Pacu Jalur: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k menghilangkan typo untuk sesuatu yang terulang |
Tag: halaman dengan galat kutipan Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
||
(42 revisi perantara oleh 9 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{italic title}}
{{pp-vandalism}}
{{Infobox sport
| name = {{lang|min|Pacu Jalur}}
| image = KITLV A107 - Kanorace op de Inderagiri (Batang Koeantan) te Taloek, KITLV 83168.tiff
| imagesize = 300px
| alt =
| caption = Perlombaan ''{{lang|min|Pacu Jalur}}'' di [[Sungai Indragiri]], tahun 1927 (foto diunggah-ulang dari koleksi digital ''[[KITLV|The Royal Netherlands Institute of Southeast Asian and Caribbean Studies]]'')
| union =
| nicknames =
* ''{{lang|min|Pacu Jalue}}''
* ''{{lang|min|Pacu Jalugh}}''
* ''{{lang|pey|Patjoe Djaloer}}''
* ''{{lang|nl|Kanorace van Koeantan}}''
* ''{{lang|nl|Kanorace op de Batang Koeantan}}''
* ''{{lang|nl|Kanorace op de Inderagiri}}''
* ''{{lang|en|Kuansing Boat Festival}}''
| first = Tidak diketahui. Publikasi terawal yang menarasikan Pacu Jalur terbit tahun 1895 (abad ke-19 [[Masehi|M]]), buku JW Ijzerman berjudul Dwars door Sumatra.
| firstlabel =
| registered =
| clubs =
| contact =
| team = Tim/Beregu
| mgender = Tidak
| type =
| equipment =
| venue =
| glossary =
| region = [[Indonesia]] ([[Kuantan Singingi]])
| olympic =
| world =
| paralympic =
| obsolete =
| IWGA = }}
'''''{{lang|min|Pacu Jalur}}''''' (juga dieja sebagai '''''{{lang|min|Pachu Jalugh}}''''', atau '''''{{lang|pey|Patjoe Djaloer}}''''') adalah perlombaan tradisional dayung [[perahu]] atau [[sampan]] atau [[kano]] terbuat dari kayu gelondongan utuh yg dibentuk menjadi perahu khas Rantau Kuantan yang berasal dari kabupaten [[Kuantan Singingi]] Provinsi Riau Indonesia. ''{{lang|min|Pacu Jalur}}'' diadakan setiap tahun di sungai Batang Kuantan di bawah rangkaian acara Festival Pacu Jalur, yang mana merupakan festival tahunan terbesar bagi masyarakat setempat (terutama di ibukota kabupaten Teluk Kuantan) selama ratusan tahun.<ref name="PJD">{{cite web|title=Pacu Jalur|url=https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/ditwdb/pacu-jalur/|work=Directorate of Cultural Heritage and Diplomacy of the Republic of Indonesia|publisher=Ministry of Education, Culture, Research, and Technology of Republic Indonesia|year=2015}}</ref>
Sejak tahun [[2014]], tradisi, pengetahuan, adat budaya, kesadaran biosentrisme dan praktik ''{{lang|min|Pacu Jalur}}'' secara resmi diakui dan ditetapkan oleh [[Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia]] sebagai bagian integral dari [[Warisan Budaya Takbenda Indonesia|Warisan Budaya Nasional Takbenda]] dari Kabupaten Kuantan Singingi Provinsi Riau [[Indonesia]].<ref>{{cite web|title=Pacu Jalur|url=https://warisanbudaya.kemdikbud.go.id/?cari=jalur|website=Intangible Cultural Heritage of Indonesia|publisher=Ministry of Education, Culture, Research, and Technology of Republic Indonesia|year=2014}}</ref> Sebagai upaya untuk melestarikan warisan budaya tersebut, pemerintah Indonesia mendukung Festival Pacu Jalur yang diadakan setiap tahun di Kuantan Singingi dan mempromosikan pentingnya festival tersebut kepada masyarakat luas baik nasional maupun internasional, tim pemenang ''{{lang|min|Pacu Jalur}}'' juga akan berkesempatan terpilih menjadi atlet nasional Indonesia untuk mewakili Indonesia di ajang balap perahu internasional (apabila mumpuni).
== Sejarah ==▼
Pada tahun [[2022]], gambaran ''{{lang|min|Pacu Jalur}}'' (dibuat oleh seorang seniman [[etnis Sunda]] asal [[Bandung]], bernama Wastana Haikal) terpilih sebagai ''[[Google Doodle]]'', yang mana merupakan alterasi khusus untuk [[logo Google]] di beranda [[Google]] yang dimaksudkan untuk memperingati [[Hari Kemerdekaan Indonesia]] yang dirayakan pada tanggal 17 Agustus.<ref>{{cite web |title=Indonesia Independence Day 2022 |language= en |url=https://www.google.com/doodles/indonesia-independence-day-2022 |website=www.google.com |publisher= Google |year=2022}}</ref>
==Nomenklatur==
Secara etimologinya, istilah ''pacu jalur'' berasal dari bahasa [[Rumpun bahasa Minangkabau|Minangkabau Timur]];<ref name="DPB">{{cite web|title=Bahasa Minangkabau Kuantan (Data Pokok Kebahasaan dan Kesastraan Persebaran Bahasa Minangkabau di Provinsi Riau) |lang=id |trans-title=Kuantan Minangkabau (Linguistic and Literary Distribution Data of Minangkabau Language in Riau Province) |url=https://dapobas.kemdikbud.go.id/home?show=isidata&id=111|work=Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa [National Linguistic Development Agency] |publisher=Ministry of Education and Culture of Republic Indonesia |year=2019}}</ref> pacu secara harafiah berarti "lomba", sedangkan kata jalur berarti "perahu" atau "sampan".<ref>{{cite web|title=Jalur|url=https://warisanbudaya.kemdikbud.go.id/?newdetail&detailCatat=6147|website=Intangible Cultural Heritage of Indonesia|publisher=Ministry of Education, Culture, Research, and Technology of Republic Indonesia|year=2014}}</ref> Secara sederhana, Pacu Jalur secara sederhana dapat diterjemahkan sebagai "balapan perahu" atau "balapan kano".
Tergantung dari perbedaan dialek dalam bahasa Minangkabau,<ref name="DPB"></ref> {{lang|min|Pacu Jalur}} dapat dieja secara beragam, seperti ''Pacu Jalua'' (Minangkabau Baku), ''Pacu Jalugh'' atau ''Pachu Jalugh'', atau bahkan {{lang|pey|Patjoe Djaloer}}. Menurut naskah-naskah kolonial yang ditulis dalam bahasa Belanda, tradisi budaya tersebut lebih dikenal dengan julukannya, seperti ''Kanorace op de Inderagiri'' ({{lit|balapan kano Indragiri}}).
Sedikit yang diketahui mengenai tanggal pasti dimulainya tradisi budaya ini, namun referensi tertulis paling awal untuk Pacu Jalur secara khusus disebutkan pada abad ke-17 dalam naskah lokal. Namun pada masa sebelumnya, yaitu pada abad ke-7, perlu disebutkan bahwa sejumlah besar utusan pendayung Minangkabau mencapai hilir sungai Batang Hari (bagian dari wilayah provinsi Jambi saat ini) dari hulunya di Dataran Tinggi Minangkabau (bagian dari wilayah provinsi Sumatera Barat yang modern) dengan menggunakan perahu, peristiwa khusus ini dijelaskan dalam Prasasti Kedukan Bukit yang ditemukan di Palembang.
{{cquote
|'''{{Small|Teks prasasti:}}'''<br>"''... maŕlapas dari Mināṅa tāmvan mamāva yaṁ vala dua lakşa daṅan ko śa duaratus cāra di sāmvau ...''"<br>'''{{Small|Terjemahan:}}'''<br>"... berangkat dari [[Dataran Tinggi Minangkabau|Minangkabau]] membawa dua puluh ribu bala bantuan dengan dua ratus upeti di atas sampan ..."|source= informasi yang diambil dari [[Prasasti Kedukan Bukit]], berasal dari tahun 600an Masehi}}
Menurut sumber lisan masyarakat setempat, ''Jalur'' pada mulanya merupakan sarana transportasi menyusuri sungai Batang Kuantan dari Hulu Kuantan hingga ke Cerenti di bagian hilir sungai Kuantan. Karena transportasi darat belum berkembang pada masa itu, jalur tersebut sebenarnya digunakan sebagai sarana transportasi penting bagi penduduk desa, terutama digunakan sebagai sarana pengangkutan hasil bumi, seperti buah-buahan lokal dan tebu.
Pada masa perkembangannya, perahu transportasi berbentuk memanjang ini sengaja dihias dengan unsur budaya setempat yang bisa berupa kepala ular dan buaya. Seiring berjalannya waktu, fungsinya bergeser dari sekedar alat angkut orang menjadi tongkang kerajaan yang megah. Jalur air yang biasa digunakan sebagai jalur transportasi atau pertukaran barang berangsur-angsur berubah menjadi identitas sosiokultural masyarakat Minangkabau di Kuantan untuk menyelenggarakan festival. Apalagi, menurut catatan sejarah yang tertulis, jalur tersebut juga menjadi jalur para bangsawan untuk menyambut tamu-tamu terhormat para raja (dan kemudian sultan) yang hendak berkunjung ke kawasan Rantau Kuantan.
[[File:KITLV A107 - Toeschouwers op de oever van de Inderagiri (Batang Koeantan) voor een kanorace te Taloek, KITLV 83169.tiff|thumb|left|300px|Festival Pacu Jalur Festival dan para penonton di daerah Taluk, {{circa}} tahun 1900-an awal]]
Pada masa penjajahan Belanda, pacu jalur digunakan sebagai pemeriah untuk memperingati hari lahir Wilhelmina (Ratu Belanda) yang jatuh pada tanggal 31 Agustus setiap tahunnya, dan festival ini biasanya berlangsung hingga tanggal 1 atau 2 September. Perayaan Pacu Jalur dipertandingkan selama 2–3 hari, tergantung jumlah lintasan yang diikuti. Dahulu, sebelum kedatangan penjajah Belanda, ''Pacu Jalur'' sudah diselenggarakan oleh penduduk setempat untuk memperingati hari-hari besar umat Islam, seperti Maulud Nabi, [[Idul Fitri]], atau bahkan untuk merayakan [[Tahun Baru Islam]]. Selanjutnya setelah kemerdekaan Indonesia, festival ini semakin berkembang dan juga digunkan untuk merayakan [[Hari Kemerdekaan Indonesia|hari kemerdekaan Republik Indonesia]].
Lebih lanjut, untuk melestarikan tradisi budaya tersebut, pemerintah Indonesia memasukkan Festival Pacu Jalur dalam acara kalender wisata nasional tahunan Indonesia, yang biasanya diadakan sekitar tanggal 23 hingga 26 Agustus setiap tahunnya.
== Proses Pembuatan Jalur ==
Jalur adalah sejenis perahu yang dibuat dari batang kayu utuh, tanpa dibelah-belah, dipotong-potong atau disambung-sambung. Ciri-cirinya adalah kukuh-kuat, ramping, artistik, sehingga pada waktu berpacu tidak dikhawatirkan pecah, jalannya laju dan sedap dipandang. Pembuatan jalur melalui proses yang cukup panjang, yaitu:<ref name="KI">[http://kebudayaanindonesia.net/kebudayaan/994/pacu-jalur-lomba-perahu Pacu jalur lomba perahu] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20150504064939/http://kebudayaanindonesia.net/kebudayaan/994/pacu-jalur-lomba-perahu |date=2015-05-04 }} diakses 3 Mei 2015</ref>
# Untuk menyusun rencana kerja pertama-tama diselenggarakan musyawarah atau rapek kampung yang dihadiri oleh berbagai unsur seperti pemuka adat, cendekiawan, kaum ibu dan pemuda, dipimpin oleh seorang pemuka desa, biasanya pemuka adat. Bila disepakati untuk membuat jalur, lalu ditentukan langkah lebih lanjut.
# Memilih kayu. Kayu yang dicari itu harus memenuhi persyaratan kualitas (jenis), ukuran dan lain-lain, terutama bobot magis atau
# Menebang kayu. Kayu yang sudah disemah oleh pawang lain ditobang dengan alat kapak dan beliung. Dahan dan ranting dipisahkan.
# Memotong ujung. Kayu yang sudah bersih diabung (dipotong) ujungnya menurut ukuran tertentu sesuai dengan panjang jalur yang akan dibuat kemudian kulit kayu dikupas, diukur dibagi atas bagian haluan, telinga, lambung, dan kemudian dengan alat benang.
Baris 35 ⟶ 81:
== Acara ==
Kegiatan Pacu Jalur merupakan pesta rakyat yang
Selain sebagai acara olahraga yang banyak
== Referensi ==
|