Bulue, Marioriawa, Soppeng: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
k fix
 
(8 revisi perantara oleh 7 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 6:
| nama dati2 = Soppeng
| kecamatan = Marioriawa
| kode pos=90852
|luas =124,36 km²
|pendudukluas =2.718.. jiwakm²
|kepadatanpenduduk =21,85.488 jiwa/km²
|kepadatan =... jiwa/km²
}}
'''Bulue''' adalah salah satu [[desa]] di [[Kecamatan]] [[Marioriawa, Soppeng|Marioriawa]], [[Kabupaten Soppeng]], [[Sulawesi Selatan]], [[Indonesia]]. Di desa ini terdapat [[hutan lindung]].
 
Sejarah Desa Bulue sebelum terbentuk Pemerintahan Kabupaten Soppeng secara definitive. Diawali dengan pernikahan I Mata Esso Datu Marioriawa dengan La Pammase putra Arung Ta (Cucu Pajung Luwu) melahirkan empat bersaudara si ina siama (se ibu se bapak) sebagai berikut :
 
# La Pateddungi Datu Kajuara kemudian kelak daerah Kajuara menggabungkan diri menjadi bagian dari daerah Marioriawa dan Wilayah Kajuara berubah status menjadi Pabbicara Bulu pada masa Kekuasaan La Pawellangi Datu Marioriawa dan pada masa pemerintahan NKRI Pabbicara BuluE berubah menjadi Desa BuluE.
# La Temmupage Datu Marioriawa
# La Darapung Datu Tampaning dan
# Datu Latumpa
berikut Silsilahnya :
 
# di mulai dari La Deng Datu Soppeng ke 10 menikah dengan I Temmabuleng Malotonge Datu Marioriawa melahirkan beberapa anak diantaranya 1. La Sekati Datu Soppeng.ke 11 2. La Mata Essao Datu Soppeng ke 12
# La Mata Essao Datu Soppeng ke 12menikah dengan We Tenrianiang melahirkan anak bernama We Pawempe
# We Pawempe menikah dengan La Pagemusu Datu Marioriawa melahirkan anak bernama I Mata Essao Datu Marioriawa
# I Mata Essao Datu Marioriawa menikah dengan La Pammase putra Arung Ta (Cucu Pajung Luwu) melahirkan beberapa anak diantaranya 1. La Pateddungi Datu Kajuara. 2. La Temmupage Datu Marioriawa, 3. La Darapung Datu Tampaning, 4. Datu Latumpa
 
Bukti-bukti dari masa tersebut diperkuat dengan adanya Makam Purbakala La Temmu Page Datu Mario (yang dilestarikan dan dipelihara DinaS Pariwisata Kabupaten Soppeng) yang terletak di Mario dan Makam La Pateddungi Datu Kajuara yang terletak di Kajuara yang sampai saat ini masih dilestarikan oleh pemerintah maupun masyarakat Desa Bulue dan masih ramai dikunjungi pada musim-musim tertentu seperti pada Hari-hari raya, Pada acara resmi Pesta adat di Kampung dipusatkan di kedua tempat makam tersebut.
 
Desa Bulue yang merupakan desa pegunungan dan terluas di Kabupaten Soppeng serta terjauh dari pusat Kabupaten/Kota kira± 8  km dari ibu kotaibukota Kecamatan. ±36  km dari ibu kotaibukota Kabupaten dan ±212  km dari ibu kota provinsi via Sidrap Pare-Pare mengandung makna tersendiri di manadimana desa bulue adalah basis para pejuang Veteran di kecamatan Marioriawa terbukti di manadimana desa Bulue adalah yang terbanyak pejuang Veterannya di Kecamatan Marioriawa.
Daerah kedatuan Kajuara bergabung dengan daerah Kedatuan Marioriawa pada masa Kekuasaan La Pawellangi Datu Marioriawa dan Wilayah Kajuara berubah status menjadi Pabbicara Bulu dan dipimpin seorang '''Pabbicara''' dengan istilah '''''Pabbicara Bulu''''' dan pada masa pemerintahan NKRI Pabbicara BuluE berubah menjadi Desa BuluE
 
Desa Bulue secara resmi terbentuk di Kabupaten Soppeng dengan Pemerintahan definitive di Kecamatan Marioriawa yaitu Pada Tahun 1965 yang mana pada saat itu Kecamatan Marioriawa hanya memiliki 4 Wilayah Kelurahan/Desa yaitu ; Desa Manorang Salo, Desa Attang Salo, Desa Panincong dan Desa Bulue, sedangkan sebelum Kemerdekaan sampai dengan tahun 1964 Desa bulue dipimpin oleh seorang '''Pabbicara''' dengan istilah '''''Pabbicara Bulu.''''' Dan desa Bulue pernah dikuasai oleh DI/TII, pada saat itu desa Bulue dipimpin Oleh seorang KD yang bernama LA TAMBANG dengan pusat pemerintahan Poro salah satu RW yang jauh hanya dapat dijangkau dengan jalan kaki dan naik motor. Pada masa pemerintahan DI/TII ada beberapa sekolah dasar yang dibangun oleh pemerintah yang mengajarkan baca tulis aksara Bugis (Lontara) dan dasar Islam
Desa Bulue yang merupakan desa pegunungan dan terluas di Kabupaten Soppeng serta terjauh dari pusat Kabupaten/Kota kira± 8 km dari ibu kota Kecamatan. ±36 km dari ibu kota Kabupaten dan ±212 km dari ibu kota provinsi via Sidrap Pare-Pare mengandung makna tersendiri di mana desa bulue adalah basis para pejuang Veteran di kecamatan Marioriawa terbukti di mana desa Bulue adalah yang terbanyak pejuang Veterannya di Kecamatan Marioriawa.
 
Masyarakat Desa Bulue yang terdiri dari 3104 Jiwa adalah mayarakat yang hampir dominan Petani yang menurut data bahwa hanya 2 % masyarakat Bulue sebagai Pegawai dan Pengusaha 2 % dan petani sekitar 90 %. Kemudian masyarakat Bulue lebih banyak berdomisili di dalam Kawasan hutan sehingga masyarakat petani tersebut sangat-sangat hati-hati dalam melaksanakan tugas mata pencahariannya, dan telah berdomisili pada kampung tersebut sudah lebih ratusan tahun di manadimana terbukti dengan adanya bukti sejarah seperti Makam Datu Kajuara di Kajuara, Pekuburan Loci-locie di Wawogalunge, Pekuburan Lacanraka dan Losie di Lejja, Pekuburan Cellengengnge di Gellenge, Pekuburan Matareng dan Pajalele di Datae dan Pekuburan Poro.
Desa Bulue secara resmi terbentuk di Kabupaten Soppeng dengan Pemerintahan definitive di Kecamatan Marioriawa yaitu Pada Tahun 1965 yang mana pada saat itu Kecamatan Marioriawa hanya memiliki 4 Wilayah Kelurahan/Desa yaitu ; Desa Manorang Salo, Desa Attang Salo, Desa Panincong dan Desa Bulue, sedangkan pada awal-awal tahun Kemerdekaan sampai dengan tahun 1964
 
Dan desa Bulue pernah dikuasai oleh DI/TII, pada saat itu desa Bulue dipimpin Oleh seorang KD yang bernama LA TAMBANG dengan pusat pemerintahan Poro salah satu RW yang jauh hanya dapat dijangkau dengan jalan kaki dan naik motor. Pada masa pemerintahan DI/TII ada beberapa sekolah dasar yang dibangun oleh pemerintah yang mengajarkan baca tulis aksara Bugis (Lontara) dan dasar Islam
 
Masyarakat Desa Bulue yang terdiri dari 3104 Jiwa adalah mayarakat yang hampir dominan Petani yang menurut data bahwa hanya 2 % masyarakat Bulue sebagai Pegawai dan Pengusaha 2 % dan petani sekitar 90 %. Kemudian masyarakat Bulue lebih banyak berdomisili di dalam Kawasan hutan sehingga masyarakat petani tersebut sangat-sangat hati-hati dalam melaksanakan tugas mata pencahariannya, dan telah berdomisili pada kampung tersebut sudah lebih ratusan tahun di mana terbukti dengan adanya bukti sejarah seperti Makam Datu Kajuara di Kajuara, Pekuburan Loci-locie di Wawogalunge, Pekuburan Lacanraka dan Losie di Lejja, Pekuburan Cellengengnge di Gellenge, Pekuburan Matareng dan Pajalele di Datae dan Pekuburan Poro.
 
== Tempat menarik ==
* Pemandian Air Panas UwaEWae BebbaE diBebbae Lejja
Tempat wisata Pemandian airAir panasPanas LejjaWae beradaBebbae diLejja kawasandan hutanbiasa lindunghanya yangdi berbukitkenal dengan panoramanama yangPermandian indah,Air sejukPanas danLejja nyamansaja.Karena kandunganDi beleranglokasi danini zat kimia bergunaada lainnya,permandian air panas ini memilikimengandung khasiatbelerang media.dan Sumbermemiliki airsuhu panassekitar di65 kawasanderajat wisataC Lejjadan disebutkandungan memilikiSulfur khasiat1,5% yang untukberkhasiat mengobatimenyembuhkan penyakit rematik dan gatal-gatal.,
 
Destinasi ini juga memiliki empat kolam yang bisa digunakan pengunjung untuk berendam maupun berenang dengan kedalaman dan suhu air berbeda-beda.Selain berendam, tempat wisata ini juga bisa dijadikan spot keren hunting foto bertema alam. Berjalan menyusuri jalan setapak di sebelah kolam, pengunjung akan menemukan sebuah sungai kecil yang beras,
 
Tradisi menggantung Batu pada dahan pepohonan di area permandian, diawali dengan adanya tradisi masyarakat Marioriawa yang gemar merantau, sebelum merantau biasanya mereka berkunjung dan berziarah pada leluhur biasanya di mulai dari kunjungan ke Makam Petta Jangko Datu Maririawa, di JeraE Madining terletak di pinggir danau Tempe Kelurahan Attang Salo kemudian kunjungan di lanjutkan ke Makam La Temmu Page Datu Marioriawa, di JeraE Panci yang terletak Kaki Gunung Desa Bulue, setelah itu berkunjung ke Makam Datu Kajuara diatas Gunung,di Desa Bulue dan setelah kembali dari Makam Datu Kajuara biasanya mereka mampir mandi-mandi di sebuah mata Air Panas UwaE BebbaE di Lejja kemudian menggantung sebuah batu di dahan pepohonan, agar kelak di kemudian hari jika berhasil dirantau akan kembali menginjakkan Kaki (Bugis : Lejja) dan membuka Batu yang pernah ia gantungnya, .itulah asal muasal nama Lejja lokasi Pemandian Air Panas UwaE BebbaE
 
Asal mula penamaan Lejja dan mitos yang menyelimutinya disebabkan dengan adanya kebiasaan masyarakat Marioriawa terutama para keturunan Datu Marioriawa dan Keturunan Datu Kajuara yang gemar merantau.
 
Apabila hendak merantau, sebelum berangkat, mereka datang menziarahi leluhur mereka di Komplek Pekuburan para Raja-Raja Marioriawa di JerakE Madining, ke esokan harinya mereka mendatangi lagi leluhur mereka di Komplek Pekuburan para Raja-Raja Marioriawa di JerakE Mario di Panci, kemudian dilanjutkan ke Komplek Pekuburan para Raja-Raja Kajuara di Desa Bulue,sepulang dari ziarah tersebut mereka mampir mandi-mandi Permandian Wae Bebbae yang berlokasi tengah hutan kemiri.sambil merebus telur di mata air permandian tersebut. setelah hendak pulang mereka (yang hendak merantau) menggantung sebuah batu di dahan pohon yang berada diarea permandian tersebut sambil berucap " Narekko ololongengngi aga usappae ri sompereng lesukka Lejja-i paimeng, lesu cemme-cemme nennia bukka paimeng Batue " (Jika saya berhasil dan mendapatkan apa yang saya cita-citakan di negeri rantau saya akan datang kembali (Lejja-i) mandi-mandi dan dan membuka kembali ikatannya Batu ini). dari kata "lejja" inilah yang kelak menjadi nama tempat pemukiman disekitar permandian tersebut.
 
Seiring dengan perjalan waktu pada tahun 1996 Kawasan ini berstatus hutan lindung berdasarkan SK. Menhut No. 636/Kpts-II/1996 tanggal 7 Oktober 1996. Luas kawasan ini 1.265 ha yang kemudian dilakukan penataan batas, dan luasnya bertambah menjadi 1.318 ha, dan Pemandian Air Panas Wae Bebbae Lejja dibangun dan ditata dan menjadi obyak Wisata. dengan adanya status sebagai tempat wiasa maka kebiasaan masyarakat pun ikut berubah, yang tadinya hanya sebuah ritual ziarah kubur kemudian berkembang dengan berbagai variannya, mulai dari mencari jodoh, menggantung botol dan lain-lain.
Diera Reformasi,Pemandian Air Panas UwaE BebbaE di Lejja pihak Dinas Prawisata Kabupaten Soppeng di bangun dan di kembangkan menjadi obyek wisata yang menarik, tradisi menggatung batupun berubah dengan berbagai varian dan niat, ada yang menggatung batu ada juga botol dll, niatpun juga sudah bermacam-macam, diantaranya masalah jodoh dll.{{Marioriawa, Soppeng}}
{{Authority control}}
 
{{Marioriawa, Soppeng}}
{{Kelurahan-stub}}