengan Raja Adat di Buo. Sang Raja dikatakan tinggal pada sebuah [[Rumah Gadang|rumah adat]] yang berhalaman luas dan mempunyai pintu gerbang yang dikawal sebanyak 100 orang [[hulubalang]]. Ia dikawal oleh orang-orang yang berpakaian haji. Dalam lawatannya, Dias mendapatkan gelar ''Orang Kaya Saudagar Raja Dalam Istana''.<ref>Putri, Risa H. [https://historia.id/kuno/articles/kerajaan-misterius-di-pulau-sumatra-6aqgb "Kerajaan Misterius di Pulau Sumatra"]. ''Historia''. Diakses 12 Juni 2020.</ref>
 
Raja terakhirketiga adalah Raja Ibadat, yang berkuasaberkedudukan di [[Sumpur Kudus]]. Ia dikatakan bertanggungjawab atas persoalan keagamaanagama [[Islam]] dan [[pendidikan]] yang diserahkendiserahkan oleh [[Basa Ampek Balai]]. Sama seperti Raja Adat, persoalan yang tak dapat diselesaikan oleh Raja Ibadat diserahkan untuk diputuskan oleh Raja Alam di Pagaruyung.{{sfn|Kato}}
 
=== Wilayah kekuasaan ===
Struktur kerajaan Pagaruyung berdasarkan atas [[konfederasi]] ''[[nagari]]''. Para raja Pagaruyung kekuasaannya terbatas atas wilayah yang kini menjadi nagari [[Pagaruyung, Tanjung Emas, Tanah Datar]]. Di luar itu, mereka hanya memiliki [[kekuasaan simbolis]], sementara kekuasaan yang sebenarnya dijalankan oleh para datuk''[[datuak]]'' dan penghulu''[[pangulu]]'' di nagari.
 
Raja Alam memiliki kekuasaan atas wilayah [[Rantau|rantau Minangkabau]], di mana ia berwenang untuk mengangkat wakil-wakilnya yang diberi kewenangan dan gelar ''[[urang gadang]]'' ("orang besar") atau ''[[rajo kaciak]]'' ("raja kecil"). Mereka setiap tahun mengantarkan ''ameh manah'' ("emas persembahan") kepada Raja Alam.{{citation needed}} Secara umum, wilayah rantau Pagaruyung terdiri atas wilayah-wilayah di [[pesisir timur Sumatera]], yaitu di sepanjang [[Sungai Rokan|Batang KuantanRokan]], [[Sungai Kampar Kiri|Batang Kampar Kiri]] (''rantauRantau Tuan GadihBujang''), atau[[Sungai Singingi|Batang Singingi]] (''rantauRantau nanTuan kurang aso duo puluahGadih'');, di[[Sungai sepanjangTapung Kiri|Batang SangirTapuang Kiri]] dan [[Sungai Tapung Kanan|Kanan]], [[Sungai Kampar|Batang Kampar]] (''rantauNan duoKurang balehAso kotoTigo Puluah''), atau[[Batang Kuantan]] (''nagari CatiRantau nan BatigoKurang Aso Duo Puluah''),; wilayahdi Lubuaksepanjang Gadang[[Sungai Sangir|Batang Sangir]] dan sekitarnyahulu [[Sungai Jujuan|Batang Jujuan]] (''rantauRantau juduhan''Duo Baleh Koto atau ''rantauRantau Nannan Dipatuan Rajo Bungsu'');, di sepanjang Batang Tapung dan [[Sungai Kampar|Batang KamparHari]] (''rantauPulau BandaroPunjuang, nanSambilan AmpekKoto PuluahSilago, Cati Nan Batigo dan Koto AmpekBasa''), dan [[Negeri Sembilan]]. Di pesisir barat, terdapat wilayah rantau ''Bayang[[Kabupaten nanPasaman TujuahBarat|Pasaman]]'', [[Kabupaten Padang Pariaman|Tiku - Pariaman]],'' [[Bayang, Pesisir Selatan|Bayang Nan Tujuah]], [[Singkil]] (''rantauRantau rajoRajo''), [[Barus, Tapanuli Tengah|Barus]], [[Padang]], (''[[Banda Sapuluh|bandaBanda sapuluahSapuluah]]''), dan [[AlamKerajaan Surambi SungaiInderapura|Ranah PaguIndojati]].{{sfn|Tambo-BM}} {{sfn|Kato}} {{sfn|Navis}}
 
=== Pengaruh dan karisma ===
Pengaruh raja-raja Pagaruyung disifatkan sebagai sebuah pengaruh yang simbolis dan magis. ''[[Sejarah Melayu]]'' menceriterakan bahwa raja pertama di alam Minangkabau adalah salah satu dari tiga orang pangeran yang muncul di [[Bukit Siguntang]].{{sfn|Drakard|p=3}} Garis diraja Pagaruyung dianggap sebagai salah satu yang tertua di antara kerajaan-kerajaan Melayu, setaraf dengan [[Kesultanan Melaka]]. [[Jane Drakard]] mencatat bahwa banyak keluarga diraja di Sumatera yang berhubungan darah dengan keluarga diraja Pagaruyung, seperti [[Kesultanan Jambi|Jambi]], [[Kerajaan Inderapura|Inderapura]], dan [[Kesultanan Siak|Siak]], hingga yang terletakberkuasa di [[Semenanjung Malaya|Semenanjung Melayu]] dan Pulau [[Kalimantan]] seperti [[Kesultanan Kedah|Kedah]], [[Kesultanan Brunei|Brunei]], dan lain-lain.{{sfn|Drakard|p=4}}
 
Beberapa sarjana mencatat bahwa raja-raja Pagaruyung dipercaya luas memiliki kekuasaan magis yang membuat mereka ditakuti oleh para penguasa lain. Pada manuskrip tahun 1825 berjudul ''Een Nota en statistique bijzonderheden over Padang'', seorang Belanda bernama van Zuylen van Nijevelt mencatat bahwa seorang raja Pagaruyung mengatakan kepadanya bahwa ia memiliki kuasa untuk menghukum para raja di rantau yang mengingkari kekuasaannya dengan mengirimkan kutukan gagal panen atau wabah penyakit pada orang dan hewan ternak di wilayah tersebut.{{sfn|Dobbin|p=119}}<Refref> S.M. Latif, "De Positie en de Macht van Jang Di Patoean, Vorst van Minangkahau en
zijne Nakomlingen", ''Vrijzinnig Weekblad'', No. 7 (1924), pp. 516-9.</ref>
 
Sarjana lain memperkirakan bahwa kekuasaan raja Pagaruyung bersifat simbolis, yaituadalah sebagai figur pemersatu yang netral padaatas masyarakat Minangkabau yang terbagi-bagi atas ''[[lareh]]'', suku, dan ''[[luak]]''. Kajian yang sama menempatkan raja Pagaruyung sebagai perwakilan kaum lelaki pada sebuah masyarakat yang matrilineal. Sang raja ditempatkan sebagai "pemberi daulat kepada negeri dan melambangkan persatuan alam Minangkabau secara keseluruhan."{{sfn|de Jong}}
 
=== Hubungan luar negeri ===
Beberapa daerah yang berada di bawah pengaruh Pagaruyung tercatat beberapa kali meminta para raja Pagaruyung untuk ikut campur danuntuk menyelesaikan konflik internal mereka. Di [[Rao]], misalnya, raja Pagaruyung mengirimkan kerabatnya untuk memerintah sebagai [[Yang Dipertuan Padang Nunang]].{{citation needed}} Di Semenanjung[[Dua MelayuKoto, Pasaman|Duo Koto Cubadak]], raja Pagaruyung pernah mengirimkan kerabatnyaTuanku untukRajo memerintahSontang; wilayahdi [[RembauTalamau, Pasaman Barat|Kabuntaran Talu]], Tuanku Bosa; di [[SungaiPasaman, Pasaman UjongBarat|Pasaman]] Yang Dipertuan Parik Batu; di [[Kinali, danPasaman Barat|Kinali]] Yang Dipertuan Kinali. Di [[NaningKerajaan Tambusai|Tambusai]] Yang Dipertuan Tambusai; di [[Kerajaan Rokan IV Koto|Rokan]] Yang Dipertuan Rokan; juga di [[Kerajaan Kepenuhan|Kepenuhan]]. Di [[Kerajaan Kampar Kiri|Kampar Kiri]] raja Pagaruyung mengirimkan Yang palingDipertuan terkenalGunung barangkaliSahilan; adalahdi [[Kerajaan Kuantan|Kuantan]] raja Pagaruyung mengirimkan Yang Dipertuan Basarah. Raja Melewar[[Kesultanan Kota Pinang]], seorangjuga kerabatberasal dirajadari Putra Raja Pagaruyung yang dikirimkankemudian untukmenurunkan berkuasaRaja-raja di[[Kesultanan Bilah|Bilah]], [[NegeriKesultanan SembilanPanai|Panai]], pada[[Kesultanan tahunAsahan|Asahan]] 1773dan [[Kesultanan Kualuh|Kualuh]]. [[Kerajaan Batu Bara|Batu Bara]] juga didirikan oleh putra Raja Pagaruyung setelah paramenikahi pemimpinputri setempatRaja gagal[[Kerajaan untukSimalungun|Simalungun]] bersepakatyang dalamkemudian memilihdiberikan rajatanah selanjutnyayang kelak menjadi negeri [[Kabupaten Batu Bara|Batu Bara]].{{citation needed}}
 
Di [[Negeri Sembilan|semenanjung Melayu]] raja Pagaruyung pernah mengirimkan kerabatnya untuk memerintah wilayah [[Rembau]], [[Sungai Ujong]], dan [[Naning]]. Yang paling terkenal barangkali adalah [[Raja Melewar]], seorang kerabat diraja Pagaruyung yang dikirimkan untuk berkuasa di [[Negeri Sembilan]] pada tahun 1773.<ref>{{Cite book|last=Jong|first=P. E. de Josselin de|date=2012-12-06|url=https://www.google.co.id/books/edition/Minangkabau_and_Negri_Sembilan/5vb1CAAAQBAJ?hl=en&gbpv=1&dq=Minangkabau+and+Negri+Sembilan:+Socio-political+Structure+in+Indonesia+P.+E.+de+Josselin+de+Jong&pg=PA228&printsec=frontcover|title=Minangkabau and Negri Sembilan: Socio-Political Structure in Indonesia|publisher=Springer Science & Business Media|isbn=978-94-009-8198-0|language=en}}</ref>
 
=== Pergantian kekuasaan ===
Pada [[Prasasti Suruaso]], Adityawarman disebut menyelesaikan pembangunan sebuah kanal yang dibangun pada masa pemerintahan pamannya, yaitu [[Akarendrawarman]]. Bukti ini dipergunakan oleh beberapa sarjana, seperti [[Uli Kozok]], untuk menyatakan bahwa pergantian kekuasaan raja-raja Pagaruyung pada mulanya bersifat [[matrilineal]], yaitu dari ''mamak'' (paman) ke ''kamanakan'' (keponakan).<ref name="Kozok">{{cite book|last=Kozok|first=U.|authorlink=Uli Kozok|title=Kitab Undang-Undang Tanjung Tanah: Naskah Melayu yang Tertua|location=Jakarta|publisher=Yayasan Obor Indonesia|year=2006|id= ISBN 979-461-603-6}}</ref> Namun, Adityawarman sendiri digantikan oleh putranya Ananggawarman. [[Franz von Benda-Beckmann]], di sisi lain, mencatat bahwa pergantian raja diturunkan dari ayah ke putera lelaki tertuanya, sehingga bersifat patrilineal.<ref name=Property>{{cite journal |last=Benda-Beckmann |first=Franz von |url=https://brill.com/view/title/23589 | title=Property in Social Continuity: Continuity and Change in the Maintenance of Property Relationships through Time in Minangkabau, West Sumatra |journal=Verhandelingen van het Koninklijk Instituut voor Taal-, Land- en Volkenkunde | issue =86 |year=1979|pages=58 }}</ref>
 
== Penerusan daulat ==
Setelah diasingkannya Bagagarsyah, kekuasaan Pagaruyung atas wilayah Minangkabau secara resmi digantikan oleh pemerintah kolonial Belanda yang berwujud [[Keresidenan]] [[Pantai Barat Sumatra]] (''Sumatra's Westkust''), dan seterusnya pemerintahan [[Republik Indonesia]] yang kini diwakili oleh [[Provinsi Sumatera Barat]].
 
Beberapa orang mengklaim sebagai penerus sah kekuasaan Raja Alam Pagaruyung. Di Sumatera Barat, Sutan [[Muhammad Taufiq Thaib]] diterima resmi sebagai pewaris Raja Alam dengan gelar Tuanku Mudo Mangkuto Alam<ref>Ila Sean (1 Februari 2018) [https://www.covesia.com/archipelago/baca/47458/raja-pagaruyung-sultan-muhammad-taufiq-thaib-tutup-usia "Raja Pagaruyung Sultan Muhammad Taufiq Thaib Tutup Usia"] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20200612115903/https://www.covesia.com/archipelago/baca/47458/raja-pagaruyung-sultan-muhammad-taufiq-thaib-tutup-usia |date=2020-06-12 }}. ''Covesia.com''. Diakses 12 Juni 2020.</ref>. sampai ia wafat pada bulan Februari 2018.<ref>Ila Sean (1 Februari 2018) [https://covesia.com/archipelago/baca/47459/raja-pagaruyung-taufiq-thaib-tutup-usia-ini-profil-singkatnya "Raja Pagaruyung Taufiq Thaib Tutup Usia, Ini Profil Singkatnya"] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20201006165707/https://covesia.com/archipelago/baca/47459/raja-pagaruyung-taufiq-thaib-tutup-usia-ini-profil-singkatnya |date=2020-10-06 }}. ''Covesia.com''. Diakses 12 Juni 2020.</ref> SaudarinyaIa dinobatkan sebagai Yang Dipertuan Raja Alam Pagaruyung pada tahun 2002, menggantikan mamaknya Sutan Ismael Tuanku Mudo.<ref name="ensiklopedia">{{cite book|year=2023|title=Ensiklopedia Tokoh 1001 Orang Minang|location=Padang|publisher=UMSB Press|editor1=Hasril Chaniago|volume=3|pp=|editor2=|url-status=live}}</ref> Saudari Taufiq Thaib, [[Upita Agustine|Puti Reno Raudha Thaib]], saat ini memegang gelar Bundo Kanduang.<ref>Agnes Rita Sulistyawaty (16 April 2009) [https://properti.kompas.com/read/2009/04/16/00362259/kisah.waris.istana.pagaruyung?page=all. "Kisah Waris Istana Pagaruyung".] ''[[Kompas]]''. Diakses 12 Juni 2020.</ref> Setelah Sutan Taufiq Thaib, Raja Alam dijabat oleh saudaranya yakni Sutan Muhammad Farid Thaib Tuanku Abdul Fatah yang naik tahta pada 29 September 2018.<ref>{{Cite news|url=https://sumbar.antaranews.com/berita/233724/farid-thaib-raja-alam-pagaruyuang|title=Farid Thaib raja Alam Pagaruyuang|last=Nugroho|first=Joko|date=29 September 2018|work=[[Lembaga Kantor Berita Nasional Antara|ANTARA News]]|access-date=15 Juni 2020}}</ref>
 
Pada 2009, Muchdan Bakri hadir dalam upacara penobatan [[Yang di-Pertuan Besar]] [[Negeri Sembilan]] [[Muhriz dari Negeri Sembilan|Muhriz ibni Munawir]] di [[Istana Besar Seri Menanti]], [[Kuala Pilah]].<ref name="Utusan">[http://www.utusan.com.my/utusan/info.asp?y=2009&dt=1022&pub=Utusan_Malaysia&sec=Dalam_Negeri&pg=dn_25.htm "Pewaris Pagaruyung cari keturunan Sultan Jamin"] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20091024034319/http://www.utusan.com.my/utusan/info.asp?y=2009&dt=1022&pub=Utusan_Malaysia&sec=Dalam_Negeri&pg=dn_25.htm |date=2009-10-24 }}. ''[[Utusan Malaysia]]'', 22 Oktober 2009. Diakses 12 Juni 2020.</ref> Ia mengklaim bahwa Bagagarsyah diasingkan ke Batavia bersama anak pertamanya, Sultan Mangun Tuah. Berdasarkan silsilah tersebut, menurutnya, Sultan Mangun Tuah mempunyai enam orang anak dan ia merupakan merupakan cucu dari anak pertama Sultan Mangun Tuah yang bernama Raja Sabaruddin.<ref name="Utusan"/> Ia mengklaim sebagai pewaris yang sah terhadap pemerintahan Raja Alam Minangkabau terakhir dan menyatakan sedang menjejaki cucu Sultan Jamin (anak Sultan Mangun Tuah) yang dipercayai berada di Batu Kikir, Kuala Pilah.<ref name="Utusan"/>
 
== Daftar ==
=== MaharadirajaMaharajadiraja & Yuwaraja ===
# Maharajadiraja '''[[AdityawarmanAkarendrawarman]]''' di MalayapuraParhyangan (1347-1375k. 1316);
# Maharajadiraja '''[[AnanggawarmanAdityawarman]]''' di Malayapura dan PagaruyungSurawasa (13751347-14171375).;
# Yuwaraja '''[[Ananggawarman]]''' di Malayapura (1375-1417);
=== Raja Alam ===
#Yuwaraja '''[[Bijayendrawarman]]''' di Parwatapuri (~abad ke-14);
# Yang Dipertuan Sultan '''[[Ahmadsyah dari Pagaruyung|Ahmadsyah]]''' (1668-1674);
# Yang Dipertuan SultanMaharajadiraja '''[[Indermasyah dari Suruaso|IndermasyahWijayawarman]]''' di SuruasoMalayapura (16741417-17301440);.
 
=== Yand Dipertuan Sultan (Raja Alam) & Regent Tanah Datar ===
# Yang Dipertuan Sultan '''[[Ahmadsyah dari Pagaruyung|Ahmadsyah]]''' di Pagaruyung (1668-1674);
# Yang Dipertuan Sultan '''[[Indermasyah dari Suruaso|Indermasyah]]''' di Suruaso dan Pagaruyung (1674-1730);
# Yang Dipertuan Sultan '''[[Muningsyah dari Pagaruyung|Arifin Muningsyah]]''' di Pagaruyung (1780-1821);
# Yang Dipertuan Sultan '''[[Bagagarsyah dari Pagaruyung|TunggalTunggul Alam Bagagarsyah]]''' (kemudian Regent Tanah Datar) di Pagaruyung (1821-1833).
 
== Referensi ==
Baris 92 ⟶ 98:
*{{Cite book|title=Tambo Minangkabau dan Adatnya|last=Datuak Batuah|first=A.|year=1959|publisher=[[Balai Pustaka]]|location=[[Jakarta]]|last2=Datuak Madjoindo|first2=A.|ref={{sfnRef|Tambo-BM}}}}
*{{Cite book|title=Minangkabau and Negeri Sembilan. Socio-Political Structure in Indonesia|last=de Jong|first=P.E. De Josselin|year=1960|url=https://www.springer.com/gp/book/9789400982000|publisher=Bhratara|location=Jakarta|ref={{sfnRef|de Jong}}}}
*{{Cite book|title=Serat Pararaton|last=Mangkudimedja|first=R.M.|publisher=[[Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan]]|location=Jakarta|url-status=live|url=http://library.um.ac.id/free-contents/index.php/buku/detail/serat-pararaton-ken-arok-1-karangan-r-m-mangkudimedja-alih-aksara-dan-alih-bahasa-hardjana-hp-7365.html|year=1979|ref={{sfnRef|Mangkudimedja}}|access-date=2020-06-12|archive-date=2020-06-12|archive-url=https://web.archive.org/web/20200612093029/http://library.um.ac.id/free-contents/index.php/buku/detail/serat-pararaton-ken-arok-1-karangan-r-m-mangkudimedja-alih-aksara-dan-alih-bahasa-hardjana-hp-7365.html|dead-url=yes}}
*{{Cite book|title=SumatraSumatera Barat hingga Plakat Panjang|last=Amran|first=Rusli|publisher=Sinar Harapan|pages=652|url=https://www.goodreads.com/book/show/9452610-sumatra-barat-hingga-plakat-panjang|year=1981|ref={{SfnRef|Amran}}}}
*{{Cite book|title=Adat Minangkabau dan Merantau dalam Perspektif Sejarah|last=Kato|first=Tsuyoshi|publisher=Balai Pustaka|isbn=9796903601|pages=291|url=https://www.goodreads.com/book/show/39279676-adat-minangkabau-dan-merantau-dalam-perspektif-sejarah|year=1981|ref={{SfnRef|Kato}}}}
*{{Cite book|title=Islamic Revivalism in a Changing Peasant Economy: Central Sumatra, 1784-1847|last=Dobbin|first=Christine|date=|publisher=Routledge|isbn=978-1138226074|url=https://www.amazon.com/Islamic-Revivalism-Changing-Peasant-Economy/dp/1138226076|year=1983|ref={{SfnRef|Dobbin}}}}