Pemberontakan Trunajaya: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tri Ardiansyah (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Dikembalikan Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
k Membatalkan 1 suntingan by Kahlilg (bicara): Spam pranala(Tw)
Tag: Pembatalan
 
(34 revisi perantara oleh 14 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 3:
| partof =
| image = [[Berkas:Combat In Trunajaya Rebellion - The Crown of Mataram (1890).png|200px]]
| caption = Pertempuran antara tentara VOC dan Trunajaya, digambarkan di sebuah buku cerita Belanda tahun 1890.
| date = [[1674]]–[[1680]] (peperangan utama);<br /> Pemberontakan Pangeran Puger hingga 1681
| place = [[Pulau]] [[Jawa]] (sekarang bagian [[Indonesia]])
| coordinates =
| result = Kemenangan [[Kesultanan Mataram | Mataram]] dan [[VOC]]
| status =
| combatant1 =
{{Plainlist}}
* [[Berkas:Flag of the Sultanate of Mataram.svg|22px]] [[Kesultanan Mataram]]<br />
* '''Dibantu oleh:'''
[[Berkas:Flag of the Dutch East India Company.svg|22px]] [[VOC]]
* [[Berkas:Flag of the Sultanate of Mataram.svg|22px]] Mataram:Pasukan <br/>[[Ponorogo]]
* [[Berkas:Flag of the Dutch East India Company.svg|22px]] [[Perusahaan Hindia Timur Belanda]] (VOC)
{{Endplainlist}}
| combatant2 =
{{Plainlist}}
Pasukan pemberontak<br />Pasukan dari Makassar
* Pasukan pemberontak
Pasukan* pemberontak<br />Pasukan dari Makassar
{{Endplainlist}}
----
Pengklaim tandingan terhadap takhta Mataram (setelah 1677)
| commander1 =
{{Plainlist}}
* [[Berkas:Flag of the Sultanate of Mataram.svg|22px]] [[Amangkurat I]]{{KIA}}<br />
* [[Berkas:Flag of the Sultanate of Mataram.svg|22px]] [[Amangkurat II]]<br />
* [[Berkas:Flag of the Dutch East India Company.svg|22px]] [[Cornelis Speelman]]<br />
* [[Berkas:Flag of the Dutch East India Company.svg|22px]] [[Anthonio Hurdt]]<br />
* [[Berkas:Flag of the Dutch East India Company.svg|22px]] [[Jacob Couper]]<br/>
* [[Berkas:Flag of the Dutch East India Company.svg|22px]] [[Arung Palakka]]
{{Endplainlist}}
| commander2 =
{{Plainlist}}
* '''Trunajaya dan sekutu''':<br />
* Raden [[Trunajaya]]{{Surrendered}}{{Executed}}<br />
* [[Karaeng Galesong]]<br />
[[Raden Kajoran]]{{Executed}}<br />
* [[Panembahan|PanembahanRaden GiriKajoran]]{{Executed}}
* [[Kedatuan Giri#Daftar Para Penguasa|Panembahan Giri]]{{Executed}}
{{Endplainlist}}
----
{{Plainlist}}
* '''Ikut berperang''' (1677–1681):
* [[Pangeran Puger]] (1677–1681){{Surrendered}}
{{Endplainlist}}
| strength1 =
{{Plainlist}}
[[Berkas:Flag of the Sultanate of Mataram.svg|22px]] Mataram: <br/>
* [[Berkas:Flag of the Sultanate of Mataram.svg|22px]] Pasukan Mataram:
"Jauh lebih besar" dari 9.000 (1676){{sfn|Andaya|1981|pp=214–215}}<br/>
13* "Jauh lebih besar" dari 9.000 (akhir 16781676){{sfn|RicklefsAndaya|19931981|ppp=50214–215}}<br/>
10* 13.000 (Aguakhir 19811678){{sfn|Ricklefs|20081993|p=9450}}
[[Berkas:Flag of the Dutch East India Company.svg|22px]] VOC: <br/>
* [[Berkas:Flag of the Sultanate of Mataram.svg|22px]] Pasukan Ponorogo:
1.500 (1676){{sfn|Ricklefs|1993|p=35}}<br/>
* 1.750000 (16781677){{sfn|Ricklefsbabad Yogyakarta via Humas DIY|19932019|p=5101}}<br/>
* [[Berkas:Flag of the Dutch East India Company.svg|22px]] Pasukan Bugis (sekutu VOC):<br/>
* 1.500 (16781676){{sfn|AndayaRicklefs|19811993|p=21835}}<br/>
6* 1.000750 (16791678){{sfn|AndayaRicklefs|19811993|p=22151}}
* [[Berkas:Flag of the Dutch East India Company.svg|22px]] [[Pasukan Bugis (sekutu VOC]]):
* 1.500 (16761678){{sfn|RicklefsAndaya|19931981|p=35218}}<br/>
* 6.000 (1679){{sfn|Andaya|1981|p=221}}
{{Endplainlist}}
 
| strength2 =
{{Plainlist}}
Trunajaya:<br/>
* Pasukan Trunajaya:
9.000 (1676){{sfn|Andaya|1981|pp=214–215}}<br/>14.500 (1678, <small>Klaim Pangeran Sampang - sekutu Trunajaya</small>){{sfn|Ricklefs|1993|p=51}}
"Jauh lebih besar" dari* 9.000 (1676){{sfn|Andaya|1981|pp=214–215}}<br/>
9.000* (1676){{sfn|Andaya|1981|pp=214–215}}<br/>14.500 (1678, <small>Klaim Pangeran Sampang - sekutu Trunajaya</small>){{sfn|Ricklefs|1993|p=51}}
{{Endplainlist}}
----
{{Plainlist}}
* Pasukan Pangeran Puger:<br/>
10.000 (Agu 1981){{sfn|Ricklefs|2008|p=94}}
* 10.000 (Agu 1981){{sfn|Ricklefs|2008|p=94}}
{{Endplainlist}}
| casualties1 =
| casualties2 =
Baris 53 ⟶ 77:
{{Kotak kampanye Pemberontakan Trunajaya}}
{{Kampanye Kesultanan Mataram}}
'''Pemberontakan Trunajaya''' (atau '''Perang Trunajaya''', juga dieja '''Pemberontakan Trunojoyo''') adalah pemberontakan yang dilakukan oleh bangsawan [[Suku Madura|Madura]], Raden [[Trunajaya]], dan sekutunya, pasukan dari [[Makassar]], terhadap [[Kesultanan Mataram]] yang dibantu oleh [[Perusahaan Hindia Timur Belanda]] (VOC) di [[Jawa]] pada dekade 1670-an, dan berakhir dengan kemenangan Mataram dan VOC.
 
Perang ini berawal dengan kemenangan pihak pemberontak: pasukan Trunajaya mengalahkan pasukan kerajaan di GedogogGegodog (1676), lalu berhasil menduduki hampir seluruh pantai utara Jawa dan merebut keraton Mataram di [[Keraton Plered]] (1677). Raja [[Amangkurat I]] meninggal ketika melarikan diri dari keraton. Ia digantikan oleh anaknya, [[Amangkurat II]] yang meminta bantuan kepada VOC dan [[Bupati Ponorogo]] serta menjanjikan pembayaran dalam bentuk uang dan wilayah. Keterlibatan VOC berhasil membalikkan situasi. Pasukan VOC dan Mataram merebut kembali daerah Mataram yang diduduki, dan merebut ibu kota Trunajaya di Kediri (1678). Pemberontakan terus berlangsung hingga dekat keraton yang dijaga pasukan Ponorogo hingga Trunajaya ditangkap VOC pada akhir 1679, dan juga kekalahan, kematian atau menyerahnya pemimpin pemberontakan lain (1679–1680). Trunajaya menjadi tawanan VOC, tetapi dibunuh oleh Amangkurat{{nbsp}} II saat kunjungan raja pada 1680.<ref name=":0">{{Cite web|last=Mahany|first=Andry Trisandy|date=2019-08-25|title=Muhibah Budaya di Ponorogo, Ngumpulke Balung Pisah|url=https://jogjaprov.go.id/berita/8047-muhibah-budaya-di-ponorogo-ngumpulke-balung-pisah|website=Portaljogja|language=en|access-date=2022-11-29}}</ref>
 
Selain Trunajaya dan sekutunya, Amangkurat{{nbsp}} II juga menghadapi upaya-upaya lain untuk merebut takhta Mataram pasca kematian ayahnya. Rival paling serius adalah adiknya, [[Pangeran Puger]] (kelak [[Pakubuwana I]]) yang merebut Keraton Plered setelah ditinggalkan pasukan Trunajaya pada 1677 dan baru menyerah pada 1681.
 
== Latar belakang ==
[[Berkas:Mataram Sultanate in Sultan Agung Reign.svg|jmpl|400px|Peta Jawa, menggambarkan ekspansi [[Kesultanan Mataram|Mataram]] tepat sebelum [[Amangkurat I]] naik takhta pada 1646.]]
{{seeLebih lanjut|Trunajaya|Amangkurat I}}
[[Amangkurat I]] naik takhta Mataram pada 1646, menggantikan [[Sultan Agung]], yang telah memperluas wilayah Mataram hingga mencakup sebagian besar Jawa Tengah dan Timur, serta beberapa [[vasal]] seberang lautan di Sumatera bagian selatan dan Kalimantan.{{sfn|Pigeaud|1976|pp=56–57}} Tahun-tahun awal pemerintahan Amangkurat ditandai dengan eksekusi dan pembantaian terhadap musuh-musuh politiknya. Menanggapi usaha kudeta yang gagal dari saudaranya Pangeran Alit, dia memerintahkan [[Pembantaian ulama oleh Sultan Amangkurat I|pembantaian terhadap ulama]] yang dia percaya terlibat dalam pemberontakan Alit.{{sfn|Pigeaud|1976|p=55}} Alit sendiri terbunuh dalam kudeta yang gagal itu.{{sfn|Pigeaud|1976|p=55}} Pada tahun 1659 Amangkurat mencurigai Pangeran Pekik, ayah mertuanya dan putra Adipati Surabaya yang ditaklukkan yang tinggal di keraton Mataram setelah [[Penaklukan Surabaya oleh Mataram|kekalahan Surabaya]], yang memimpin sebuah persekongkolan mengancam hidupnya.{{sfn|Pigeaud|1976|p=66}} Dia memerintahkan untuk membunuh Pekik dan para kerabatnya.{{sfn|Pigeaud|1976|p=66}} Pembantaian wangsa kebangsawaan Jawa Timur yang paling penting ini menciptakan keretakan antara Amangkurat dan para kawula Jawa Timur dan menyebabkan konflik dengan putranya, putra mahkota (kelak [[Amangkurat II]]), yang juga merupakan cucu Pekik.{{sfn|Pigeaud|1976|p=66}} Selama beberapa tahun berikutnya, Amangkurat melakukan sejumlah pembunuhan lainnya terhadap anggota bangsawan yang telah kehilangan kepercayaannya.{{sfn|Pigeaud|1976|p=66}}
 
[[Raden]] Trunajaya (juga dieja Trunojoyo) adalah keturunan penguasa Madura, yang dipaksa tinggal di keraton Mataram setelah [[Penaklukan Surabaya oleh Mataram|kekalahan dan pencaplokan]] oleh Mataram pada 1624.{{sfn|Pigeaud|1976|p=67}} Setelah ayahnya dieksekusi oleh Amangkurat{{nbsp}} I pada 1656, dia meninggalkan keraton, pindah ke Kajoran, dan menikahi putri dari [[Raden Kajoran]], kepala dari keluarga yang berkuasa di sana.{{sfn|Ricklefs|2008|p=90}}{{sfn|Pigeaud|1976|p=67}} Keluarga Kajoran adalah keluarga ulama kuno dan terikat pernikahan dengan keluarga kerajaan.{{sfn|Ricklefs|2008|p=90}} Raden Kajoran khawatir dengan kebrutalan pemerintahan Amangkurat{{nbsp}} I, termasuk eksekusi para bangsawan di keraton.{{sfn|Pigeaud|1976|p=67}} Pada 1670, Kajoran memperkenalkan menantunya, Trunajaya kepada pangeranputra mahkota, yang baru saja diusir oleh raja karena skandal, dan keduanya menempa persahabatan yang meliputi ketidaksukaan bersama terhadap Amangkurat.{{sfn|Pigeaud|1976|p=67}} Pada 1671 Trunajaya kembali ke Madura, di mana dia memanfaatkan dukungan pangeranputra mahkota untuk mengalahkan gubernur setempat dan menjadi penguasa Madura.{{sfn|Pigeaud|1976|p=68}}
 
[[Berkas:AMH-5644-KB The conquest of Macassar by Speelman from 1666 to 1669.jpg|jmpl|[[Kesultanan Gowa|Direbutnya Makassar]] oleh VOC pada 1669 menyebabkan emigrasi para pejuang Makassar ke Jawa, banyak dari mereka kemudian bergabung dengan pihak pemberontak.]]
Baris 70 ⟶ 94:
 
== Pasukan-pasukan terlibat ==
[[Berkas:Arung Palakka - The conquest of Macassar.png|jmpl|Pasukan [[Suku Bugis|Bugis]] di bawah Pangeran [[Arung Palakka]] (foto) termasuk di antara mereka yang bersekutu dengan VOC untuk memadamkan pemberontakan tersebut.]]
Karena tidak memiliki tentara tetap, sebagian besar pasukan Mataram ditarik dari tentara yang dibangun oleh para vasal raja, yang juga menyediakan senjata dan perbekalan.{{sfn|Houben|Kolff|1988|p=183}}{{sfn|Taylor|2012|p=49}} Mayoritas prajurit tersebut adalah para petani yang diwajibkan oleh penguasa setempat ([[Bahasa Jawa|Jawa]]: ''sikep dalem'').{{sfn|Taylor|2012|p=49}} Selain itu, tentara tersebut termasuk sejumlah kecil prajurit profesional yang ditarik dari para penjaga istana oleh [[Warok]] yang didatangkan dari [[Kabupaten Ponorogo|Ponorogo]].{{sfn|Houben|Kolff|1988|p=183}}<ref name=":0" /> Tentara ini menggunakan [[meriam]], senjata api kecil termasuk [[kancing batu-api|senapan sundut]] ([[Bahasa Jawa|Jawa]]: ''senapan'', dari [[bahasa Belanda|Belanda]] ''snaphaens'') dan [[karabin]], [[kavaleri]], dan [[benteng]].{{sfn|Houben|Kolff|1988|p=184}} Sejarawan [[M. C. Ricklefs]] mengatakan pengalihan teknologi militer Eropa kepada orang Jawa "cukup mendesak", dengan bubuk mesiu dan senjata buatan Jawa setidaknya pada 1620.{{sfn|Taylor|2012|p=49}} Orang-orang Eropa dipekerjakan untuk melatih pasukan tentara Jawa dalam penanganan senjata, keterampilan kepemimpinan militer, dan teknik konstruksi.{{sfn|Taylor|2012|p=49}} Namun, terlepas dari pelatihan ini, para petani wajib militer dari tentara Jawa sering kali kurang disiplin dan melarikan diri selama pertempuran.{{sfn|Houben|Kolff|1988|pp=183–184}}{{sfn|Taylor|2012|pp=49–50}} Pasukan Mataram berjumlah "jauh lebih besar" daripada pemberontak berjumlah 9.000 di Gegodog pada September 1676,{{sfn|Andaya|1981|pp=214–215}} jatuh menjadi hanya "rombongan kecil" setelah [[JatuhnyaKejatuhan Plered|jatuhnya ibu kota]] [[Keraton Plered|Plered]] pada Juni 1677,{{sfn|Pigeaud|1976|p=74}} dan meningkat menjadi lebih dari 13.000 saat bergerak menuju ibu kota Trunajaya di Kediri pada akhir 1678.{{sfn|Ricklefs|1993|p=50}}
 
VOC memiliki tentara profesionalnya sendiri.{{sfn|Taylor|2012|p=49}} Setiap prajurit VOC memiliki pedang, senjata ringan, peluru, membawa kantong dan sabuk, bom asap, dan granat.{{sfn|Taylor|2012|p=49}} Mayoritas prajurit tetap VOC adalah orang Indonesia, dengan sejumlah kecil prajurit dan marinir orang Eropa, semuanya berada di bawah komando perwira Eropa.{{sfn|Pigeaud|1976|p=79}} Sementara dalam pengertian teknologi, pasukan VOC tidak lebih unggul dari rekan-rekan pribumi mereka,{{sfn|Houben|Kolff|1988|p=184}} mereka umumnya memiliki pelatihan, disiplin, dan peralatan yang lebih baik daripada tentara pribumi Indonesia.{{sfn|Taylor|2012|p=49}} Pasukan VOC juga berbeda dalam hal logistik: pasukannya bergerak selangkah demi selangkah diikuti oleh karavan panjang gerobak yang membawa perbekalan.{{sfn|Houben|Kolff|1988|p=184}} Ini memberi mereka keuntungan atas pasukan Jawa, yang sering bertahan hidup dengan mengumpulkan atau mencuri makanan saat bepergian melalui pedesaan dan sering menghadapi kekurangan pasokan.{{sfn|Houben|Kolff|1988|p=184}} Pasukan VOC berjumlah 1.500 pada 1676,{{sfn|Ricklefs|2008|p=92}} tetapi kemudian ditambah oleh sekutu Bugis di bawah kepimpinan [[Arung Palakka]]. Rombongan pertama dari 1.500 orang Bugis tiba di Jawa pada akhir 1678,{{sfn|Andaya|1981|p=218}} dan per tahun 1679 terdapat 6.000 prajurit Bugis di Jawa.{{sfn|Andaya|1981|p=221}}
Baris 83 ⟶ 107:
=== Pertempuran Gegodog ===
{{main|Pertempuran Gegodog}}
Pada September 1676, tentara pemberontak berkekuatan 9.000{{sfn|Andaya|1981|pp=214–215}} dipimpin oleh Karaeng Galesong Menyeberangmenyeberang dari Madura ke Jawa dan kemudian merebut Surabaya, kota utama Jawa Timur.{{sfn|Pigeaud|1976|p=70}} Mataram mengirim pasukan besar, yang diperintahkan oleh pangeran mahkota (kelak [[Amangkurat II]] untuk menemui para pemberontak.{{sfn|Pigeaud|1976|p=70}} Sebuah pertempuran terjadi di Gegodog, sebelah timur [[Tuban]], pada 1676, mengakibatkan kekalahan total pasukan Mataram yang jauh lebih besar.{{sfn|Pigeaud|1976|p=70}}{{sfn|Andaya|1981|pp=215}} Tentara loyalis dikerahkan, paman raja, [[Pangeran Purbaya]] tewas, dan pangeran mahkota melarikan diri ke Mataram.{{sfn|Pigeaud|1976|p=70}} Pangeran mahkota disalahkan atas kekalahan ini karena keragu-raguannya yang panjang sebelum menyerang para pemberontak.{{sfn|Pigeaud|1976|p=70}} Selain itu, ada rumor bahwa dia berkolusi dengan musuh, termasuk mantan pengikutnya, Trunajaya.{{sfn|Pigeaud|1976|p=70}} Dalam beberapa bulan setelah kemenangan di Gegodog, para pemberontak dengan cepat merebut kota-kota perdagangan di utara Jawa, mulai dari Surabaya hingga ke barat di [[Cirebon]], termasuk kota-kota [[Kabupaten Kudus|Kudus]] dan [[Demak, Demak|Demak]].{{sfn|Pigeaud|1976|p=70}} Kota-kota tersebut jatuh dengan mudah, sebagian karena benteng mereka telah dihancurkan karena penaklukan mereka oleh [[Sultan Agung]] Mataram sekitar 50 tahun sebelumnya.{{sfn|Pigeaud|1976|p=70}} Hanya Jepara yang berhasil menahan serangan, karena upaya gabungan gubernur militer baru dan pasukan VOC baru yang memperkuat kota tepat pada waktunya.{{sfn|Pigeaud|1976|p=70}} Pemberontakan tersebut menyebar ke pedalaman ketika Raden Kajoran, ayah mertua Trunajaya yang berpengaruh yang berpusat di sebelah timur ibu kota Mataram, bergabung dalam pemberontakan tersebut.{{sfn|Pigeaud|1976|p=71}} Pasukan Kajoran dan Trunajaya bergerak menuju ibu kota, tetapi dipukul mundur oleh pasukan loyalis.{{sfn|Pigeaud|1976|p=71}}
 
=== Intervensi VOC dan jatuhnya ibu kota Mataram ===
Baris 92 ⟶ 116:
 
==== Jatuhnya Plered ====
{{main|JatuhnyaKejatuhan Plered}}
Meskipun para pemberontak dikalahkan di Surabaya, pasukan pemberontak yang berkampanye di pedalaman Jawa Tengah dan Timur lebih berhasil. Kampanye militer pemberontak mencapai puncaknya dalam [[JatuhnyaKejatuhan Plered|jatuhnya ibu kota]] [[Keraton Plered|Plered]] pada Juni 1677.{{sfn|Pigeaud|1976|p=73}} Raja dalam kondisi sakit, dan ketidakpercayaan di antara para pangeran kerajaan menghalangi perlawanan yang terencana dengan baik.{{sfn|Pigeaud|1976|p=73}} Raja melarikan diri ke barat dengan pangeran mahkota dan pengiringnya, membiarkan pemberontak memasuki dan menjarah ibu kota dengan sedikit perlawanan, hal ini dibiarkan saja karena dalam budaya kerajaan Jawa bilamana istana pernah diserang harus pindah untuk membangun istana baru.{{sfn|Pigeaud|1976|p=73}} Para pemberontak kemudian mundur ke Kediri, membawa harta kekayaan kerajaan bersama mereka.{{sfn|Ricklefs|2008|p=93}}
 
=== Bertakhtanya Amangkurat II dan aliansi dengan VOC ===
[[Berkas:Tegal Arum Grave of Amangkurat I.jpg|jmpl|Makam [[Amangkurat I]] di Kompleks Tegal Arum, [[Kabupaten Tegal]], [[Jawa Tengah]].]]
[[Berkas:Amangkurat II cropped - COLLECTIE TROPENMUSEUM Schildering voorstellende de(De moord op kapitein Tack in Kartasura TMnr H-796).jpg|jmpl|[[Amangkurat II]], bertakhta sejak 1677, dalam sebuah lukisan Jawa.]]
Raja Amangkurat I wafat semasa bergerak mundur di [[Kota Tegal|Tegal]] pada Juli 1677.{{sfn|Pigeaud|1976|p=73}}{{sfn|Ricklefs|2008|p=92}} Putra mahkota menggantikan ayahnya dan memakai gelar Amangkurat II, dan diterima oleh bangsawan Jawa di Tegal (kampung halaman neneknya) dan juga oleh VOC.{{sfn|Pigeaud|1976|p=76}}{{sfn|Ricklefs|2008|p=92}} Namun, dia gagal untuk mengukuhkan kekuasaannya di kota terdekat, Cirebon, yang penguasanya memutuskan untuk menyatakan kemerdekaan dari Mataram dengan dukungan dari [[Kesultanan Banten]].{{sfn|Pigeaud|1976|p=76}} Selanjutnya, adik laki-lakinya [[Pangeran Puger]] (kelak Pakubuwana{{nbsp}} I) merebut ibu kota yang kini hancur, menolak bergabung sebagai loyalis Amangkurat{{nbsp}} II, dan menyatakan dirinya sebagai raja dengan gelar ''Ingalanga Mataram''.{{sfn|Pigeaud|1976|p=76}}
 
Karena tidak memiliki tentara dan harta kekayaan dan tidak dapat mengukuhkan kekuasaannya, Amangkurat memutuskan untuk bersekutu dengan VOC.{{sfn|Pigeaud|1976|p=77}} Pada saat ini, Laksamana Speelman berada di Jepara, berlayar ke sana dari Surabaya setelah mendengar jatuhnya ibu kota.{{sfn|Pigeaud|1976|p=76}} Pasukannya telah merebut kembali kota-kota pesisir penting di Jawa Tengah, termasuk [[Semarang]], Demak, Kudus, dan [[Pati, Pati|Pati]].{{sfn|Pigeaud|1976|pp=76–77}} Amangkurat pindah ke Jepara dengan kapal VOC pada September 1677. Raja harus menyetujui konsesi luas yang dituntut VOC sebagai imbalan untuk memulihkan monarkinya.{{sfn|Pigeaud|1976|p=77}} Dia menjanjikan VOC pendapatan dari semua kota pelabuhan di pantai utara.{{sfn|Pigeaud|1976|p=77}} Dataran tinggi [[Priangan]] dan Semarang akan diserahkan kepada VOC.{{sfn|Ricklefs|2008|p=93}} Raja juga setuju untuk mengakui yurisdiksi kekuasaan VOC atas semua orang non-Jawa yang tinggal di wilayahnya.{{sfn|Pigeaud|1976|p=77}} Sejarawan Belanda [[H. J. de Graaf]] berkomentar bahwa dengan melakukan ini, VOC, sebagai sebuah korporasi, terlibat dalam "spekulasi berbahaya", yang mereka harapkan akan terbayar di masa depan ketika rekan mereka akan memperoleh kembali kekuasaannya atas Mataram.{{sfn|Pigeaud|1976|p=77}}
Baris 108 ⟶ 132:
Pasukan VOC dan Mataram bergerak ke pedalaman melawan Kediri pada September 1678. Sesuai saran raja, pasukan tersebut dipecah menjadi tiga barisan, tanpa rute langsung, dengan tujuan untuk mencakup lebih banyak lokasi dan menimbulkan rasa kagum pada orang-orang yang merasa ragu untuk berpihak.{{sfn|Pigeaud|1976|p=78-79}} Ide raja berhasil, dan saat kampanye militer berlanjut, kelompok-kelompok lokal bergabung dengan pasukan, yang sangat menginginkan barang rampasan.{{sfn|Pigeaud|1976|p=79}} Kediri direbut pada 25{{nbsp}}November oleh pasukan penyerangan yang dipimpin oleh Kapten [[François Tack]].{{sfn|Pigeaud|1976|p=79}}{{sfn|Ricklefs|2008|p=93}} Pasukan yang menang tersebut melanjutkan ke Surabaya, kota terbesar di Jawa Timur, tempat Amangkurat mendirikan keratonnya.{{sfn|Pigeaud|1976|p=80}} Di tempat lain, para pemberontak juga dikalahkan. Pada September 1679, gabungan pasukan VOC, Jawa, dan [[Bugis]] di bawah Sindu Reja dan [[Jan Albert Sloot]] mengalahkan Raden Kajoran dalam pertempuran di Mlambang, dekat Pajang.{{sfn|Ricklefs|2008|p=94}}{{sfn|Pigeaud|1976|p=89}} Kajoran menyerah tetapi dieksekusi atas perintah Sloot.{{sfn|Pigeaud|1976|p=89}} Pada November, VOC dan pasukan Bugis bersekutu di bawah [[Arung Palakka]] menghancurkan benteng para pemberontak Makassar di [[Keper, Krembung, Sidoarjo|Keper]], Jawa Timur.{{sfn|Ricklefs|2008|p=94}} Pada April 1680, setelah apa yang oleh VOC anggap sebagai pertempuran sengit dalam perang, penguasa Giri yang memberontak dikalahkan dan sebagian besar keluarganya dieksekusi.{{sfn|Ricklefs|2008|p=94}} Karena VOC dan Amangkurat meraih lebih banyak kemenangan, semakin banyak orang Jawa menyatakan kesetiaan mereka kepada raja.{{sfn|Ricklefs|2008|p=94}}
 
{{anchor|Kematian Trunajaya}}
Setelah bentengnya jatuh di Kediri, Trunajaya berhasil melarikan diri ke pegunungan di Jawa timur.{{sfn|Pigeaud|1976|p=82}} Pasukan VOC dan raja mengejar Trunajaya, yang terkucil dan kekurangan makanan, menyerah kepada VOC pada akhir 1679.{{sfn|Pigeaud|1976|p=83}}{{sfn|Ricklefs|2008|p=94}} Awalnya, dia diperlakukan dengan hormat sebagai tawanan komandan VOC. Namun, saat melakukan kunjungan seremonial ke kediaman bangsawan di Payak, Jawa Timur, pada 2 Januari 1680,{{sfn|Pigeaud|1976|p=83}} dia ditikam oleh Amangkurat sendiri, dan orang istana raja menghabisinya.{{sfn|Pigeaud|1976|p=83}}{{sfn|Ricklefs|2008|p=94}} Raja membela pembunuhan seorang tahanan VOC ini dengan mengatakan bahwa Trunajaya telah mencoba membunuhnya.{{sfn|Pigeaud|1976|p=84}} VOC tidak yakin dengan penjelasan ini, tetapi memilih untuk tidak menghukum raja.{{sfn|Pigeaud|1976|pp=83–84}} Sebuah cerita romantis mengenai kematian Trunajaya muncul dalam [[babad]] Jawa Tengah abad ke-18.{{sfn|Pigeaud|1976|p=82}}
 
Baris 115 ⟶ 138:
 
== Kesudahan ==
[[Berkas:Vorst Mangkoe Rat II doorsteekt met zijn kris, genaamd "de eerwaarde Blabor", den opstandeling Troenadjaja.jpg|jmpl|Amangkurat II menusuk Trunajaya yang disaksikan oleh kedua istrinya dan perwira VOC.]]
[[Berkas:Benteng kartasura selatan.jpg|jmpl|Sisa ibu kota baru Mataram, [[Kartasura]]. Amangkurat{{nbsp}}II membangun Kartasura dan memindahkan ibu kota ke sana setelah pemberontakan.]]
Amangkurat II mengamankan pemerintahannya dengan kekalahan para pemberontak. Karena direbut pemberontak dan kemudian penghancuran ibu kota di di Plered, dia membangun sebuah ibu kota baru, Kartasura, di distrik Pajang, dan memindahkan keratonnya ke sana.{{sfn|Pigeaud|1976|p=94}} Sebuah benteng VOC dibangun di ibu kota, di samping kediaman kerajaan, untuk mempertahankannya dari invasi.{{sfn|Pigeaud|1976|p=94}} Sedangkan untuk VOC, keterlibatannya memungkinkan Amangkurat II yang terpojok dan hampir kalah tetap bertahan di atas takhtanya.{{sfn|Ricklefs|2008|p=95}} Hal ini menjadi awal preseden VOC yang mendukung raja-raja dan pengklaim Jawa dengan imbalan konsesi.{{sfn|Ricklefs|2008|p=95}} Namun, pada 1680, kebijakan ini membutuhkan tingkat pengeluaran yang tinggi untuk mempertahankan kehadiran militer di Jawa Tengah dan Timur, dan ini menyebabkan merosotnya keuangan VOC.{{sfn|Ricklefs|2008|p=95}} Pembayaran yang dijanjikan oleh Amangkurat tidak ditepati, dan pada 1682 hutang raja kepada VOC melebihi 1,5{{nbsp}} juta ''real'', sekitar lima kali jumlah harta kekayaan kerajaan.{{sfn|Ricklefs|2008|p=99}} Penyerahan Semarang ditunda karena perselisihan,{{sfn|Ricklefs|2008|p=99}} dan ketentuan lainnya dalam kontrak sebagian besar diabaikan oleh pejabat Jawa setempat.{{sfn|Pigeaud|1976|p=95}} Selanjutnya, sebuah faksi anti-VOC berkembang di keraton Mataram, dan seorang anggota faksi ini, Nerangkusuma, menjadi [[patih]] (menteri utama) dari 1682 hingga 1686.{{sfn|Ricklefs|2008|p=100}}{{sfn|Pigeaud|1976|p=95}} Hubungan yang buruk antara Mataram dan VOC berlanjut dengan melindungi [[Surapati]], musuh VOC, pada 1684,{{sfn|Ricklefs|2008|p=101}} dan kematian kapten VOC, François Tack di keraton Mataram pada 1686.{{sfn|Ricklefs|2008|p=101}}
 
Adik raja, Pangeran Puger, yang mencoba merebut takhta saat pemberontakan Trunajaya, diampuni oleh raja.{{sfn|Pigeaud|1976|p=94}} Namun, setelah kematian raja pada 1703 dan digantikan putranya [[Amangkurat III]], Puger merebut takhta lagi.{{sfn|Pigeaud|1976|p=103}} Klaim Puger didukung oleh VOC, dan aliansi VOC-Puger memenangkan [[Perang Suksesi Jawa Pertama]] (1704–1708) berikutnya.{{sfn|Pigeaud|1976|p=103}} Puger naik takhta dengan gelar [[Pakubuwana I]] dan Amangkurat III diasingkan ke [[Sri Lanka]].{{sfn|Pigeaud|1976|p=103}}
Klaim Puger didukung oleh VOC, dan aliansi VOC-Puger memenangkan [[Perang Suksesi Jawa Pertama]] (1704–1708) berikutnya.{{sfn|Pigeaud|1976|p=103}} Puger naik takhta dengan gelar [[Pakubuwana I]] dan Amangkurat{{nbsp}}III diasingkan ke [[Sri Lanka]].{{sfn|Pigeaud|1976|p=103}}
 
== Referensi ==
Baris 128 ⟶ 150:
* {{cite journal|last1=Houben|first1=V.J.H|last2=Kolff|first2=D.H.A.|title=Between Empire Building and State Formation. Official Elites in Java and Mughal India|doi=10.1017/S016511530002341X|date=1988|volume=12|issue=1|journal=Itinerario|pp=165–194|ref=harv}}
* {{cite book|ref=harv|authorlink=M. C. Ricklefs|last=Ricklefs|first=M.C.|title=War, Culture and Economy in Java, 1677-1726: Asian and European Imperialism in the Early Kartasura Period|url=https://books.google.com/books?id=Dj5yQgAACAAJ|date=1993|publisher=Asian Studies Association of Australia|location=Sydney|isbn=978-1-86373-380-9}}
* {{cite book|last=Ricklefs|first=M.C.|title=A History of Modern Indonesia Since C.1200|url=https://books.google.com/books?id=0AAdBQAAQBAJ|date=2008-09-11|publisher=Palgrave Macmillan|isbn=978-1-137-05201-8|ref=harv}}{{Pranala mati|date=Februari 2023 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}
* {{cite book|ref=harv|last=Pigeaud|first=Theodore Gauthier Thomas|authorlink=Theodoor Gautier Thomas Pigeaud|title=Islamic States in Java 1500–1700: Eight Dutch Books and Articles by Dr H.J. de Graaf|url=https://books.google.com/books?id=_BVJCAAAQBAJ|date=1976|publisher=Martinus Nijhoff|location=Den Haag|isbn=90-247-1876-7}}
* {{cite book|ref=harv|last=Taylor|first=Jean Gelman |title=Global Indonesia|url=https://books.google.com/books?id=9ROBpq3qcyYC|year=2012|publisher=Routledge|isbn=978-0-415-95306-1}}
Baris 138 ⟶ 160:
[[Kategori:Perang yang melibatkan Belanda]]
[[Kategori:VOC]]
[[Kategori:Pemberontakan]]