Arjuna: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Oryza (bicara | kontrib)
k menambah pranala
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
 
(222 revisi perantara oleh 100 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{TMH Infobox|
[[image:Arjuna-kl.jpg|thumb|right|160px|Arjuna.]]
| Image = Arjun A very beautiful Hindu religious lithographic print.jpg
| Caption = [[Litografi]] Arjuna, diterbitkan di Delhi, 1920.
| Nama = Arjuna
| Kasta = Kesatria
| Kitab = ''[[Mahabharata]]'', ''[[Bhagawadgita]]'', ''[[Purana]]''
| Devanagari = अर्जुन
| Ejaan_Sanskerta = Arjuna
| Tokoh = ''Mahabharata''
| Nama_lain = Permadi, Parta, Dananjaya, Parantapa, Kaunteya, Palguna, Jisnu, Kerti, Bharatasresta, Sawyasachi, Swetawahana, Wrehatnala; [[Arjuna#Etimologi dan nama lain|dan lain-lain]].
| Asal = [[Hastinapura]], [[Kerajaan Kuru]]
| Senjata = Panah [[Pasupati]], Brahmastra, Busur Gandiwa{{br}}Versi wayang: Ardedali, Sarotama, Keris Pulanggeni, Keris Kalanadah.
| Wahana = Kereta yang ditarik empat kuda putih, dengan panji berlambang monyet ([[Hanoman]])
| Golongan = [[Dinasti Candra|Candrawangsa]]
| Dinasti = [[Dinasti Kuru|Kuru]]
| Istri = [[Dropadi]]{{br}}[[Ulupi]]{{br}}[[Citrānggadā]]{{br}}[[Subadra]]
| Ayah = [[Pandu]] (sah){{br}}[[Indra]] (''de facto'')
| Ibu = [[Kunti]]
| Anak = [[Pancawala|Srutakarma]] (dari Dropadi){{br}}[[Irawan]] (dari Ulupi){{br}}[[Babruwahana]] (dari Citrānggadā){{br}}[[Abimanyu]] (dari Subadra){{br}}
}}
'''Arjuna''' {{Sanskerta|अर्जुन|Arjuna}} adalah nama seorang tokoh [[protagonis]] dalam [[wiracarita]] ''[[Mahabharata]]''. Ia dikenal sebagai anggota [[Pandawa]] yang berparas menawan dan berhati lemah lembut. Dalam ''Mahabharata'' diriwayatkan bahwa ia merupakan putra Prabu [[Pandu]], raja di [[Hastinapura]] dengan [[Kunti]] atau Perta, putri Prabu [[Surasena]], raja [[Yadawa|Wangsa Yadawa]] di [[Mathura]]. ''Mahabharata'' mendeskripsikan Arjuna sebagai teman dekat [[Kresna]], yang disebut dalam kitab ''[[Purana]]'' sebagai [[awatara]] (penjelmaan) [[Wisnu|Dewa Wisnu]]. Hubungan antara Arjuna dan Kresna sangat erat, sehingga Arjuna meminta kesediaannya sebagai penasihat sekaligus kusir kereta Arjuna saat perang antara [[Pandawa]] dan [[Korawa]] berkecamuk (''[[Bharatayuddha]]''). Dialog antara Kresna dan Arjuna sebelum perang Bharatayuddha berlangsung terangkum dalam suatu kitab tersendiri yang disebut ''[[Bhagawadgita]]'', yang secara garis besar berisi wejangan suci yang disampaikan oleh Kresna karena Arjuna mengalami keragu-raguan untuk menunaikan kewajibannya sebagai seorang kesatria di medan perang.<ref name="bg_commentary">{{cite book|last=Fowler|first=Jeaneane Fowler, Merv|title=Bhagavad Gita: A Text & Commentary for Students|publisher=Sussex Academic|location=Brighton|isbn=9781845193461}}</ref>
 
== Etimologi dan nama lain ==
[[Arjuna]], adalah seorang [[protagonis]] dari [[wiracarita]] [[Mahabharata]]. Ia dikenal sebagai sang Pandawa yang menawan parasnya dan lemah lembut budinya. Ia adalah putra Dewi [[Kunti]].
Dalam [[bahasa Sanskerta]], secara [[harfiah]] kata ''Arjuna'' berarti "bersinar terang", "putih", "bersih". Dilihat dari maknanya, kata ''Arjuna'' bisa berarti "jujur di dalam wajah dan pikiran". Saat Arjuna menjalani masa penyamaran (tercatat dalam kitab ''[[Wirataparwa]]''), ia berperan sebagai pelatih tari di keraton Raja [[Wirata]], dan bersedia menjadi kusir kereta Pangeran [[Utara (Mahabharata)|Utara]] saat terjadi invasi [[Kerajaan Kuru]]. Untuk meyakinkan sang pangeran bahwa ia adalah Arjuna putra Pandu yang sedang menyamar, maka Arjuna membeberkan sepuluh namanya:<ref>{{cite book|last=Kapoor|first=edited by Subodh|title=The Indian encyclopaedia: Biographical, Historical, Religious, Administrative, Ethnological, Commercial and Scientific|year=2002|publisher=Cosmo Publications|location=New Delhi|isbn=9788177552577|page=1927|edition=1}}</ref><ref>{{cite book|last=Sarma|first=Bharadvaja|title=Vyasa's Mahabharatam in Eighteen Parvas: The Great Epic of India in Summary Translation|year=2008|publisher=Academic Publishers|location=Kolkata, India|isbn=9788189781682|page=372}}</ref>
* Arjuna ({{Unicode|अर्जुन}} ''Arjuna''): yang tak ternoda dan bersinar keperakan.
* Palguna ({{Unicode|फल्गुन}} ''Phalguna''): yang lahir ketika bintang ''Uttarā Phālgunī'' berada di [[zenith]].
* Jisnu ({{Unicode|जिष्णु}} ''Jiṣṇu''): yang hebat ketika marah.
* Kiriti ({{Unicode|किरीटिं}} ''Kirīṭin''): yang bermahkota indah (''kiriti'') pemberian Dewa [[Indra]].
* Swetawahana ({{Unicode|श्वेतवाहन}} ''Śvetavāhana''): yang memiliki wahana berwarna putih.
* Bibatsu ({{Unicode|बिभत्सुः}} ''Bibhatsuḥ''): yang tidak pernah bertarung secara curang.
* Wijaya ({{Unicode|विजय}} ''Vijaya''): yang berjaya, merujuk kepada prestasi Arjuna yang selalu memenangkan pertempuran yang dihadapinya.
* Parta ({{Unicode|पार्थ}} ''Pārtha''): [[matronim]] dari [[Kunti|Perta]], secara harfiah berarti "anak Perta" (nama lain [[Kunti]]).
* Sawyasaci ({{Unicode|सव्यसाचिं}} ''Savyasācin''): yang bisa menggunakan kedua tangannya untuk menembakkan anah panah.
* Dananjaya ({{Unicode|धनंजय}} ''Dhanaṅjaya''): yang mahir menguasai busur panah (''dhanu'').
 
Di samping nama lain Arjuna yang disebutkan dalam ''[[Wirataparwa]]'', ada sejumlah nama lain yang ditemui dalam kitab ''[[Bhagawadgita]]'' yang merupakan bagian dari ''[[Bhismaparwa]]''. Beberapa nama lain yang dapat ditemui yaitu sebagai berikut:
Ia adalah Petarung tanpa tanding di medan laga, meski bertubuh ramping berparas rupawan sebagaimana seorang dara; berhati lembut meski berkemauan baja; satria dengan segudang [[istri]] dan [[kekasih]] meski mampu melakukan [[tapa]] yang paling ekstrem; seorang [[satria]] dengan kesetiaan terhadap keluarga yang mendalam tapi kemudian mampu memaksa dirinya sendiri untuk membunuh saudara tirinya. Bagi generasi tua [[Jawa]], dia adalah perwujudan lelaki seutuhnya. Sangat berbeda dengan [[Yudistira]], dia sangat menikmati hidup di [[dunia]]. Petualangan cintanya senantiasa memukau [[orang Jawa]], tetapi secara aneh dia sepenuhnya berbeda dengan [[Don Juan]] yang selalu mengejar wanita. Begitu halus dan tampan sosoknya Arjuna sehingga para [[putri]] begitu juga para [[dayang]] bersegera untuk menawarkan diri mereka. Merekalah yang mendapat kehormatan, bukan Arjuna. Dan sangat berbeda dengan [[Wrekudara]], dia menampilkan keanggunan tubuh dan kelembutan hati yang begitu dihargai oleh orang Jawa berbagai generasi.
 
* Anaga ({{Unicode|अनघ}} ''Anagha''): yang tak tercela.
Nama-nama lain Arjuna antara lain: Janaka, Indraputra, Indrasuta.
* Barata ({{Unicode|भारत}} ''Bhārata''): keturunan Bhārata.
* Baratasresta ({{Unicode|भारतश्रेष्ठ}} ''Bhārataśreṣṭha''): keturunan Bharata yang terbaik.
* Baratasatama ({{Unicode|भारतसत्तम}} ''Bhāratasattama''): keturunan Bharata yang utama.
* Baratasaba ({{Unicode|भारतशभा}} ''Bhārataśabhā''): keturunan Bharata yang mulia.
* Gandiwi ({{Unicode|गन्दीवि}} ''Gandīvi''): pemilik [[Gandiwa]] (busur panah sakti).
* Gudakesa ({{Unicode|गुदकेश}} ''Gudakeśa''): penakluk rasa kantuk.
* Kapidwaja ({{Unicode|कपिध्वज}} ''Kapidhwaja''): yang memakai panji berlambang monyet.
* Kurunandana ({{Unicode|कुरुनन्दन}} ''Kurunandana''): putra kesayangan wangsa Kuru.
* Kuruprawira ({{Unicode|कुरुप्रविर}} ''Kurupravīra''): perwira wangsa Kuru.
* Kurusatama ({{Unicode|कुरुसत्तम}} ''Kurusattama''): keturunan wangsa Kuru yang utama.
* Kurusresta ({{Unicode|कुरुश्रेष्ठ}} ''Kuruśreṣṭha''): keturunan wangsa Kuru yang terbaik.
* Mahabahu ({{Unicode|महाबाहु}} ''Mahābāhu''): yang berlengan perkasa.
* Parantapa ({{Unicode|परंतप}} ''Paraṃtapa''): penakluk musuh.
* Purusaresaba ({{Unicode|पुरुषऋषभा}} ''Puruṣaṛṣabhā''): yang terbaik di antara manusia.
 
== Bacaan RujukanKelahiran ==
Dalam ''[[Mahabharata]]'' diceritakan bahwa Prabu [[Pandu]] tidak bisa melanjutkan keturunan karena dikutuk oleh seorang [[resi]]. [[Kunti]]—istri pertamanya—menerima anugerah dari [[Resi]] [[Durwasa]] sehingga mampu memanggil [[Dewa (Hindu)|dewa]] sesuai dengan keinginannya, dan juga dapat memperoleh anugerah dari dewa yang dipanggilnya. Pandu dan Kunti memanfaatkan anugerah tersebut untuk memanggil Dewa [[Yama (Hindu)|Yama]] (Dharmaraja; Yamadipati), [[Bayu]] (Maruta), dan [[Indra]] (Sakra) yang kemudian memberi mereka tiga putra. Arjuna merupakan putra ketiga, lahir dari Indra, pemimpin para Dewa. Ia lahir di lereng gunung [[Himawan]], di sebuah tempat yang disebut Satsringa pada hari saat bintang ''Utara Phalguna'' tampak di [[zenith]].
* Benedict R.O'G. Anderson. [[Mitologi]] dan [[Toleransi]] Orang Jawa, Bentang, 2003.
 
== Masa muda dan pendidikan ==
{{msg:stub}}
Arjuna dididik bersama dengan saudara-saudaranya yang lain (para [[Pandawa]] dan [[Korawa]]) oleh [[Drona]]. Kemahirannya dalam ilmu memanah sudah tampak sejak kecil. Pada usia muda ia mendapat gelar ''Maharathi'' atau "kesatria terkemuka". Dalam suatu ujian, Drona meletakkan burung kayu pada pohon, lalu menyuruh muridnya satu-persatu untuk membidik burung tersebut, kemudian menanyakan apa saja yang sudah mereka lihat. Banyak murid yang menjawab bahwa mereka melihat pohon, cabang, ranting, dan segala sesuatu yang dekat dengan burung tersebut, termasuk burung itu sendiri. Ketika tiba giliran Arjuna untuk membidik, Drona menanyakan apa yang dilihatnya. Arjuna menjawab bahwa ia hanya melihat burung saja, tidak melihat benda yang lainnya. Hal itu membuat Drona kagum dan meyakinkannya bahwa Arjuna sudah pintar.
 
Pada suatu hari, ketika [[Drona]] sedang mandi di [[sungai Gangga]], seekor [[buaya]] datang mengigitnya. Drona dapat membebaskan dirinya dengan mudah, tetapi karena ingin menguji keberanian murid-muridnya maka ia berteriak meminta tolong. Di antara murid-muridnya, hanya Arjuna yang datang memberi pertolongan. Dengan panahnya, ia membunuh buaya yang menggigit gurunya. Atas pengabdian Arjuna, Drona memberikan sebuah ''[[Astra (senjata)|astra]]'' yang bernama ''Brahmasirsa''. Drona juga mengajarkan kepada Arjuna tentang cara memanggil dan menarik ''astra'' tersebut. Menurut ''[[Mahabharata]]'', [[Brahmasirsa]] hanya dapat ditujukan kepada [[Dewa (Hindu)|dewa]], [[raksasa]], setan jahat, dan makhluk sakti yang berbuat jahat, agar dampaknya tidak berbahaya.
----
Kembali ke:
* [[Daftar Tokoh Wayang]]
 
[[de:== Arjuna (Mythologie)]]mendapatkan Dropadi ==
Dalam ''[[Adiparwa]]'' diceritakan bahwa [[Duryodana]]—salah satu [[Korawa]]—menganjurkan agar Pandawa beserta ibunya ([[Kunti]]) berlibur di suatu rumah di luar kerajaan. Sesungguhnya Duryodana telah mempersiapkan agar rumah tersebut dapat terbakar dengan mudah, karena ia membenci para Pandawa, terutama [[Bima (Mahabharata)|Bima]]. [[Widura]], paman para Pandawa dan Korawa yang waspada meminta agar para Pandawa berhati-hati dan mempersiapkan cara untuk menghadapi kemungkinan buruk yang dapat terjadi. Saat para Pandawa menginap, Purocana, pesuruh Duryodana membakar rumah tersebut. Para Pandawa beserta ibunya berhasil lolos melalui terowongan yang telah digali sebelumnya. Mereka melarikan diri ke tengah hutan dan menumpang di rumah penduduk sekitar.
[[en:Arjuna]]
 
[[es:Arjuna]]
Pada suatu ketika, sekelompok [[brahmana]] berkumpul di tempat para Pandawa melarikan diri. Mereka membicarakan sebuah [[sayembara]] yang akan diadakan di [[Kerajaan Panchala]]. Para Pandawa datang ke tempat sayembara dengan menyamar sebagai kaum brahmana. Raja [[Drupada]] dari Panchala mengadakan sayembara untuk mendapatkan [[Dropadi]], putrinya. Sebuah ikan kayu diletakkan di atas kubah balairung, dan di bawahnya terdapat kolam yang memantulkan bayangan ikan yang berada di atas. Aturan menyebutkan bahwa siapa pun yang berhasil memanah ikan tersebut dengan hanya melihat pantulannya di kolam, maka ia berhak mendapatkan Dropadi.
[[fr:Arjuna]]
 
[[it:Arjuna]]
Berbagai kesatria mencoba melakukannya, tetapi tidak berhasil. Ketika [[Karna]] yang hadir pada saat itu ikut mencoba, ia berhasil memanah ikan tersebut dengan baik. Namun ia ditolak oleh Dropadi dengan alasan Karna lahir di [[kasta]] rendah. Arjuna bersama saudaranya yang lain menyamar sebagai [[Brahmana]], turut serta menghadiri sayembara tersebut. Arjuna berhasil memanah ikan tepat sasaran dengan hanya melihat pantulan bayangannya di kolam, dan ia berhak mendapatkan Dropadi. Ketika para [[Pandawa]] pulang membawa Dropadi, mereka mengaku telah membawa sedekah. [[Kunti]]—ibu para Pandawa—yang sedang sibuk, menyuruh mereka untuk membagi rata apa yang sudah mereka dapatkan. Sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Kunti, maka para Pandawa bersepakat untuk membagi Dropadi sebagai istri mereka. Mereka juga berjanji tidak akan mengganggu Dropadi ketika sedang bermesraan di kamar bersama dengan salah satu dari Pandawa. Hukuman dari perbuatan yang mengganggu adalah pembuangan selama satu tahun.
[[ja:アルジュナ]]
 
[[jv:Arjuna]]
== Perjalanan menjelajahi Bharatawarsha ==
[[nl:Arjuna]]
[[Berkas:Ravi Varma-Arjuna and Subhadra.jpg|kiri|jmpl|220px|Arjuna dan [[Subadra]]. Lukisan India karya [[Raja Ravi Varma]].]]
[[pl:Arjuna (mitologia)]]
Pada suatu hari, ketika Pandawa sedang memerintah kerajaannya di [[Indraprastha]], seorang pendeta masuk ke istana dan melapor bahwa pertapaannya diganggu oleh para [[raksasa (mitologi Hindu)|raksasa]]. Arjuna bergegas mengambil senjatanya, tetapi senjata tersebut disimpan di sebuah kamar tempat [[Yudistira]] dan [[Dropadi]] sedang menikmati malam mereka. Demi kewajibannya, Arjuna rela masuk kamar mengambil senjata, tanpa memedulikan Yudistira dan Dropadi yang sedang bermesraan di kamar. Atas perbuatan tersebut, Arjuna dihukum untuk menjalani pembuangan selama satu tahun.
[[sv:Arjuna]]
 
[[ta:அர்ஜூனன்]]
Arjuna menghabiskan masa pengasingannya dengan menjelajahi penjuru [[Bharatawarsha]] atau daratan [[Kerajaan pada zaman India kuno|India Kuno]]. Ketika sampai di [[sungai Gangga]], Arjuna bertemu dengan [[Ulupi]], putri Naga Korawya dari istana naga atau Nagaloka. Arjuna terpikat dengan kecantikan Ulupi lalu menikah dengannya. Dari hasil perkawinannya, ia dikaruniai seorang putra yang diberi nama [[Irawan]].<ref>{{cite book|title=The Mahabharata, Book 1 of 18: Adi Parva|publisher=Forgotten Books|isbn=9781605066110|pages=513–515}}</ref> Setelah itu, ia melanjutkan perjalanannya menuju wilayah pegunungan [[Himalaya]]. Setelah mengunjungi sungai-sungai suci yang ada di sana, ia berbelok ke selatan. Ia sampai di sebuah negeri yang bernama [[Manipura]]. Raja negeri tersebut bernama Citrasena. Ia memiliki seorang puteri yang sangat cantik bernama [[Citrānggadā]]. Arjuna jatuh cinta kepada putri tersebut dan hendak menikahinya, tetapi Citrasena mengajukan suatu syarat bahwa apabila putrinya tersebut melahirkan seorang putra, maka anak putrinya tersebut harus menjadi penerus tahta Manipura oleh karena Citrasena tidak memiliki seorang putra. Arjuna menyetujui syarat tersebut. Dari hasil perkawinannya, Arjuna dan Citrānggadā memiliki seorang putra yang diberi nama [[Babruwahana]]. Oleh karena Arjuna terikat dengan janjinya terdahulu, maka ia meninggalkan Citrānggadā setelah tinggal selama beberapa bulan di Manipura. Ia tidak mengajak istrinya pergi ke [[Hastinapura]].<ref>{{cite book|last=Menon|first=[translated by] Ramesh|title=The Mahabharata: A Modern Rendering|url=https://archive.org/details/mahabharatamoder0000unse|year=2006|publisher=iUniverse, Inc.|location=New York|isbn=9780595401871|page=[https://archive.org/details/mahabharatamoder0000unse/page/266 266]}}</ref>
 
Setelah meninggalkan [[Manipura]], ia meneruskan perjalanannya menuju arah selatan. Dia sampai di lautan yang mengapit [[Bharatawarsha]] di sebelah selatan, setelah itu ia berbelok ke utara. Ia berjalan di sepanjang pantai Bharatawarsha bagian barat. Dalam pengembaraannya, Arjuna sampai di pantai Prabasa (Prabasatirta) yang terletak di dekat [[Dwaraka]], yang kini dikenal sebagai [[Gujarat]]. Di sana ia menyamar sebagai seorang pertapa untuk mendekati adik [[Kresna]] yang bernama [[Subadra]], tanpa diketahui oleh siapa pun. Atas perhatian dari [[Baladewa]], Arjuna mendapat tempat peristirahatan yang layak di taman Subadra. Meskipun rencana untuk membiarkan dua pemuda tersebut tinggal bersama ditentang oleh Kresna, tetapi Baladewa meyakinkan bahwa peristiwa buruk tidak akan terjadi. Arjuna tinggal selama beberapa bulan di Dwaraka, dan Subadra telah melayani semua kebutuhannya selama itu. Ketika saat yang tepat tiba, Arjuna menyatakan perasaan cintanya kepada Subadra. Pernyataan itu disambut oleh Subadra. Dengan kereta yang sudah disiapkan oleh Kresna, mereka pergi ke Indraprastha untuk melangsungkan pernikahan.<ref>{{cite web|url=http://www.sacred-texts.com/hin/m01/m01223.htm| chapter=Haranaharanaparwa, Section 223 |title=The Mahabharata of Krishna-Dwaipayana Vyasa |last=Ganguli |first=Kisari Mohan}}</ref>
 
[[Baladewa]] marah setelah mendengar kabar bahwa [[Subadra]] telah kabur bersama Arjuna. [[Kresna]] meyakinkan bahwa Subadra pergi atas kemauannya sendiri, dan Subadra sendiri yang mengemudikan kereta menuju [[Indraprastha]], bukan Arjuna. Kresna juga mengingatkan Baladewa bahwa dulu ia menolak untuk membiarkan kedua pasangan tersebut tinggal bersama, tetapi usulnya ditentang oleh Baladewa. Setelah Baladewa sadar, ia membuat keputusan untuk menyelenggarakan upacara pernikahan yang mewah bagi Arjuna dan Subadra di Indraprastha. Ia juga mengajak kaum Yadawa untuk turut hadir di pesta pernikahan Arjuna-Subadra. Setelah pesta pernikahan berlangsung, kaum [[Yadawa]] tinggal di Indraprastha selama beberapa hari, lalu pulang kembali ke [[Dwaraka]], tetapi Kresna tidak turut serta.<ref>{{cite web|url=http://www.sacred-texts.com/hin/m01/m01224.htm|chapter=Subhadraharanaparwa, Section 222 |title=The Mahabharata of Krishna-Dwaipayana Vyasa |last=Ganguli |first=Kisari Mohan}}</ref>
 
== Pembakaran hutan Kandawa ==
Dalam bagian akhir ''[[Adiparwa]]'' diriwayatkan peristiwa pembakaran hutan Kandawa serta pertemuan Arjuna dengan arsitek bernama [[Mayasura]]. Kisah tersebut diawali dengan acara pengembaraan Arjuna dan [[Kresna]] di tepi [[sungai Yamuna]]. Di tepi hutan tersebut terdapat hutan lebat yang bernama Kandawa. Di sana mereka bertemu dengan [[Agni]], [[Dewa (Hindu)|dewa]] [[api]]. Agni berkata bahwa hutan Kandawa seharusnya telah musnah dilalap api, tetapi [[Indra]] selalu menurunkan hujannya untuk melindungi temannya yang bernama [[Taksaka]], yang hidup di hutan tersebut. Maka, Agni memohon agar Kresna dan Arjuna bersedia membantunya menghancurkan hutan Kandawa. Kresna dan Arjuna bersedia membantu Agni, tetapi terlebih dahulu mereka meminta agar Agni menyediakan senjata kuat bagi mereka berdua untuk menghalau gangguan yang akan muncul. Kemudian Agni memanggil [[Baruna]], [[Dewa (Hindu)|dewa]] [[laut]]an. Baruna memberikan [[busur]] suci bernama [[Gandiwa]], [[kereta perang]] dengan empat kuda dihias bendera berlambang monyet, serta tabung berisi anak [[panah]] dengan jumlah tak terbatas kepada Arjuna.<ref name="menon302">{{cite book|last=Menon|first=[translated by] Ramesh|title=The Mahabharata : a modern rendering|url=https://archive.org/details/mahabharatamoder0000unse|year=2006|publisher=iUniverse, Inc.|location=New York|isbn=9780595401871|pages=[https://archive.org/details/mahabharatamoder0000unse/page/302 302]–304}}</ref> Untuk Kresna, Baruna memberikan [[Cakra Sudarsana]]. Dengan senjata tersebut, mereka berdua menjaga agar Agni mampu melalap hutan Kandawa sampai habis.<ref name="autogenerated518">{{cite book|title=Mahabharata of Krishna-Dwaipayana Vyasa.|year=2008|publisher=The Echo Library|location=Teddington, Middlesex|isbn=9781406870459|pages=518–520}}</ref>
 
Dalam proses pembakaran hutan Kandawa, Arjuna menyelamatkan seorang [[asura]] yang mahir merancang bangunan, namanya [[Mayasura]].<ref name="autogenerated518"/> Sebagai balas budi, Mayasura berjanji bahwa ia akan membangun sebuah istana untuk [[Yudistira]], kakak Arjuna. Oleh karena Mayasura merupakan arsitek yang cekatan, maka merupakan hal yang mudah baginya untuk membangun balairung akbar sekaligus istana megah bagi para Pandawa di [[Indraprastha]].<ref>{{cite book|last=Verma|first=retold by Virendra|title=The Mahābhārata : (the great epic of ancient India)|year=1989|publisher=Pitambar Pub. Co.|location=New Delhi|isbn=9788120907324|page=28|coauthors=Verma, Shanti}}</ref> Pembangunan istana megah tersebut mengawali jilid kedua ''Mahabharata'' yang berjudul ''[[Sabhaparwa]]''. Dalam buku tersebut diceritakan bahwa demi merebut kekayaan para Pandawa, [[Duryodana]] menantang mereka bermain dadu dengan taruhan harta masing-masing. Pada akhirnya para Pandawa kalah, dan riwayat mereka selanjutnya diceritakan dalam ''[[Wanaparwa]]''.
 
== Pertapaan Arjuna ==
[[Berkas:Kiratarjuniya.jpg|kiri|220px|jmpl|Lukisan Arjuna bertemu [[Siwa]]. Siwa memberikan panah [[pasupati]] kepadanya. Lukisan India karya [[Raja Ravi Varma]].]]<!--
[[File:Urvashi curses Arjuna.jpg|right|260px|thumb|[[Urwasi]] mengutuk Arjuna. Ilustrasi dari ''Mahabharata'' terbitan Gorakhpur Geeta Press, ditulis ulang oleh Ramanarayanadatta Astri.]]-->
Dalam kitab ''[[Wanaparwa]]'' diriwayatkan kejadian setelah para [[Pandawa]]—yang dipimpin [[Yudistira]]—kalah bermain dadu melawan para [[Korawa]] yang dipimpin [[Duryodana]]. Sesuai ketentuan permainan tersebut, maka para Pandawa beserta [[Dropadi]] mengasingkan diri ke hutan (''wana'' dalam [[bahasa Sanskerta|bhs. Sanskerta]]). Kesempatan tersebut dimanfaatkan oleh Arjuna untuk bertapa demi memperoleh kesaktian dalam peperangan melawan para sepupunya. Arjuna memilih lokasi bertapa di gunung Indrakila. Dalam usahanya, ia diuji oleh tujuh [[bidadari]] yang dipimpin oleh [[Supraba]], tetapi keteguhan hati Arjuna mampu melawan berbagai godaan yang diberikan oleh para bidadari. Para bidadari yang kesal kembali ke kahyangan, dan melaporkan kegagalan mereka kepada [[Indra]]. Indra turun di tempat Arjuna bertapa sambil menyamar sebagai seorang [[pendeta]]. Dia menanyakan tujuan Arjuna melakukan tapa di gunung Indrakila. Arjuna menjawab bahwa ia bertapa demi memperoleh kekuatan untuk mengurangi penderitaan rakyat, serta untuk menaklukkan musuh-musuhnya, terutama para [[Korawa]] yang selalu bersikap jahat terhadap para [[Pandawa]]. Setelah mendengar penjelasan dari Arjuna, Indra metampakkan wujudnya yang sebenarnya. Dia memberikan anugerah kepada Arjuna berupa senjata sakti.
 
Setelah mendapat anugerah dari Dewa [[Indra]], Arjuna memperkuat tapanya ke hadapan Dewa [[Siwa]]. Siwa yang terkesan dengan tapa Arjuna kemudian mengirimkan seekor babi hutan berukuran besar. Ia menyeruduk gunung Indrakila hingga bergetar. Hal tersebut membuat Arjuna terbangun dari tapanya. Karena ia melihat seekor babi hutan sedang mengganggu tapanya, maka ia segera melepaskan anak panahnya untuk membunuh babi tersebut. Di saat yang bersamaan, [[Siwa]] datang dan menyamar sebagai pemburu, turut melepaskan anak panah ke arah babi hutan yang dipanah oleh Arjuna. Karena kesaktian dewa, kedua anak panah yang menancap di tubuh babi hutan itu menjadi satu. Pertengkaran hebat terjadi antara Arjuna dan [[Siwa]] yang menyamar menjadi pemburu. Mereka sama-sama mengaku telah membunuh babi hutan siluman, tetapi hanya satu anak panah saja yang menancap, bukan dua. Maka dari itu, Arjuna berpikir bahwa si pemburu telah mengklaim sesuatu yang sebenarnya menjadi hak Arjuna. Setelah adu mulut, mereka berdua berkelahi. Saat Arjuna menujukan serangannya kepada si pemburu, tiba-tiba orang itu menghilang dan metampakkan wujud aslinya sebagai Siwa. Arjuna meminta maaf karena ia telah berani melakukan tantangan. Siwa tidak marah kepada Arjuna, justru sebaliknya ia merasa kagum. Atas keberaniannya, Dewa Siwa memberi anugerah berupa panah sakti bernama ''[[pasupati]]''.
 
Setelah menerima senjata pasupati, Arjuna dijemput oleh para penghuni kahyangan untuk menuju kediaman [[Indra]], raja para dewa. Di sana Arjuna menghabiskan waktu selama beberapa tahun. Di sana pula Arjuna bertemu dengan bidadari [[Urwasi]]. Karena Arjuna tidak mau menikahi bidadari Urwasi, maka Urwasi mengutuk Arjuna agar kelak menjadi banci (peran Arjuna sebagai banci diceritakan sebagai dalam buku ''[[Wirataparwa]]''). Kutukan itu dimanfaatkan oleh Arjuna pada saat para Pandawa menyelesaikan hukuman pembuangan mereka dalam hutan. Setelah menyelesaikan hukuman pembuangan, Pandawa beserta [[Dropadi]] berlindung di [[kerajaan Wirata]]. Sesuai dengan perjanjian yang sah—sebagai akibat kekalahan saat bermain dadu—maka para Pandawa beserta Dropadi harus hidup dalam penyamaran selama satu tahun. Maka dari itu, para Pandawa beserta Dropadi harus menyembunyikan identitas asli mereka dan hidup sebagai orang lain. Di sana Arjuna menyamar sebagai guru tari yang banci, dengan nama samaran ''Brihanala''.<ref>{{cite book|last=Kapoor|first=edited by Subodh|title=The Indian Encyclopaedia: Biographical, Historical, Religious, Administrative, Ethnological, Commercial and Scientific|year=2002|publisher=Cosmo Publications|location=New Delhi|isbn=9788177552577|page=4462|edition=1st ed.}}</ref> Meskipun demikian, Arjuna telah berhasil membantu putra mahkota kerajaan Wirata, yaitu pangeran [[Utara (Mahabharata)|Utara]], dengan menghalau musuh yang hendak menyerbu kerajaan Wirata.
 
== Persiapan perang ==
[[Berkas:Arjuna chooses Krishna.jpg|300px|jmpl|Arjuna memilih [[Kresna]] daripada tentara Kresna. Lukisan dari [[Himachal Pradesh]], sekitar akhir abad ke-18.]]
 
Setelah menjalani masa pembuangan selama 13 tahun dan masa penyamaran selama setahun, para [[Pandawa]] ingin memperoleh kembali kerajaannya. Namun hak mereka ditolak dengan tegas oleh [[Duryodana]], bahkan ia menantang untuk berperang. Demi kerajaannya, para Pandawa setuju untuk melakukan perang. Sebelum perang terjadi, Kresna melakukan misi perdamaian, tetapi gagal. Akhirnya Kresna setuju untuk terlibat dalam perang, tetapi dengan tidak membawa senjata. Ia ingin salah satu pihak memilih tentaranya, sedangkan pihak yang lain memilihnya sebagai penasihat. Arjuna yang mewakili Pandawa lebih memilih kehadiran Kresna sebagai penasihat, sementara Duryodana yang mewakili Korawa lebih memilih pasukan Kresna.
 
=== Arjuna menerima ''Bhagawadgita'' ===
Dalam ''[[Mahabharata]]'', peran Kresna sebagai kusir bermakna ''pemandu'' atau ''penunjuk jalan'', yaitu memandu Arjuna melewati segala kebimbangan hatinya dan menunjukkan jalan kebenaran kepada Arjuna. Ajaran kebenaran yang diuraikan Kresna kepada Arjuna disebut ''[[Bhagawadgita]]''. Hal itu bermula beberapa saat sebelum [[perang di Kurukshetra]] dimulai. Saat Arjuna melakukan inspeksi terhadap pasukannya, ia dilanda pergolakan batin ketika ia melihat kakeknya, guru besarnya, saudara sepupu, teman sepermainan, ipar, dan kerabatnya yang lain berkumpul di [[Kurukshetra]] untuk melakukan pembantaian besar-besaran. Arjuna menjadi tak tega untuk membunuh mereka semua. Dilanda oleh masalah batin, antara mana yang benar dan mana yang salah, Arjuna bertekad untuk mengundurkan diri dari pertempuran.
 
{{quote|[[Kresna]] yang baik hati, setelah melihat kawan-kawan dan sanak keluarga di hadapan saya, dengan semangat untuk bertempur seperti itu, saya merasa anggota-anggota badan saya gemetar dan mulut saya terasa kering...
{{sloka| kitab=Bhagawadgita | bab=I | sloka=28 | tampilkan nama kitab=ya}}}}
{{quote|Kita akan dikuasai dosa jika membunuh penyerang seperti itu. Karena itu, tidak pantas kalau kita membunuh para putra [[Drestarastra]] dan kawan-kawan kita. O Kresna, suami [[Laksmi|Dewi Laksmi]], apa keuntungannya bagi kita, dan bagaimana mungkin kita berbahagia dengan membunuh sanak keluarga kita sendiri?
{{sloka| kitab=Bhagawadgita | bab=I | sloka=36 | tampilkan nama kitab=ya}}}}
 
Untuk mengatasi kebimbangan Arjuna, [[Kresna]] menguraikan ajaran-ajaran kebenaran agar semua keraguan di hati Arjuna sirna. Kresna menjelaskan apa yang sepantasnya dilakukan Arjuna sebagai kewajibannya di medan perang. Selain itu Kresna menunjukkan bentuk semestanya kepada Arjuna. Ajaran kebenaran yang dijabarkan Kresna tersebut dikenal sebagai ''[[Bhagawadgita]]''. Kitab ''Bhagawadgita'' yang sebenarnya merupakan suatu bagian dari ''[[Bhismaparwa]]'', menjadi kitab tersendiri yang sangat terkenal dalam ajaran [[Hindu]], karena dianggap merupakan intisari dari ajaran-ajaran ''[[Weda]]''.
 
== Arjuna dalam ''Bharatayuddha'' ==
Dalam [[perang di Kurukshetra|pertempuran di Kurukshetra]], atau [[Bharatayuddha]], Arjuna bertarung dengan para kesatria dari pihak [[Korawa]], dan tidak jarang ia membunuh mereka, termasuk panglima besar pihak Korawa yaitu [[Bisma]]. Di awal pertempuran, Arjuna masih dibayangi oleh kasih sayang Bisma sehingga ia masih segan untuk membunuhnya. Hal itu membuat [[Kresna]] marah berkali-kali, dan Arjuna berjanji bahwa kelak ia akan mengakhiri nyawa Bisma. Pada pertempuran pada hari kesepuluh, Arjuna berhasil membunuh Bisma, dan usaha tersebut dilakukan atas bantuan dari [[Srikandi]]. Setelah [[Abimanyu]] putra Arjuna gugur pada hari ketiga belas, Arjuna bertarung dengan Jayadrata untuk membalas dendam atas kematian putranya. Pertarungan antara Arjuna dan [[Jayadrata]] diakhiri menjelang senja hari, dengan bantuan dari Kresna.
 
Pada pertempuran pada hari ketujuh belas, Arjuna terlibat dalam duel sengit melawan [[Karna]]. Ketika panah Karna melesat menuju kepala Arjuna, [[Kresna]] menekan kereta Arjuna ke dalam tanah dengan kekuatan saktinya sehingga panah Karna meleset beberapa inci dari kepala Arjuna. Saat Arjuna menyerang Karna kembali, kereta Karna terperosok ke dalam lubang (karena sebuah kutukan). Karna turun untuk mengangkat kembali keretanya yang terperosok. [[Salya]], kusir keretanya, menolak untuk membantunya. Karena mematuhi etika peperangan, Arjuna menghentikan penyerangannya bila kereta Karna belum berhasil diangkat. Pada saat itulah Kresna mengingatkan Arjuna atas kematian [[Abimanyu]], yang terbunuh dalam keadaan tanpa senjata dan tanpa kereta. Dilanda oleh pergolakan batin, Arjuna melepaskan panah Rudra yang mematikan ke kepala Karna. Senjata itu memenggal kepala Karna.
 
== Kehidupan setelah ''Bharatayuddha'' ==
Tak lama setelah [[Bharatayuddha]] berakhir, [[Yudistira]] diangkat menjadi Raja [[kerajaan Kuru|Kuru]] dengan pusat pemerintahan di [[Hastinapura]]. Untuk menengakkan [[dharma]] di seluruh [[Bharatawarsha]], sekaligus menaklukkan para raja kejam dengan pemerintahan tiran, maka Yudistira menyelenggarakan [[Aswamedha]]-[[yadnya]]. Upacara tersebut dilakukan dengan melepaskan seekor [[kuda]] dan kuda itu diikuti oleh Arjuna beserta para prajurit. Daerah yang dilalui oleh kuda tersebut menjadi wilayah [[Kerajaan Kuru]]. Ketika Arjuna sampai di [[Manipura]], ia bertemu dengan [[Babruwahana]], putra Arjuna yang tidak pernah melihat wajah ayahnya semenjak kecil. Babruwahana bertarung dengan Arjuna, dan berhasil membunuhnya. Ketika Babruwahana mengetahui hal yang sebenarnya, ia sangat menyesal. Atas bantuan [[Ulupi]] dari negeri Naga, Arjuna hidup kembali.
 
Tiga puluh enam tahun setelah Bharatayuddha berakhir, [[Dinasti Yadu]] musnah di Prabhasatirtha karena perang saudara. [[Kresna]] dan [[Baladewa]], yang konon merupakan [[kesatria]] paling sakti dalam dinasti tersebut, ikut tewas namun tidak dalam waktu yang bersamaan. Setelah berita kehancuran itu disampaikan oleh Daruka, Arjuna datang ke [[kerajaan Dwaraka]] untuk menjemput para wanita dan anak-anak. Sesampainya di Dwaraka, Arjuna melihat bahwa kota gemerlap tersebut telah sepi. [[Basudewa]] yang masih hidup, tampak terkulai lemas dan kemudian wafat di mata Arjuna. Sesuai dengan amanat yang ditinggalkan Kresna, Arjuna mengajak para wanita dan anak-anak untuk mengungsi ke [[Kurukshetra]]. Dalam perjalanan, mereka diserang oleh segerombolan perampok. Arjuna berusaha untuk menghalau serbuan tersebut, tetapi kekuatannya menghilang pada saat ia sangat membutuhkannya. Dengan sedikit pengungsi dan sisa harta yang masih bisa diselamatkan, Arjuna menyebar mereka di wilayah Kurukshetra.
 
Setelah Arjuna berhasil menjalankan misinya untuk menyelamatkan sisa penghuni Dwaraka, ia pergi menemui [[Resi]] [[Byasa]] demi memperoleh petunjuk. Arjuna mengadu kepada Byasa bahwa kekuatannya menghilang pada saat ia sangat membutuhkannya. Byasa yang bijaksana sadar bahwa itu semua adalah takdir Tuhan. Byasa menyarankan bahwa sudah selayaknya para Pandawa meninggalkan kehidupan duniawi. Setelah mendapat nasihat dari Byasa, para Pandawa spakat untuk melakukan perjalanan suci menjelajahi [[Bharatawarsha]].
 
== Perjalanan terakhir dan kematian ==
Perjalanan terakhir yang dilakukan oleh para [[Pandawa]] diceritakan dalam kitab ''[[Prasthanikaparwa]]'' atau ''[[Mahaprasthanikaparwa]]''. Dalam perjalanan sucinya, para Pandawa dihadang oleh api yang sangat besar, yaitu [[Agni]]. Ia meminta Arjuna agar senjata Gandiwa beserta tabung anak panahnya yang tak pernah habis dikembalikan kepada [[Baruna]], sebab tugas [[Nara dan Narayana|Nara]] sebagai Arjuna sudah berakhir pada zaman [[Dwaparayuga]] tersebut. Dengan berat hati, Arjuna melemparkan senjata saktinya ke lautan, ke kediaman Baruna. Setelah itu, Agni lenyap dari hadapannya dan para Pandawa melanjutkan perjalanannya. Ketika para Pandawa serta istrinya memilih untuk mendaki gunung [[Himalaya]] sebagai tujuan akhir perjalanan mereka, Arjuna gugur di tengah perjalanan setelah kematian [[Nakula]], [[Sahadewa]], dan [[Dropadi]].
 
== Adaptasi dalam kebudayaan Indonesia ==
[[Berkas:Wayang Bali.jpg|ka|jmpl|180px|Arjuna versi wayang Bali.]]
Di [[Nusantara]], tokoh Arjuna juga dikenal dan sudah terkenal dari dahulu kala. Arjuna terutama menjadi populer di daerah [[Jawa]], [[Bali]], [[Pulau Madura|Madura]], dan [[Lombok]]. Di Jawa dan kemudian di Bali, Arjuna menjadi tokoh utama dalam beberapa ''[[kakawin]]'', seperti misalnya ''[[Kakawin Arjunawiwāha]]'', ''[[Kakawin Pārthayajña]]'', dan ''[[Kakawin Pārthāyana]]'' (juga dikenal dengan nama ''Kakawin Subhadrawiwāha''. Selain itu Arjuna juga didapatkan dalam beberapa relief candi di pulau Jawa misalkan [[candi Surowono]].
 
=== Arjuna dalam pewayangan Jawa ===
[[Berkas:Arjuna-kl.jpg|jmpl|ka|180px|Arjuna versi wayang Jawa.]]
[[Berkas:Arjun.JPG|jmpl|ka|180px|Wayang kulit Arjuna yang diberi warna.]]
Arjuna merupakan seorang tokoh ternama dalam dunia [[wayang|pewayangan]] dalam budaya Jawa Baru. Beberapa ciri khas Arjuna versi pewayangan mungkin berbeda dengan ciri khas Arjuna dalam kitab [[Mahabharata|Mahābhārata]] versi [[India]] dengan [[bahasa Sanskerta]]. Dalam dunia pewayangan, Arjuna digambarkan sebagai seorang [[kesatria]] yang gemar berkelana, bertapa, dan berguru. Selain menjadi murid [[Drona|Resi Drona]] di Padepokan Sukalima, ia juga menjadi murid Resi Padmanaba dari Pertapaan Untarayana. Arjuna pernah menjadi [[brahmana]] di Goa Mintaraga, bergelar Bagawan Ciptaning. Ia dijadikan kesatria unggulan para dewa untuk membinasakan [[Niwatakawaca|Prabu Niwatakawaca]], raja raksasa dari negara Manimantaka. Atas jasanya itu, Arjuna dinobatkan sebagai raja di Kahyangan Dewa Indra, bergelar Prabu Karitin. dan mendapat anugrah pusaka-pusaka sakti dari para dewa, antara lain: Gendewa (dari [[Indra|Bhatara Indra]]), Panah Ardadadali (dari [[Kubera|Bhatara Kuwera]]), Panah Cundamanik (dari [[Narada|Bhatara Narada]]). Setelah perang [[Bharatayuddha]], Arjuna menjadi raja di Negara Banakeling, bekas kerajaan [[Jayadrata]].
 
Arjuna memiliki sifat cerdik dan pandai, pendiam, teliti, sopan-santun, berani dan suka melindungi yang lemah. Ia memimpin Kadipaten Madukara, dalam wilayah negara Amarta. Ia adalah petarung tanpa tanding di medan laga, meski bertubuh ramping berparas rupawan sebagaimana seorang dara, berhati lembut meski berkemauan baja, kesatria dengan segudang [[istri]] dan kekasih meski mampu melakukan tapa yang paling berat, seorang [[kesatria]] dengan kesetiaan terhadap keluarga yang mendalam tetapi kemudian mampu memaksa dirinya sendiri untuk membunuh saudara tirinya. Bagi generasi tua [[Jawa]], dia adalah perwujudan lelaki seutuhnya. Sangat berbeda dengan [[Yudistira]], dia sangat menikmati hidup di [[dunia]]. Petualangan cintanya senantiasa memukau [[suku Jawa|orang Jawa]], tetapi secara aneh dia sepenuhnya berbeda dengan [[Don Juan]] yang selalu mengejar wanita. Konon Arjuna begitu halus dan tampan sosoknya sehingga para puteri begitu, juga para dayang, akan segera menawarkan diri mereka. Merekalah yang mendapat kehormatan, bukan Arjuna. Ia sangat berbeda dengan [[Bima (tokoh Mahabharata)|Wrekudara]]. Dia menampilkan keanggunan tubuh dan kelembutan hati yang begitu dihargai oleh orang Jawa berbagai generasi.
 
Arjuna juga memiliki pusaka-pusaka sakti lainnya, atara lain: Keris Kiai Kalanadah diberikan pada [[Gatotkaca]] saat mempersunting Dewi Pergiwa (putra Arjuna), Panah Sangkali (dari [[Drona|Resi Drona]]), Panah Candranila, Panah Sirsha, Panah Kiai Sarotama, [[Pasupati|Panah Pasupati]] (dari [[Batara Guru]]), Panah Naracabala, Panah Ardhadhedhali, Keris Kiai Baruna, Keris Pulanggeni (diberikan pada [[Abimanyu]]), Terompet Dewanata, Cupu berisi minyak ''Jayengkaton'' (pemberian Bagawan Wilawuk dari pertapaan Pringcendani) dan Kuda Ciptawilaha dengan Cambuk Kiai Pamuk. Sedangkan ajian yang dimiliki Arjuna antara lain: ''Panglimunan'', ''Tunggengmaya'', ''Sepiangin, Mayabumi, Pengasih'' dan ''Asmaragama''. Arjuna juga memiliki pakaian yang melambangkan kebesaran, yaitu Kampuh atau Kain Limarsawo, Ikat Pinggang Limarkatanggi, Gelung Minangkara, Kalung Candrakanta dan Cincin Mustika Ampal (dahulunya milik Prabu [[Ekalawya|Ekalaya]], raja negara Paranggelung).
 
=== Istri dan keturunan ===
Dalam [[Mahabharata]] versi pewayangan Jawa, Arjuna mempunyai banyak sekali istri,itu semua sebagai simbol penghargaan atas jasanya ataupun atas keuletannya yang selalu berguru kepada banyak pertapa. Berikut sebagian kecil istri dan anak-anaknya:
 
# Dewi [[Subadra]], berputra Raden [[Abimanyu]]
# Dewi Sulastri, berputra Raden Sumitra
# Dewi [[Larasati]], berputra Raden Bratalaras
# Dewi [[Ulupi]] atau Palupi, berputra Bambang [[Irawan]]
# Dewi Jimambang, berputra Kumaladewa dan Kumalasakti
# Dewi Ratri, berputra Bambang Wijanarka
# Batari Dresanala, berputra Raden [[Wisanggeni]]
# Batari Wilutama, berputra Bambang Wilugangga
# Dewi [[Manuhara]], berputra Endang Pregiwa dan Endang Pregiwati
# Batari [[Supraba]], berputra Raden [[Prabakusuma]]
# Dewi Antakawulan, berputra Bambang Antakadewa
# Dewi Juwitaningrat, berputra Bambang Sumbada
# Dewi Maheswara
# Dewi Retno Kasimpar
# Dewi Dyah Sarimaya
# Dewi [[Srikandi]]
 
=== Nama lain dan julukan ===
Dalam wiracarita ''Mahabharata'' versi nusantara, Arjuna memiliki banyak nama lain dan nama julukan, antara lain: ''Permadi'' (tampan), ''Parta'' (pahlawan perang), ''Janaka'' (memiliki banyak istri), ''Dananjaya'', ''Kumbaljali'', ''Ciptaning Mintaraga'' (pendeta suci), ''Pandusiwi'', ''Indratanaya'' (putra Batara Indra), ''Jahnawi'' (gesit ''trengginas''), ''Palguna'', ''Indrasuta'', ''Danasmara'' (perayu ulung) dan ''Margana'' (suka menolong) "Begawan Mintaraga" adalah nama yang digunakan oleh Arjuna saat menjalani laku tapa di puncak Indrakila dalam rangka memperoleh senjata sakti dari dewata, yang akan digunakan dalam perang yang tak terhindarkan melawan musuh-musuhnya, yaitu keluarga [[Korawa]].
 
== Lihat pula ==
* [[Pandawa|Panca Pandawa]]
* [[Silsilah Dinasti Kuru dan Yadu|Silsilah Arjuna]]
* [[Mahabharata]]
 
== Referensi ==
{{reflist|2}}
 
== Pranala luar ==
{{Commonscat|Arjuna}}
* {{en}} [http://mythfolklore.net/india/encyclopedia/arjuna.htm Mythfolklore.net India: Arjuna — tokoh dari Mitologi Hindu India]
 
{{Tokoh Mahabharata}}
 
[[Kategori:Tokoh yang terkait dengan Kresna]]
[[Kategori:Pandawa]]