Suku Ngada: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Derokka's (bicara | kontrib)
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
k Etnik
 
(16 revisi perantara oleh 8 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{Infobox ethnic group
'''Ethnis Ngada''' (atau '''Ngadha''', '''Nad'a''', '''Nga'da''') adalah ethnis yang mendiami sebagian besar daerah [[Kabupaten Ngada]], [[Nusa Tenggara Timur]], [[Indonesia]]. Populasinya diperkirakan sekitar 155.000 jiwa. Mata pencaharian hidup ethnis ini umumnya adalah berladang, sebagian di sawah, ada pula yang beternak sapi, kerbau, kuda dan mayoritasnya beternak babi.
|group = Ngada
|native_name = Ata Ngada
|image = COLLECTIE TROPENMUSEUM Een groep mannen van de Ngadastam in krijgskleding met lans klewang achterlaadgeweer en schild TMnr 10006045.jpg
|image_caption = Pria suku Ngada berkostum pejuang dengan tombak, senapan, dan perisai, sekitar 1915–1918.
|population = 155.000 (1975){{Sfnp|Narody}}
|popplace = [[Indonesia]] ([[Kabupaten Ngada|Ngada]])
|langs = [[Bahasa Ngada|Ngada]], [[Bahasa Indonesia|Indonesia]]
|rels = Mayoritas [[Katolik Roma]], minoritas [[Islam]], [[Protestan]], dan [[Aliran Kepercayaan|kepercayaan tradisional]]
|related = [[Suku Manggarai|Manggarai]]{{•}}[[Suku Nage|Nage]]{{•}}[[Suku Riung|Riung]]
}}
'''Suku Ngada''' (''Ata Ngada''; disebut juga '''Ngadha''', '''Nad'a''', '''Nga'da''',{{Sfnp|Hidayah}} '''Bajawa''',{{Sfnp|Hidayah|I Wayan Arka}} atau '''Rokka'''{{Sfnp|Hidayah}}) adalah [[Suku bangsa di Indonesia|kelompok etnis]] yang mendiami bagian tengah [[Flores|Pulau Flores]], terutama di [[Kabupaten Ngada]]. Populasi masyarakat Ngada berjumlah 60.000 jiwa. Mereka termasuk dalam kelompok masyarakat penutur bahasa [[Rumpun bahasa Bima–Sumba|Bima–Sumba]].{{Sfnp|Narody}}
 
Mereka merupakan keturunan masyarakat adat Pulau Flores. Penduduk wilayah pesisir berada di bawah pengaruh budaya masyarakat [[Suku Melayu|Melayu]], [[Suku Bugis|Bugis]], dan [[Suku Makassar|Makassar]].{{Sfnp|Narody}} Mereka sebagian besar menganut [[Katolik Roma]],{{Sfnp|Melalatoa}} penduduk pegunungan sebagian masih mempertahankan kepercayaan tradisional.{{Sfnp|Narody}}
Ethnis Ngada merupakan penutur [bahasa Ngada atau Rokka]. Berdasarkan perbedaan dialek-dialek bahasa, Kabupaten Ngada dibagi atas empat ethnis yakni Rokka, Riung, Nage, Bajawa, Masing-masing klan mempunyai kebudayaan sendiri-sendiri yang masih dipertahankan sampai saat ini, seperti rumah adat, tarian, pakaian adat, dan lain-lain.
 
==Mata Etimologi pencaharian==
Secara tradisional, mereka berurusan dengan [[pertanian]] ([[beras]], [[jagung]], millet, tanaman komoditas – kacang-kacangan, [[labu]], [[kacang tanah]], sayuran, rempah-rempah), berburu, meramu, dan beternak hewan. Kerajinan [[anyaman]] tersebar luas, dan beberapa orang terlibat dalam pengerjaan logam. Komoditas utama mereka terutama makanan nabati, daging dimakan saat hari raya.{{Sfnp|Narody}}
Nama Ngada diambil dari nama salah satu dari klan atau woe yang terdapat di wilayah yang kini bernama [[Kabupaten Ngada]]. Sebutan "Ngada" diperkenalkan sebagai wilayah administratif oleh [Hindia Belanda|pemerintah kolonial Belanda]] pada tahun 1907. Sebelum tahun 1907,ethnis Ngada lebih dikenal dengan nama De Rokka yang berpusat di sekitar Rokkas Piek atau sekitaran Gunung Inerie. Mayoritas penduduk De Rokka berada di tengah dan selatan Kabupaten Ngada saat ini. Seorang antropolog bernama [[Paul Arndt]] pernah melakukan penelusuran mengenai asal mula nama Ngada. Dalam penelusurannya yang dilakukan pada 1929, Paul menjelaskan bahwa nama Ngada berasal dari nama suku atau klan Kepala Swapraja Ngadha pertama yang berubah menjadi "Nga da" karena lebih mudah diucapkan oleh lidah.
 
==Bahasa==
Dalam ''Ensiklopedi Suku Bangsa di Indonesia'' disebutkan, terdapat mitos bahwa nenek moyang Suku Ngada telah melakukan perjalanan yang jauh dari tempat yang disebut dengan istilah "pu’u zili giu gema", artinya tempat yang gelap gulita. Dalam syair adat yang dinyanyikan disebutkan bahwa tempat yang jauh itu mengacu ke sebuah negeri bernama ''Sina One'', diartikan sebagai Negeri China.
Bahasa ibu mereka adalah [[bahasa Ngada]] yang merupakan bahasa dari rumpun besar [[Rumpun bahasa Austronesia|Austronesia]].{{Sfnp|Narody|Melalatoa}} Hal ini terkait dengan bahasa-bahasa terdekat yang ada di Pulau Flores dan sekitarnya (termasuk bahasa [[Bahasa Nage|Nage]]-[[Bahasa Keo|Kéo]], [[Bahasa Ende (Indonesia)|Ende]], [[Bahasa Lio|Lio]], dan [[Bahasa Palue|Palue]] yang bergabung dalam keluarga [[Rumpun bahasa Flores Tengah|bahasa Flores Tengah]]), lalu dengan [[bahasa Manggarai]].{{Sfnp|Melalatoa}} Terdapat sebuah publikasi yang dikhususkan untuk bahasa dan budaya Ngada.{{Sfnp|glottolog|pollock}} Pada abad ke-20, misionaris Paul Arndt melakukan penelitian di wilayah tersebut.{{Sfnp|poplawska}}
 
==Klasifikasi dan perbedaan==
== Rumah adat ==
Mereka umumnya bermukim di [[Kabupaten Ngada]]. Namun wilayah ini juga dihuni oleh suku lain sehingga dapat menimbulkan kesalahpahaman.{{Sfnp|I Wayan Arka}} Tegasnya suku Ngada adalah masyarakat daerah Bajawa.{{Sfnp|bajawa}} Komunitas terdekat (seperti suku [[Suku Riung|Riung]], [[Suku Rongga|Rongga]], [[Suku Nage|Nage]]-[[Suku Keo|Kéo]], dan [[Suku Palue|Palue]]) kadang-kadang dianggap sebagai sub-kelompok Ngada{{Sfnp|Hidayah}} atau sebagai kelompok populasi terkait.{{Sfnp|Narody|Melalatoa}} Publikasi ''Ensiklopedi Suku Bangsa di Indonesia (2015)'', menggunakan istilah "Ngada" secara luas, memperkirakan jumlah penduduknya mencapai 155.000 jiwa (berdasarkan data tahun 1975).{{Sfnp|Hidayah}}
{{main|Rumah adat Ngada}}
Rumah orang Ngada disebut "''sa'o''". Rumah-rumah ditata membentuk permukiman dengan pola bulat telur atau persegi panjang dan posisi mengelilingi sebuah lapangan yang digunakan untuk berkumpul dan mengadakan upacara. Di tengah-tengah lapangan, terdapat minimal satu susunan panggung batu untuk melengkapi upacara yang disebut "Ture''" dimana terdapat Batu ceper yang besar dan disebut Nabe sebagai altar dan batu tegak yang disebut "''watu lewa'
 
==Struktur sosial==
Setiap rumah adat Suku Ngada selalu menghadap ke "''ngadhu''" dan "''bhaga''" sebagai poros. ''Bhaga'' berbentuk seperti rumah berukuran kecil yang merupakan representasi leluhur perempuan, sementara ''Ngadhu /Madhu'' merupakan representasi leluhur laki-laki dengan bentuk menyerupai payung dengan keri atau atap alang-alang dan ijuk dari pohon enau. Jumlah keduanya selalu berpasangan mengartikan banyaknya klan atau woe di dalam satu permukiman.
Struktur sosial suku Ngada didasarkan pada [[Matrilineal|keluarga matrilineal]], yang membedakan mereka dari beberapa kelompok etnis tetangganya.{{Sfnp|I Wayan Arka}}
==Lihat juga==
*[[Kabupaten Ngada]]
*[[Bahasa Ngada]]
 
== Sistem kekerabatanReferensi ==
;=== Catatan kaki ===
Ethnis Ngada menganut sistem kekerabatan matrilineal. Keluarga inti disebut "''se sao''". Beberapa "''se sao''" bergabung membentuk keluarga matrilineal yang disebut "''sipopali''". Beberapa sipopali yang merasa masih satu kakek moyang dengan "''sipopali''" lain bergabung membentuk klan atau woe kecil yang disebut "''ilibhou''". Beberapa ''ilibhou'' terikat ke dalam satu kesatuan teritorial genealogis yang disebut "''woe''". Masing-masing ''woe'' mempunyai sepasang "Ngadhu" dan "Bhaga" yang mereka junjung tinggi.
{{Reflist}}
=== Bibliografi ===
{{Reflist|<ref name="Melalatoa">{{Cite book | author = M. Junus Melalatoa | title = Ensiklopedi Suku Bangsa di Indonesia Jilid L–Z | oclc = 1027453789 | year = 1995 | access-date = 2022-08-12 | location = Jakarta | publisher = Direktorat Jenderal Kebudayaan, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan | pages = 622–625 | url = https://books.google.pl/books?id=FbGECgAAQBAJ&pg=PA622 | language = id}}</ref>
<ref name="Hidayah">{{Cite book |author = Zulyani Hidayah |title = Ensiklopedi Suku Bangsa di Indonesia |year = 2015 |access-date = 2022-08-11 |isbn = 978-979-461-929-2 |edition = 2 |location = Jakarta |publisher = Yayasan Pustaka Obor Indonesia |oclc = 913647590 |url = https://books.google.pl/books?id=w_FCDAAAQBAJ&pg=PA279 |pages = 279–280 |language = id}}</ref>
<ref name="Narody">{{Cite book |author1 = A. A. Biernowa |author2 = Walerij Aleksandrowicz Tiszkow (red.) |chapter = Ngada |title = Narody i rieligii mira: encykłopiedija |year = 1998 |access-date = 2022-08-11 |isbn = 978-5-85270-155-8 |location = Moscow |publisher = Bolszaja Rossijskaja Encykłopiedija |pages = 368 |oclc = 40821169 |url = https://books.google.pl/books?id=dAgcAQAAMAAJ |language = ru}}</ref>
<ref name="IWayanArka">{{Cite journal |first = I Wayan |last = Arka |title = Challenges and prospect of maintaining Rongga: an ethnographic report |edition = Proceedings of the 2004 Conference of the Australian Linguistic Society |journal=www.academia.edu|year = 2004 |access-date = 2022-08-12 |url = https://www.academia.edu/26062675/Challenges_and_prospect_of_maintaining_Rongga_an_ethnographic_report |language = en }}</ref>
<ref name="glottolog">{{Cite journal |first1 = Harald |last1 = Hammarström |first2 = Robert |last2 = Forkel |first3 = Martin |last3 = Haspelmath |first4 = Sebastian |last4 = Bank |title = Ngad'a |access-date = 2022-09-13 |publisher = Glottolog 4.6 |journal=glottolog.org|url = https://glottolog.org/resource/languoid/id/ngad1261 |language = en }}</ref>
<ref name="pollock">{{Cite book |first=Ian |last=Pollock |year=2021 |title=“Rich as a running stream”: The Flow of Value in Ngadhaland, Indonesia |publisher = Australian National University |url=https://glottolog.org/resource/reference/id/640180 |doi=10.25911/318Y-B046 |access-date=2022-09-28 |language=en }}</ref>
<ref name="bajawa">{{Cite book |title = Indonesia’s Eastern Islands |url = https://archive.org/details/indonesiaseaster0000turn |location = Hawthorn, Victoria |oclc = 39291005 |isbn = 978-0-86442-503-4 |publisher = Lonely Planet |pages = [https://archive.org/details/indonesiaseaster0000turn/page/221 221] |year = 1998 |language = en}}</ref>
<ref name=poplawska>{{Cite book | first = Marzanna | last = Poplawska | title = Performing Faith: Christian Music, Identity and Inculturation in Indonesia | year = 2020 | access-date = 2023-06-07 | isbn = 978-0-429-50423-5 | location = Abingdon, New York | publisher = Routledge | edition = SOAS studies in music series | doi = 10.4324/9780429504235 | oclc = 1140792343 | pages = 166 | url = https://books.google.com/books?id=tTr3DwAAQBAJ&pg=PA166 | language = en }}</ref>
<ref name=IWayanArka1>{{Cite book |last = Arka |first = I Wayan |title = Bahasa Rongga: Deskripsi, Tipologi, dan Teori |year = 2016 |location = Jakarta |publisher = Penerbit Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya |isbn = 978-602-8904-84-1 |oclc = 1064980913 |url = https://www.academia.edu/26062826/Arka_I_Wayan_2016_Bahasa_Rongga_Deskripsi_Tipologi_dan_Teori_Rongga_Description_Typology_and_Theory_Jakarta_Atmajaya_University_Press |access-date = 2023-10-08 |pages=9 |language = id}}
</ref>}}
 
{{Authority Control}}
== Sosial dan kemasyarakatan ==
{{Suku-stub}}
Suku Ngada mengenal [[stratifikasi sosial]] atau disebut "''gae meze''" dalam istilah setempat. Pengelompokan ini biasanya ketika ada kelompok-kelompok ''woe'' yang dominan dan menganggap diri sebagai golongan bangsawan. Di bawahnya, ada golongan rakyat biasa disebut "''gae kisa''". Paling rendah, yakni golongan hamba sahaya atau bekas budak yang disebut "''azi ana''" atau "''ho'o''".{{sfn|Zulyani Hidayah|2015|pp=280}}
 
[[Kategori:SukuKelompok bangsaetnik di Indonesia|Ngada]]
== Agama dan kepercayaan ==
[[Kategori:Suku bangsa di Nusa Tenggara Timur]]
Dalam ''Ensiklopedi Suku Bangsa di Indonesia,'' mayoritas agama yang dipeluk Suku Ngada yakni [[Katolik]] dan sedikit [[Islam]]. Sejak tahun 1910-an, Suku Ngada sudah menjadi target misionaris di bawah kelompok [[Serikat Sabda Allah|Societas Verbi Divini]].{{sfn|Sastri Sunarti|2016}} Sebagian anggota masyarakat masih menganut kepercayaan asli mereka yang bersifat [[animisme]] dan [[dinamisme]].{{sfn|Zulyani Hidayah|2015|pp=280}}
 
== Rujukan ==
; Catatan kaki
{{reflist}}
; Daftar pustaka
{{refbegin}}
* {{cite book|title=Ensiklopedi Suku Bangsa di Indonesia|url=https://books.google.co.id/books?id=w_FCDAAAQBAJ&dq=Daeng+1979,+Depdikbud+1989,+Lebar+1964&hl=id&source=gbs_navlinks_s|author=Zulyani Hidayah|publisher=Yayasan Pustaka Obor Indonesia|year=2015|isbn=978-979-461-929-2|ref= {{sfnRef|Zulyani Hidayah|2015}}}}
* {{cite journal|title=Fungsi Sosial dan Transendental Tradisi Lisan Dero-Sagi Suku Bajawa-Ngada, Flores, Nusa Tenggara Timur|url=http://ojs.badanbahasa.kemdikbud.go.id/jurnal/index.php/jentera/article/view/350|author=Sastri Sunarti|publisher=Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan|year=2016|volume=5|issue=1|ref= {{sfnRef|Sastri Sunarti|2016}}}}
* {{cite web|title=Kampung Adat Ngada Nan Ekonomis|url=https://www.republika.co.id/berita/koran/news-update/16/11/01/ofy34i-kampung-adat-ngada-nan-ekonomis|work=[[Republika (surat kabar)|Republika]]|date=1 November 2016|ref= {{sfnRef|Republika|1 November 2016}}}}
 
[[Kategori:Suku bangsa di Indonesia|Ngada]]
[[Kategori:Kabupaten Ngada]]