Theophile de Backere: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Ikwan Garoem (bicara | kontrib)
k Keterangan foto
 
(2 revisi perantara oleh 2 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{rapikan|date=2010}}
{{tanpa_referensi|date=2010}}
[[Berkas:Mgr de Backere CM Portrait.jpg|jmpl|Msgr. Theophile de Backere CM (Sumber: Verslag v.d. Katholiek Socialen Bond Soerabaja/Instagram: @oud.klasikindo)]]
'''Theophile de Backere CM''' (1882-1945) adalah seorang [[pastor]] [[Katolik]], seorang pemimpin misi CM di wilayah Keuskupan Surabaya (1923-1937),<ref>Sekretariat Keuskupan Surabaya, ''Panorama & Sejarah Keuskupan Surabaya'', 1999, hlm.5.</ref>, dan seorang Prefek Apostolik yang pertama di Surabaya (''Monseigneur'') dari tahun 1928 sampai 1937.<ref>Armada Riyanto CM., ''80 Tahun Romo-Romo CM di Indonesia'', CM Provinsi Indonesia, Surabaya, hlm. 180.</ref> Msgr. de Backere CM dengan demikian dapat disebut sebagai "uskup" Surabaya yang pertama. Sebelum bertugas sebagai pemimpin misi CM di wilayah karesidenan [[Surabaya]], [[Rembang]], [[Kediri]], dan kemudian [[Madiun]], Romo de Backere CM mengalami tugas-tugas: belajar di Roma, kemudian dosen di Seminari Tinggi St. Jozef di Panningen, direktur novisiat, rektor dan superior domus di Seminari Menengah Wernhoutsburg.
 
== Riwayat Hidup Singkat ==
Baris 12 ⟶ 13:
Karya-karya pastoral, pendidikan sekolah, kesehatan, dan yang lain yang ada di Keuskupan Surabaya saat ini dapat dikatakan menemukan benihnya pada waktu misi Romo-Romo yang dipimpin oleh Almarhum Msgr. de Backere CM. Yayasan Yohanes Gabriel yang menaungi puluhan sekolah pada waktu itu (terutama sekolah-sekolah di daerah) adalah bentukannya.<ref>Piet Boonekamp CM, "Sejarah Gereja Katolik di wilayah Keuskupan Surabaya", dalam H. Muskens, ''Sejarah Gereja Katolik Indonesia'', Jilid 3b, Ende Flores 1974, hlm. 949-999.</ref> Dia juga promotor karya indah yang sekarang menjadi Karya Rumah Sakit di [[RKZ]] St. Vincentius, Surabaya. Msgr. de Backere CM-lah yang memanggil para Suster SSpS untuk menangani Rumah Sakit tersebut tahun 1925, dan berkata dalam sambutan pembukaannya bahwa karya ini telah berada di "tangan-tangan yang baik."<ref>Anton Bastiaensen CM, "In Memoriam Mgr. Theophile de Backere CM", dalam ''Missiefront'' 1945.</ref> Dalam dokumen-dokumen surat-surat yang tersimpan di generalat CM, Msgr. de Backere CM sebenarnya telah memanggil para [[Suster Puteri Kasih]] (PK) hingga dua kali untuk berkarya di rumah sakit itu.<ref>''Surat Romo de Backere CM kepada Superior Jenderal CM di Paris tertanggal 29 Juni 1925''; Bdk. Armada Riyanto CM, ''80 Tahun Romo-Romo CM di Indonesia'', CM Provinsi Indonesia, Surabaya, hlm. 58-59.</ref> Tetapi, karena keterbatasan jumlah tenaga, Provinsi PK Belanda menolak, dan baru datang ke Indonesia tahun 1931 untuk menangani karya sosial, Panti Asuhan Don Bosco.
 
Menurut rekan kerja sekaligus anak buahnya, Romo Anton Bastiaensen CM, Msgr. de Backere CM memiliki kepandaian untuk memberi semangat kepada para misionaris muda agar mau belajar dan mencintai kebudayaan Jawa. Msgr. de Backere sendiri sangat mencintai orang-orang Jawa. Dia berkata: "Siapa bisa berbahasa Jawa, dia bisa berkomunikasi dengan empat puluh juta manusia."<ref>Ibid.</ref> Pendirian [[Gereja Puhsarang]] adalah salah satu cetusan yang dengan penuh kebanggaan ia dukung dan promosikan. Dia adalah pemimpin Gereja yang meletakkan batu pertama pendirian Gereja Keraton Jawa tersebut .<ref>''Missiefront'', Februari 1948, 2-6</ref>.
 
Disamping kecintaannya pada kebudayaan Jawa, Msgr. de Backere CM juga mempromosikan karya pendidikan bagi anak-anak keturunan [[Tionghoa]] (Cina). Di Kertosono pernah didirikan sekolah untuk anak-anak Tionghoa.<ref>Ibid.</ref>
Baris 19 ⟶ 20:
 
== Saat Krisis ==
Kemunduran misi Gereja di wilayah keuskupan Surabaya terjadi ketika Msgr. de Backere makin terjepit oleh terbatasnya dana di satu pihak dan kesulitan finansial yang membelit Eropa dan dunia pada umumnya di lain pihak.<ref>''St. Vincentius a Paulo. Tweemaandelijksch Tijdschrift van de Congregatie der Missie Lazaristen'', November 1933, hlm. 172. Bdk. Wawancara dengan Mgr. de Backere CM dalam sebuah majalah ''de Nieuwe Kourier'' edisi Januari 1933 dimana dia berkata bahwa "lima bulan lagi karya misi di Surabaya akan bangkrut". Wawancara ini dimuat juga dalam majalah ''St. Vincentius a Paulo''</ref>. Dalam kunjungannya ke Belanda pada kesempatan liburan, Msgr. de Backere CM mengatakan bahwa dirinya adalah seorang "uskup" tanpa tongkat kekuasaan; yang dia miliki hanyalah tongkat untuk "mengemis". Dari surat-suratnya, diketahui bahwa Msgr. de Backere sangat tertekan oleh keadaan sulit yang membelit karya Gereja di keuskupan Surabaya yang sangat dia cintai dalam hidupnya. Apalagi, saat-saat tahun kedatangan Nippon ([[Jepang]]) tahun 1941, karya misi mengalami kehancuran.
 
Kepemimpinan Msgr. de Backere CM juga mendapat beberapa kritikan tajam dari para rekan misionaris dari CM berkaitan dengan sikap dan kebijakannya yang kaku, ia telah dipandang berjasa sebagai pemimpin peletak dasar karya pewartaan [[Injil]] di sebuah keuskupan yang kelak akan berkembang dengan pesat karena entusiasme umat dan tenaga-tenaga pastoralnya, Keuskupan Surabaya. Sejarah selanjutnya, kepemimpinan Msgr. de Backere CM diteruskan oleh Msgr. [[Michael Verhoeks CM]].