Mamluk: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Membalikkan revisi 23966275 oleh RuangWaktu (bicara) Spam Link Judi Tag: Pembatalan |
|||
(90 revisi perantara oleh 54 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{rapikan}}
{{refimprove}}
[[Berkas:Mamluke.jpg|jmpl|Tentara berkuda Mamluk dilukis pada tahun [[1810]]]]
'''Mamluk''' atau '''Mamalik''' ({{lang-ar|'''مملوك'''}}, ''mamlūk'' (tunggal), '''مماليك''', ''mamālīk'' (jamak)) adalah seklompok keturunan [[budak]] belian kasta ksatria yang dimiliki oleh [[khalifah]] [[Islam]] yang berkuasa. Meskipun para Mamluk adalah belian, tetapi status mereka di atas budak biasa, budak biasa tidak diperkenankan membawa senjata dan juga dilarang melakukan aktivitas tertentu. Di beberapa tempat tertentu, seperti di [[Mesir]], sejak masa [[dinasti Ayyubiyah]] hingga masa [[Kesultanan Utsmaniyah]], mamluk bahkan sudah menjadi majikan sejati yang status sosialnya di atas orang merdeka umumnya.<ref name="Behrens-Abouseif, Doris 2008">Behrens-Abouseif, Doris. ''Cairo of the Mamluks: A History of Architecture and Its Culture''. New York: Macmillan, 2008.</ref>
Secara rinci dinasti Mamluk yang pernah berkuasa merujuk kepada:
* [[Dinasti Khwarazmia|Dinasti Khwarezmia]] di [[Kekaisaran Persia|Persia]] (1077–1231)
* [[Kesultanan Mamluk (Delhi)|Dinasti Mamluk di Delhi]] (1206–1290)
* [[Kesultanan Mamluk di Kairo]] (1250–1517)
* [[Dinasti Mamluk di Irak]] (1704–1831)
Para prajurit Mamluk ini menciptakan kelas ksatria yang khusus,<ref>{{cite book|first=David|last=Ayalon|authorlink=David Ayalon|title=The Mamlūk military society|year=1979|publisher=Variorum Reprints|isbn=978-0-86078-049-6}}</ref> yang memiliki kedudukan politik yang penting dan memiliki kekuasaan yang berumur panjang, bertahan sejak abad ke-9 hingga abad ke-19 masehi.
Seiring waktu, para Mamluk menjadi kasta militer yang sangat kuat dalam sebagian masyarakat Islam. Mamluk memegang kekuasaan politik dan militer khususnya di Mesir, juga di Syam, [[Irak]], dan [[India]]. Dalam beberapa kasus, bahkan menjabat sebagai sultan, sebagian lain menguasai kekuasaan lokal sebagai Amir.
Periode Kesultanan Mamluk (1250–1517) yang paling terkenal adalah, di mana sebuah faksi Mamluk di Mesir berhasil mengambil alih kekuasaan dari penguasanya, dinasti Ayyubiyah. Mereka awalnya merupakan prajurit budak yang berasal dari suku-suku bangsa [[Turki]],<ref name="Isichei 1997 192">{{cite book|last=Isichei|first=Elizabeth|year=1997|title=A History of African Societies to 1870|publisher=Cambridge University Press|url=http://books.google.com/books?id=3C2tzBSAp3MC&pg=PA192&dq=mamluks+kipchak+turks&lr=&hl=en|accessdate=8 November 2008|pages=192}}</ref> yang memanfaatkan keadaan dinasti Ayyubiyah yang mulai melemah.
Kesultanan ini dikenal karena mampu memukul mundur invasi pasukan ilkhan dari [[Mongolia|Mongol]] pada [[Pertempuran Ain Jalut]] juga dalam melawan pasukan Salib, mereka secara efektif menggiring pasukan Salib keluar dari [[Syam]] pada 1291 hingga secara resmi era Pasukan salib berakhir pada 1302.<ref>{{cite web|last=Asbridge|first=Thomas|title=The Crusades Episode 3|url=http://www.bbc.co.uk/iplayer/episode/b01bqy7r/The_Crusades_Victory_and_Defeat/|publisher=BBC|accessdate=5 February 2012}}</ref>
== Selayang pandang ==
Pasukan Mamluk pertama dikerahkan pada zaman [[Abbasiyyah]] pada [[abad ke-9]]. Bani Abbasiyyah merekrut tentara-tentara ini dari kawasan [[Kaukasus]] dan [[Laut Hitam]] dan mereka ini pada mulanya bukanlah orang Islam. Dari Laut Hitam direkrut [[bangsa Turki]] dan kebanyakan dari [[suku Kipchak]].
Keistimewaan tentara Mamluk ini ialah mereka tidak mempunyai hubungan dengan golongan bangsawan atau pemerintah lain. Tentera-tentera Islam selalu setia kepada syekh, suku dan juga bangsawan mereka. Jika terdapat penentangan tentara Islam ini, cukup sulit bagi khalifah untuk menanganinya tanpa bantahan dari golongan bangsawan. Tentara budak juga golongan asing dan merupakan lapisan yang terendah dalam masyarakat. Sehingga mereka tidak akan menentang khalifah dan mudah dijatuhkan hukuman jika menimbulkan masalah. Oleh karena itu, tentara Mamluk adalah aset terpenting dalam militer.
== Organisasi ==
Setelah memeluk Islam, seorang Mamluk akan dilatih sebagai tentara berkuda. Mereka harus mematuhi ''Furisiyyah'', sebuah aturan perilaku yang memasukkan nilai-nilai seperti keberanian dan kemurahan hati dan juga doktrin mengenai taktik perang berkuda, kemahiran menunggang kuda, kemahiran memanah dan juga kemahiran merawat luka dan cedera.
Tentara Mamluk ini hidup di dalam komunitas mereka sendiri saja. Masa lapang mereka diisi dengan permainan seperti memanah dan juga persembahan kemahiran bertempur. Latihan yang intensif dan ketat untuk anggota-anggota baru Mamluk juga akan memastikan bahawa kebudayaan Mamluk ini abadi.
Setelah tamat latihan, tentara Mamluk ini dimerdekakan tetapi mereka harus setia kepada khalifah atau sultan. Mereka mendapat perintah terus dari khalifah atau sultan. Tentara Mamluk selalu dikerahkan untuk menyelesaikan perselisihan antara suku setempat. Pemerintah setempat seperti [[amir]] juga mempunyai pasukan Mamluk sendiri tetapi lebih kecil dibandingkan pasukan Mamluk Khalifah atau Sultan.
Baris 32 ⟶ 33:
Pada mulanya, status tentara Mamluk ini tidak boleh diwariskan dan anak lelaki tentara Mamluk dilarang mengikuti jejak langkah ayahnya. Di sebagian kawasan seperti [[Mesir]], tentara Mamluk mulai menjalin hubungan dengan pemerintah setempat dan akhirnya mendapat pengaruh yang luas.
== Kemajuan di bidang Ilmu kemiliteran ==
Pada era Dinasti Al-Mamluk produksi buku mengenai ilmu militer itu berkembang pesat. Sedangkan, pada zaman [[Shalahuddin]], ada buku manual militer karya [[AT-Thurtusi]] '''(570 H/1174 M)''' yang membahas keberhasilan menaklukkan [[Yerussalem]]. Semenjak awal [[Islam]] memang menaruh perhatian khusus mengenai soal perang. Bahkan Nabi [[Muhammad]] ''Shallallahu 'Alaihi Wasallam'' pernah meminta agar para anak lelaki diajari berenang, gulat, dan berkuda. Berbagai kisah peperangan seperti legenda [[Daud]] dan [[Jalut]] juga dikisahkan dengan apik dalam [[Al-Qur'an]]. Bahkan, ada satu surat di [[Al-Qur'an]] yang berkisah tentang `heroisme’ kuda-kuda yang berlari kencang dalam kecamuk peperangan.
''”Demi kuda perang yang berlari kencang dengan terengah-engah. Dan kuda yang mencetuskan api dengan pukulan (kuku kakinya). Dan kuda yang menyerang dengan tiba-tiba di waktu pagi. Maka, ia menerbangkan debu dan menyerbu ke tengah kumpulan musuh.”'' '''(Al-‘Adiyat 1-4)'''.
Kaum [[muslim]] sebenarnya pun sudah menulis berbagai karya mengenai soal perang dan ilmu militer. Berbagai jenis buku mengenai '[[jihad]]' dan pengenalan terhadap seluk beluk kuda, panahan, dan taktik militer. Salah satu buku yang terkenal dan kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris The Catalogue yang merupakan karya [[Ibnu Al-Nadim]] (wafat antara '''380H-338 H/990-998 M''').
Dalam karya itu, Al-Nadim menulis berbagai kategori mengenai cara menunggang kuda, menggunakan senjata, tentang menyusun pasukan, tentang berperang, dan menggunakan alat-alat persenjataan yang saat itu telah dipakai oleh semua bangsa. Karya semacam ini pun kemudian banyak muncul dan disusun pada masa [[Khalifah Abbasiyah]], misalnya oleh Khalifah [[al-Manshur]] dan [[al-Ma’mun]]. Bahkan, pada periode kekuasaan Daulah Al-Mamluk produksi buku mengenai ilmu militer itu berkembang sangat pesat. Minat para penulis semakin terpacu dengan keinginan mereka untuk mempersembahkan sebuah karya kepada kepada para sultan yang menjadi penguasa saat itu. Pembahasan sering dibahas adalah mengenai seluk beluk yang berkaitan dengan serangan bangsa [[Mongol]].
Pada zaman [[Shalahuddin]], ada sebuah buku manual militer yang disusun oleh [[At-Tharsusi]], sekitar '''tahun 570 H/1174 M'''. Buku ini membahas mengenai keberhasilan [[Shalahuddin]] di dalam memenangkan perang melawan bala [[tentara salib]] dan menaklukkan [[Yerussalem]]. Buku ini ditulis dengan [[bahasa Arab]], meski sang penulisnya orang [[Armenia]]. Manual yang ditulisnya selain berisi tentang penggunaan panah, juga membahas mengenai ‘mesin-mesin perang’ saat itu, seperti [[mangonel]] (pelempar batu), alat pendobrak, menara-menara pengintai, penempatan pasukan di medan perang, dan cara membuat baju besi. Buku ini semakin berharga karena dilengkapi dengan keterangan praktis bagaimana senjata itu digunakan.
Buku lain yang membahas mengenai militer adalah karya yang ditulis oleh [[Ali ibnu Abi Bakar Al Harawi]] (wafat '''611 H/1214 M'''). Buku ini membahas secara detail mengenai soal taktik perang, organisasi militer, tata cara pengepungan, dan formasi tempur. Kalangan ahli militer di Barat menyebut buku ini sebagai sebuah penelitian yang lengkap tentang pasukan [[muslim]] di medan tempur dan dalam pengepungan. Pada lingkungan militer Daulah Mamluk menghasilkan banyak karya tentang militer, khususnya keahlian menunggang kuda atau ''furusiyyah''. Dalam buku ini dibahas mengenai bagaimana cara seorang calon satria melatih diri dan kuda untuk berperang, cara menggunakan senjatanya, dan bagaimana mengatur pasukan berkuda atau kavaleri.
Contoh buku yang lain adalah karya [[Al-Aqsara’i]] (wafat'''74 H/1348 M''') yang diterjemahkan kedalam [[bahasa Inggris]] menjadi An End to Questioning and Desiring (Further Knowledge) Concerning the Science of Horsemanship. Buku ini lebih komplet karena tidak hanya membahas soal kuda, pasukan, dan senjata, namun juga membahas mengenai doktrin dan pembahasan pembagian rampasan perang.
== Layanan Pos Ala Dinasti Mamluk ==
Layanan pos pada era kejayaan [[Islam]] tak hanya sekadar sebagai pengantar pesan. [[Dinasti Mamluk]] yang berkuasa di [[Mesir]] pada '''1250 M''' hingga '''1517 M''' juga menjadikan pos sebagai alat pertahanan. Guna mencegah invasi pasukan tentara [[Mongol]] di bawah komando [[Hulagu Khan]] pada medio abad ke-13 M, para insinyur Mamluk membangun menara pengawas di sepanjang rute pos [[Irak]] hingga [[Mesir]].
Di atas menara pengawas itu, selama 24 jam penuh para penjaga telah menyiapkan tanda-tanda bahaya. Jika bahaya mengancam di siang hari, petugas akan membakar kayu basah yang dapat mengepulkan asap hitam. Sedangkan pada malam hari, petugas akan membakar kayu kering. Upaya itu ternyata tak sepenuhnya berhasil. Tentara [[Mongol]] mampu menembus [[Baghdad]] dan memorak-porandakan metropolis intelektual itu. Meski begitu, peringatan awal yang ditempatkan di sepanjang rute pos itu juga berhasil mencegah masuknya tentara [[Mongol]] ke [[Kairo]], [[Mesir]].
Hanya dalam waktu delapan jam, berita pasukan [[Mongol]] akan menyerbu [[Kairo]] sudah diperoleh pasukan tentara [[Muslim]]. Itu berarti, sama dengan waktu yang diperlukan untuk menerima telegram dari [[Baghdad]] ke [[Kairo]] pada era modern. Berkat informasi berantai dari menara pengawas itu, pasukan Mamluk mampu memukul mundur tentara [[Mongol]] yang akan menginvasi [[Kairo]]. Menurut [[Paul Lunde]], layanan pos melalui jalur darat pada era kekuasaan [[Dinasti Mamluk]] juga sempat terhenti ketika pasukan [[Tentara Salib]] memblokir rute pos. Meski begitu, penguasa [[Dinasti Mamluk]] tak kehabisan akal.
Sejak saat itu, kata dia, [[Dinasti Mamluk]] mulai menggunakan merpati pos. Dengan menggunakan burung merpati sebagai pengantar pesan, pasukan [[Tentara Salib]] tak dapat mencegah masuknya pesan dari [[Kairo]] ke [[Irak]]. Merpati pos mampu mengantarkan surat dari [[Kairo]] ke [[Baghdad]] dalam waktu dua hari, tutur Lunde. Sejak itu, peradaban Barat juga mulai meniru layanan pos dengan merpati seperti yang digunakan penguasa [[Dinasti Mamluk]].
Lunde menuturkan, pada '''1300 M''' [[Dinasti Mamluk]] memiliki tak kurang dari 1.900 merpati pos. Burung merpati itu sudah sangat terlatih dan teruji mampu mengirimkan pesan ke tempat tujuan. Seorang tentara Jerman bernama [[Johan Schiltberger]] menuturkan kehebatan pasukan merpati pos yang dimiliki penguasa [[Dinasti Mamluk]]. [[Sultan Mamluk]] mengirim surat dengan merpati, sebab dia memiliki banyak musuh, cetus Schiltberger. [[Dinasti Mamluk]] memang bukan yang pertama menggunakan merpati pos. Penggunaan merpati untuk mengirimkan pesan kali pertama diterapkan peradaban [[Mesir]] kuno pada '''2900 SM'''.
Pada masa kekuasaan [[Dinasti Mamluk]], merpati pos juga berfungsi untuk mengirimkan pesanan pos parcel. Al-kisah, penguasa Mamluk sangat puas dengan kiriman buah ceri dari [[Lebanon]] yang dikirimkan ke [[Kairo]] dengan burung merpati. Setiap burung merpati membawa satu biji buah ceri yang dibungkus dengan kain sutra. Pada masa itu, sepasang burung merpati pos harganya mencapai 1.000 keping emas. Layanan merpati pos ala [[Dinasti Mamluk]] itu tercatat sebagai sistem komunikasi yang tercepat pada abad pertengahan.
== Masa Kekuasaan Daulah Mamalik di Mesir ==
Kalau ada negeri Islam yang selamat dari kehancuran akibat serangan-serangan bangsa [[Mongol]], baik serangan [[Hulagu Khan]] maupun [[Timur Lenk]], maka negeri itu adalah [[Mesir]] yang ketika itu berada di bawah kekuasaan dinasti Mamalik. Karena negeri ini terhindar dari kehancuran, maka persambungan perkembangan peradaban dengan masa klasik relatif terlihat dan beberapa di antara prestasi yang pernah dicapai pada masa klasik bertahan di Mesir. Walaupun demikian, kemajuan yang dicapai oleh dinasti ini, masih di bawah prestasi yang pernah dicapai oleh umat Islam pada masa klasik. Hal itu mungkin karena metode berpikir tradisional sudah tertanam sangat kuat sejak berkembangnya aliran teologi [['Asy'ariyah]], filsafat mendapat kecaman sejak pemikiran [[al- Ghazali]] mewarnai pemikiran mayoritas umat Islam, dan yang lebih penting lagi adalah karena Baghdad dengan fasilitas-fasilitas ilmiahnya yang banyak memberi inspirasi ke pusat-pusat peradaban Islam, hancur.
Mamalik adalah jamak dari Mamluk yang berarti budak. Dinasti Mamalik memang didirikan oleh para budak. Mereka pada mulanya adalah orang-orang yang ditawan oleh penguasa dinasti [[Ayyubiyah]] sebagai budak, kemudian dididik dan dijadikan tentaranya. Mereka ditempatkan pada kelompok tersendiri yang terpisah dari masyarakat. Oleh penguasa [[Ayyubiyah]] yang terakhir, [[al-Malik al-Salih]], mereka dijadikan pengawal untuk menjamin kelangsungan kekuasaannya. Pada masa penguasa ini, mereka mendapat hak-hak istimewa, baik dalam karier ketentaraan maupun dalam imbalan-imbalan material. Pada umumnya mereka berasal dari daerah [[Kaukasus]] dan [[Laut Kaspia]]. Di [[Mesir]] mereka ditempatkan di pulau [[Raudhah]] di Sungai [[Nil]] untuk menjalani latihan militer dan keagamaan. Karena itulah, mereka dikenal dengan julukan [[Mamluk Bahri]]. Saingan mereka dalam ketentaraan pada masa itu adalah tentara yang berasal dari [[suku Kurdi]].
Ketika [[al-Malik al-Salih]] meninggal '''(1249 M)''', anaknya, [[Turansyah]], naik tahta sebagai Sulthan. Golongan Mamalik merasa terancam karena [[Turansyah]] lebih dekat kepada tentara asal [[Kurdi]] daripada mereka. Pada tahun '''1250 M''' Mamalik di bawah pimpinan [[Aybak]] dan [[Baybars]] berhasil membunuh [[Turansyah]]. Istri [[al-Malik al-Salih]], [[Syajarah al-Durr]], seorang yang juga berasal dari kalangan Mamalik berusaha mengambil kendali pemerintahan, sesuai dengan kesepakatan golongan Mamalik itu. Kepemimpinan [[Syajarah al-Durr]] berlangsung sekitar tiga bulan. Ia kemudian kawin dengan seorang tokoh Mamalik bernama [[Aybak]] dan menyerahkan tampuk kepemimpinan kepadanya sambil berharap dapat terus berkuasa di belakang tabir. Akan tetapi segera setelah itu [[Aybak]] membunuh [[Syajarah al-Durr]] dan mengambil sepenuhnya kendali pemerintahan. Pada mulanya, [[Aybak]] mengangkat seorang keturunan penguasa [[Ayyubiyah]] bernama Musa sebagai Sultan "syar'i" (formal) disamping dirinya yang bertindak sebagai penguasa yang sebenarnya. Namun, Musa akhirnya dibunuh oleh [[Aybak]]. Ini merupakan akhir dari dinasti [[Ayyubiyah]] di Mesir dan awal dari kekuasaan dinasti Mamalik.
[[Aybak]] berkuasa selama tujuh tahun '''(1250-1257 M)'''. Setelah meninggal ia digantikan oleh anaknya, Ali yang masih berusia muda. Ali kemudian mengundurkan diri pada tahun '''1259 M''' dan digantikan oleh wakilnya, [[Qutuz]]. Setelah [[Qutuz]] naik tahta, [[Baybars]] yang mengasingkan diri ke [[Syria|Suriah]] karena tidak senang dengan kepemimpinan [[Aybak]] kembali ke [[Mesir]]. Di awal tahun '''1260 M''' [[Mesir]] terancam serangan bangsa [[Mongol]] yang sudah berhasil menduduki hampir seluruh dunia Islam. Kedua tentara bertemu di [[Ayn Jalut]], dan pada tanggal '''13 September 1260 M''', tentara Mamalik di bawah pimpinan [[Qutuz]] dan [[Baybars]] berhasil menghancurkan pasukan [[Mongol]] tersebut. Kemenangan atas tentara Mongol ini membuat kekuasaan Mamalik di [[Mesir]] menjadi tumpuan harapan umat Islam di sekitarnya. Penguasa-penguasa di [[Syria|Suriah]] segera menyatakan sumpah setia kepada penguasa Mamalik.
Tidak lama setelah itu [[Qutuz]] meninggal dunia. [[Baybars]], seorang pemimpin militer yang tangguh dan cerdas, diangkat oleh pasukannya menjadi Sultan '''(1260- 1277 M)'''. Ia adalah sultan terbesar dan termasyhur di antara Sultan Mamalik. Ia pula yang dipandang sebagai pembangun hakiki dinasti Mamalik.
Sejarah daulah ini hanya berlangsung sampai tahun '''1517 M''', ketika dikalahkan oleh [[Utsmaniyah|Bani Utsmani]], Daulah ini dibagi menjadi dua periode:
'''Pertama''', periode kekuasaan [[Mamluk Bahri]], sejak berdirinya '''(1250 M)''' sampai berakhirnya pemerintahan [[Hajji II]] tahun '''1389 M'''.
'''Kedua''' periode kekuasaan [[Mamluk Burji]], sejak berkuasanya [[Burquq]] untuk kedua kalinya tahun '''1389 M''' sampai kerajaan ini dikalahkan oleh [[Utsmaniyah|Bani Utsmani]] tahun 1517 M.
Daulah Mamalik membawa warna baru dalam sejarah politik Islam. Pemerintahan dinasti ini bersifat oligarki militer, kecuali dalam waktu yang singkat ketika [[Qalawun]] '''(1280-1290 M)''' menerapkan pergantian sultan secara turun temurun. Anak [[Qalawun]] berkuasa hanya empat tahun, karena kekuasaannya direbut oleh [[Kitbugha]] '''(1295- 1297 M)'''. Sistem pemerintahan oligarki ini banyak mendatangkan kemajuan di [[Mesir]]. Kedudukan amir menjadi sangat penting. Para amir berkompetisi dalam prestasi, karena mereka merupakan kandidat sultan. Kemajuan-kemajuan itu dicapai dalam berbagai bidang, seperti konsolidasi pemerintahan, perekonomian, dan ilmu pengetahuan.
Dalam bidang pemerintahan, kemenangan dinasti Mamalik atas tentara [[Mongol]] di [['Ayn al-Jalut]] menjadi modal besar untuk menguasai daerah-daerah sekitarnya. Banyak penguasa-penguasa dinasti kecil menyatakan setia kepada kerajaan ini. Untuk menjalankan pemerintahan di dalam negeri, Baybars mengangkat kelompok militer sebagai elit politik. Disamping itu, untuk memperoleh simpati dari kerajaan-kerajaan Islam lainnya, [[Baybars]] membaiat keturunan [[Bani Abbas]] yang berhasil meloloskan diri dari serangan bangsa [[Mongol]], [[al-Mustanshir]] sebagai [[khalifah]]. Dengan demikian, [[khilafah Abbasiyah]], setelah dihancurkan oleh tentara Hulagu di [[Baghdad]], berhasil dipertahankan oleh daulah ini dengan [[Kairo]] sebagai pusatnya. Sementara itu, kekuatan-kekuatan yang dapat mengancam kekuasaan [[Baybars]] dapat dilumpuhkan, seperti tentara Salib di sepanjang Laut Tengah, [[Assasin]] di pegunungan [[Syria|Suriah]], [[Cyrenia]] (tempat berkuasanya orang-orang [[Armenia]]), dan kapal-kapal [[Mongol]] di [[Anatolia]].
Dalam bidang ekonomi, dinasti Mamalik membuka hubungan dagang dengan [[Prancis]] dan [[Italia]] melalui perluasan jalur perdagangan yang sudah dirintis oleh dinasti [[Fathimiyah]] di [[Mesir]] sebelumnya. Jatuhnya [[Baghdad]] menjadikan kota [[Kairo]] sebagai jalur perdagangan antara [[Asia]] dan [[Eropa]], dan menjadi lebih penting karena [[Kairo]] menghubungkan jalur perdagangan [[Laut Merah]] dan [[Laut Tengah]] dengan [[Eropa]]. Disamping itu, hasil pertanian juga meningkat. Keberhasilan dalam bidang ekonomi ini didukung oleh pembangunan jaringan transportasi dan komunikasi antarkota, baik laut maupun darat. Ketangguhan angkatan laut Mamalik sangat membantu pengembangan perekonomiannya.
Di bidang ilmu pengetahuan, [[Mesir]] menjadi tempat pelarian ilmuwan-ilmuwan asal [[Baghdad]] dari serangan tentara [[Mongol]]. Karena itu, ilmu-ilmu banyak berkembang di [[Mesir]], seperti sejarah, kedokteran, astronomi, matematika, dan ilmu agama. Dalam ilmu sejarah tercatat nama-nama besar, seperti [[Ibn Khalikan]], [[Ibn Taghribardi]], dan [[Ibn Khaldun]]. Di bidang astronomi dikenal nama [[Nashiruddin ath-Thusi]]. Di bidang matematika [[Abul Faraj al-'Ibry]] . Dalam bidang kedokteran: [[Abul Hasan 'Ali an-Nafis]], penemu susunan dan peredaran darah dalam paru-paru manusia, [[Abdul Mun'im ad-Dimyathi]], seorang dokter hewan, dan [[Ar-Razi’]], perintis psikoterapi. Dalam bidang opthalmologi dikenal nama [[Shalahuddin ibn Yusuf]]. Sedangkan dalam bidang ilmu keagamaan, tersohor nama [[Syaikhul Islam ibn Taimiyah]] ''Rahimahullah'', seorang mujaddid, mujahid dan ahli hadits dalam Islam, Imam [[As-Suyuthi]] ''Rahimahullah'' yang menguasai banyak ilmu keagamaan, Imam [[Ibn Hajar al-'Asqalani]] ''Rahimahullah'' dalam ilmu hadits, ilmu fiqih dan lain-lain.
Daulah Mamalik juga banyak mengalami kemajuan di bidang arsitektur. Banyak arsitek didatangkan ke Mesir untuk membangun sekolah-sekolah dan masjid-masjid yang indah. Bangunan-bangunan lain yang didirikan pada masa ini di antaranya adalah rumah sakit, museum, perpustakaan, villa-villa, kubah dan menara masjid.
Kemajuan-kemajuan itu tercapai berkat kepribadian dan wibawa Sulthan yang tinggi, solidaritas sesama militer yang kuat, dan stabilitas negara yang aman dari gangguan. Akan tetapi, ketika faktor-faktor tersebut menghilang, daulah Mamalik sedikit demi sedikit mengalami kemunduran. Semenjak masuknya budak-budak dari [[Sirkasia]] yang kemudian dikenal dengan nama [[Mamluk Burji]] yang untuk pertama kalinya dibawa oleh [[Qalawun]], solidaritas antar sesama militer menurun, terutama setelah [[Mamluk Burji]] berkuasa. Banyak penguasa [[Mamluk Burji]] yang bermoral rendah dan tidak menyukai ilmu pengetahuan. Kemewahan dan kebiasaan berfoya-foya di kalangan penguasa menyebabkan pajak dinaikkan. Akibatnya, semangat kerja rakyat menurun dan perekonomian negara tidak stabil. Disamping itu, ditemukannya [[Tanjung Harapan]] oleh kaum [[Eropa]] '''tahun 1498 M''', menyebabkan jalur perdagangan Asia-Eropa melalui [[Mesir]] menurun fungsinya. Kondisi ini diperparah oleh datangnya kemarau panjang dan berjangkitnya wabah penyakit.
Di pihak lain, suatu kekuatan politik baru yang besar muncul sebagai tantangan bagi Mamalik, yaitu [[Utsmaniyah|Daulah Bani Utsmani]]. Kerajaan inilah yang mengakhiri riwayat Mamalik di [[Mesir]]. Dinasti Mamalik kalah melawan pasukan [[Utsmaniyah]] dalam pertempuran menentukan di luar kota [[Kairo]] tahun '''1517 M''' . Sejak itu wilayah Mesir berada di bawah kekuasaan Kesultanan [[Utsmaniyah|Bani Utsmani]] sebagai salah satu provinsinya. ''Wallahul Musta’an''.
== Pembubaran Mamalik ==
Di masa kekuasaan Muhammad Ali, Mamalik dibubarkan melalui pembantaian dalam sebuah pesta kenegaraan di ''Al-Qal'ah'' pada 11 Maret 1811 M. Ketika para perwira tinggi mamluk telah berkumpul di pesta kenegaraan, Muhammad Ali memerintahkan para pengawalnya untuk mengunci semua pintu dan dan dengan serentak menembaki para perwira Mamalik, Jumlah perwira yang dibantai mencapai 1000 orang tanpa seorangpun dari mereka dapat lolos. Pembantaian ini memang kejam namun Muhammad Ali memandang pada sejarah Mamalik yang sering melakukan pengkhianatan dan penggulingan kekuasaan berdarah.
== Referensi ==
# Kitab At-Tarikh,[[Ibn Khaldun]].
# Tarikh Khulafra',[[As-Suyuthi]].
# Al-Bidaayaah Wan Nihaayah,[[Ibn Katsir]].
# Sejarah Kerajaan Mamalik,Muhammad Syu'ub,Penerbit PT.Bulan Bintang.
# 1000 Peristiwa Dalam Islam,Abdul Hakim Al-Afifi.Pustaka Hidayah.Bandung. 2002.
=== Catatan kaki ===
{{reflist}}
== Pranala luar ==
{{Commons category|Mamluks}}
* [http://www.islamicarchitecture.org/dynasties/mamluks.html Mamluk — Dinasti tentara budak]
* [http://www.saudiaramcoworld.com/issue/198106/art.of.the.mamluks.htm Kesenian Mamluk]
* [http://www.historyforkids.org/learn/islam/history/mamluks.htm Mamluk
* [http://mamluk.uchicago.edu Bibliografi Mamluk di ''Chicago Online Bibliography'']
[[Kategori:Mamluk| ]]
[[Kategori:Sejarah Islam]]
[[
[[Kategori:Perbudakan]]
|