Tjingal: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Alamnirvana (bicara | kontrib) |
Melengkapi silsilah Aji Raden Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
||
(17 revisi perantara oleh 2 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
[[Berkas:Manuscript map of the Banjarmasin region.jpg|jmpl|ka|500px|Peta Zuid en Ooster Afdeeling van Borneo, Lansdchap Cengal dan Manunggul berbatasan di utara dengan Kesultanan Paser dan di selatan dengan Landschap Sampanahan]]
'''
== Wilayah == Wilayahnya meliputi Daerah Aliran [[Sungai Cengal]], terlepas dari cekungan Sungai Cengal yang mengalir ke Teluk Pamoekan, membentang di sepanjang pantai dari Tandjong Merah (seberang Samalantakkan di pintu masuk Teluk Pamoekan) ke Tandjong Ares ([[ Sekarang wilayah ini menjadi sebuah kecamatan di [[Kabupaten Kotabaru]] yaitu kecamatan [[Pamukan Barat, Kotabaru|Pamukan Barat]] dan [[Pamukan Utara, Kotabaru|Pamukan Utara]] Di Desa Bepara, Bakau, Pamukan Utara terdapat Makam [[Ratu Intan]] Penduduk Cengal terdiri: 154 (Melayu), 327 (Bugis) dan 292 (Dayak) total 773 jiwa.
== Raja Tanah Bumbu<ref>Truhart P., Regents of Nations. Systematic Chronology of States and Their Political Representatives in Past and Present. A Biographical Reference Book, Part 3: Asia & Pacific Oceania, München 2003, s. 1245-1257, ISBN 3-598-21545-2.</ref><ref>{{Cite web |url=http://www.indonesianhistory.info/map/borneo1879.html |title=Administrative sub-divisions in Dutch Borneo, ca 1879 |access-date=2011-07-24 |archive-date=2012-05-24 |archive-url=https://web.archive.org/web/20120524181610/http://www.indonesianhistory.info/map/borneo1879.html |dead-url=yes }}</ref><ref>{{Cite web |url=http://www.indonesianhistory.info/map/borneozelfb1900.html?zoomview=1 |title=Native states (zelfbesturen) in Dutch Borneo, 1900 |access-date=2012-07-25 |archive-date=2011-12-11 |archive-url=https://web.archive.org/web/20111211070421/http://www.indonesianhistory.info/map/borneozelfb1900.html?zoomview=1 |dead-url=yes }}</ref> ==
== Kepala Pemerintahan ==▼
[[Berkas:Kerajaan Tanah Bumbu.PNG|jmpl|200px|ka|Wilayah Kerajaan Tanah Bumbu]]
* '''Pangeran Dipati Tuha (Pangeran Dipati Mangkubumi)''' bin Sultan Saidullah (1660-1700).<ref>{{nl icon}} {{cite journal|url=http://books.google.co.id/books?id=HBEDAAAAYAAJ&dq=aji%20tenggal&pg=PA245#v=onepage&q&f=false |pages=245 |title=Tijdschrift voor Indische taal-, land-, en volkenkunde |volume= 6 |author=Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen, Lembaga Kebudajaan Indonesia |publisher=Lange & Co.|year= 1857}}</ref> Ia diutus Sultan Banjar mengamankan wilayah tenggara Kalimantan dari para pendatang atas permintaan penduduk lokal yaitu orang Dayak Samihim (Dusun Tumbang) yang tinggal dahulu tinggal di Tanjung Kersik hitam di muara sungai Cengal yang telah dihancurkan oleh para penyerang dari laut. Kemudian kedatangan rombongan Pangeran Dipati Tuha melalui jalan darat yang berasal dari [[Kelua]] (utara Kalsel) dan menetap di Sampanahan pada sebuah sungai kecil bernama sungai Bumbu (anak sungai Sampanahan) sehingga wilayah ini kemudian dinamakan Kerajaan Tanah Bumbu berdasarkan nama [[sungai Bumbu]] tersebut dengan wilayah kekuasaan membentang dari Tanjung Aru hingga Tanjung Silat. Pangeran Dipati Tuha (Pangeran Dipati Mangkubumi) memiliki dua putera yaitu Pangeran Mangu (Mangun Kesuma) dan Pangeran Citra (Citra Yuda). Setelah berhasil mengamankan Tanah Bumbu dari pendatang, Pangeran Citra kembali ke tanah pelungguh milik ayahnya Pangeran Dipati Tuha yaitu negeri Kalua dan menjadi sultan [[Distrik Kelua|negorij Kloeak]]. Sedangkan Pangeran Mangu dipersiapkan sebagai Raja Tanah Bumbu berikutnya.<ref name="tijdschrift">[http://books.google.co.id/books?id=exRJAAAAMAAJ&dq=pangeran%20praboe%20tanah%20boemboe&pg=PA339#v=onepage&q=pangeran%20praboe%20tanah%20boemboe&f=true Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen, Lembaga Kebudajaan Indonesia, Tijdschrift voor Indische taal-, land-, en volkenkunde, Jilid 1, Lange & Co., 1853]</ref>
Menurut Lontara Bilang Ri [[Kesultanan Gowa|Gowa]], pada [[28 Juli]] [[1699]] atau 1 [[Safar]] 1111 [[Hijriyah]], Pangeran-Aria (Pangeran Pamukan) [[1707]]/16 [[Rabiul akhir]] 1119 [[Hijriyah]] Pangeran Arija pergi bersama istrinya (Daëng-Nisajoe, putri Karaeng-Mandallé) ke negaranya (Pamoekan). Pada 1 Januari 1707 Karaeng-Balassari (Zainab Saëná, putri Aru Teko oleh Daeng-Nisayu) menikahi raja (masa depan) (Siradjoe-d-din). Pada [[30 Desember]] /6 [[Syawal]] 1119 [[Hijriyah]] Karaeng-Balassari (saudara perempuan Aroe-Kadjoe dan istri calon raja Tello dan Gowa Siradju-d-din) melahirkan seorang putri bernama Karaeng-Tana-Sanga Mahbulaah Mamunja-ragi. Pada [[9 Juli]] [[1715]]/ 7 [[Rajab]] 1127 [[Hijriyah]] . Daëng - Mamunooli Aroe-Kadjoe kembali dari Laut-poelo (pulau di selatan Kalimantan, biasa disebut Poelolaut).<ref name="The Makassar Annals">{{cite book|last=|author=|first=|year=2011|url=https://books.google.co.id/books?id=9a9gAAAAQBAJ&pg=PA155&dq=sultan+sumbawa+gowa+bantan&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwiIneWpzajeAhXDvo8KHSKrAiIQ6AEILzAB#v=onepage&q=sultan%20sumbawa%20gowa%20bantan&f=false|title=The Makassar Annals|location=Indonesia|publisher=BRILL|isbn=9004253629|editor=William Cummings|volume=35|page=162|translator=William Cummings|issn=0067-8023|lang=en}}ISBN 9789004253629</ref><ref name="Nijhoff 1880"> {{cite book
| pages= 163
| url= https://books.google.co.id/books?id=_RVCAQAAMAAJ&pg=PA163&dq=Datoe-Taliwang&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwjrxI2uttrtAhWBguYKHawhAUUQ6AEwAXoECAAQAg#v=onepage&q=Datoe-Taliwang&f=false
| contribution= Koninklijk Instituut voor de Taal-, Land- en Volkenkunde van Nederlandsch-Indië
| title= Bijdragen tot de taal-, land- en volkenkunde van Nederlandsch-Indië
| volume= 28
| publisher= [[Martinus Nijhoff]]
| year= 1880
| language= nl
}}</ref>
* '''Pangeran Mangu (Pangeran Mangun Kesuma) bin Pangeran Dipati Tuha''' (1700-1740); memiliki anak bernama Ratu Mas. Ratu Mas bersaudara dengan Ratu Sepuh.<ref name="tijdschrift"/>
* '''[[Ratu Mas dari Tanah Bumbu|Ratu Mas binti Pangeran Mangu]]''' (1740-1780); Ratu Mas menikah dengan seorang pedagang dari Gowa bernama Daeng Malewa yang bergelar [[Pangeran]] [[Dipati]]; pasangan ini memperoleh anak bernama Ratu Intan I. Dari dua istri orang bawahan, Daeng Malewa memiliki putra yaitu Pangeran Prabu dan Pangeran Layah. Ratu Intan I menikahi Aji Dipati yang bergelar Sultan Dipati Anom Alamsyah (Sultan Pasir III tahun 1768-1799).<ref>http://www.guide2womenleaders.com/indonesia_substates.htm#T</ref> Pernikahan Ratu Intan I dengan Sultan Anom tidak memiliki keturunan, tetapi dari istri selir Sultan Anom memiliki anak bernama: Pangeran Muhammad, Andin Kedot, Andin Girok, dan Andin Proah. Pangeran Layah memiliki anak bernama: Gusti Cita (putri) dan Gusti Tahora (putra). Sepeninggal Ratu Mas, maka sejak 1780, kerajaan Tanah Bumbu dibagi menjadi beberapa divisi (negeri bahagian). Ratu Intan I memperoleh negeri Cantung dan Batulicin.<ref name="tijdschrift"/> Ratu Intan I masih dikenang dalam ingatan suku Dayak Meratus.<ref>{{id}} [http://books.google.co.id/books?id=qcsdcQk35EUC&lpg=PA408&dq=ratu%20intan&pg=PA408#v=onepage&q&f=true Anna Lowenhaupt Tsing, Di Bawah Bayang-Bayang Ratu Intan: Proses Marjinalisasi pada Masyarakat, Yayasan Obor Indonesia ISBN 979-461-306-1, 9789794613061]</ref> Pangeran Layah memperoleh negeri [[Kelumpang Selatan, Kotabaru|Buntar Laut]]. Sedangkan Pangeran Prabu bergelar Sultan Sepuh sebagai Raja Sampanahan, Bangkalaan, Manunggul dan Cengal.<ref name="tijdschrift"/>
▲== Kepala Pemerintahan Tjingal==
# Pangeran Prabu (Sultan Sepuh, 1780-1800) sebagai Raja Bangkalaan, Sampanahan, Manunggul dan Cengal. Ia memiliki anak: Pangeran Nata (Ratu Agung), Pangeran Seria, Pangeran Muda (Gusti Kemir), Gusti Mas Alim, Gusti Besar, Gusti Lanjong, Gusti Alif, Gusti Redja dan Gusti Ali (Pangeran Mangku Bumi/Gusti Bajau).
# Pangeran Nata (Ratu Agung) bin Pangeran Prabu (1800-1820), sebagai Raja Bangkalaan, Sampanahan dan Manunggul. Pada saat itu Cengal diserahkan kepada Pangeran Seria.
# Pangeran Seria bin Pangeran Prabu (1800-?), sebagai Raja Bangkalaan, Sampanahan, Manunggul dan Cengal.
# Gusti Besar binti Pangeran Prabu (1820-1830) atau (18xx-1825) sebagai Raja Bangkalaan, Sampanahan, Manunggul, Cengal, Cantung, Batulicin. Gusti Besar berkedudukan di Cengal. Cantung dan Batulicin diserahkan sepeninggal Ratu Intan. Gusti Besar menikahi Aji Raden
# Kepala Cengal, Manunggul, Sampanahan yang diangkat Sultan Pasir.
# Aji Jawi (1840) (putera Gusti Besar)(1825-1840): Pangeran Aji Jawi/Aji Djawa (1840-1841) sebagai Raja Bangkalaan, Sampanahan, Manunggul, Cengal, Cantung dan Batulicin. Pada mulanya Cengal adalah daerah pertama yang berhasil direbut kembali, kemudian Manunggul dan Sampanahan. Cantung diperolehnya ketika ia menikahi Gusti Katapi puteri Gusti Muso, penguasa Cantung sebelumnya yang ditunjuk
# Aji Tukul (Ratu Intan II/Ratu Agung) bin Aji Jawi(1845). Sekitar tahun [[1846]] sebagai Raja Bangkalaan, Manunggul dan Cengal. Aji Jawi dan Gusti Kamil Bt Gusti Kamir memiliki anak bernama Aji Tukul dan Aji Landasan. Sedangkan Aji Jawi dan Gusti Katapi Bt Gusti Muso memiliki anak bernama Aji Madura, yang menjadi Raja Cantung. Ratu Intan II menikahi Aji Pati bergelar Pangeran Agung berasal dari Pasir, yang mendampinginya memegang tampuk pemerintahan sampai meninggalnya tahun 1846. Ratu Intan II kemudian menikahi
# Aji Pati (Pangeran Agung) bin Sultan Sulaiman dari Pasir(1845-1846) sebagai Raja Bangkalaan, Manunggul dan Cengal.
# Aji Samarang (Pangeran Muda Muhammad Arifbillah) bin Aji Pati (1846) [http://books.google.co.id/books?id=j8kZAQAAIAAJ&dq=adji%20mandoera&pg=RA1-PA353#v=onepage&q&f=true Pangeran Muda] atau lengkapnya Pangeran Muda [[Mohammad Arifillah Aji Samarang]] sebagai Raja Bangkalaan, Manunggul, Cengal.
Baris 26 ⟶ 54:
<div align="center">'''KEPANGERANAN TANAH BUMBU'''</div>
<div align="center">'''(Sampanahan, Bangkalaan, Cengal, Manunggul,
<div align="left">
:::::::::::* '''Raja Tanah Bumbu I''': ♂ Pangeran Dipati Tuha 2 (ipar Sultan Saidullah - raja Banjar)
Baris 60 ⟶ 88:
Yang pertama, disebut Batara, adalah yang paling indah, dikaruniai semua sifat ilahi, sempurna, baik, dan adil
Itu menghakimi jiwa orang mati menurut perbuatan mereka dalam hidup mereka.
Kediaman Batara adalah puncak [[Gunung Halau-
Roh jahat, yang disebut Putut, yang mereka panggil dan kepada siapa mereka mempersembahkan korban, adalah agen dari semua kemalangan yang menimpa mereka.
Orang mati diselimuti kain putih dan dikubur di ruang bawah tanah alami yang cukup besar untuk menampung beberapa keluarga dalam satu keluarga. Mereka memberikan koin tembaga mereka (pitis) di sepanjang dan menutupi mata, hidung, telinga dan mulut dengan lempengan-lempengan emas. Hanya para pria yang disunat. Ini mengolah tanah, mengumpulkan damar, lilin, madu, rotan, sarang burung, lilin, emas, dan membuat busur kecil, sementara para wanita mengerjakan pekerjaan rumah, membuat pakaian, tikar lakukan kepang dan lakukan pekerjaan serupa. Mereka memiliki banyak tradisi luar biasa dan mereka suka pesta, permainan, tarian perang, dll.▼
▲Orang mati diselimuti kain putih dan dikubur di ruang bawah tanah alami yang cukup besar untuk menampung beberapa keluarga dalam satu keluarga. Mereka memberikan koin tembaga mereka (pitis) di sepanjang dan menutupi mata, hidung, telinga dan mulut dengan lempengan-lempengan emas. Hanya para pria yang disunat. Ini mengolah tanah, mengumpulkan damar, lilin, madu, rotan, sarang burung, lilin
Bagian dari populasi yang diturunkan dari orang asing meniru kebiasaan dan kebiasaan Bugis dalam pakaian, permainan, pesta, kewajiban kelahiran, perkawinan dan kematian, taruhan dan umumnya dalam seluruh jalan hidup. Karena percampuran orang Bugis dengan Melayu, dan sebelumnya juga dengan Dayak, dialek telah dibuat yang sesuai dengan bahasa tiga bangsa, dan khas di pantai timur Kalimantan. Dapat dimengerti hanya bagi mereka yang telah menghabiskan waktu lama di sana. Orang asing berbicara sebagian besar bahasa Bugis atau Melayu, meskipun banyak, bahkan orang-orang yang paling penting, tidak mengerti yang terakhir. Orang Bugis, yang sementara menetap di negara-negara ini, adalah pedagang utama. Mereka mengimpor hampir semua barang dan penjualan dan barang-barang ke pangeran, atau bagi para pedagang pedalaman, yang kebanyakan adalah keturunan orang Bugis bercampur dengan orang Melayu. Karakter dari ras campuran itu melestarikannya di tengah-tengah antara orang Bugis dan orang Dayak; mereka tidak memiliki keberanian dan semangat untuk berbisnis dengan yang pertama, maupun memiliki sifat baik dan kesabaran yang baik; mereka tidak beradab, pengecut, berhati keras dan kasar terhadap bawahan mereka, merayap dan rendah di depan atasan mereka. Bersatu dalam kelompok, mereka melakukan perampokan untuk menyerang kapal-kapal dagang kecil yang tak berdaya, seringkali membunuh mereka yang ada di kapal atau membawanya sebagai budak. Mereka sangat tidak bermoral dan menggunakannya secara tidak tepat candu memiliki di antara mereka semua konsekuensi destruktif yang terkait dengannya. Secara umum, Tanah Bumbu kaya akan produk dari berbagai bidang alam dan dapat diasumsikan dengan kepastian bahwa dapat dibuat sesuai, di bawah budaya biasa, untuk menghasilkan semua produk yang diproduksi di Jawa dan lainnya. pulau yang dibangun dengan baik ditemukan
Baris 90 ⟶ 116:
== Pranala luar ==
* {{id}} [http://mahmuddimyati.multiply.com/photos/album/27 Makam Ratu Intan] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20160305120845/http://mahmuddimyati.multiply.com/photos/album/27 |date=2016-03-05 }}
[[Kategori:Hindia Belanda]]
Baris 97 ⟶ 123:
[[Kategori:Kerajaan di Nusantara|Tjingal]]
[[Kategori:Bekas negara di Borneo]]
[[Kategori:Muara Samu, Paser]]▼
[[Kategori:Tanjung Harapan, Paser]]▼
[[Kategori:Batu Engau, Paser]]▼
[[Kategori:Pamukan Barat, Kotabaru]]
[[Kategori:Pamukan Utara, Kotabaru]]
[[Kategori:Pamukan Selatan, Kotabaru]]
▲[[Kategori:Muara Samu, Paser]]
▲[[Kategori:Tanjung Harapan, Paser]]
▲[[Kategori:Batu Engau, Paser]]
|