Poncke Princen: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tidak ada ringkasan suntingan
 
(75 revisi perantara oleh 40 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{gaya penulisan}} {{nofootnote}}
'''Johan Cornelis (Jan) Princen''', lebih dikenal sebagai '''Poncke Princen''' ( [[21 November]] [[1925]] – [[Jakarta]], [[21 Februari]] [[2002]]) adalah seorang oposan sejati berkebangsaan [[Belanda]] sejak muda hingga tua, melawan berbagai rezim yang melakukan penindasan dan penyelewengan, mulai dari [[Nazi]] hingga [[Orde Baru]], mulai dari rezim sayap kanan hingga rezim yang cenderung ke-kiri-kiri-an. Dia hanya hidup di Belanda sejak lahir hingga masa muda, selebihnya dia habiskan di [[Indonesia]]. Di Indonesia, dia terutama terkenal sebagai pejuang [[Hak Asasi Manusia]]. Princen menikah dengan Sri Mulyati dan dikaruniai empat anak.
[[Berkas:Poncke 'Hajji Princen'.jpg|jmpl|Poncke Princen]]
[[Berkas:princen.jpg|jmpl|H.J.C. Princen]]
'''Haji Johannes Cornelis (H.J.C.) Princen''', lebih dikenal sebagai '''Poncke Princen''' ({{lahirmati|[[Den Haag]], [[Belanda]]|21|11|1925|[[Jakarta]]|22|2|2002}}) adalah seorang pembelot berkebangsaan [[Belanda]] yang pada [[1949]] beralih menjadi [[Warga Negara Indonesia|warga negara Indonesia]], melawan berbagai rezim, mulai dari [[Jerman Nazi|Nazi]] hingga [[Orde Baru]]. Lahir dan menghabiskan masa muda di Belanda, kemudian beralih ke kewarganegaraan [[Indonesia]]. Nama “Poncke” konon diperolehnya dari roman yang digemarinya tentang pastur jenaka di [[Belgia]] Utara yang bernama Pastoor Poncke. Pada tahun 1994 perkumpulan penggemar roman tahun 1940-an tersebut mengadakan rapat dan memutuskan untuk melarang H.J.C. Princen menggunakan nama Poncke. Di Indonesia, dia terutama dikenal sebagai pejuang [[Hak asasi manusia|Hak Asasi Manusia]]. Princen menikah dengan Janneke Marckmann (ke 1971) dan nanti dengan Sri Mulyati. Memiliki empat anak: Ratnawati H.E. Marckmann, Iwan Hamid Marckmann, Nicolaas Hamid Marckmann dan Wilanda Princen. Pada Februari 2002, Princen meninggal dunia pada usia 76 tahun di Jakarta, dan dimakamkan di pemakaman Pondok Kelapa.<ref>{{Cite web|title=Kisah Poncke Princen, Pembelot Belanda yang Membela Indonesia hingga Jadi Mualaf dan Aktivis HAM|url=https://jatimtimes.com/baca/284389/20230225/064300/kisah-poncke-princen-pembelot-belanda-yang-membela-indonesia-hingga-jadi-mualaf-dan-aktivis-ham|website=Jatim TIMES|language=id|access-date=2023-02-25}}</ref>
 
== Latar belakang ==
Princen lahir dan tumbuh di [[Belanda]]. Dia sempat, mengenyam pendidikan di [[Seminari]] dari 1939-1943. Pada tahun 1943, tentara [[Jerman Nazi|Nazi]] Jerman]] mulai menginvasi dan menduduki Belanda. Seminari tempat diaPoncke sekolahbersekolah diisolasi dan anak-anaknya dikurung di asramanya karena Belanda berada sepenuhnya dalam suasana perang. Pada tahun yang sama diaPoncke mencoba melarikan diri dannamun tertangkap oleh Nazigagal. Dia punPoncke dikirim ke [[kamp konsentrasi]] di [[Vught]], lalukemudian dikirim lanjut ke penjara kota [[UtretchUtrecht (Utrecht)|Utrecht]]. Di akhir 1944, sesaat setelah diaPoncke bebas dari [[Jerman]], diaPoncke kembali ditahan oleh pemerintah - kali ini pemerintah Belanda, karena dia menolak mengikuti [[wajib militer]]. diPoncke tengahdengan kondisidesakan yangpemerintah sangat kritis tersebut. Ia pun dengan paksaBelanda masuk dinas militer dan dikirim ke jajahan Belanda di timur yang berusaha untuk memerdekakan diri, yaitu Indonesia. DiPoncke negarakemudian jajahan ini ia tergabungbergabung dalam tentara kerajaan [[Hindia Belanda]] [[Koninklijk Nederlandsch-IndischIndische Leger|KNIL]].
 
== Mengabdi Republik ==
Indonesia lewat [[proklamasi]] sudah memerdekakan diri pada 17 Agustus 1945, tetapi perang antara penjajah dan negara bekas jajahan masih terus menerus berkecamuk. Pada tahun 1948, Princen yang muak menyaksikan sikap dan berbagai kebrutalan yang dilakukan bangsanya, meninggalkan KNIL dan bergabung dengan [[Tentara Nasional Indonesia]] pada tahun [[1948]]. Pada tahun 1948 pula dia, walaupun seorang Belanda, secara langsung menerima penghargaan [[Bintang Gerilya]] dari Presiden Sukarno.
Indonesia melalui [[Proklamasi Kemerdekaan Indonesia|proklamasi]] mendeklarasikan [[kemerdekaan]] pada 17 Agustus 1945, namun pemerintah Belanda tidak mengakui deklarasi tersebut. Tanggal 26 September 1948, Poncke yang muak menyaksikan sikap dan berbagai kebrutalan yang terjadi terhadap [[pribumi]] memilih untuk membelot dan meninggalkan [[Koninklijk Nederlandsch-Indische Leger|KNIL]] di [[Daerah Khusus Ibukota Jakarta|Jakarta]] menyeberangi garis demarkasi dan bergabung dengan [[Tentara Nasional Indonesia]]. Pada tahun 1949 Poncke telah tergabung dengan [[Komando Daerah Militer III/Siliwangi|divisi Siliwangi]] dengan nomor pokok prajurit 251121085, Kompi staf brigade infanteri 2, Grup Purwakarta. Mengikuti long march ke [[Jawa Barat]] dan terus aktif dalam perang gerilya. Istrinya, seorang peranakan Republikan Sunda terbunuh oleh tentara Belanda dalam sebuah penyergapan. Pada tahun 1949, Poncke menerima penghargaan [[Bintang Gerilya]] dari Presiden Soekarno.
 
Pada tahun 1956, Princen menjadi politisi populerpolitikus Indonesia dan menjadi anggota [[parlemen|parlemen nasional]]. Tetapimewakili dia[[Partai punIkatan akhirnyaPendukung jugaKemerdekaan menyaksikanIndonesia|Ikatan berbagaiPendukung penyelewenganKemerdekaan yangIndonesia]] terjadi di dalam birokrasi saat itu(IPKI). Dia juga kecewa dengan iklim politik yang semakin tidak kondusif. Dia punPoncke keluar dari parlemen dan mulai bersikap vokal terhadap pemerintahan yang mulai otoriter saat itu dengan pihak militer yang bertindak sewenang-wenang. PrincenPoncke ditahan dan dipenjara dari 1957 hingga 1958. Padasetelah bebas pada awal tahun 1960an, diaPoncke mulai secara lebih terfokus aktif dalam membelakegiatan Hakyang Asasibertujuan Manusia.untuk Dimengembangkan masa itu pula, dia juga salah satu pendiri dan pemimpin awal [[LPHAM]], lembaga pembela HAM pertamademokrasi di Indonesia. Karenadengan sikapmendirikan kritisnyaLiga terhadapDemokrasi. pemerintahAkibat danaktivitasnya terhadapyang [[Revolusi]],kritis PrincenPoncke dipenjaradipenjarakan kembalioleh padapemerintah tahunSoekarno (1962 hingga -1966).
 
Semenjak akhir tahun 1965, kekuasaan [[PKI|Partai Komunis Indonesia]] (yang saat itu menjadi massa utama pendukung Presiden [[Soekarno|Sukarno]] dan rival dari kekuatan militer), mulai merosot karenaakibat dibabatoperasi habispembersihan kalangan politik sayap kiri oleh [[Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat|Angkatan Darat]]. DanDegradasi semenjakkekuasaan Maretini 1966,kemudian kekuasaandimanfaatkan Presidenoleh Sukarnosekelompok jugafaksi mulaimiliter menurun,dukungan melalui[[Badan 'kudetaIntelijen lembut'Pusat|CIA]] perlahan-lahanuntuk digantikanmelakukan oleh"kudeta Presidenmerayap" yang mengantarkan [[Soeharto|Suharto]]. Danmenjadi presiden dan berdirilah rezim baru, [[Orde Baru]], menggantikan rezim yang lama - [[Orde Lama]]. PrincenPoncke pun menikmati kebebasan kembalidibebaskan setelah dipenjara selama 4 tahun. Pengalaman hidup Poncke di penjara semakin mempertebal keyakinannya untuk mendesak negara memberikan perlindungan dan penegakan HAM dengan mendirikan [[Lembaga Pembela Hak-Hak Asasi Manusia|Lembaga Pembela Hak Asasi Manusia]] (LPHAM) dan sekaligus memimpin lembaga pembela HAM pertama di Indonesia tersebut.
 
== Mengkritik Rezim Orde Baru ==
Tetapi Princen kembali dikecewakan dengan rezim yang baru, dan perjuangannya pun tak berhenti walaupun rezim yang berkuasa sudah ganti. Princen justru membela pihak yang dulu memojokkannya, ia membela korban-korban pelanggaran [[HAM]] dan pembantaian yang terdiri dari bekas anggota [[PKI]] dan orang-orang yang dituduh [[komunis]]. Di akhir 1960an, Princen juga terlibat dalam proses pembelaan terhadap penulis [[Pramoedya Ananta Toer]] (yang saat itu diasingkan ke Pulau [[Buru]]), dengan mencoba untuk mengadukan keadaan penulis tangguh ini di Buru ke [[Amnesty International]] secara sangat diam-diam. Karena pembelaan terhadap korban-korban yang dituduh PKI ini, Princen sendiri di kalangan umum juga sempat mendapat cap 'komunis' - orang lupa bahwa dia juga menentang kekuasaan yang didominasi komunis di masa [[Orde Lama]].
Poncke merasa kecewa dengan rezim yang baru dan kembali melakukan perjuangan melawan rezim yang baru. Poncke kini membela pihak yang dulu memojokkannya, dia membela korban-korban pelanggaran [[Hak asasi manusia|HAM]] dan pembantaian yang terdiri dari bekas anggota [[Partai Komunis Indonesia|PKI]] dan orang-orang yang dituduh [[Komunisme|komunis]]. Pada tahun 1968 Poncke menitipkan sebuah perekam suara kepada [[Goenawan Mohamad|Goenawan Moehammad]] yang saat itu bekerja di Harian Kami dan termasuk dalam rombongan pertama wartawan dari Jakarta yang akhirnya mendapat izin penguasa untuk melihat para tahanan politik di Pulau Buru. Poncke memintanya mewawancarai [[Pramoedya Ananta Toer]] secara diam-diam dan membuat laporan tentang keadaan di Kamp tahanan untuk membuat [[Amnesty International]] yang kemudian mengangkat Pramoedya sebagai ‘Prisoner of Conscience” lambang korban yang terinjak. Akibat pembelaan Poncke terhadap korban-korban tertuduh PKI, Poncke juga mendapat cap 'komunis' - walaupun Poncke juga menentang kekuasaan yang didominasi komunis pada masa [[Orde Lama]].
 
Pada tahun 1968-1969, lewat sebuah investigasi, Poncke mengungkapkan sejumlah fakta dan memprotes pembantaian massal PKI di Purwodadi Jawa Tengah. Kritik tersebut mendapat bantahan dari rezim Soeharto yang baru berkuasa dan akhirnya mengambil sikap represif terhadap kebebasan pers.
Di tahun 1974, Princen terlibat dalam penggalangan demonstrasi menentang pembangunan [[Taman Mini Indonesia Indah]]. Pembangunan monumen raksasa ini secara umum dinilai sebagai langkah yang sangat tidak pas di tengah kondisi sosial-ekonomi yang masih buruk di saat itu. Princen dipenjara karena aksinya ini, sejak tahun 1974 hingga 1976.
 
Tuduhan sebagai simpatisan Komunis merupakan stigma yang paling terkenal untuk mengamputasi musuh politik Soeharto, Jenderal [[Maraden Panggabean|M. Panggabean]] (Panglima [[Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat|AD]]-[[Kepala Staf TNI Angkatan Darat|KSAD]] saat itu) dan Mayjen [[Surono Reksodimedjo|Soerono Reksodimedjo]] ([[Komando Daerah Militer IV/Diponegoro|Pangdam IV Diponegoro]]) disematkan kepada Poncke agar kemudian lebih mudah untuk memenjarakannya.
Sejak dibebaskan tahun 1976, Princen tidak menjadi kendor, tetapi malah semakin vokal membela [[Hak Asasi Manusia]] di bawah represi orde militer yang menguasai negeri ini saat itu. Dia terlibat dalam pembelaan HAM di [[Timor Timur]], dia juga aktif dalam masalah perburuhan. Sejak tahun 1976 dia tak pernah dipenjara secara permanen, tetapi berulang kali diinterogasi dan juga diawasi secara ketat oleh [[polisi]], dan mungkin juga militer (yang tak jelas bedanya saat itu - sama-sama [[ABRI]]). Di tahun 1997-1998, dia juga turut membela orang-orang yang dituduh [[PRD]] - yang oleh Orde Baru dianggap turunan dari [[PKI]].
 
Tidak hanya kritik yang dikeluarkan Poncke, Poncke juga menyarankan pemerintah membentuk tim independen untuk memeriksa laporan yang ia siarkan ke beberapa media nasional mengenai [[Pembantaian Purwodadi|kasus Purwodadi]]. Hal itu ditujukan agar masyarakat dapat mengetahui apa yang terjadi pada kasus yang cukup menghebohkan masyarakat pesisir utara [[Jawa Tengah]] tersebut. Akibat kengerian dampak kasus ini, pada tahun yang sama, Poncke bersama dengan rekan-rekannya mendirikan sebuah lembaga yang mencoba mengatasi trauma para korban PKI yang di namakan Pusat Pemulihan Hidup Baru.
Princen meninggal pada 21 Februari 2002 sebagai figur yang sangat dihormati dan dihargai oleh tokoh-tokoh dari berbagai golongan, dari [[Budiman Sujatmiko]] hingga [[Goenawan Mohammad]].
 
DiTahun 1970, Poncke menjadi salah satu yang mempelopori berdirinya [[Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia|Lembaga Bantuan Hukum]]. Pada tahun 1974, PrincenPoncke terlibat dalam penggalangan demonstrasi menentang pembangunan [[Taman Mini Indonesia Indah]]. Pembangunan monumen raksasa ini secara umum dinilai sebagai langkah yang sangat tidak pastepat di tengah kondisi sosial-ekonomi yang masih buruk di saat itu. Princen dipenjaradipenjarakan karena aksinya ini, sejak tahun 1974 hingga 1976.
[[nl:Poncke Princen]]
 
== Berjuang hingga akhir hayat ==
Sejak dibebaskan tahun 1976, Poncke semakin vokal membela [[Hak Asasi Manusia]] di bawah represi orde militer. Poncke terlibat dalam pembelaan HAM di [[Timor Timur]] salah satu dari dua kasus yang menonjol adalah [[pembantaian Santa Cruz]] dan melindungi puluhan mahasiswa Timor-Timur. Poncke juga aktif dalam masalah perburuhan. Sejak tahun 1976 Poncke tak pernah ditahan, namun berulang kali diinterogasi dan juga diawasi secara ketat oleh [[polisi]], dan juga pihak militer [[Angkatan Bersenjata Republik Indonesia|ABRI]]). Tahun 1980, Poncke juga ikut mendirikan [[Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia|YLBHI]], menjadi pengacara para korban pada peristiwa [[Peristiwa Tanjung Priok|pembantaian Tanjung Priok]] (1984), dan membela puluhan mahasiswa [[Institut Teknologi Bandung|ITB]] yang ditahan akibat terlibat aktivitas demo terhadap [[Daftar Menteri Dalam Negeri Indonesia|Mendagri]] [[Rudini]] (1989). Poncke mendirikan sebuah Koalisi HAM yang bernama [[Indonesia Front for Defending Human Right]] (INFIGHT) 1989, [[Serikat Buruh Merdeka Setiakawan]] (SBMS) tahun 1990, [[Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan|KontraS]] (1998) dan lain-lain. Poncke menerima [[penghargaan Yap Thiam Hien]] 2002 sebagai tokoh HAM bersama petani [[Jenggawah, Jember|Jenggawah]], [[Kabupaten Jember|Jember]].
 
Poncke meninggal pada 22 Februari 2002 sebagai figur yang sangat dihormati dan dihargai oleh tokoh dari berbagai golongan. Pekerjaannya kini diteruskan oleh [[Ahmad Hambali]] seorang aktivis muda yang sempat bertemu dalam kondisi berkursi roda ketika sama-sama membela petani [[Sagara, Cibalong, Garut|Sagara]], [[Kabupaten Garut|Garut]] tahun 1990-an.
 
== Referensi ==
* Ahmad Hambali, ''LPHAM dan Princen'', Pengantar Draft Penelitian Studi Surat-Surat Protes Princen tahun 1990, LPHAM, Jakarta, 2004
 
== Pranala luar ==
 
* {{id}} [http://www.tokohindonesia.com/ensiklopedi/p/princen/index.shtml HJC Princen - Haji Belanda Pejuang HAM] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20060616034942/http://tokohindonesia.com/ensiklopedi/p/princen/index.shtml |date=2006-06-16 }} dalam "Tokoh Indonesia"
* {{en}} [https://web.archive.org/web/20051028052338/http://www.iht.com/articles/1998/03/12/jak.t_1.php Human Rights Campaigner Continues Fight That He Began Decades Ago as a Dutchman: Just Another Skirmish For Indonesian Warrior], Artikel di International Herald Tribune
*
* {{en}} {{nl}} [http://www.iisg.nl/archives/en/files/p/10824215full.php Archief Poncke Princen], Arsip di International Institute of Social History
 
{{lifetime|1925|2002|Princen, Poncke}}
 
[[Kategori:Pejuang HAM]]
[[Kategori:Tokoh yang berpindah agama dari Kristen ke Islam]]
[[Kategori:Tokoh dari Den Haag]]
[[Kategori:Tokoh Indonesia keturunan Belanda]]
[[Kategori:Indo-Eropa]]
[[Kategori:Penerima Bintang Gerilya]]
[[Kategori:Anggota DPR RI 1956–1959]]