Jati: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Franzanth (bicara | kontrib)
Menambah referensi penting
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
 
(18 revisi perantara oleh 13 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{kegunaanlain}}
{{Speciesbox
{{Infobox spesies}}
| fill = yes
|genus=Tectona
|species=grandis
|authority=[[Carolus Linnaeus yang Muda|L.f.]]
}}
 
'''Jati''' adalah sejenis [[pohon]] penghasil [[kayu]] bermutu tinggi. Pohon besar, berbatang lurus, dapat tumbuh mencapai tinggi 3050-4070 [[meter|m]]. Berdaun besar, yang luruh di musim kemarau. Jati dikenal dunia dengan nama ''teak'' ([[bahasa Inggris]]). Nama ini berasal dari kata ''thekku'' (തേക്ക്) dalam [[bahasa Malayalam]], bahasa di negara bagian [[Kerala]] di [[India]] selatan. Nama ilmiah jati adalah ''Tectona grandis'' L.f.
 
Jati dapat tumbuh di daerah dengan [[curah hujan]] 1 500 – 2 000&nbsp;mm/tahun dan [[suhu]] 27 – 36&nbsp;°C baik di dataran rendah maupun dataran tinggi.<ref name=akram>{{en}} Akram M, Aftab F. 2007. In vitro micropropagation and rhizogenesis of teak (Tectona grandis L.). ''Pak J Biochem Mol Biol'' 40(3): 125-128.</ref> Tempat yang paling baik untuk pertumbuhan jati adalah tanah dengan [[pH]] 4.5 – 7 dan tidak dibanjiri dengan air.<ref>{{en}} BIOTROP. 2010. Services laboratory – SEAMEO BIOTROP. [terhubung berkala]. http://sl.biotrop.org {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20211211205612/http://sl.biotrop.org/ |date=2021-12-11 }} [5 Feb 2010].</ref> Jati memiliki daun berbentuk elips yang lebar dan dapat mencapai 30 – 60&nbsp;cm saat dewasa.<ref name=akram/>
 
Jati memiliki pertumbuhan yang lambat dengan [[germinasi]] rendah (biasanya kurang dari 50%) yang membuat proses propagasi secara alami menjadi sulit sehingga tidak cukup untuk menutupi permintaan atas kayu jati.<ref name=tiwari>{{en}} Tiwari SK, Tiwari KP, Siril EA. 2002. An improved micropropagation protocol for teak. ''Plant Cell Tissue Organ Cul'' 71: 1-6.</ref> Jati biasanya diproduksi secara [[konvensional]] dengan menggunakan [[biji]]. Akan tetapi produksi bibit dengan jumlah besar dalam waktu tertentu menjadi terbatas karena adanya lapisan luar biji yang keras.<ref name=tiwari/> Beberapa alternatif telah dilakukan untuk mengatasi lapisan ini seperti merendam biji dalam air, memanaskan biji dengan api kecil atau pasir panas, serta menambahkan asam, basa, atau bakteri.<ref name=ahuja>{{en}} Ahuja MR. 1993. Micropropagations of Woody Plants. Kluwer Academic Publishers: Netherlands.</ref> Akan tetapi alternatif tersebut masih belum optimal untuk menghasilkan jati dalam waktu yang cepat dan jumlah yang banyak.<ref name=ahuja/>
 
Umumnya, Jati yang sedang dalam proses pembibitan rentan terhadap beberapa penyakit antara lain ''leaf spot disease'' yang disebabkan oleh ''Phomopsis'' sp., ''Colletotrichum gloeosporioides'', ''Alternaria'' sp., dan ''Curvularia'' sp., ''leaf rust'' yang disebabkan oleh ''[[Olivea tectonea]]'', dan ''powdery mildew'' yang disebabkan oleh ''[[Uncinula tectonae]]''.<ref name=bala>{{en}} Balasundaran M, Sharma JK, Florence EJM, Mohanan C. 1995. Leaf spot diseases of teak and their impact on seedling production in nurseries. [terhubung berkala]. http://www.metla.fi/iufro/iufro95abs/d2pap88.htm {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20050222234323/http://www.metla.fi/iufro/iufro95abs/d2pap88.htm |date=2005-02-22 }} [5 Feb 2010].</ref> Phomopsis sp. merupakan penginfeksi paling banyak, tercatat 95% bibit terkena infeksi pada tahun 1993-1994.<ref name=bala/> [[Infeksi]] tersebut terjadi pada bibit yang berumur 2 – 8 bulan.<ref name=bala/> Karakterisasi dari infeksi ini adalah adanya [[necrosis]] berwarna coklat muda pada pinggir daun yang kemudian secara bertahap menyebar ke pelepah, infeksi kemudian menyebar ke bagian atas daun, [[petiol]], dan ujung batang yang mengakibatkan bagian daun dari batang tersebut mengalami kekeringan.<ref name=bala/> Jika tidak disadari dan tidak dikontrol, infeksi dari Phomopsis sp. akan menyebar sampai ke seluruh bibit sehingga proses penanaman jati tidak bisa dilakukan.<ref name=bala/>
 
== Habitus ==
Baris 15 ⟶ 20:
Pohon jati (Tectona grandis sp.) dapat tumbuh meraksasa selama ratusan tahun dengan ketinggian 40-45 meter dan diameter 1,8-2,4 meter. Namun, pohon jati rata-rata mencapai ketinggian 9-11 meter, dengan diameter 0,9-1,5 meter.
 
Pohon jati yang dianggapdikatakan baik adalah pohon yang bergaris lingkar besar, berbatang lurus, dan sedikit cabangnya. Kayu jati terbaik biasanya berasal dari pohon yang berumur lebih daripada 80 tahun.
 
Daun umumnya besar, bulat telur terbalik, berhadapan, dengan tangkai yang sangat pendek. Daun pada anakan pohon berukuran besar, sekitar 60–70&nbsp;cm × 80–100&nbsp;cm; sedangkan pada pohon tua menyusut menjadi sekitar 15 × 20&nbsp;cm. Berbulu halus dan mempunyai rambut kelenjar di permukaan bawahnya. Daun yang muda berwarna kemerahan dan mengeluarkan getah berwarna merah [[darah]] apabila diremas. Ranting yang muda berpenampang segi empat, dan berbonggol di buku-bukunya.
Baris 49 ⟶ 54:
Di [[Indonesia]] sendiri, selain di Jawa dan [[Muna]], jati juga dikembangkan di [[Bali]] dan [[Nusa Tenggara]].
 
Dalam beberapa tahun terakhir, ada upaya untuk mengembangkan jati di SumatraSumatera Selatan dan Kalimantan Selatan. Hasilnya kurang menggembirakan. Jati mati setelah berusia dua atau tiga tahun. Masalahnya, tanah di kedua tempat ini sangat asam. Jati sendiri adalah jenis yang membutuhkan zat kalsium dalam jumlah besar, juga zat fosfor. Selain itu, jati membutuhkan cahaya matahari yang berlimpah.
 
Sekarang, di luar Jawa, kita dapat menemukan hutan jati secara terbatas di beberapa tempat di Pulau Sulawesi, Pulau Muna, daerah Bima di Pulau Sumbawa, dan Pulau Buru. Jati berkembang juga di daerah Lampung di Pulau Sumatra.
Baris 60 ⟶ 65:
 
=== Daerah sebaran hutan jati di Jawa ===
[[Berkas:Jati-cepu-09Hutan Bojonegoro.jpg|jmpl|250pxKebun jati di Bojonegoro]]
Sedini 1927, hutan jati tercatat banyak menyebar di [[Pegunungan Kapur Utara]] dan [[Pegunungan Kendeng]] dan [[Gunung Muria]], mulai dari [[kabupaten Jepara]] hingga ke ujung timur [[Kabupaten Probolinggo]]. Namun, hutan jati paling banyak menyebar di Provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur, yaitu sampai ketinggian 650 meter di atas permukaan laut. Hanya di daerah Besuki jati tumbuh tidak lebih daripada 200 meter di atas permukaan laut.
 
Di kedua provinsi ini, hutan jati sering terbentuk secara alami akibat iklim muson yang menimbulkan kebakaran hutan secara berkala. Hutan jati yang cukup luas di Jawa terpusat dan Terbesarterbesar di daerah Hutanhutan [[Kabupaten BloraBojonegoro]], dan hutan [[Kabupaten GroboganBlora]], Cepu dan Bojonegoro. Bahkan, jati dengan mutu terbaik dan sudah diakui dunia furniture internasional dihasilkan dari daerah Kabupaten BloraBojonegoro dan Grobogan Jawa TengahBlora. Kedua daerah tersebut memiliki keunggulan masing-masing. Jati dari daerah Blora disukai para perajin furniture karna serat jati lurus terutama untuk bahan flooring kualitas export, sedangkan Jati dari Kabupaten GroboganBojonegoro disukai para perajin rumah kayu jati untuk bahan joglo atau rumah penduduk karna paling kuat dan memiliki berat jenis paling tinggi dibanding jati dari daerah lainya serta serat mahkota yang variatif. Hal ini bisa dibuktikan dengan banyaknya penemuan kayu jati purbalaka (kayu pendem) yang berusia ribuan tahun dari hutan sekitaran Grobogan,Bojonegoro Bloradan hingga CepuBlora. Kayu jati Jawa, terutama Jawa Tengah dan Jawa Timur paling disukai dunia internasional terutama negara-negara 4 musim di Eropa dan Amerika karena hanya jati kualitas terbaik yang bisa bertahan di 4 musim yang berbeda.
 
Saat ini, sebagian besar lahan hutan jati di Jawa dikelola oleh Perhutani, sebuah perusahaan umum milik negara di bidang kehutanan. Pada 2003, luas lahan hutan Perhutani mencapai hampir seperempat luas Pulau Jawa. Luas lahan hutan jati Perhutani di Jawa mencapai sekitar 1,5 juta hektare. Ini nyaris setara dengan setengah luas lahan hutan Perhutani atau sekitar 11% luas Pulau Jawa dwipaDwipa.
 
== Sifat-sifat kayu dan pengerjaan ==
Baris 74 ⟶ 79:
Meskipun keras dan kuat, kayu jati mudah dipotong dan dikerjakan, sehingga disukai untuk membuat [[furniture]] dan ukir-ukiran. Kayu yang diampelas halus memiliki permukaan yang licin dan seperti berminyak. Pola-pola lingkaran tahun pada kayu teras tampak jelas, sehingga menghasilkan gambaran yang indah.
 
Dengan kehalusan tekstur dan keindahan warna kayunya, jati digolongkan sebagai kayu yang mewah. Oleh karena itu, jati banyak diolah menjadi mebel taman, mebel interior, kerajinan, panel, dan anak tangga yang berkelas.
 
Sekalipun relatif mudah diolah, jati terkenal sangat kuat dan awet, serta tidak mudah berubah bentuk oleh perubahan cuaca. Atas alasan itulah, kayu jati digunakan juga sebagai bahan dok pelabuhan, bantalan rel, jembatan, kapal niaga, dan kapal perang.
Baris 132 ⟶ 137:
Daun jati juga banyak digunakan di [[Yogyakarta]], Jawa Tengah dan [[Jawa Timur]] sebagai pembungkus [[tempe]].
 
Berbagai jenis serangga [[hama]] jati juga sering dimanfaatkan sebagai bahan makanan orang [[desa]]. Dua di antaranya adalah [[belalang]] jati ([[bahasa Jawa|Jw.]] ''walang kayu''), yang besar berwarna kecoklatan, dan [[Entung jati|ulat- jati]] (''EndoclitaHyblaea puera''). [[Kupu-kupu dan ngengat|Ulat]] jati bahkan kerap dianggap makanan istimewa karena lezatnya. Ulat ini dikumpulkan menjelang musim hujan, di pagi hari ketika ulat-ulat itu bergelantungan turun dari pohon untuk mencari tempat untuk membentuk kepompong (Jw. ''ungkrung''). Kepompong ulat jati pun turut dikumpulkan dan dimakan.
 
=== Fungsi ekonomis lain dari hutan jati Jawa ===
Baris 210 ⟶ 215:
* Suharisno. 2000. “Role and Prospect: Teak Plantation in Rural Areas of Gunung Kidul, Yogyakarta”. Dalam: Hardiyanto, Eko B. (peny.). Proceeding of the Third Regional Seminar on Teak. Yogyakarta, Indonesia. July 31- August 4, 2000. Yogyakarta: Fakultas Kehutanan UGM, Perum Perhutani, dan TEAKNET-Wilayah Asia Pasifik.
* Suseno, Oemi Hani’in. 2000. “The History of Teak Silviculture in Indonesia”. Dalam: Hardiyanto, Eko B. (peny.). Proceeding of the Third Regional Seminar on Teak. Yogyakarta, Indonesia. July 31- August 4, 2000. Yogyakarta: Fakultas Kehutanan UGM, Perum Perhutani, dan TEAKNET-Wilayah Asia Pasifik.
{{Taxonbar|from=Q156938}}
 
[[Kategori:Verbenaceae]]
[[Kategori:Pohon kayu]]
[[Kategori:Pohon]]
[[Kategori:Tectona]]
[[Kategori:Tumbuhan industri]]