R. Musaid Werdisastro: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Maslumajang (bicara | kontrib) →R. Musaid Werdisastro Mendorong Kader-Kader Muda Untuk Aktif Berkiprah: Perbaikan tata bahasa Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan aplikasi seluler Suntingan aplikasi Android |
Menghapus R._Musa'et_Werdisastro.jpg karena telah dihapus dari Commons oleh Gbawden; alasan: per c:Commons:Deletion requests/File:R. Musa'et Werdisastro.jpg. |
||
(10 revisi perantara oleh 4 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{refimprove}}
'''R. Musaid Werdisastro''' adalah seorang tokoh budayawan Madura yang dikenal sebagai penulis Babad Sumenep.
Raden Musaid adalah cicit sastrawan Sumenep, R. Kiai Abdurrahman Werdisastro.
Kiai Abdurrahman Werdisastro adalah ahli sastra dan kebudayaan yang berhasil membaca tulisan di suatu tebing di Mandirada, Sumenep. Atas jasanya, Sultan
Sumenep menganugerahkan gelar Werdisastro.
==Babad
Sejak muda Musaid gemar membaca, mempunyai sangat banyak koleksi buku agama dan sejarah sehingga kebiasaan tersebut mendorongnya untuk menjadi seorang pecinta budaya, sastra dan sejarah. Salah satu minatnya adalah mempelajari naskah-naskah yang tersimpan di keraton dan menulis cerita lisan sejarah Sumenep.
Lewat penelitian naskah kuno dan wawancara akhirnya tersusunlah Babad Soengenep yang berisi sejarah dan legenda raja-raja Sumenep mulai Pangeran Mandaraga di abad 13 hingga Pangeran Ario Mangkudiningrat abad 19. Diceritakan pula legenda Joko Tole dan Gajah Mada.
Babad Soengenep ditulis dengan huruf Jawa berbahasa Madura dan diterbitkan untuk pertama kalinya oleh Balai Pustaka di Batavia pada tanggal 15 Februari 1914. Dari penerbitan Babad tersebut R. Musaid memperoleh honor sebesar 2000 gulden.
R. Werdisastro menyatakan kepada ahli warisnya bahwa isi yang ditulis secara nyata hanya sebagian, sedang sebagian lagi disamarkan dengan kiasan dan legenda. Setelah Indonesia merdeka, sebetulnya R.Werdisastro berniat menyusun kembali Babad Songennep, yang dituliskan sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Sayang niat tersebut tidak terlaksana hingga akhir hayatnya.
===Ikhtiar pengembangan ===
Babad Sumenep saat ini masih menjadi salah satu sumber pustaka dan referensi penting dalam meneliti dan mengkaji sejarah sumenep pada khususnya dan sejarah madura pada umumnya.▼
Sepeninggal Raden Musaid Werdisastro upaya pengembangan Babad Songennep dilanjutkan oleh salah seorang kemenakannya Raden Muhammad Wadji Sastronegoro yang tidak lain adalah putra Raden Abdul Kadir Sastrowidjoyo kerabat dekatnya yang juga membantu penyusunan Babad Songennep.
Raden Muhammad Wadji menulis ulang Babad Songennep dalam bahasa madura huruf latin sehingga pustaka bersejarah tersebut bisa lebih mudah dikaji dan dikembangkan lebih lanjut seperti cita-cita sang penulisnya.
=Membidani Lahirnya Perserikatan Muhammadiyah Sumenep=▼
▲Babad Sumenep saat ini masih menjadi salah satu sumber pustaka dan referensi penting dalam meneliti dan mengkaji sejarah sumenep pada khususnya dan sejarah madura pada umumnya.
Pada
1912
Baris 40 ⟶ 39:
massive meskipun rintangan dari pihak luar juga makin agresif.
=
Ketika Nahdlatul Ulama lahir di Surabaya pada tahun 1926 dan pada tahun 1927 mulai berkembang ke Madura dan Sumenep, R. Musaid Werdisastro menyambut baik dan ikut serta dalam kegiatan NU. Pada suatu waktu seorang kiai besar NU akan datang ke Sumenep untuk berdakwah bertempat di pendopo rumah R. Werdisastro.
Baris 47 ⟶ 46:
hidangan dan minuman kopi. Akibatnya berkaleng-kaleng kopi sampai diletakkan di tepi jalan, untuk diminum siapa saja yang berminat.
R. Musaid Werdisastro kemudian berkata: ''Aku dalam berumah tangga tidak mau beristri dua. Maka mulai sekarang aku akan di Muhammadiyah saja''.
[[Berkas:R Musaid Werdisastro bersama Keluarga R Hamsidin Sastronegoro.jpg|jmpl|432x432px|R Musaid Werdisastro Bersama Anak Laki-laki R. Hamsidin Sastronegoro antara lain : R Abdukadir Sastrowidjojo, R Abdur Rachman Sastrosubroto dan R Abdur Rachem Djojosastro]]
==R. Musaid Werdisastro Mendorong Kader-Kader Muda Untuk Aktif Berkiprah==
Mulai 1931 Muhammadiyah Sumenep makin berkembang secara kelembagaan dengan diperkuat oleh tenaga-tenaga baru dan hasil konperensi Muhammadiyah Sumenep menetapkan R. [[Muhammad Saleh Werdisastro]] sebagai Ketua, [[R. Muhd. Ali Sastronegoro]] sebagai wakil ketua sedangkan R. Musaid Werdisastro sebagai penasehat.
Baris 59:
murid yang sekaligus keponakannya yaitu [[Abdul Kadir Muhammad]] (anak dari [[KH. Mas Muhammad]]) untuk menjadi Ustadz pengajar di Madrasah tersebut.
==Keluarga==
R. Musaid Werdisastro dari pernikahan dengan R. Aminatuzzuhra dikaruniai empat orang putra-putri yaitu R. Sulaiman Djojosubroto, R. Mariyatul Kibtiyah, R. Abdullah Kusumonegoro dan R. Muhammad Saleh Werdisastro.
==Wafat==
[[Berkas:Pusara R Musaid Werdisastro.jpg|jmpl|320x320px|R Musaid Werdisastro Dimakamkan Di Komplek Pekuburan Keluarga Raden Ario Pringgoloyo di Asta Tinggi Sumenep]]
R. Musaid Werdisastro wafat pada tanggal 27 Mei 1956 bertepatan dengan 18 Syawal 1376 Pukul 15.30 pada usia 85 tahun dan dimakamkan di Asta Tinggi tepatnya di komplek pemakaman keluarga Raden Adipati Pringgoloyo.
==Referensi==
* Ir. Mansur Werdisastro, ''Otobiografi Muhammad Saleh Werdisastro''. Jakarta, 2014.
* Badrut Tamam Gaffas,''Gelora Islam Sang Sastrawan Besar Madura, R Musaid Werdisastro-Penulis Babad Sumenep''. bulanbintang.wordpress.com, 2008.
* Bahrus Surur-Iyunk, "Raden Musaid Werdisastro, Orang Muhammadiyah Penulis Babad Sumenep". featured: pwmu.co, 2020.
[[Kategori:Tokoh Jawa Timur]]
|