Mesolitikum: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Menolak 2 perubahan teks terakhir (oleh 111.94.32.157) dan mengembalikan revisi 17170738 oleh RaymondSutanto
Tag: Pengembalian manual
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Pengembalian manual Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
 
(13 revisi perantara oleh 7 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{Sejarah manusia dan prasejarah}}
 
'''Mesolitikum''' atau '''Zaman Batu Madya'''<ref>[http://download.bse.kemdikbud.go.id/fullbook/20090610144843.pdf {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20131111231553/http://download.bse.kemdikbud.go.id/fullbook/20090610144843.pdf |date=2013-11-11 }} Listiyani, Dwi Ari. 2009. ''Sejarah 1: Untuk SMA/MA Kelas X''. Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional Indonesia.</ref> ([[Bahasa Yunani]]: ''mesos'' "tengah", ''lithos'' batu) adalah suatu periode dalam perkembangan teknologi manusia, antara [[Paleolitik]] atau Zaman Batu Tua dan [[Neolitik]] atau Zaman Batu Muda.<ref name="p"/>
 
Istilah ini diperkenalkan oleh [[John Lubbock, 1st Baron Avebury|John Lubbock]] dalam makalahnya "Zaman Prasejarah" (bahasa Inggris: ''Pre-historic Times'') yang diterbitkan pada tahun 1865. Namun istilah ini tidak terlalu sering digunakan sampai [[Vere Gordon Childe|V. Gordon Childe]] mempopulerkannya dalam bukunya ''The Dawn of Europe'' (1947).<ref name="p">Linder, F., 1997. ''Social differentiering i mesolitiska jägar-samlarsamhällen.'' Institutionen för arkeologi och antik historia, Uppsala universitet. Uppsala.</ref>
 
Pada zaman ini, kehidupan manusia beralih dari pola [[Pemburu dan peramu|pemburu-pengumpul]] ke cara hidup menghasilkan makanan. Adanya kemampuan menghasilkan makanan tersebut menunjukkan bahwa manusia purba sudah menetap secara permanen. Tempat hidup manusia purba terdapat di dekat [[sungai]], [[danau]], [[bukit]] dan [[Hutan|hutan-hutan]] serta tempat-tempat yang di dekat dengan air. Mereka sudah tidak tinggal di gua-gua tetapi sudah menghuni rumah-rumah panggung yang dibangun secara sederhana. Rumah-rumah panggung tersebut didirikan agar dapat terhindar serangan binatang buas.<ref name=":1">{{Cite book|first=Herimanto|last2=Targiyatmi|first2=Eko|date=2014|title=Sejarah Pembelajaran Sejarah Interaktif|location=Solo|publisher=Platinum|isbn=978-602-257-577-1|pages=|url-status=live}}</ref>
 
Pada masa ini, kegiatan berburu masih tetap dilakukan, walaupun frekuensinya tidak sering seperti masa sebelumnya.<ref name=":0">{{Cite book|last=Basri|first=Asrul|last2=Zulkarnain|first2=Irwan|last3=Lisabilla|first3=Nusi|last4=Moerdiyanti|first4=Retno|date=2001|title=Mengenal Tradisi Bercocok Tanam di Indonesia|location=Jakarta|publisher=Museum Nasional|isbn=|pages=|url-status=live}}</ref>
 
Sistem berlandang secara berpindah ini disebut juga [[Berumahan|bergumah]]. Kegiatan seperti ini masih sering dijumpai di [[Indonesia]] seperti di pedalaman Papua dan Kalimantan.<ref name=":3">{{Cite web|title=Portal Sejarah Indonesia dan Dunia: Corak Kehidupan Manusia Purba Pada Masa Bercocok Tanam|url=http://www.sejarah.id/2017/08/masa-bercocok-tanam.html|website=Portal Sejarah Indonesia dan Dunia|access-date=2020-05-10}}</ref>
 
== Sistem Sosial ==
Struktur sosial masyarakat purba masih sederhana berciri keseragaman (homogenitas) yang sangat tinggi. Keseragaman tersebut menyangkut berbagai aspek seperti aspek pola dan bentuk bentuk tempat tinggal. Bentuk-bentuk tempat tinggal berkaitan dengan struktur masyarakat masa bercocok tanam. Pada umumnya, bentuk-bentuk tempat tinggal (rumah) dari masa bercocok tanam berupa rumah-rumah kecil, bundar dan atapnya melekat di tanah. Pada saat ini bentuk-bentuk rumah peninggalan zaman prasejarah tersebut dapat dijumpai di pulau Timor dan [[Kalimantan Barat]]. Dalam aspek kependudukan mulai terjadi gejala pertambahan penduduk dengan cepat. Hal ini disebabkan pada masa itu mulai muncul anggapan di dalam masyarakat bahwa jumlah anggota keluarga yang banyak akan sangat menguntungkan karena tersedianya tenaga kerja yang dimanfaatkan untuk membantu pekerjaan pekerjaan di bidang pertanian.<ref name=":12">{{Cite book|first=Herimanto|last2=Targiyatmi|first2=Eko|date=2014|title=Sejarah Pembelajaran Sejarah Interaktif|location=Solo|publisher=Platinum|isbn=978-602-257-577-1|pages=|url-status=live}}</ref>
 
== Sistem Mata Pencaharian ==
Karena pertambahan penduduk yang menyebabkan jumlah tenaga tenaga kerja meningkat, bidang pertanian berkembang pesat. Pada bidang pertanian masyarakat mulai menanami lahan pertanian dengan jenis-jenis [[tanaman]] seperti [[Umbi|umbi-umbian]] dan [[buah-buahan]]. Dari jenis-jenis tanaman tanaman itu berkembang jenis-jenis tanaman lainnya seperti biji-bijian, padi-padian dan sayur-sayuran namun selain bercocok tanam manusia purba juga beternak.<ref name=":13">{{Cite book|first=Herimanto|last2=Targiyatmi|first2=Eko|date=2014|title=Sejarah Pembelajaran Sejarah Interaktif|location=Solo|publisher=Platinum|isbn=978-602-257-577-1|pages=|url-status=live}}</ref>
 
Pada waktu luang saat menunggu panen masyarakat purba juga mengisinya dengan berbagai usaha kerajinan rumah tangga, seperti menganyam, membuat gerabah dan mengasah alat-alat pertanian. Adanya kepandaian manusia purba dalam membuat kerajinan tangan yang mulai dirintis pada masa bercocok tanam memunculkan spesialisasi pekerjaan di bidang pertambangan yang merupakan prasyarat bagi lahir perundagian.<ref name=":13" />
 
Pada masa bercocok tanam masyarakat purba juga sudah pandai membuat perahu dari pohon-pohon besar yang dipotong-potong dan digunakan untuk menangkap ikan. Proses pembuatan perahu dilakukan dengan melubangi potongan-potongan kayu besar dengan api dan selanjutnya lubang tersebut diperdalam dengan beliung sehingga menyerupai bentuk lesung. Pada saat itu juga telah ada kegiatan perdagangan perdagangan barter yaitu dengan cara tukar menukar barang barang guna memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.<ref name=":13" />
 
== Sistem Peralatan Hidup ==
Peralatan hidup yang masih dapat dijumpai saat ini dari kehidupan mesolitik adalah sebagai berikut:<ref name=":14">{{Cite book|first=Herimanto|last2=Targiyatmi|first2=Eko|date=2014|title=Sejarah Pembelajaran Sejarah Interaktif|location=Solo|publisher=Platinum|isbn=978-602-257-577-1|pages=|url-status=live}}</ref>
 
=== Beliung Persegi ===
Beliung persegi berbentuk seperti cangkul dengan ukuran 4–25&nbsp;cm. Alat itu dibuat dari batuan ''kalsedon, agat, chert, dan juspis''. Tipe umum beliung persegi adalah beliung dengan variasinya yang berupa beliung bahu, beliung tangga, beliung atap, beliung biola dan beliung penarah. Daerah penemuan beliung persegi meliputi hampir seluruh Indonesia, terutama di bagian barat. Alat semacam itu juga ditemukan di [[Malaysia]], [[Thailand]], [[Kampuchea]], [[Vietnam]], [[China]] dan [[Taiwan]].<ref name=":14" /> Sedangkan di Indonesia, beliung persegi ditemukan di wilayah [[Nusa Tenggara]], pulau [[Sumatra]], pulau [[Jawa]], dan [[Sulawesi]].<ref name=":4">{{Cite web|title=Masa Bercocok Tanam - Pengertian, Ciri, Corak dan Jenis {{!}} dosenpintar|url=https://dosenpintar.com/masa-bercocok-tanam/|website=dosenpintar.com|access-date=2020-05-10}}</ref>
 
=== Kapak Lonjong ===
Kapak lonjong dibuat dari batu kali jenis ''nefrit'' yang telah diasah lebih halus daripada kapak persegi. Daerah penemuannya terbatas di wilayah bagian timur Indonesia. Hal itu sesuai dengan penelitian Van Heekeren dan W.F. Van Beers yang mengatakan bahwa di [[Kalumpang]], [[Sulawesi Utara]] sudah terjadi perpaduan antara tradisi kapak persegi dan kapak lonjong. Penemuan itu ditaksir sangat muda, yaitu pada 600-1000 tahun yang lalu. Di [[Irian]] (Papua) juga ditemukan kapak lonjong.<ref name=":14" />
 
=== Mata Panah ===
Mata panah ini digunakan untuk berburu, memanah dan menangkap ikan dengan bentuk seperti gergaji yang terbuat dari tulang.<ref name=":4" /> Mata panah ini ditemukan pada masa bermukim dan bercocok tanam. Daerah penemuan yang penting ialah [[Pacitan]] (Jawa Timur) dan [[Toala]] (Sulawesi Selatan). Mata panah bergerigi dan bilah dari kebudayaan Toala ditemukan di [[Toala]] Sulawesi Selatan.<ref name=":14" />
 
=== Gerabah dan Perhiasan ===
Hasil penelitian membuktikan bahwa alat-alat gerabah sudah mulai dibuat pada masa bermukim dan bercocok tanam, tetapi pembuatannya masih kasar dan sederhana. Alat gerabah itu pertama kali digunakan untuk menyimpan bahan makanan dan minuman, kemudian berkembang digunakan sebagai alat memasak. Bersamaan dengan itu, barang perhiasan juga mulai dibuat. Misalnya, gelang dari batuan kalsedon manik-manik dari tanah liat, kalung dari kulit kerang dan lukisan berwarna warni. Aneka [[lukisan]] itu dapat dijumpai dalam masyarakat pedalaman misalnya di [[Toraja]] dan [[Papua]].<ref name=":14" />
 
== Sistem Religi ==
Manusia prasejarah pada masa mesolitik sudah mengenal suatu kepercayaan terhadap kekuatan gaib. Mereka percaya terhadap hal-hal yang menakutkan atau serba hebat. Selain itu mereka juga memuja roh nenek moyangnya kadangkala kalau melihat pohon yang besar tinggi dan rimbun manusia merasa ngeri. Manusia purba menganggap bahwa kegiatan itu disebabkan pohon itu ada yang menghuni.<ref name=":14" />
 
Begitupun terhadap batu besar serta binatang yang besar atau menakutkan mereka juga memujanya kekuatan alam yang besar seperti petir, topan, banjir dan gunung meletus yang di anggap menakutkan dan mengerikan juga dipuja. Jika terjadi letusan gunung berapi mereka beranggapan bahwa yang menguasai gunung sedang murka.<ref name=":14" />
 
Sistem kepercayaan masyarakat pada masa bermukim dan bercocok tanam dapat dibedakan atas dua hal:<ref name=":14" />
 
=== Animisme ===
Adalah paham kepercayaan yang meyakini bahwa roh mendiami benda-benda tertentu. Contoh paham animisme ini adalah upacara syukuran panen dengan memanggil roh pertanian.<ref name=":2">{{Cite web|title=Portal Sejarah Indonesia dan Dunia: Apa Perbedaan Kepercayaan Animisme dengan Dinamisme?|url=http://www.sejarah.id/2017/08/perbedaan-animisme-dan-dinamisme.html|website=Portal Sejarah Indonesia dan Dunia|access-date=2020-05-10}}</ref>
 
=== Dinamisme ===
Dinamisme adalah paham kepercayaan yang meyakini bahwa ada kekuatan gaib pada benda-benda tertentu.<ref name=":2" /> Misalkan saja menaruh hormat kepada pohon, batu besar, gunung, dan jimat.<ref name=":14" />
 
Praktek religi dan kepercayaan berupa pemujaan arwah para leluhur masih dianut oleh suku-suku pedalaman di Indonesia misalnya suku bangsa Dayak di Kalimantan yang masih mempraktekkan ritual ritual animisme dan dinamisme.<ref name=":14" />
 
== Zaman mesolitikum di Indonesia ==
Baris 31 ⟶ 77:
| accessdate =
}}
</ref> Di daerah [[Besuki]] ([[Jawa Timur]]), van Heekeren juga menemukan kapak [[Sumatra]] dan kapak pendek. ''Abris sous roche'' juga ditemukan pada daerah [[Timor]] dan [[Rote]] oleh [[Alfred Buhler]] yang menemukan ''flakes culture'' dari kalsedon bertangkai dan hal ini diduga merupakan peninggalan bangsa [[Papua Melanesoide]].<ref>{{en}} {{cite book|last=Sylvia Ohnemus|first=|authorlink=|coauthors=|title= An ethnology of the Admiralty Islanders: the Alfred Bühler Collection|url=https://archive.org/details/ethnologyofadmir0000ohne|year= 1998|publisher= University of Hawaii Press|location=|id= }}</ref>. Hasil kebudayaan ''Abris sous roche'' juga ditemukan di [[Lamancong]] ([[Sulawesi Selatan]]) yang biasa disebut kebudayaan [[Toala]].<ref name="x"/>. Kebudayaan Toala ditemukan pada suatu goa yang disebut [[Goa Leang Pattae]] dan inti dari kebudayaan ini adalah ''flakes'' dan ''pebble''.<ref name="x"/>. Selain Toala, para ahli juga menemukan kebudayaan ''[[Bacson-Hoabinh]]'' dan [[Bandung]] di Indonesia. ''Bacson-Hoabinh'' diperkirakan merupakan pusat budaya [[prasejarah]] [[Indonesia]] dan terdiri dari dua macam kebudayaan, yaitu kebudayaan'' [[pebble]]'' (alat-alat tulang yang datang dari jalan barat) dan kebudayaan ''[[flakes]]'' (datang melalui jalan timur).<ref name="x"/>. Sementara itu, penelitian kebudayaan [[Bandung]] dilakukan oleh [[van Koenigswald]] di daerah [[Padalarang]], Bandung Utara, [[Cicalengka]], BanjarabSoreang, dan sebelah barat [[Cililin]]. Kebudayaan yang ditemukan berupa ''flakes'' yang disebut ''microlith'' (batu kecil), pecahan [[tembikar]], dan benda-benda [[perunggu]].<ref name="x"/>.
 
== Galeri ==
Baris 48 ⟶ 94:
 
== Bacaan lanjutan ==
* Dragoslav Srejovic ''Europe's First Monumental Sculpture: New Discoveries at Lepenski Vir.'' (1972) ISBN 0-500-39009-6 Rifqi Ganteng
 
== Pranala luar ==
Baris 54 ⟶ 100:
{{Commonscat|Mesolithic}}
* {{sr}}[http://www.yurope.com/people/nena/Vir/ Official Lepenski Vir Site, dalam bahasa Serbia]
* {{en}}[http://www.york.ac.uk/depts/arch/Mesolithic/index.htm Mesolithic Miscellany — NewsletterMiscellany—Newsletter and Information on the European Mesolithic] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20070312140701/http://www.york.ac.uk/depts/arch/Mesolithic/index.htm |date=2007-03-12 }}
* {{en}}20th Century Mesolithic Sites in Mandla (Madhya Pradesh), India, discovered by Dr. Babul Roy: [http://highland.trf.or.th/News1/SEAnews/SEAnewletter/SEAN15$.pdf] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20170201234219/http://highland.trf.or.th/News1/SEAnews/SEAnewletter/SEAN15$.pdf |date=2017-02-01 }}, [http://www.insulators.info/clubs/bric/aug03.htm], and [http://www.prehistory.wetpaint.com ] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20081119024527/http://www.prehistory.wetpaint.com/ |date=2008-11-19 }}
* {{en}}[http://www.iabrno.cz/agalerie/aagalery.htm Picture Gallery of the Paleolithic (reconstructional palaeoethnology)] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20100218054833/http://www.iabrno.cz/agalerie/aagalery.htm |date=2010-02-18 }}, Libor Balák at the Czech Academy of Sciences, the Institute of Archaeology in Brno, The Center for Paleolithic and Paleoethnological Research
* {{en}}[http://ads.ahds.ac.uk/catalogue/library/cba/rr20.cfm Gazetteer of Mesolithic sites in England and Wales with a gazetteer of Upper Palaeolithic sites in England and Wales.] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20091209194934/http://ads.ahds.ac.uk/catalogue/library/cba/rr20.cfm |date=2009-12-09 }} Wymer JJ and CJ Bonsall, 1977 [[Council for British Archaeology]] Research Report No 20
 
[[Kategori:Sejarah]]