Sigalingging: Perbedaan antara revisi

{{Infobox Marga Batak

| nama = Sigalingging

| gambar2 =

| keterangan2 =

 

| marga = Sigalingging

| julukan =

| arti =

 

| jarak = {{Infobox | subbox = yes

| labelstyle = background-color:#FF9966;

| label5 = 5 | data5 = {{{gen5 | [[Raja Sitempang]]}}}

}}

| mataniaribinsar =

| padan =

 

| suku = [[Suku Batak|Batak]]

}}

 

 

 

Raja Sigalingging memiliki 3 (tiga) orang anak dan seorang putri. Istri dari Raja Sigalingging adalah [[Naibaho]] Sitakkaraen/Sitangkaraen, putri dari Raja Sigalingging kawin dengan putra dari Naibaho Siahaan. Berikut nama anak Raja Sigalingging:

 

# Guru Mangarissan (Sigorak)

 

 

* Tendang

* Gajah

* Berasa

*Garingging

 

 

 

{{main|Tarombo Batak}}

 

 

Garis keturunan Mataniari diwarisi oleh Si Raja Batak sebuah Kitab bernama “Tumbaga Holing” yang berisikan Hukum, Ketatanegaraan, Bercocok Tanam, Bertukang, hingga Seni Mencipta. Sementara golongan Bulan diwarisi “Pustaha Laklak” yang berisi Ilmu Pengobatan, Ilmu Perbintangan dan Spiritual.

Jaman dahulu belum semudah seperti sekarang dalam mengolah kayu, karena peralatannya masih belum canggih, menebang pohon dan membentuknya menjadi kayu kasau (urur) hanya menggunakan kapak dari batu, ataupun dari tembaga yang kasar. Karena itu butuh keterampilan dalam membuatnya.

 

 

* Bius Sitolu Hae Horbo

Di salah satu sisi di Gunung Pusuk Buhit, ada 3 (tiga) mata air yang disebut Aek Parsuangan. Pemilik dan nama mata air itu berturut-turut dari atas kebawah adalah: Naibaho, Sitanggang dan Simbolon.

 

 

Putra Sulung Raja Sigalingging yaitu Guru Mangarissan mengerjakan dan mengusahakan semua hauma (''hauma'': sawah; bahasa Batak Toba) yang berada di sekitar Huta Sigalingging (''huta'': kampung, pada zaman dahulu ''huta'' dikelilingi oleh benteng besar yang bertujuan untuk menghindari serangan musuh dari kampung lain ataupun binatang buas). Guru Mangarissan adalah petani ulung dan pekerja keras, sementara itu adiknya Raja Tinatea adalah nelayan atau “par Tao”, di tepian Danau Toba. Ikan hasil tangkapannya dijual ke Onan Pangururan. Pada zaman dahulu sistem perdagangan hanya mengenal sistem barter, di mana sesama petani maupun nelayan saling menukarkan hasil usahanya masing-masing sesuai dengan kesepakatan yang dibuat.

 

# Sigorak

 

 

 

# Marga Tendang yang tersebar di Boang Aceh

# Bringin di Simerpara Kab Dairi

# Gajah di Manduamas (Kab Tapanuli Tengah), Parmonangan (Tap Utara) dan Pakkat (Kab Dairi)

 

 

 

 

 

 

 

# Lumban Sigalingging di Desa Sait Nihuta, Kecamatan Pangururan, Kabupaten Samosir (Bona Pasogit Sigalingging - Makam Op. Raja Sigalingging - Tempat Tugu)

# Huta Sigalingging di Desa Tanjungbunga, Kecamatan Pangururan, Kabupaten Samosir

# Lumban Sigalingging di Sirait Uruk, Kecamatan Porsea, Kabupaten Toba

# Lumban Sigalingging di Kecamatan Siempat Nempu, Kabupaten Dairi

# Huta Sigalingging di Kecamatan Parmonangan, Kabupaten Taput

# Huta Sigalingging Lumban Bangun Sirisi-risi, Kecamatan Doloksanggul, Kabupaten Humbahas

# Desa Garingging, Kecamatan Merek, Kabupaten Karo

# Huta Sigalingging Combi Boang, Kabupaten Aceh Singkil

 

Perlu disadari, beragam Huta (bona nipinasa) pasti beragam adat.

 

 

Sada do hamu pomparanhu Sigalingging. <br>Ise sian pomparanhu namandok lobi sian sada Sigalingging dohot mambedahon taononna ma:

Paet di parngoluan paet di parartaon.

* Hagabeon

* Hasangapon

 

 

'''N'''a marbona do songon aek marmula do songon udan, {{br}}

:si ingoton ni pinomparna Di nadao nang na jonok

:Tolu do anak ni Ompui Ima si Gorak si angkkangan na i

'''S'''ai sitorop ma di dangkana si toropma di rantingna, {{br}}

:Dos ni roha dohot hasadaon di haha anggi dohot di boru i, Ima ta tiop ta ingot sai tongtong

 

 

[[Kategori:Marga Batak Toba]]

[[Kategori:Marga Parna]]