Kadirun Yahya: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Bachtiar Djanan (bicara | kontrib)
editing kontent
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
 
(41 revisi perantara oleh 11 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{Infobox Ulama Muslim|nama=KadirunAyahanda YahyaGuru|nama_ibu=Siti Dour Aminah Siregar|tempat_makam=Surau Qutubul Amin, Arco, Depok, Jawa Barat|tempat_wafat=Arco, Depok, Jawa Barat|umur_wafat_m=84 tahun|tgl_wafat_m=9 Mei 2001|tgl_wafat_h=15 Safar 1422 H|mazhab_aqidah_sunni_1=Syafi'i|thariqah_sunni_1=Tarekat Naqsyabandiyah Khalidiyah|etnis=Mandailing|nama_ayah=Sutan Sori Alam Abdullah Harahap|glr_islam_dpn=Al 'Arif Billah|thn_lahir_m=20 Juni 1917|tgl_lahir_h=30 Sya'ban 1335 H|nama_lahir=Muhammad Amin|caption=Prof. DRDr. H. Saidi Syaikh Kadirun Yahya Muhammad Amin, MSc.|alt=Prof. DRDr. H. Saidi Syaikh Kadirun Yahya Muhammad Amin, MSc.|image=File:Prof. DR_DR. H_H. Sayyidi Syeikh Kadirun Yahya Muhammad Amin_Sayyidi_Syeikh_Kadirun_Yahya_Muhammad_Amin.jpgpng|tempat_lahir=Pangkalan Brandan, Sumatera Utara|gelar_bangsawan=Patuan Baleo Rahmatsyah|negara_makam=Indonesia|glr_tengah=Saidi Syaikh|above_end_special=Muhammad Amin Al-Khalidi}}
 
'''Prof. Dr. H. Saidi Syekh Kadirun Yahya Muhammad Amin Al Khalidi '''(lahir di [[Pangkalan Brandan]], [[SumatraSumatera Utara|Sumatera Utara]] 1917 - meninggal di Arco, Depok, Jawa Barat 2001, pada usia 84 tahun) adalah seorang [[ulama]] [[tasawuf]] atau tokoh [[sufi]] kharismatik dari Indonesia. Ia adalah [[mursyid]] [[Tarekat Naqsyabandiyah]] Khalidiyah, salah satu [[tarekat]] terbesar di Indonesia, di mana tarekat yang dipimpinnya berkembang pesat di dalam maupun luar negeri. Lebih dari 700 tempat [[Zikir|dzikir]]/surau/alkah telah didirikan, dan setiap tahunnya diselenggarakan kegiatan [[suluk]] (i'tikaf, ibadah dan dzikir intensif selama 10 hari) hingga 10 kali di berbagai tempat, di Indonesia dan [[Malaysia]].<ref>{{Cite web|url=https://republika.co.id/berita/dunia-islam/tasawuf/12/01/18/lxzphe-tarekat-naqsyabandiyah-di-nusantara-1|title=Tarekat Naqsyabandiyah di Nusantara (1)|date=2012-01-18|website=Republika Online|language=id|access-date=2020-06-04}}</ref>.
 
Syekh Kadirun Yahya adalah salah satu ulama [[tarekat]] yang dinilai berhasil memadukan antara ilmu [[Zikir|dzikir]] serta ilmu pengetahuan dan teknologi modern.<ref name=":0">{{Cite book|title=Tasawuf dan Tarekat Naqsyabandiyah Pimpinan Prof. Dr. H. Saidi Syekh Kadirun Yahya|last=Nur|first=Prof. K. H. Djamaan|publisher=USU Press|year=2002|isbn=979-458-191-7|location=Medan|pages=}}</ref> Ia banyak membuat tulisan-tulisan ilmiah, serta menjadi pemakalah dan pembicara dalam berbagai forum ilmiah, untuk menyampaikan gagasan dan pemikirannya mendeskripsikan tarekat dalam bahasan sains, yang disebutnya sebagai "Teknologi Metafisika Al-Qur'an". Pemikiran, sosok kepribadian, dan pola dakwah Syekh Kadirun Yahya yang unik dan berbeda dengan ulama-ulama pada umumnya ini, juga telah banyak diteliti dan ditulis para akademisi, peneliti, dan penulis, baik dari Indonesia maupun luar negeri.
 
Syekh Kadirun Yahya juga memiliki perhatian khusus terhadap dunia pendidikan. Ia mendirikan lembaga pendidikan dari Taman Kanak-Kanak, SD, SMP, SMA, SMK, sampai dengan Perguruan Tinggi di [[Medan]].<ref>{{Cite journal|last=Ridjal|first=Syamsur|year=2013|title=Tarekat Naqsyabandiyah Syeikh Kadirun Yahya dan Pengalamannya di Kota Jambi|url=http://103.28.220.26/index.php?ref=browse&mod=viewarticle&article=298399|journal=Innovatio : Journal for Religious Innovations Studies|location=Jambi|publisher=Program Pasca Sarjana, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Sulthan Thaha Saifuddin Jambi|publication-date=Januari 2013|volume=13|issue=1|pages=|doi=|issn=2541-2167}}</ref> Pada tahun 1956, ia mendirikan Akademi Metafisika, yang pada tahun 1961 berubah nama menjadi [[Universitas Pembangunan Panca Budi]]. Di perguruan tinggi ini Syekh Kadirun Yahya telah mengembangkan Fakultas Ilmu Kerohanian dan Metafisika, untuk merumuskan ilmu kerohanian (agama) dan sains dalam kerangka berpikir ilmu pengetahuan.
 
== Biografi ==
Syekh Kadirun Yahya dilahirkan di [[Pangkalan Brandan]], [[SumatraSumatera Utara]], pada tanggal [[20 Juni 1917]] bertepatan dengan 30 Sya'ban 1335 H dari ibu yang bernama Siti Dour Aminah Siregar dan ayah yang bernama Sutan Sori Alam Abdullah Harahap. Ayah Syekh Kadirun Yahya adalah seorang pegawai perminyakan (BPM) Pangkalan Berandan yang berasal dari kampung Sikarang-karang, [[Kota Padang Sidempuan|Padang Sidempuan]]. Keluarga besarnya adalah keluarga islamis religius yang ditandai dengan nenek dari pihak ayah dan ibunya adalah dua orang [[Syekh]] [[Tarekat]], yaitu Syekh Yahya dari pihak ayah dan Syekh Abdul Manan dari pihak ibu.<ref name=":0" /> Keluarga ini sering dikunjungi oleh para Syekh pada zaman dahulu.
 
== Riwayat Pendidikan ==
Baris 15:
 
# H.I.S ([[Hollandsch-Inlandsche School|Hollandsche Inlandsche School]]) setingkat SD, di Tanjung Pura, 1924 – 1931 (tamat)
# [[Meer Uitgebreid Lager Onderwijs|MULO]]-B ([[Meer Uitgebreid Lager Onderwijs]]) setingkat SMP, di Medan, tahun 1931-1935 (tamat dengan voorklasse)
# [[SMA Negeri 3 Yogyakarta|AMS-B]] ([[Algemeene Middelbare School|Aglemene Middelbare School]]), setingkat SMU, di [[Yogyakarta]], tahun 1935-1938 (tamat dengan beasiswa)
# Kuliah Umum Ketabiban tahun 1938-1940
# Kuliah Ilmu Jiwa, [[Amsterdam]] tahun 1940-1942 (tamat)
Baris 29:
== Riwayat Pekerjaan ==
 
Adapun riwayat pekerjaan Prof. Dr. H. Saidi Syekh Kadirun Yahya adalah:<ref name=":0" />:
 
# Guru Sekolah [[Muhammadiyah]] di [[Tapanuli Selatan]] (1942 - 1945)
Baris 37:
# Staf pada [[Departemen Pertanian Republik Indonesia|Departemen Pertanian]] pada tahun 1961 - 1968.
# Ketua umum Yayasan Prof. Dr. Kadirun Yahya pada tahun 1956 - 1998.
# Guru besar pada beberapa perguruan tinggi seperti [[Universitas SumatraSumatera Utara]], [[Universitas Padjadjaran|Unpad]], [[Universitas Panca Budi]], Universitas Prof. Dr. Mustopo, [[Sekolah Staf dan Komando Angkatan Darat|SESKOAD]], [[Universitas Muhammadiyah SumatraSumatera Utara]] (1960 - 1978).
# Rektor [[Universitas Pembangunan Panca Budi]]/Perguruan Panca Budi pada tahun 1961 sampai dengan 1998.
# Aspri (Asisten Pribadi) Panglima Mandala I Sumatera di bawah pimpinan Letjen A. Yunus Makoginta, sebagai Kolonel Aktif pada masa [[Dwikora]] (1964-1965).
# Aspri (Asisten Pribadi) Panglima Mandala I Sumatra di bawah pimpinan Letjen A. Yunus Makoginta dengan pangkat Kolonel (1965 - 1967).
# Anggota Dewan Kurator Seksi Ilmiah di [[Universitas Sumatera Utara|Universitas SumatraSumatera Utara]] pada tahun 1965 sampai dengan 1970.
# Pembantu khusus dengan pangkat Kolonel aktif pada Dirbinum Hankam di bawah pimpinan Letjen. R. Sugandhy pada tahun 1967-1968.
# Diperbantukan dari [[Departemen Pertanian Republik Indonesia|Departemen Pertanian]] ke Penasehat Ahli [[Menko Kesra]] pada tahun 1968 hingga 1974.
# Penasehat pribadi (free lance) Menteri Pertahanan Malaysia, Dato’ Hj. Hamzah Bin Hj. Abu Samah, tahun 1974-1975
# Penasehat ahli [[Menko Kesra]], tahun 1986 - 1998.
# Penasehat ahli/konsultan pada Direktorat Litbang [[Kepolisian Negara Republik Indonesia|Mabes Polri]], Jakarta pada tahun 1990 hingga 2001.
Baris 50:
 
== Riwayat Berorganisasi ==
[[Berkas:Prof. DR. H. Sayyidi Syeikh Kadirun Yahya Muhammad Amin (19).jpg|al=Prof. DR. H. Sayyidi Syeikh Kadirun Yahya dalam kegiatan militer|jmpl|Prof. DR. H. Saidi Syekh Kadirun Yahya dalam kegiatanatribut militer (foto koleksi keluarga Prof. DR. H. Kadirun Yahya, tahun 1964)]]
Adapun riwayat berorganisasi Prof. Dr. H. Saidi Syekh Kadirun Yahya adalah:
 
Baris 57:
# Ketua Umum Islamic Phylosophical Institute (non politik) dalam dan luar negeri, tahun 1960 – 1972.
# Anggota Presidium Seksi Ilmiah merangkap ketua Cabang Sumut Team Konsultasi Penganut Agama Seluruh Indonesia, tahun 1962-1972.
# Pendiri [[Universitas Pembangunan Panca Budi]] Medan (sebelumnya bernama Akademi Metafisika), berdiri tahun 1956
# Pendiri Perguruan Panca Budi Medan (bermula dari Sekolah Pertanian Menengah Atas (SPMA/SPP, saat ini telah ada TK/PAUD, SD, SMP, SMA, SMK), berdiri tahun 1961
# Penasehat umum Yayasan Baitul Amin, Jakarta tahun 1963 – 2001.
# Anggota Konferensi Islam Asia Afrika Jakarta, tahun 1964.
Baris 69:
# Anggota Dewan Pembina Pusat Persatuan Tarbiyah Islamiyah/[[GOLKAR|Golkar]], tahun 1989 – 2001.
# Penasehat Gerakan Seribu Minang ([[Gebu Minang]]), tahun 1989 – 2001.
# Anggota Dewan Penasehat [[Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia|Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia]] (ICMI), tahun 1991 – 2001.
 
== Piagam Penghargaan ==
[[Berkas:Prof. DR_DR. H_H. Sayyidi Syeikh Kadirun Yahya Muhammad Amin _Sayyidi_Syeikh_Kadirun_Yahya_Muhammad_Amin_(28).jpgpng|al=Prof. DR. H. Sayyidi Syeikh Kadirun Yahya Muhammad Amin|jmpl|Prof. DR. H. Saidi Syekh Kadirun Yahya Muhammad Amin]]
Dari karya dan baktinya kepada negara, Syekh Kadirun Yahya mendapat piagam-piagam penghargaan,<ref name=":1">Mutmainnah, Anisah (2018). "[http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/4672 Studi Deskriptif Pemikiran Politik Syekh Tarekat Naqsyabandiyah Khalidiyah tentang Hidup Bernegara]". Skripsi thesis, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara, Medan</ref>, antara lain:
 
# [[Satyalancana Penegak|Satya Lencana Penegak]], dari Menteri Pertahanan dan Keamanan RI, tahun 1996.
# Piagam ucapan terima kasih dari PEMDA TK I Jawa Barat atas bantuannya secara material, moril, dan doa untuk menghentikan letusan [[Gunung Galunggung]], tahun 1982.
# Piagam ucapan terimakasihterima kasih atas bantuan dalam bidang Kamtibmas, dari Kapolri Jenderal (Pol) RI Jenderal [[Anton Soedjarwo]], tahun 1986.
# Piagam ucapan terimakasihterima kasih atas bantuan dalam bidang Kamtibmas, dari Kepala Kepolisian Daerah Metro Jaya Mayjend. Pol. Soedarmaji, tahun 1986.
# Piagam ucapan terimakasihterima kasih atas bantuannya memberikan dukungan moril dan doa menemukan lokasi jatuhnya [[Merpati Nusantara Airlines|pesawat Merpati]], tahun 1988.
# Piagam ucapan terimakasihterima kasih atas bantuan dalam bidang Kamtibmas, dari Kepala Kepolisian Daerah Metro Jaya Mayjend. Pol. Much. [[Poedy Sjamsoedin]] S, tahun 1988.
# Piagam ucapan terimakasihterima kasih atas bantuan dalam bidang Kamtibmas, dari Komandan Datasemen Inteljen KODAM I / BB Letkol. Inf. Sutoro Santo, tahun 1989.
# Piagam ucapan terimakasihterima kasih atas turut serta mensukseskan program [[GOLKAR|Golkar]], dari Dewan Pimpinan Pusat [[Golongan Karya]], Bapak [[Soedharmono|Sudharmono]], SH, tahun 1987.
# Piagam ucapan terimakasihterima kasih atas turut serta mensukseskan program [[GOLKAR|Golkar]], dari Dewan Pimpinan Pusat [[Golongan Karya]], Bapak [[Wahono]], tahun 1989.
# Piagam ucapan terimakasihterima kasih atas bantuan dalam bidang Kamtibmas, dari Komandan Satuan [[Korps Brigade Mobil|Brigade Mobil]] Dit Samapta Kepolisian Daerah Sumatera Utara Letkol. Pol. Drs. P.E. Kalangi, tahun 1991.
# Pejuang / Perintis Kemerdekaan, dari Gubernur Daerah Tk. I Sumatera Utara Bapak [[Raja Inal Siregar]], tahun 1992.
 
== Sejarah belajar Tarekat/ Sufi ==
[[Berkas:Prof. DR. H. Sayyidi Syeikh Kadirun Yahya Muhammad Amin (36).jpg|al=Masa muda Prof. H. Sayyidi Syeikh Kadirun Yahya|jmpl|Masa muda Prof. H. Saidi Syekh Kadirun Yahya (foto sekitar tahun 1950-an)]]
'''Prof. Dr. H. Saidi Syekh Kadirun Yahya''' mengenal tarekat pada tahun 1943-1946 melalui seorang khalifah dari Syekh Syihabuddin Aek Libung (1892-1967) yang berasal dari [[Sayur Matinggi, Tapanuli Selatan|Sayur Matinggi]], [[Kabupaten Tapanuli Selatan|Tapanuli Selatan]].<ref name=":4">{{Cite book|url=https://www.worldcat.org/oclc/489734391|title=Agama dan pergeseran representasi : konflik dan rekonsiliasi di Indonesia|date=2009|publisher=Wahid Institute|others=Wakano, Abidin, 1973-|isbn=978-602-95295-0-0|edition=Cet. 1|location=Jakarta, Indonesia|oclc=489734391}}</ref> Pada waktu itu masa pergolakan ([[penjajahan Jepang]]) dan ia belum terlalu mendalami tarekat.
 
'''Prof. Dr. H. Saidi Syekh Kadirun Yahya''' mengenal tarekat pada tahun 1943-1946 melalui seorang khalifah dari Syekh Syihabuddin Aek Libung (1892-1967) yang berasal dari [[Sayur Matinggi, Tapanuli Selatan|Sayur Matinggi]], [[Kabupaten Tapanuli Selatan|Tapanuli Selatan]].<ref name=":4">{{Cite book|url=https://wwwcatalogue.worldcatnla.orggov.au/oclcRecord/4897343914739022|title=Agama dan pergeseran representasi : konflik dan rekonsiliasi di Indonesia|last=Wahid|first=Yenny Zannuba|date=2009|publisher=Wahid Institute|others=Wakano, Abidin, 1973-|isbn=978-602-95295-0-0|editioneditor-last=Cet.Dja'far|editor-first=Alamsyah 1M.|location=Jakarta, Indonesia|pages=|oclc=489734391|url-status=live}}</ref> Pada waktu itu masa pergolakan ([[penjajahan Jepang]]) dan ia belum terlalu mendalami tarekat.
Pernikahan Syekh Kadirun Yahya muda dengan putri Syekh Haji Jalaluddin yang bermukim di Bukit Tinggi, yang kala itu merupakan tempat pertemuan para Syekh tarekat, memberinya peluang untuk memperdalam tarekat.<ref name=":5">{{Cite book|url=https://www.worldcat.org/oclc/949660598|title=Tarekat Naqsyabandiyah di Indonesia : survei historis, geografis dan sosiologis|last=Bruinessen, Martin van.|date=1994|publisher=Penerbit Mizan|isbn=979-433-000-0|edition=Rev. ed|location=Bandung, Indonesia|oclc=949660598}}</ref> Melalui mertuanya inilah Syekh Kadirun Yahya muda akhirnya berkenalan dengan Syekh yang kelak menjadi guru utamanya, yaitu Saidi Syekh Muhammad Hasyim Buayan, di mana Syekh Muhammad Hasyim Buayan mendapatkan ijazah tarekat Naqsyabandiyah dari Syekh ‘Ali al-Rida di [[Jabal Abu Qubais, Mekkah|Jabal Abu Qubays, Mekkah]], yang dibantu oleh Syekh Husain. Keduanya adalah khalifah dari Syekh Sulaiman al-Zuhdi.<ref>{{Cite journal|last=Mohamad al-Merbawi|first=Abdul Manam Bin|last2=Abdullah|first2=Mohd Syukri Yeoh|last3=Abdullah|first3=Osman Chuah|last4=Wan Abdullah|first4=Wan Nasyrudin Bin|last5=Ahmad|first5=Salmah|date=2012-12-02|year=2012|title=Tarekat Naqshabandiyyah Khalidiyyah in Malaysia: A Study on the Leadership of Haji Ishaq bin Muhammad Arif|url=http://jurnalmiqotojs.uinsu.ac.id/index.php/jurnalmiqot/article/view/120|journal=MIQOT: Jurnal Ilmu-ilmu Keislaman|location=Medan|publisher=Universitas Islam Negeri Sumatera Utara|volume=36|issue=2|pages=299-319|doi=10.30821/miqot.v36i2.120|issn=2502-3616}}</ref>
 
Pernikahan Syekh Kadirun Yahya muda dengan putri Syekh [[Haji Jalaluddin]] yang bermukim di [[Kota Bukittinggi|Bukit Tinggi]], yang kala itu merupakan tempat pertemuan para Syekh tarekat, memberinya peluang untuk memperdalam tarekat.<ref name=":5">{{Cite book|url=https://www.worldcat.org/oclc/949660598|title=Tarekat Naqsyabandiyah di Indonesia : survei historis, geografis dan sosiologis|last=Bruinessen, Martin van.|date=1994|publisher=Penerbit Mizan|isbn=979-433-000-0|edition=Rev. ed|location=Bandung, Indonesia|oclc=949660598}}</ref> Melalui mertuanya inilah Syekh Kadirun Yahya muda akhirnya berkenalan dengan Syekh yang kelak menjadi guru utamanya, yaitu Saidi Syekh [[Muhammad Hasyim Buayan]], di mana Syekh Muhammad Hasyim Buayan mendapatkan ijazah tarekat Naqsyabandiyah dari Syekh ‘Ali al-Rida di [[Jabal Abu Qubais, Mekkah|Jabal Abu Qubays, Mekkah]], yang dibantu oleh Syekh Husain. Keduanya adalah khalifah dari Syekh Sulaiman al-Zuhdi.<ref>{{Cite journal|last=Mohamad al-Merbawi|first=Abdul Manam Bin|last2=Abdullah|first2=Mohd Syukri Yeoh|last3=Abdullah|first3=Osman Chuah|last4=Wan Abdullah|first4=Wan Nasyrudin Bin|last5=Ahmad|first5=Salmah|date=2012-12-02|year=2012|title=Tarekat Naqshabandiyyah Khalidiyyah in Malaysia: A Study on the Leadership of Haji Ishaq bin Muhammad Arif|url=http://jurnalmiqotojs.uinsu.ac.id/index.php/jurnalmiqot/article/view/120|journal=MIQOT: Jurnal Ilmu-ilmu Keislaman|location=Medan|publisher=Universitas Islam Negeri Sumatera Utara|volume=36|issue=2|pages=299-319|doi=10.30821/miqot.v36i2.120|issn=2502-3616}}</ref>
Pada tahun 1947, Syekh Kadirun Yahya muda hadir di rumah murid Saidi Syekh Muhammad Hasyim, di [[Bukit Tinggi]], [[Sumatra Barat]]. Ketika itulah ia pertama sekali mengikuti kegiatan tawajuh atau [[zikir]] berjamaah yang dipimpin oleh Saidi Syekh Muhammad Hasyim, seorang Syekh [[tarekat Naqsyabandiyah]] yang tinggal di nagari Buayan Lubuk Aluang, Kecamatan Batang Anai, [[Kabupaten Padang Pariaman]], [[Sumatra Barat|Sumatera Barat]].
 
Pada tahun 1947, Syekh Kadirun Yahya muda hadir di rumah murid Saidi Syekh Muhammad Hasyim, di [[Bukit Tinggi]], [[SumatraSumatera Barat]]. Ketika itulah ia pertama sekali mengikuti kegiatan tawajuh atau [[zikir]] berjamaah yang dipimpin oleh Saidi Syekh Muhammad Hasyim, seorang Syekh [[tarekat Naqsyabandiyah]] yang tinggal di nagari Buayan [[Lubuk Alung, Padang Pariaman|Lubuk Aluang,]] Kecamatan Batang Anai, [[Kabupaten Padang Pariaman]], [[SumatraSumatera Barat|Sumatera Barat]].
 
Saidi Syekh Muhammad Hasyim Buayan adalah orang yang disiplin dalam melaksanakan ketentuan tawajuh, dan biasanya siapa saja yang belum ikut tarekat belum diperbolehkan ikut dalam kegiatan ini. Tetapi pada waktu tawajuh hendak dilaksanakan, saat itu Saidi Syekh M. Hasyim Buayan melihat Kadirun Yahya muda, dan membolehkannya ikut tawajuh dengan diajarkan kaifiat (tata cara) singkat oleh khalifahnya pada saat itu juga. Ini merupakan peristiwa yang langka terjadi pada murid Tarekat Naqsyabandiyah seperti yang terjadi atas diri Syekh Kadirun Yahya, yaitu belum memasuki tarekat tetapi sudah mengikuti kegiatan tawajuh.
 
Dalam situasi [[Agresi Militer Belanda II]], pada tahun 1949 Syekh Kadirun Yahya mengungsi ke pedalaman [[Tanjung Alam, Tanjung Baru, Tanah Datar|Tanjung Alam]], [[Batusangkar (kota)|Batu Sangkar]], Sumatera Barat. Di sini ia mencari sebuah masjid/surau, untuk shalat dan berdzikir, selama berjam-jam, berhari-hari. Pada suatu hari datanglah ke Masjid tersebut sekelompok orang dengan maksud melaksanakan khalwat/[[suluk]], yang dipimpin oleh seorang khalifah dari Syekh Abdul Majid Tanjung Alam (1873-1958), seorang Syekh dari Guguk Salo (Tanjung Alam, Batusangkar) yang juga dikenal dengan sebutan Syekh Abdul Majid Guguk Salo. Khalifah dari Syekh Abdul Majid ini meminta agar Syekh Kadirun Yahya memimpin suluk tersebut, dan semula ditolaklah permintaan tersebut. Tetapi setelah berkonsultasi lebih lanjut, maka ia bersedia dengan syarat harus ada izin dari Syekh Muhammad Hasyim. Setelah mendapatkan izin barulah ia memimpin suluk. Ini merupakan sebuah peristiwa yang langka, di mana Syekh Kadirun Yahya belum pernah mengikuti suluk, tetapi diberi kepercayaan dan amanah untuk mensulukkan orang.
 
Setelah kejadian tersebut, Syekh Kadirun Yahya menemui Syekh Abdul Majid untuk meminta suluk. Setelah suluk berakhir, ia mendapatkan satu ijazah dari Syekh Abdul Majid. Menurut menantu/wakil/penjaga suluk yaitu khalifah H. Imam Ramali, Syekh Abdul Majid Guguk Salo pernah berkata bahwa Syekh Kadirun Yahya, adalah orang yang benar-benar mampu melaksanakan suluk dan kelak akan dikenal diseluruhdi seluruh dunia sebagai pembawa tarekat Naqsyabandiyah.
 
Selanjutnya Syekh Kadirun Yahya, kembali menjumpai Saidi Syekh M. Hasyim Buayan untuk mempertanggung jawabkan kegiatan beliau yang “di luar prosedur lazim” tersebut dan sekaligus meminta suluk. Hal ini diperkenankan oleh Saidi Syekh M. Hasyim Buayan dengan langsung membuka suluk.
 
Selama gurunya masih hidup, setiap minggu Syekh Kadirun Yahya berziarah kepada Saidi Syekh M. Hasyim Buayan (tahun 1950–1954). Setelah gurunya wafat, ziarah tetap dilanjutkan antara 1 (satu) sampai dengan 3 (tiga) kali dalam setahun. Pada tahun 1950, Saidi Syekh M. Hasyim Buayan mengangkat Kadirun Yahya menjadi khalifah. Pemberian ijazah kepada Kadirun Yahya sekaligus menempatkannya dalam daftar silsilah ke-35 dalam urutan silsilah Tarekat Naqsyabandiyah Al-Khalidiyah. Dua tahun kemudian Syekh Kadirun Yahya mendapatkan predikat Syekh penuh dengan gelar Saidi Syekh.<ref>{{Cite journal|last=Fakhriati|first=|year=2013|title=Kadirun Yahya: Perjalanan Menuju Saidi Syekh dalam Tarekat Naqsyabandiyah Kholidiyah|url=https://adoc.tips/kadirun-yahya-perjalanan-menuju-saidi-syekh-dalam-tarekat-na.html|journal=Jurnal Lektur Keagamaan|publisher=Puslitbang Lektur dan Khazanah Keagamaan, Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI, Jakarta|volume=11|issue=1|pages=238-260|doi=|issn=1693-7139}}</ref>
 
Penilaian Saidi Syekh M. Hasyim Buayan tentang Syekh Kadirun Yahya adalah: Saidi Syekh Kadirun Yahya, mendapatkan apresiasi tinggi, antara lain dari segi ketakwaan, kualitas pribadi dan kemampuan melaksanakan suluk sesuai dengan ketentuan [[Akidah Islam|akidah]] dan [[Syariat Islam|syariat]] Islam. Syekh Kadirun Yahya, menjadi satu-satunya murid Saidi Syekh M. Hasyim Buayan yang diangkat menjadi Saidi Syekh di makam gurunya, yaitu Saidi Syekh Sulaiman al-Khalidi Hutapungkut (1841-1917) di Hutapungkut, [[Kotanopan, Mandailing Natal|Kota Nopan, Mandailing Natal]], Sumatera Utara, dan diumumkan ke seluruh Negeri.
 
Dalam Ijazah Syekh Kadirun Yahya dicantumkan kata-kata, “Guru dari orang-orang cerdik pandai, Ahli mengobat", yang baru beberapa puluh tahun kemudian terbukti kebenarannya. Syekh Kadirun Yahya diberi izin untuk melaksanakan dan menyesuaikan segala ketentuan Tarekat Naqsyabandiyah dengan kondisi zaman, sebab semua hakikat ilmu telah dilimpahkan gurunya padanya.<ref name=":3">{{Cite journal|last=Bruinessen|first=Martin Van|year=2007|title=After The Days of Abu Qubays: Indonesian Transformations of The Naqshabandiyya-Khalidiyya|url=https://www.academia.edu/2528996/After_the_days_of_Ab%C3%BB_Qubays_Indonesian_transformations_of_the_Naqshbandiyya-Kh%C3%A2lidiyya|journal=Journal of the History of Sufism|location=Paris, France|publisher=Simurg Press|volume=5|issue=|pages=225-252|doi=|issn=1302-6852|oclc=611947677}}</ref>
 
Pada suatu saat yang lain, Syekh Syihabuddin Aek Libung Sayur Matinggi juga memberikan ijazah dan pengakuan sebagai Syekh Tarekat kepada Syekh Kadirun Yahya.<ref>{{Cite journal|last=Erawadi|first=Erawadi|date=2014-06-09|year=2014|title=Pusat-Pusat Perkembangan Tarekat Naqsyabandiyah di Tapanuli Bagian Selatan|url=http://jurnalmiqotojs.uinsu.ac.id/index.php/jurnalmiqot/article/view/53|journal=MIQOT: Jurnal Ilmu-ilmu Keislaman|language=|location=Medan|publisher=Universitas Islam Negeri Sumatera Utara|volume=38|issue=1|pages=81-96|doi=10.30821/miqot.v38i1.53|issn=2502-3616}}</ref>. Syekh Syihabuddinn Aek Libung Sayur Matinggi pernah berkata kepada anak kandungnya yang menjaga suluk, yaitu Syekh Husein, bahwa muridnya yang benar-benar dapat menegakkan Suluk adalah Syekh Kadirun Yahya. <ref>{{Cite journal|last=Lubis|first=Sakban|year=2018|title=Tharekat Naqsabandiyah Kholidiyah Saidi Syekh Prof. Dr. H. Kadirun Yahya, MA di Universitas Pembangunan Panca Budi Medan|url=http://jurnal.dharmawangsa.ac.id/index.php/almufida/article/view/93|journal=Almufida: Jurnal Ilmu-Ilmu Keislaman|location=Medan|publisher=Fakultas Agama Islam Universitas Dharmawangsa|volume=03|issue=01|pages=44-69|doi=|issn=2715-6737}}</ref>
 
Pada tahun 1969, Syekh Kadirun Yahya berziarah dan bertemu dengan Syekh [[Muhammad Said Bonjol]]. Syekh Muhammad Said Bonjol memutuskan untuk memberikan kepada Syekh Kadirun sebuah benda berwujud semacam mahkota yang konon telah berusia lebih dari 300 tahun, yang dititipkan oleh guru Syekh Muhammad Said Bonjol, yaitu Syekh Ibrahim Kumpulan, di mana Syekh Ibrahim Kumpulan juga mendapatkannya dari gurunya, yaitu Saidi Syekh Sulaiman Al Qarimi ([[Jabal Abu Qubais, Mekkah|Jabal Abu Qubaisy]], [[Makkah|Mekkah]]), dengan pesan agar kelak diberikan kepada "seseorang yang pantas, yang memiliki tanda-tanda tertentu". Puluhan tahun berlalu, barulah “orang yang pantas” tersebut ditemukan oleh Syekh Muhammad Said Bonjol, yaitu Syekh Kadirun Yahya.
 
== Genealogi Kemuttashilan Sanad/Silsilah Tarekat Naqsyabandiah Al-Khalidiah ==
Baris 125:
# Asy Syekh [[Abu Ali Al-Fadl|Abu Ali Al-Fadhal bin Muhammad Aththusi Al-Farimadi qs]]
# Asy Syekh [[Yusuf Hamadani|Abu Yaqub Yusuf Al-Hamadani]] bin Ayyub bin Yusuf bin [[Husain bin Ali|Al-Husain]] qs dengan nama lain Abu Ali Assamadani
# Asy Syekh [[:en:Abdul_Khaliq_Ghijduwani|Abdul Khaliq Al-Fajduwani]] Ibnu Al Imam Abdul Jamil qs
# Asy Syekh [[Arif Riwgari]] qs
# Asy Syekh [[Mahmud Injir Al Faghnawi|Mahmud Al-Injir Al-Faghnawy]] qs
Baris 132:
# Asy Syekh Sayyid [[Amir Kulal]] bin Sayyid Hamzah qs
# Asy Syekh As Sayyid [[Bahauddin al-Bukhari an-Naqsyabandi|Muhammad Baha'uddin Bin Muhammad Bin Muhammad Asy Syarif Al Husaini Al Hasani Al Uwaisi Al Bukhari]] q.s
# Asy Syekh Muhammad Al-Bukhari Al-Khawarizumi yang dimasyhurkan namanya dengan Asy Syekh [[:en:Sayyid_Alauddin_Atar|Alauddin al-Aththar]] qs
# Asy Syekh [[Ya'qub al-Jarkhi|Ya'qub Al-Jarkhi]] qs
# Asy Syekh [[:en:Khwaja_Ahrar|Nashiruddin Ubaidullah Al-Ahrar Assamarqandi]] bin Mahmud bin Shihabuddin qs
# Asy Syekh [[:en:Muhammad_Zahid_Wakhshi|Muhammad Az-Zahid]] qs
# Asy Syekh [[Darwis Muhammad]] Samarqandi qs
# Asy Syekh [[:en:Muhammad_Khwaja|Muhammad Al-Khawajaki Al-Amkani]] Assamarqandi qs
# Asy-Syekh [[:en:Khwaja_Baqi_BillahKhwaja Baqi Billah|Muayyiduddin Muhammad Al-Baqi Billah]] q.s
# Asy Syekh [[:en:Ahmad_SirhindiAhmad Sirhindi|Ahmad Al Faruqy As Sirhindy]] qs
# Asy Syekh [[Muhammad  Ma'shum]] qs
# Asy Syekh [[Muhammad Sayfuddin|Muhammad Saifuddin]] qs
# Asy Syekh Asy-Syarif [[Nur Muhammad|Nur Muhammad Al-Badwani]] qs
# Asy Syekh [[:en:Mirza_Mazhar_JanMirza Mazhar Jan-e-Janaan|Syamsuddin Habibullah Jan Janan Muzhhar]] Al-'Alawi qs
# Asy Syekh [[:en:Ghulam_Ali_DehlaviGhulam Ali Dehlavi|Abdullah Ad-Dahlawy Al-'Alawy]] qs
# Asy Syekh Dhiyauddin [[:en:Khâlid-i_Shahrazurii Shahrazuri|Khalid Al-Utsmani Al-Kurd]]<nowiki/>i<nowiki/> qs
# Asy Syekh Abdullah Affandi qs
# Asy Syekh Sulaiman Al-Qarimi qs
Baris 155:
== Guru Para Cerdik Pandai ==
[[Berkas:Prof. DR. H. Sayyidi Syeikh Kadirun Yahya Muhammad Amin, masa muda.jpg|al=Prof. DR. H. Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya Muhammad Amin (dokumentasi tahun 1950-an)|jmpl|Prof. DR. H. Saidi Syekh Kadirun Yahya Muhammad Amin (dokumentasi tahun 1950-an)]]
Surau adalah tempat pembinaan murid-murid [[Tarekat Naqsyabandiyah|Tarekat Naqsyabandiah]] yang dipimpin oleh '''Prof. Dr. H. Saidi Syekh Kadirun Yahya'''. Pada tahun 1950, Prof. Dr. H. Saidi Syekh Kadirun Yahya mulai merintis sebuah surau di Bukit Tinggi. Di tempat ini juga pertama sekali beliau mengadakan [[suluk]] secara resmi atas izin dari gurunya, Syekh Muhammad Hasyim Buayan. Pada tahun 1955, Syekh Kadirun Yahya pindah ke Kampus SPMA Negeri Medan, sehingga aktivitas kesurauan juga ikut dipindahkannya ke tempat tersebut. Di tempat ini pula kelak berdiri [[Universitas Pembangunan Panca Budi]] sedangkan SPMA Negeri pindah ke Jln. Gatot Subroto Km. 12, Medan.
 
Latar belakang Prof. Dr. H. Saidi Syekh Kadirun Yahya, yang ilmuwan Fisika – Kimia, menguasai Bahasa Inggris, Jerman dan Belanda, serta menekuni Ilmu Filsafat Kerohanian dan Metafisika Islam khususnya [[Tasawuf]] dan [[Tarekat]], telah mewarnai syiar perkembangan [[Tarekat Naqsyabandiyah]] di masanya.<ref>Nurul Amin Hudin, LC (2016) [http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/23905 "Titik Temu Ilmu Eksakta dan Tasawuf Pemikiran Syekh Kadirun Yahya."] Masters thesis, Program Studi Agama dan Filsafat, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, Yogyakarta.</ref>
 
Syekh Kadirun Yahya pernah mengatakan, “Sewaktu manusia masih sederhana pemikirannya, agama tak mungkin diterangkan secara ilmiah yang sempurna. Walaupun sebenarnya Islam sebagai agama yang ilmiah dan amaliah. Oleh karena itu, sebagian besar agama diajarkan secara dogmatis dan kepercayaan semata-mata. Hanya sebagian kecil saja agama diajarkan secara ilmiah popular. Dengan meningkatnya ilmu pengetahuan, semakin nyata bahwa Islam adalah agama yang sangat ilmiah.”<ref>Yudhasatria, Ebma (2014). ''[https://eprints.uny.ac.id/13703/ "Pemikiran Kadirun Yahya Tentang Tasawuf 1950-2001."]'' Skripsi thesis, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Yogyakarta, Yogyakarta</ref>
 
Dalam berbagai kajiannya, ia menyampaikan bahwa kekuatan agama sebagai sesuatu yang nyata, fakta dan realita. Kekuatan ayat-ayat suci [[Al-Qur'an|Al-Qur’an]] adalah ilmu yang riil yang bisa dibuktikan seperti hukum-hukum fisika, kimia dan sebagainya. Hanya martabat dan dimensinya jauh lebih tinggi, mutlak dan sempurna.<ref name=":6">{{Cite journal|last=May|first=Asmal|date=2017-08-01|year=2017|title=MENYINGKAP ENERGI ZIKIR DALAM KONSEP TASAWUF SYEKH KADIRUN YAHYA|url=http://ejournal.uin-suska.ac.id/index.php/al-fikra/article/view/3856|journal=Al-Fikra : Jurnal Ilmiah Keislaman|location=Pekanbaru, Riau|publisher=Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim|volume=11|issue=1|pages=165–185|doi=10.24014/af.v11i1.3856|issn=2502-7263}}</ref>
 
Untuk itu, pada tanggal 27 November 1956, Syekh Kadirun Yahya mendirikan Akademi Metafisika di bawah ‘Yayasan Akademi Metafisika’, di Medan. Kemudian pada tahun 1980 ‘Yayasan Akademi Metafisika’ diubah namanya menjadi ‘Yayasan Prof. Dr. H. Kadirun Yahya’, sementara Akademi Metafisika berubah menjadi [[Universitas Pembangunan Panca Budi]] pada tahun 1961. Tujuan dariSyekh Kadirun Yahya mendirikan Yayasan ini adalah:
 
# Mengembangkan pendidikan dan pengajaran secara modern, baik pendidikan umum maupun pendidikan Agama Islam dari tingkat terendah sampai perguruan tinggi yang bersifat akademis maupun universitas;
# Mengembangkan ajaran Agama Islam berdasarkan Al-Qur’an, Al-Hadist dan [[Tasawuf]] Islam;
# Pengembangan ilmu ketabiban/kedokteran antara lain terhadap penyakit “lever abscess”, “lung abscess”, [[narkotika]], [[kanker kulit]], [[kanker payudara]], hemarrhoide (wasir), [[Sakit Jantung|jantung]], [[tumor]], [[batu empedu]], [[pankreas]], dan [[lever]], [[prostat]], [[AIDS]], mentruasi bulanan yang tidak pernah berhenti selama 8 tahun, dan berbagai penyakit aneh serta ganjil yang tidak dapat disembuhkan secara medis sebab mengandung unsur ghaib dan lain lain.<ref>Husin, Hamidun Mohamad; Jailani, Moh. Rushdan Mohd., Prof. DR. (2013). ''[http://perwadahusim.blogspot.com/2015/10/kelangsungan-amalan-tazkiyat-al-nafs.html "Kelangsungan Amalan Takziyat Al-Nafs: Instrospeksi Pengalaman Tarekat Naqshabandiyah Khalidiyah Yayasan Prof. DR. H. Kadirun Yahya di Malaysia."]'' Proceedings from conference on "Seminar Kebangsaan Pengajian Akidah dan Agama Kali ke-3 (2013), run by Program Pengajian Akidah dan Agama dengan kerjasama Fakulti Kepimpinan dan Pengurusan, Universiti Sains Islam Malaysia. Kuala Lumpur, Malaysia, 28 September 2013.</ref>
# Pembinaan kerohanian bagi masyarakat dan generasi muda yang “sesat jalan”, putus sekolah, kecanduan narkotika dan minuman keras, kenakalan remaja dan memberikan kepada mereka pendidikan formal/informal.<ref>{{Cite journal|last=Abdullah|first=Luqman|date=2018-08-16|year=2018|title=Kontribusi Tarekat Naqsabandiyah Terhadap Pendidikan Agama Islam Dan Perubahan Perilaku Sosial Jamaah (Studi Kasus Jamaah Tarekat Naqsabandiyah Di Dukuh Tompe, Kabupaten Boyolali)|url=http://e-journal.ikhac.ac.id/index.php/NAZHRUNA/article/view/39|journal=Nazhruna: Jurnal Pendidikan Islam|language=|volume=1|issue=1|pages=1–19|doi=10.31538/nzh.v1i1.39|issn=2614-8013}}</ref>
# Terbinanya insan yang berpengetahuan tinggi baik duniawi maupun akhirati dalam suasana lingkungan yang sehat dan lestari.<ref>{{Cite journal|last=Triyanta|first=Agus|year=2003|title=Tarekat Naqsabandiyah dan Konservasi Alam (Etika Lingkungan Lingkungan Hidup dalam Wawasan Keagamaan)|url=https://journal.uii.ac.id/Fenomena/|journal=Fenomena, Jurnal Ilmu-Ilmu Sosial Humaniora|location=Yogyakarta|publisher=Universitas Islam Indonesia|volume=1|issue=1|pages=80-96|doi=|issn=1693-4296}}</ref>
# Bidang bidang lainnya meliputi ketatanegaraan, menumpas [[Atheisme]]/[[komunisme]], kemasyarakatan dan lain lain.
 
Salah satu kegiatan utama dari Yayasan Prof. Dr. H. Kadirun Yahya adalah mendirikan rumah ibadah (surau-surau) untuk mengamalkan dzikrullah/ melaksanakan latihan mental spiritual (i’tikaf/suluk).<ref>{{Cite journal|last=Sutatminingsih|first=Raras|date=2016/12|title=The RELATIONSHIP BETWEEN The PRACTICE of SULUK with PSYCHOLOGICAL WELL BEING among THE SALIKS at TAREKAT NAQSYABANDIYAH and NON-SALIKS|url=https://www.atlantis-press.com/proceedings/phico-16/25875868|language=en|publisher=Atlantis Press|pages=215–218|doi=10.2991/phico-16.2017.41|isbn=978-94-6252-333-3}}</ref>. Sampai tahun 2000-an sudah berdiri 700-an surau/tempat wirid di seluruh Indonesia, 15 (lima belas) di [[Malaysia]], dan 1 (satu) di [[Amerika Serikat]].<ref name=":0" />
 
Untuk membentuk hubungan antar surau di tingkat pusat dibentuk Badan Koordinasi Kesurauan (BKK), sedang tingkat propinsi dibentuk Badan Kerjasama Surau (BKS). Selanjutnya Badan Koordinasi Kesurauan (BKK) membentuk suatu badan yang disebut Pusat Kajian Tasawuf, untuk mengangkat Ilmu Metafisika ke permukaan, khususnya Tasawuf dan Tarekat dengan mengadakan seminar, ceramah, dialog dan sebagainya.
 
Semasa hidupnya, Prof. Dr. H. Saidi Syekh Kadirun Yahya sering tampil sebagai pemakalah seminar-seminar nasional dan internasional yang mengedepankan tema seputar Teknologi Al -Qur’an dalam Tasawuf Islam. Tercatat ada 15 kali seminar nasional dan 2 kali seminar internasional yang melibatkan Prof. Dr. H. Saidi Syekh Kadirun Yahya sebagai narasumber. Semua karya-karyanya menegaskan apa yang telah dituliskan oleh guru-gurunya dalam ijazah kemursyidan, bahwa Prof. Dr. H. Saidi Syekh Kadirun Yahya adalah ‘Guru para cerdik pandai’.
 
== Tulisan Ilmiah ==
[[Berkas:Buku Prof. DR. H. Kadirun Yahya 04.jpg|al=buku-buku karya Prof. DR. H. Kadirun Yahya|jmpl|Sebagian buku-buku karya Prof. DR. H. Kadirun Yahya]]
Adapun tulisan-tulisan ilmiah karya Prof. Dr. H. Saidi Syekh Kadirun Yahya dalam format buku dan paper:<ref name=":2">Izzati, Nurul (2019). [http://digilib.uinsby.ac.id/31913/ "Kontroversi Tasawuf Nusantara: Kadirun Yahya dan perdebatan tentang otentisitas ajaran tarekat Naqsabandiyah Kholidiyah"]. Masters thesis, Program Studi Aqidah dan Filsafat Islam, Universitas Islam Negeri Sunan Ampel, Surabaya</ref>:
 
# Sinopsis Sistem Mendarah Dagingkan Pancasila. Penerbit: Lembaga Ilmiah Metafisika Tasawuf Islam (LIMTI), Medan, 1979.
Baris 190:
# Teknologi Modern dan Al Qur’an (Mengiringi Seminar Islam pada IAIN Medan). Penerbit: Lembaga Ilmiah Metafisika Tasawuf Islam (LIMTI), Medan, 1983.
# Teknologi Modern dan Al Qur’an atau Ilmu Metafisika Eksakta dalam mengupas 1SRA’ – MI’RAJ RASULULLAH SAW. Penerbit: Lembaga Ilmiah Metafisika Tasawuf Islam (LIMTI), Medan, 1984.
# AzasAsas-AzasAsas &. Dalil-Dalil Thariqatullah. Penerbit: Lembaga Ilmiah Metafisika Tasawuf Islam (LIMTI), Medan, 1984.
# Kumpulan Kuliah pada Lembaga Ilmiah Tasauf Islam. Penerbit: Lembaga Ilmiah Metafisika Tasawuf Islam (LIMTI), Medan, 1984.
# Mutiara Al-Qur'an dalam Capita Selecta tentang Agama, Metafisika, Ilmu Eksakta, jilid 3. Penerbit: Lembaga Ilmiah Metafisika Tasawuf Islam (LIMTI), Medan, 1985.
Baris 200:
# Relevansi dan Aplikasi Teknologi Al-Qur’an Pada Era Globalisasi, Ilmu Pengetahuan dan Teknologi”. Paper diseminarkan dalam rangka Dies Natalis [[Institut Teknologi Sepuluh Nopember|ITS Surabaya]] ke-34 di Kampus ITS Surabaya, 1994.
# Membentuk Insan Kamil dan Masyarakat Harmonis Menghadapi Perkembangan Peradaban Manusia Sampai Akhir Zaman. Paper dalam Forum Diskusi Filsafat [[Universitas Gadjah Mada]], Yogyakarta, 1994.
# Teknologi Al-Qur’an: Dalam Menghadapi Tantangan Zaman, Bogor: t.p., 1991997
 
== Pembicara dalam Forum Ilmiah ==
[[Berkas:Prof DR Kadirun Yahya dalam forum ilmiah.jpg|al=Prof. DR. H. Sayyidi Syeikh Kadirun Yahya dalam forum ilmiah|jmpl|Prof. DR. H. Saidi Syekh Kadirun Yahya dalam forum ilmiah|320x320px]]
Pada periode tahun 1986-1996 Prof. Dr. H. Saidi Syekh Kadirun Yahya sering kali mengadakan forum ilmiah maupun diundang sebagai pemakalah sekaligus pembicara dalam berbagai forum ilmiah seminar skala nasional dan internasional,<ref name=":1" />, antara lain:
 
# Temu ilmiah Seminar Internasional, “Teknologi Al Qur’an Dalam Tasawuf Islam”, diadakan oleh [[Universitas Panca Budi]] (UNPAB) di Medan pada Bulan Juni 1986.
Baris 221:
 
== Prinsip dan Motto Kerja ==
Pandangan hidup Prof. Dr. H. Saidi Syekh Kadirun Yahya dan motto-nya dalam bekerja, dirumuskan dalam Piagam Panca Budi,<ref>{{Cite journal|last=Hakim|first=U.N. Lukman|year=2011|title=Aktualisasi Metafisika dalam Kehidupan Manusia di Abad 21|url=http://jurnal.pancabudi.ac.id/|journal=Jurnal Ilmiah Abdi Ilmu|location=Medan|publisher=Universitas Pembangunan Panca Budi Medan|publication-date=Desember 2011|volume=4|issue=2|pages=602-6011611|doi=|issn=1979 - 5408}}</ref>, yaitu:
 
# Devotion or worship to God - Pengabdian kepada Allah Swt.;
# Devotion or worship to the nation - Pengabdian kepada Bangsa;
# Devotion or worship to the country - Pengabdian kepada Negara;
# Devotion or worship to the world - Pengabdian kepada Dunia;
# Devotion or worship to mankind and humanity - Pengabdian kepada Manusia dan Perikemanusiaan.
 
Baris 240:
 
=== Teknologi Metafisika Al-Qur'an ===
Salah satu fenomena islam Indonesia sejak tahun 1990an1990-an adalah perdebatan pendapat di antara ilmuwan muslim terkait hubungan agama dan sains, yang memunculkan istilah-istilah seperti islamisasi ilmu pengetahuan, ilmuisasi islam, obyektifikasi islam, keserasian, ayatisasi, integrasi, integrasi – interkoneksi, dan lainnya. Sejak 1970-1980an1980-an mulai dikenal nama-nama seperti [[Mohammad Rasjidi|Rasjidi]], [[Moenawar Chalil]], [[Hamka|Buya Hamka]], Hidajat Nataatmaja, [[Kuntowijoyo]], Mulyadhi Kartanegara, [[Amin Abdullah]], hingga Kadirun Yahya, yang mempelopori gerakan agama dan sains ini dalam tiga agenda, yaitu politik penguatan identitas keislaman, semangat melawan sekulerisasi barat, dan sikap defensif yang merupakan bagian dari dakwah.<ref>{{Cite journal|last=Bahri|first=Media Zainul|date=2018-12-01|year=2018|title=Expressing Political and Religious Identity: Religion-Science Relations in Indonesian Muslim Thinkers 1970-2014|url=https://aljamiah.or.id/index.php/AJIS/article/view/56106|journal=Al-Jami'ah: Journal of Islamic Studies|language=en|location=Yogyakarta|publisher=Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga|volume=56|issue=1|pages=155–186|doi=10.14421/ajis.2018.561.155-186|issn=2338-557X}}</ref>
 
Prof. Dr. H. Saidi Syekh Kadirun Yahya menggagas pemikiran melalui ilmu [[metafisika]] akan mampu menjelaskan apa sebenarnya agama itu. Misteri tentang agama yang misterius, mistis, tak terlihat, dll, bisa didekati dengan menggabungkan ilmu-ilmu eksakta (matematika, fisika, kimia, mekanika, biologi, dll), agar agama lebih bisa diterima oleh pikiran manusia. Umumnya, ajaran agama sulit dipahami karena tidak ada penjelasan yang logis, sehingga iman umat manusia rentan untuk bergeser ke [[atheisme]] atau [[Sekularisme|sekulerisme]].
 
Syekh Kadirun Yahya menggunakan teori metafisika dari perspektif sains,<ref>{{Cite journal|last=Syarifuddin|first=|last2=Prof. Dr. Muzakkir, MA|last3=Nur|first3=Dr.Anwarsyah|year=2017|title=Metaphysical thought Muhammad Iqbal and Correlation in the Reconstruction of the characters on Education Institutions (Case Study on Education Foundation of Prof. Dr. H. Kadirun Yahya)|url=https://www.ijirmf.com/wp-content/uploads/201712012.pdf|journal=International Journal for Innovative Research in Multidisciplinary Field|location=Gujarat, India|publisher=Research Culture Society|publication-date=31/12/2017|volume=3|issue=12|pages=63-72|doi=10.2015/IJIRMF.2455.0620|issn=2455-0620}}</ref>, untuk menunjukkan ilmiahnya ayat-ayat Al-Qur'an, dan bukan hanya sekedar [[Dogmatik|dogmatis]]. . Menurutnya ilmu metafisika eksakta sangat efektif untuk dipakai dalam menerangkan teori-teori ilmiah dari pelaksanaan teknis ilmu agama, termasuk di dalamnya bidang ilmu [[tasawuf]] dan [[Sufi|sufi.]].
 
Bagi Syekh Kadirun Yahya, metafisika adalah fisika di alam meta, merupakan suatu kenyataan tentang keberadaan (realitas) sesuatu secara eksak di alam meta (gaib, [[transenden]], abstrak), maka pendekatan ilmiah dalam pembahasan yang bersifat pasti dan memiliki batasan tertentu, akan lebih mudah mendapat pengertian dan pemahaman, di samping bahwa problem metafisika yang sesungguhnya dapat diterapkan dan dibuktikan eksistensinya, sehingga ilmu eksakta dapat dijadikan sebagai media pendukung dalam lingkungan metafisika dan ilmu pengetahuan.<ref name=":2" />
Baris 252:
Menurutnya, teknologi jangan selalu diartikan dengan hal-hal yang berhubungan dengan mesin atau komputer. Secara sederhana teknologi adalah serangkaian [[Metode ilmiah|metode]] yang mencakup pengertian yang lebih luas. Misalnya dalam mencangkul, diperlukan suatu metode atau cara. Tanpa menguasai bagaimana metode mencangkul, maka tidak dapat diperoleh hasil cangkulan yang baik, bahkan bisa membuat orang terluka. Dalam hal contoh sederhana yang lain, memasak misalnya, meskipun telah tersedia alat dan bahan yang diperlukan untuk memasak suatu masakan, tapi jika tidak mengetahui metode atau cara dalam memasak, maka masakan yang dimaksud tentu tidak akan jadi.<ref name=":2" />
 
Contoh yang lain, tentang air. Apabila diterapkan teknologi [[Elektrolisis air|elektrolisa]], air akan mengeluarkan tenaga dahsyat, air akan terurai menjadi [[oksigen]] dan [[atom]] [[hidrogen]], yang jika disatukan kembali dan disulut dengan menggunakan api, maka akan meledak dan menyemburkan api yang dapat melebur besi. Jika air dialirkan melalui turbin yang dirangkai dengan dinamo, akan mengeluarkan energi listrik yang mencapai kekuatan hingga 170.000 KVA.
 
Ilustrasi tersebut menunjukkan bahwa ayat-ayat dalam al-Qur’an dan kalimah Allah (dzikir) juga tidak akan mampu mengeluarkan tenaga dahsyat, selama tidak dikuasai [[metodologi]]<nowiki/>nya, yang mana teknologi itu disebut oleh Syekh Kadirun Yahya dengan istilah “Teknologi Metafisika Al-Qur’an”. Dengan teknologi ini, kalimah Allah dan ayat-ayat al-Qur’an akan dapat mengeluarkan energi-energi metafisis ke-Tuhan-an yang maha dahsyat.<ref>Yahya, Kadirun, Prof. DR (1994), ''"Relevansi dan Aplikasi Teknologi Al-Qur’an Pada Era Globalisasi, Ilmu Pengetahuan dan Teknologi”'', Proceeding seminar dalam rangka Dies Natalis ITS Surabaya ke-34, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Surabaya. Kampus ITS Surabaya, 1994</ref>
Baris 259:
Tuhan menurunkan energi [[Tak hingga|tak terhingga]] (infinity) dalam bentuk firman-Nya. Kekuatan tak terhingga di dalam kalîmah Allâh, atau ayat-ayat khusus Al-Qur'an, dapat menghancurkan segala sesuatu yang negatif antara surga dan bumi. Tujuan akhir dari setiap manusia adalah untuk mendapatkan akses ke faktor Tak Terhingga ini, yang hanya mungkin dilakukan dengan cara berhubungan (secara kerohanian) dengan Nabi.
 
Sama seperti energi listrik harus dibawa oleh kabel dari sumbernya ke lampu, energi ilahi yang tak terhingga ini hanya bisa didapatkan dengan menghubungkan (rohani) melalui Nabi dan rantai orang-orang suci,<ref name=":3" />, yaitu para ulama pewaris ilmu Nabi. Energi tak terbatas kalîmah Allâh ini dijelaskan Syekh Kadirun Yahya dalam rumus tak terhingga pada konsep matematika:
 
'''1 / ~ = 0'''
Baris 269:
unsur [[Tak hingga|tak terhingga]] '''(~)''' di sini menurut Syekh Kadirun Yahya adalah kalimah Allah atau ayat-ayat Al-Qur'an
 
Unsur tak terhingga (~) dalam konsep matematika ini yang dipergunakan Syekh Kadirun Yahya untuk mendefinisikan kebenaran hakiki tentang Tuhan dan tasawuf (tarekat). Unsur tak terhingga (~) ini mencerminkan keunikan Tuhan, di mana Tuhan duduk di tahtatakhta-Nya (Arsy), yang berada pada jarak tak terbatas/ tak terhingga dengan kita.
 
Karena jarak sama dengan kecepatan dikalikan dengan waktu
 
'''''s''''' '''''=''''' '''''v'' x ''t'''''
 
di mana
 
'''''s''''' = ''spazium = distance'' = jarak
Baris 283:
'''''t''''' = ''tempo = time'' = waktu
 
maka komunikasi dengan Tuhan membutuhkan kecepatan yang tak terhingga (~), atau akan mengambil waktu yang tak terhingga (~)
 
'''''s = ~''''', dan oleh karena itu '''''v''''' atau '''''t''''' harus '''''= ~'''''
Baris 291:
Syekh Kadirun Yahya mendefinisikan metafisika eksakta sebagai kajian yang membahas masalah-masalah metafisika, yaitu yang bersifat abstrak, [[transenden]] dan gaib melalui pendekatan pada ilmu eksakta (matematika, fisika, kimia, mekanika, biologi, dll).<ref name=":2" />
 
Syekh Kadirun menjelaskan sintesis sains, teknologi, dan tasawuf modern, dengan menggunakan rumus eksakta fisika dan matematika sebagai [[metafora]] untuk menjelaskan hubungan antara manusia dan Tuhan, dan sebagai wujud atau simbol bahwa segala sesuatu dapat diperhitungkan secara ilmiah. Ia menjelaskan tentang teknologi metafisika berupa penyaluran kekuatan tak terhingga di dalam kalîmah Allah, yaitu dzikir dengan metode tarekat, memusatkannya, dan mengarahkannya untuk berbagai tujuan di dunia ini.<ref name=":5" />.
 
=== Tarekat sebagai Metodologi ===
Ditegaskan oleh Syekh Kadirun Yahya, bahwa kebenaran agama jangan hanya dipertahankan dengan hujjah akal, tetapi harus mampu dibuktikan kebenarannnya secara ‘real’, yang itu bisa didapatkan melalui metode tarekat. Dan metode tarekat itu sendiri harus bisa dibuktikan kebenarannya melalui sains matematika, fisika, dan kimia yang terukur. Ia berpandangan, bahwa menunjukkan ‘kekeramatan‘ ([[karamah]]) diperlukan untuk membuktikan kebenaran (Islam atau amalan tarekat) dan menangkis pendapat bahwa agama adalah khayalan.<ref>Husin, Hamidun Mohamad (2014), ''[http://rmc.kuis.edu.my/v1/ "Kepribadian Prof. Kadirun Yahya dan Pengaruhnya terhadap Suasana Pengamalan Tarekat di bawah Bimbingannya di Malaysia."] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20200604132456/http://rmc.kuis.edu.my/v1/ |date=2020-06-04 }}'' Proceedings from the international conference on "International Research Management and Innovation Conference 2014 (IRMIC2014), run by Research Development Centre & Islamic Academy, Selangor International Islamic University College. Kuala Lumpur, Malaysia, 17 to 18 November 2014.</ref>
 
Pada dasarnya ilmu tarekat di dalam al Qur’an merupakan metode pelaksanaan teknis dari suatu amalan yang sangat tinggi, yaitu dzikir. Di sinilah yang dimaksudkan oleh Syekh Kadirun Yahya bahwa tarekat merupakan sebuah metodologi di dalam ilmu tasawuf, yaitu melalui pengamalan dzikir, pengamalan kalimah Allah.
 
Menurut Syekh Kadirun Yahya, kekuatan potensi kalimah Allah adalah maha dahsyat, sehingga mampu mempertahankan eksistensi dunia dari kehancuran total oleh tenaga apa pun.<ref>Husin, Hamidun Mohamad (2017), "The Doctrine and Practice of Naqshabandiyyah Khalidiyyah of The Prof. DR. H. Kadirun Yahya." Proceedings from the international conference on "[http://conference.kuis.edu.my/irsyad/ 3rd International Conference o Islamiyyat Studies 2017 (IRSYAD2017)]", run by Faculty of Islamic Civilization Studies, Kolej Universiti Islam Antarabangsa Selangor. Kuala Lumpur, Malaysia, 1 to 1 Agustus 2017.</ref>. Maka ilmu tersebut perlu diriset, di mana letak ilmiahnya, ''the how to do''-nya, dari amalan-amalan tarekat yang kelihatannya mubazir dan seolah-olah hanya membuang waktu. Namun sebenarnya semuanya itu akan terbukti, kalau dilaksanakan dengan metode dzikir yang tepat, akan memperoleh manfaat yang besar dari kekuatan yang terkandung dalam al-Qur’an.<ref name=":6" />
 
Di dalam Al-Qur'an dan Hadist, Tuhan telah menunjukkan banyak contoh mengenai energi tak terhingga tersebut, seperti pada kejadian banjir Nabi Nuh, bencana yang dialami kaum Nabi Luth, mu’jizat Nabi Sulaiman, Nabi Daud melawan Goliath, Nabi Isa menghidupkan orang mati, krikil batu sijjil untuk memusnahkan tentara Abrahah, Nabi Ibrahim melawan Namrud, Nabi Musa melawan Fir’aun, dan lain-lainnya.
Baris 306:
Demikian pula tidak sedikit kisah-kisah [[karamah]] Syekh Kadirun Yahya dalam mempraktekkan teknologi metafisika ini, seperti memadamkan letusan [[gunung Galunggung]] di Jawa Barat atas permintaan Pemda Tk I Jawa Barat dengan menggunakan helikopter dan melempar batu serta menyiramkan air dzikir kalimah Allah, memberantas pemberontakan gerombolan komunis di Hutan [[Pahang, Malaysia|Pahang Malaysia]] atas permintaan perwira angkatan bersenjata Malaysia dengan menggunakan helikopter dan melemparkan batu-batu bermuatan dzikir kalimah Allah, menyembuhkan berbagai penyakit berat dan penyakit ganjil, penyembuhan kecanduan [[narkoba]], mengusir gangguan jin, dll. Semua itu merupakan praktek menyalurkan energi tak terhingga kalimah Allah, melalui berbagai media seperti batu, air, dan tongkat, yang telah didoakan dan diberi muatan dzikir kalimah Allah.<ref name=":6" />
 
Kisah-kisah menarik tentang sosok pribadi dan perjalanan spiritual Syekh Kadirun Yahya, peran aktifnya dalam dunia pendidikan, dunia sosial kemasyarakatan, dunia militer dan ketatanegaraan, serta cerita-cerita karamahnya dengan berbagai penjelasan ilmiah mengenai teknologi Al-Qur'an ini, membuat tarekat yang dipimpinnya mendapatkan banyak pengikut. Murid-muridnya berasal dari beragam kalangan, mulai masyarakat kelas bawah, menengah, sampai kelas atas,<ref>{{Cite journal|last=Aziz|first=Ahmad Amir|date=2013-09-02|year=2013|title=Kebangkitan Tarekat Kota|url=http://islamica.uinsby.ac.id/index.php/islamica/article/view/170|journal=ISLAMICA: Jurnal Studi Keislaman|location=Surabaya|publisher=Universitas Islam Negeri Sunan Ampel|volume=8|issue=1|pages=59–83|doi=10.15642/islamica.2013.8.1.59-83|issn=2356-2218}}</ref>, dari usahawan, profesional, artis, seniman, akademisi (guru, mahasiswa, dosen, doktor, sampai profesor), kalangan militer (polisi dan tentara, dari pangkat rendah sampai perwira tinggi), kalangan pejabat (dari kepala daerah, menteri, sampai keluarga Diraja Malaysia), baik di Indonesia maupun di Malaysia.<ref>{{Cite journal|last=Faiz|first=Muhammad|date=2016-12-31|year=2016|title=Khazanah Tasawuf Nusantara: Tarekat Naqsyabandiyyah Khalidiyyah di Malaysia|url=http://jurnal.instika.ac.id/index.php/AnilIslam/article/view/14|journal='Anil Islam: Jurnal Kebudayaan dan Ilmu Keislaman|language=|publisher=Institut Ilmu Keislaman Annuqayah|publication-place=Sumenep, Madura|volume=9|issue=2|pages=182–210|doi=|issn=2528-7532}}</ref>
 
=== Paradigma dan Kontroversi Tarekat dan Sains ===
Sebagai seorang profesor yang menekuni ilmu-ilmu fisika, kimia dan matematika, serta menulis risalah-risalah tentang  metafisika, Syekh Kadirun Yahya dianggap telah berhasil merekonsiliasi pengalaman mistis dalam tarekat dengan ilmu sains. Kombinasi antara pengetahuan ilmiah dengan reputasi pencapaian spiritual yang tinggi ini, menjadi daya tarik khusus bagi kalangan mahasiswa dan kaum intelektual untuk mempelajari tarekat yang dibawanya.<ref>{{Cite journal|last=Howell|first=Julia Day|date=2001-08|title=Sufism and the Indonesian Islamic Revival|url=https://www.cambridge.org/core/product/identifier/S0021911800009463/type/journal_article|journal=The Journal of Asian Studies|language=en|volume=60|issue=3|pages=701–729|doi=10.2307/2700107|issn=0021-9118}}</ref>
 
Bagi sebagian dari para pengikutnya, dzikir dengan metode tarekat dianggap sebagai salah satu solusi penting untuk menjawab masalah-masalah politik, ekonomi, sosial, bahkan berbagai permasalahan yang lain.<ref>Ryan, Natasha (2003). [https://ro.ecu.edu.au/theses_hons/579/ "Tauhid and Tasawwuf: Indonesian Sufism in search of unity"]. Bachelor of Arts Honours thesis, Faculty of Community Services, Education and Social Sciences, Edith Cowan University, Australia.</ref>. Apalagi kemudian Syekh Kadirun Yahya juga mendirikan sebuah perguruan tinggi, [[Universitas Pembangunan Panca Budi]] di Medan, untuk mendorong program pendidikan metafisika yang ia kembangkan.<ref>Howell, Julia Day, Professor (2002), ''[https://www.academia.edu/3421260/Seeking_Sufism_in_the_Global_City_Indonesias_Cosmopolitan_Muslims_and_Depth_Spirituality "Seeking Sufism in the Global City: Indonesia's Cosmopolitan Muslims and Depth Spirituality."]'' Proceedings from the international conference on "Islam in Southeast Asia and China: Regional Faithlines and Faultlines in the Global Ummah " run by the City University of Hong Kong's Southeast Asia Research Centre, Faculty of Humanities and Social Sciences. Hong Kong, 28 November to 1 December 2002.</ref> Dari situlah pemikiran sufistik ditafsirkan kembali sebagai sumber inspirasi untuk praktek keagamaan kontemporer yang sesuai dengan perkembangan jaman.
 
Namun selain mendapatkan banyak pengikut, ada pula sebagian kalangan yang menolak pemikiran Syekh Kadirun Yahya maupun tarekat yang dibawanya.<ref>Ahmadi, Ghufron (2010). [http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/4378 "Sumber Ajaran Tarekat Naqsyabandiyah Kadirun Yahya (Studi Kasus di Surau Saiful Amin Yogyakarta)"]. Skripsi thesis, Jurusan Tafsir Hadist, Fakultas Ushuluddin, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, Yogyakarta.</ref> Pemikirannya tentang teknologi metafisika Al-Qur'an untuk menjelaskan tarekat, cerita-cerita karamahnya, perjalanan hidupnya, dan praktek-praktek teknis tarekat yang dilakukan jamaah tarekatnya, dianggap kontroversial oleh para penentangnya, bahkan terjadi intimidasi terhadap jamaah tarekat ini di beberapa daerah.<ref name=":4" /> Penolakan-penolakan dan intimidasi ini pun disanggah dengan cara damai oleh para pengikut Syekh Kadirun Yahya melalui berbagai tulisan ilmiah dan forum-forum ilmiah.
 
Walaupun terdapat kontroversi di sebagian kalangan, namun karya-karya ilmiah pemikiran Syekh Kadirun Yahya telah banyak menginspirasi para penulis, akademisi, dan peneliti di Indonesia, Malaysia, maupun beberapa negara lainnya. Tercatat lebih dari 30 tulisan ilmiah dalam bahasa Indonesia, bahasa Melayu, maupun bahasa Inggris, berupa skripsi, thesis, disertasi, makalah forum ilmiah, jurnal, sampai buku, yang telah mengulas pemikiran Syekh Kadirun Yahya, sosok pribadi dan perjalanan spiritualnya, maupun pergerakannya dalam dakwah tarekat.
 
Terlepas dari adanya pro dan kontra terhadap metode maupun materi dakwah tarekat yang dibawanya, hal ini menunjukkan bahwa Syekh Kadirun Yahya telah dianggap banyak memberi pengaruh dalam berkembangnya Tarekat Naqsyabandiyah Kholidiyah. Pemikiran dan pergerakannya telah membuat banyak orang mengikuti ajaran tarekat tersebut, atau sekedar menjadikannya sebagai ilmu pengetahuan secara ilmiah saja. Kini Tarekat Naqsyabandiyah Kholidiyah yang dibawa Syekh Kadirun Yahya telah berkembang luas menjadi salah satu tarekat terbesar di Indonesia maupun di Malaysia,<ref name=":1" />, dan telah tersebar sampai ke Thailand, Brunei, Jepang, Australia, Amerika dan Inggris.
== Wafat ==
'''Prof. Dr. H. Saidi Syekh Kadirun Yahya '''wafat pada 9 Mei 2001 atau 15 Safar 1422 H, dalam usia 84 tahun, dan dimakamkan di Surau Qutubul Amin Arco, [[Kota Depok|Depok]], [[Jawa Barat]].<ref>{{Cite news|url=https://www.republika.co.id/berita/koran/islam-digest-koran/15/02/01/nj3hbl-prof-sayyidi-syekh-kadirun-yahya-guru-besar-pemimpin-para-sufi|title=Prof Sayyidi Syekh Kadirun Yahya Guru Besar Pemimpin Para Sufi {{!}} Republika Online|newspaper=Republika Online|access-date=2018-09-12}}</ref>.
 
== Referensi ==
<references /><br />
 
== Pranala luar ==
Baris 335:
[[Kategori:Tarekat Sufi]]
[[Kategori:Tarekat Naqsyabandiyah]]
[[Kategori:Alumni SMA Negeri 3 Yogyakarta]]