Suku Lio: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Akbargare (bicara | kontrib)
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
k Etnik
 
(54 revisi perantara oleh 11 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{Infobox ethnic group
|group = Lio
|native_name = Ata Li'o
|image = Kaart van etnische en taalkundige verspreiding op de Flores-eilanden.png
|image_caption = Peta sebaran kelompok etnis dan bahasa di [[Pulau Flores]] dan pulau-pulau kecil sekitarnya.
|popplace = [[Pulau Flores]] ([[Kabupaten Ende|Ende]] dan [[Kabupaten Sikka|Sikka]])
|pop = 300.000 ([[1998]])<ref name="Ethnologue-Lio">{{Ethnologue | title = Li’o | edition = 22 | id = ljl | archive = https://archive.vn/20190606041052/https://www.ethnologue.com/language/ljl | archive-date = 2019-06-06 | access-date = 2022-09-02}}</ref>
|langs = [[Bahasa Lio|Lio]], [[Bahasa Ende|Ende]], [[Bahasa Indonesia|Indonesia]]
|rels = Mayoritas [[Gereja Katolik Roma|Katolik]], minoritas [[Islam]]
|related = [[Suku Ende|Ende]]{{•}}[[Suku Sikka|Sikka]]{{•}}[[Suku Nage|Nage]]
}}
 
'''Suku Lio''' adalah(''Ata sukuLi'o'') tertuaadalah dan[[kelompok suku terbesaretnis]] yang ada dimendiami [[pulauPulau Flores]], populasibagian masyarakattengah. Masyarakat suku lioLio menempatipada umumnya mendiami wilayah kecamatan wolowaru[[Wolowaru, Ende|Wolowaru]], kecamatan[[Ndona, Ende|Ndona]], kecamatan[[Ndona Timur, Ende|Ndona Timur]], [[Detusoko, kecamatanEnde|Detusoko]], [[Lio Timur, kecamatanEnde|Lio MouroleTimur]], kecamatan[[Maurole, detukeliEnde|Maurole]], kecamatan[[Detukeli, ndoriEnde|Detukeli]], kecamatan[[Ndori, Ende|Ndori]], [[Kelimutu, Ende|Kelimutu]], beberapa wilayah di kecamatan maukaro[[Maukaro, Ende|Maukaro]], kecamatan[[Lepembusu lepembusuKelisoke, kelisokeEnde|Lepembusu Kelisoke]], kecamatan[[Kotabaru, wolojitaEnde|Kotabaru]], [[Wolojita, Ende|Wolojita]], dan kecamatan[[Wewaria, wewariaEnde|Wewaria]]. mendominasiPopulasi hampirmasyarakat 85Lio %berjumlah wilayahsekitar kabupaten300.000 Endejiwa pada tahun 1998.<ref name="Ethnologue-Lio"/> Suku lioLio juga menempati bagian barat wilayah [[Kabupaten Sikka]], yakni: di kecamatan [[Paga, kecamatanSikka|Paga]], [[Mego, kecamatanSikka|Mego]], [[Tanawawo, Sikka|Tanawawo]], dan kecamatan[[Magepanda, Sikka|Magepanda]].
Dahulu diceritakan suku Lio adalah manusia pertama di wilayah Ende Lio turun dari gunung tertinggi yaitu gunung [[Lepembusu Kelisoke, Ende|Lepembusu]] yang berada di kawasan pemukiman desa Wolotolo. Suku Lio di desa Wolotolo dipimpin oleh empat Mosa Laki ([[kepala suku]]) dan tujuh Kopo Kasa (wakil kepala suku). Kepala suku dan Kopo Kasa memegang peranannya masing-masing sesuai dengan tugas yang diamanatkan turun temurun dari nenek moyang sebelumnya. Keempat kepala suku bertempat tinggal di sao ria (rumah besar) masing-masing. Suku Lio di Desa Wolotolo memiliki berbagai macam elemen permukiman adat bangunan mulai dari sao ria (rumah besar), sao keda (tempat musyawarah), kanga (arena lingkaran), tubu musu (tugu batu), rate (kuburan) dan kebo ria (lumbung). Bangunan-bangunan adat suku Lio ini memiliki berbagai macam bentuk sesuai dengan fungsinya masing-masing <ref>https://ruas.ub.ac.id/index.php/ruas/article/viewFile/117/132</ref>
 
== Agama dan kepercayanSejarah ==
[[File:Suku Lio di Ende Kelimutu.jpg|thumb|Tarian adat masyarakat suku Lio di [[Kabupaten Ende]].]]
[[Berkas:Raiyani Muharramah Bentuk rumah Sao Keda Suku Ende Lio DSC 3145.jpg|jmpl|Bentuk rumah Sao Keda dan Kanga (area ritual) suku Lio]]
DahuluMenurut diceritakantutur lisan setempat, suku Lio adalah manusia pertama di wilayah Ende -Lio turun dari gunung tertinggi yaitu gunung [[Lepembusu Kelisoke, Ende|Lepembusu]] yang berada di kawasan pemukiman desa Wolotolo. Suku Lio di desa Wolotolo dipimpin oleh empat Mosa Laki''Mosalaki'' ([[kepala suku]]) dan tujuh Kopo Kasa''Kopokasa'' (wakil kepala suku). Kepala suku dan Kopo Kasawakilnya memegang peranannya masing-masing sesuai dengan tugas yang diamanatkan turun temurun dari nenek moyang sebelumnya. Keempat kepala suku bertempat tinggal di ''sao ria'' (rumah besar) masing-masing. Suku Lio di Desadesa Wolotolo memiliki berbagai macam elemen permukiman adat bangunan mulai dari ''sao ria'' (rumah besar), ''sao keda'' (tempat musyawarah), ''kanga'' (arena lingkaran), ''tubu musu'' (tugu batu), ''rate'' (kuburan), dan ''kebo ria'' (lumbung). Bangunan-bangunan adat suku Lio ini memiliki berbagai macam bentuk sesuai dengan fungsinya masing-masing .<ref name="sejarah">https://ruas.ub.ac.id/index.php/ruas/article/viewFile/117/132</ref>
Suku Lio dikenal sangat memegang teguh keyakinan dan kepercayaan mereka terhadap wujud tertinggi yang disebut Du'a Ngga'e (Tuhan /Allah), Nitupa'i (roh halus yang paling ditakuti dan harus dihormati) atamata atau babo mamo (leluhur) yang wajib dihormati. Dalam konteks ini, Du'a Ngga'e berada pada titik puncak yang wajib disujud. Sementara Nitupa'i atamata wajib dihormati. Masyarakat suku Lio percaya adanya kekuatan [[adikodrati]] serta percaya bahwa roh-roh para [[leluhur]] dan roh-roh alam sangat berpengaruh dalam kehidupan mereka. Walaupun sebagaian kecil masih mempraktikkan agama tradisional (agama leluhur) tetapi saat ini hampir seluruh ata Lio(orang Lio) baik yang berada di Kabupaten Sikka maupun yang berada di Kabupaten Ende sebagian besar sudah beralih ke agama agama Abrahamik, yakni: Katolik dan Islam. Saat ini mayoritas suku Lio beragama Katolik dan sisanya beragama islam.
 
Kemudian ada versi lain mengatakan orang Lio awalnya datang dari [[Melaka]] di [[Semenanjung Melayu]], ada juga yang berpendapat datang dari wilayah [[Wehali]] di [[Pulau Timor]]. Orang tersebut adalah Lio Laka yang mendarat di kecamatan Wewaria saat ini. Hal ini menunjukan bahwa versi yang mengatakan bahwa orang Lio merupakan keturunan [[Suku Tetun|orang Tetun Malaka]] yang berasal dari Pulau Timor yang terletak di selatan Pulau Flores.<ref name="sejarah"/>
 
== Agama dan kepercayaan ==
[[Berkas:Raiyani Muharramah Bentuk rumah Sao Keda Suku Ende Lio DSC 3145.jpg|jmpl|Bentuk rumah Sao''sao Kedakeda'' dan Kanga''kanga'' (area ritual) suku Lio.]]
Suku Lio dikenal sangat memegang teguh terhadap keyakinan dan kepercayaan mereka terhadap wujud tertinggi yang disebut ''Du'a Ngga'e'' (Tuhan /Allah[[tuhan]]), ''Nitupa'i'' (roh halus yang paling ditakuti dan harus dihormati), atamata''Atamata'' atau babo''Babo mamoMamo'' (leluhur) yang wajib dihormati. Dalam konteks ini, ''Du'a Ngga'e'' berada pada titik puncak yang wajib disujuddisembah. Sementara ''Nitupa'i'' atamatadan ''Atamata'' wajib dihormati. Masyarakat suku Lio juga percaya adanya kekuatan [[adikodrati]] serta percaya bahwa roh-roh para [[leluhur]] dan roh-roh alam sangat berpengaruh dalam kehidupan mereka. Walaupun sebagaiansebagian kecil masih mempraktikkan [[agama tradisionalasli Nusantara]] (agama leluhur) tetapi saat ini hampir seluruh atamasyarakat Lio(orang Lio) baik yang berada di Kabupaten Sikka maupun yang berada di Kabupaten Ende sebagian besar sudah beralih kemenganut agama -agama [[Abrahamik]], yakni: [[Gereja Katolik Roma|Katolik]] dan [[Islam]]. Saat ini mayoritas suku Lio beragamamenganut agama Katolik dan sisanya beragamamenganut islamIslam.
 
== Budaya ==
=== Rumah adat ===
Bangunan tradisional suku Lio antara lain adalah Sao Keda bangunan pertama sebagai cikal bakal terbentuk pemukiman, Sao Ria (rumah besar), Tupu Mbusu (batu lonjong), Sao Bhaku (rumah penyimpanan tulang belulang), Kuwu lewa (dapur umum), Rate (kuburan besar), Kebo ria (lumbung) dan Kanga adalah area ritual dalam menjalani seremonial adat suku Lio yaitu untuk melakukan persembahan terhadap Dua Ngae (Tuhan) dalam kepercayaan suku Lio. Bangunan Sao keda awalnya dahulu tempat peristirahatan masyarakat suku Lio saat pulang dari berburu dan bertani yang biasanya berada di dekat daerah pertanian tempat suku Lio bekerja sehari-hari.
[[File:Kebo Lumbung Pangan Tradisional Detusoko Ende.jpg|thumb|''Kebo ria'', lumbung pangan tradisional suku Lio.]]
Bangunan tradisional suku Lio antara lain adalah Sao''sao Kedakeda'' bangunan pertama sebagai cikal bakal terbentuk pemukiman, Sao''sao Riaria'' (rumah besar), Tupu''tupu Mbusumbusu'' (batu lonjong), Sao''sao Bhakubhaku'' (rumah penyimpanan tulang belulang), Kuwu''kuwu lewa'' (dapur umum), Rate''rate'' (kuburan besar), Kebo''kebo ria'' (lumbung), dan Kanga''kanga'' adalahmerupakan area ritual dalam menjalani seremonial adat suku Lio yaitu untuk melakukan persembahan terhadap ''Dua Ngae'' (Tuhan) dalam kepercayaan suku Lio. Bangunan Sao''sao keda'' awalnya dahulu tempat peristirahatan masyarakat suku Lio saat pulang dari berburu dan bertani yang biasanya berada di dekat daerah pertanian tempat suku Lio bekerja sehari-hari.
 
=== Kelompok sosial ===
Kelompok sosial yang sangat penting dalam suku Ende lio mewujudkan struktur [[Piramida|piramidal,piramida]] yang dipuncaknyadi puncaknya duduk kepala suku yang secara turun temurun dijabat oleh anak laki-laki [[sulung]]. Ia berstatus dan bertindak sebagai orang tua (''Ineine Ameame'') dan disebut pula sebagai [[ahli waris]] (T''eketeke Riaria Faifai Nggaenggae''). Warga suku Lio yang masih seketurunan dengan Laki Ine Ame dinamakan Aji Ana, artinya sama dengan adik dan anak. Selanjutnya wargamasyarakat yang tinggal dalam kampung itu, tetapi tidak ada hubungan kerabat dengan kepala suku tadi disebut ''Fai Walu''. WargaMasyarakat semacam ini tidak mendapat [[warisan]] yang berasal dari [[nenek moyang]] suku, akan tetapi bila ia berjasa terhadap suku maka akan diberi imbalan tertentu.<ref>https://www.humas.sikkakab.go.id/warungkopi/detail/sejarah-suku-lio{{Pranala mati|date=Mei 2021 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}</ref>
=== Upacara Adatadat ===
Ritual adat Ka''ka po'o'' dilaksanakan oleh suku Lio yang bermatapencarianbermatapencaharian sebagai petani dan berladang, merupakan ritual adat dalam tata berladang yang dilaksanakan setiap tahun oleh para masyarakat yang berladang (''fai walu ana halo'') bersama-sama dengan pemangku adat (''mosalaki'') yang ditandai dengan upacara memasak nasi dalam bambu yang disebut Are''are po’opo'o'' oleh para ibu hal ini diyakini bahwa keterlibatan para ibu memiliki makna bahwa perempuan adalah rahim kehidupan (bumi) sehingga diyakini mendatangkan kesuburan, kelimpahan panen serta rejeki dalam keluarga. Sedangkan laki-laki disimbolkan sebagai langit yang merawat, menjaga dan melindungi. Prinsip laki-laki dan perempuan dalam suku Lio diibaratkan seperti langit-bumi yang saling melengkapi satu sama lain. Ini juga bentuk kesetaraan gender dalam tatanan adat, Upacara Ka''ka po’odiakhiripo'o'' diakhiri dengan makan bersama seluruh ''mosalaki'' dan penggarap ladang. Tujuan dilaksanakannya ritual adat untuk memberi makan kepada para leluhur, menolak hama penyakit (tola bala) sehingga lahan yang dibuka untuk berladang diberi kesuburan, keamanan dan hasil yang baik. Tak hanya sekadar ritual, tetapi upacara adat yang terus dilakukan secara turun temurun ini menjadi ajang kebersamaan dan pertemuan keluarga masyarakat adat.
 
'''Pantangan adat (pire)''pire'.') Setelahdilakukan setelah upacara Ka''ka po'o,'' dilanjutkanyang dengan larangan adat (pire)berlangsung selama dua hari. Pantangan bertujuan agar para penggarap mentaati wejangan ''mosalaki'' sebagai bentuk penghargaan terhadap warisan tradisi para leluhur juga saat untuk menyiapkan segala peralatan berladang. Sanksi adat (''poi'') dari para ''mosalaki'' akan diberikan bagi yang melanggar pantangan. Pantangan yang harus dilaksanakan adalah tidak boleh menyentuh dan memetik daun, tidak boleh beraktivitas di kebun, tidak diperkenankan menjemur pakaian di luar rumah, tidak boleh menyapu halaman rumah serta tidak boleh memasak atau membakar di luar rumah. <ref>http://indonesiasatu.co/detail/ka-po-o--ritual-adat-tata-berladang-suku-lio</ref>
 
=== Perkawinan Adatadat ===
Perkawinan adat suku Lio diawali dengan pemberian mahar (maskawin) atau dalam [[bahasa Ende]] disebut sebagai Belis''belis'', dalam suku Lio ''belis'' menentukan strata kehidupan dan gengsi tersendiri dalam kehidupan sehari-hari. Belis yang biasa diberikan adalah berupa hewan ternak seperti kerbau, sapi, dan kuda.  Sedangkan babi, kambing, dan ayam dianggap hanya sebagai bahan lauk yang disajikan saat makan bersama dalam upacara adat.
 
Suku Lio menganut faham [[Patrilineal|patrilinialpatrilineal]]. Ada 4 jenisljenis pernikahan di suku Lio, yaitu:
 
#* ''Perkawinan Ana Aleale'', yaitu perkawinan yang didasari atas persetujuan orang tua dan juga sanak yang bersangkutan.
#* ''PerkawinanKawin Larilari'', yaitu wanita minggat dari rumah secara diam-diam menuju rumah laki-laki dan biasanya terjadi pada malam hari. Tentunya hanya si wanita dan laki-laki yang mengetahui hal ini karena sebelumnya mereka telah membuat janji.
# ''Perkawinankawin Masukmasuk'', yaitu laki-laki tinggal di rumah keluarga perempuan dan disana dia diangkat menjadi anak angkat sama dengan saudara. Di Lio, bila ada perkawinan seperti itu, artinya laki-laki tidak punya apa-apa, sehingga dia disini dalam bahasa setempat dikatakan Koo''koo Tebotebo'', boleh juga dikatakan Koo''koo Nono Tebo,tebo'' Jongoatau Noo''jongo Lo.noo lo'', yakni 'Dia dengan tau dan mau menjadi penghuni didalam keluarga perempuan".
# ''Perkawinan Paatua'', yaitu perkawinan yang terjadi sejak anak masih dalam kandungan ibunya. Orang tua dari kedua calon mempelai telah sepakat untuk menjodohkan biasanya karena hubungan pertemanan baik .<ref>https://warisanbudaya.kemdikbud.go.id/?newdetail&detailCatat=1052</ref>
 
=== Kain Tenuntenun ===
[[Berkas:Raiyani Muharramah Suku Ende lio kini mulai belajar bertenun ketika tidak sedang bertani DSC 3196.jpg|thumb|Seorang penenun wanita suku Lio.]]
Kain tenun suku Lio dikenalatau dengandisebut ''lawo'' dalam bahasa Lio. [[tenunTenun ikat Patola,patola]], yaitu kain tenun yang biasanya khusus dibuat untuk kalangan kepala suku dan kerabat kerajaan. Ciri khas motif kain patola biasanya berupa daun, dahan, ranting, biawak dan manusia, ukurannya kecil dengan bentuk [[geometri]]s yang disusun membentuk jalur-jalur kecil berwarna merah atau biru di atas dasar kain berwarna gelap.   Biasanya dan ada tambahan hiasan berupa manik-manik dan kulit kerang ditepian bagian kain tenun hal ini khusus untuk kaum wanita kalangan bangsawan saja.
 
Kain patola di pengaruhi oleh [[budaya India]] dan [[Portugis]] zamansejak abad ke-16 ketika maraknya perdagangan rempah-rempah masuk ke pulau Flores.  Kain patola dianggap sangat istimewa hingga sering dikuburkan bersama jenazah, karena kain patola dijadikan penutup jenazah seorang bangsawan atau raja raja. Selain itu masih terdapat banyak lagi motif kain tenun ikat (''lawo'').<ref>https://warisanbudaya.kemdikbud.go.id/?newdetail&detailCatat=673</ref>
 
=== TarianTari tradisional ===
Tari Gawigawi adalah tarian tradisional yang sakral, dilakukan secara hikmat karena tarian ini merupakan ungkapan rasa syukur atas segala berkat dan rahmat yang diberikan oleh Tuhan kepada mereka. Biasanya dilakukan secara massal oleh suku Lio oleh kaum laki-laki dan perempuan. Para [[penari]] membentuk formasi melingkar dengan mengelilingi ''Tubutubu Busubusu''. Dalam formasi tersebut para penari laki-laki berada di depan atau bagian dalam, sedangkan penari perempuan di belakang atau bagian luar. Gerakan tariannya dilakukan dengan saling bepeganganberpegangan tangan, gerakan lebih didominasi gerakan kaki maju, mundur, ke kiri, dan ke kanan secara bersamaan. Sedangkan gerakan tangan hanya diayun-ayunkan. Tari Gawigawi biasanya tidak menggunakan musik pengiring, tetapi hanya diiringi oleh syair yang dibawakan oleh ''Ata Sodha''. Dalam pertunjukannya Tari Gawigawi dilakukan secara masal dengan saling berpegangan tangan dan membentuk formasi seperti lingkaran yang menjadi ciri khas tarian ini. Tari Gawigawi sering ditampilkan dalam upacara seperti saat selesai panen, pembangunan rumah adat, pengangkatan kepala suku dan acara adat lainnya.<ref>http://www.negerikuindonesia.com/2015/09/tari-gawi-tarian-tradisional-dari-ende.html</ref>
 
=== Makanan khas ===
Bagi masyarakat Ende lioLio, Makanan ''uwikaju/'' atau ''uwiai'' (singkong) merupakan panganan lokal yang menjadi makanan pokok dan sudah ada sejak masa nenek moyang., Salahsalah satunya adalah uwiKaju/uwi ai''uwiai ga’uga'u''. Meskipun sama-sama berbahan dasar ubi namun uwi kaju''uwiai ga’ug'au'' belum sepopuler uwi ai''uwiai ndota'' atau uwi ai''uwiai punga''. Ga’u''Ga'u'' dalam [[bahasa setempatLio]] artinya "aduk/diaduk". SehinggaKarena masakan tersebut merupakan campuran ubi yang diaduk-aduk. Selain itu nasi dan jagung juga merupakan jenis makanan pokok yang biasa di konsumsi oleh masyarakat suku Lio.<ref>http://www.academia.edu/35154333/Suku_Ende_-_Lio</ref>
==Lihat juga==
*[[Suku Ende]]
*[[Suku Sikka]]
*[[Suku Nage]]
 
== Catatan kakiReferensi ==
{{Reflist}}
{{Suku-stub}}
 
[[Kategori:SukuKelompok bangsaetnik di Indonesia|Lio]]
[[Kategori:Suku bangsa di Nusa Tenggara Timur|Lio]]
[[Kategori:Flores]]