Gapura Bajang Ratu: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
kTidak ada ringkasan suntingan |
Tidak ada ringkasan suntingan Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan |
||
(49 revisi perantara oleh 25 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{Infobox Historic building
|image=Bajang Ratu Gate Trowulan.jpg|right|thumb|225px|
|caption=Gapura Bajang Ratu
|name=Gapura Bajang Ratu
|map_type=
|map_size=258
|latitude=
|longitude=
|location_town= Temon, [[Trowulan, Mojokerto|Trowulan]], [[Kabupaten Mojokerto]], [[Jawa Timur]].
|location_country=[[Indonesia]]
|architect=
|client=
|engineer=
|construction_start_date=
|completion_date=
|date_demolished=
|cost=
|structural_system=
|style=[[paduraksa]]
|size=
}}
'''Gapura Bajang Ratu''' atau juga dikenal dengan nama '''Candi Bajang Ratu''' adalah sebuah [[gapura]] / [[candi]] peninggalan [[Majapahit]] yang berada di [[Temon, Trowulan, Mojokerto|Desa Temon]], [[Trowulan, Mojokerto|Kecamatan Trowulan]], [[Kabupaten Mojokerto]], [[Jawa Timur]], [[Indonesia]].
{{TOCleft}}
Bangunan ini diperkirakan dibangun pada [[abad ke-14]] dan adalah salah satu gapura besar pada zaman keemasan Majapahit. Menurut catatan [[Badan Pelestarian Peninggalan Purbakala]] Mojokerto, candi / gapura ini berfungsi sebagai pintu masuk bagi [[bangunan]] suci untuk memperingati [[wafat]]nya [[Raja]] [[Jayanegara]] yang dalam [[Negarakertagama]] disebut "kembali ke dunia [[Wisnu]]" tahun 1250 [[Saka]] (sekitar tahun [[1328]] {{Masehi}}). Namun sebenarnya sebelum wafatnya Jayanegara candi ini dipergunakan sebagai pintu belakang kerajaan. Dugaan ini didukung adanya [[relief]] "''[[Kidung Sri Tanjung|Sri Tanjung]]''" dan sayap gapura yang melambangkan penglepasan dan sampai sekarang di daerah Trowulan sudah menjadi suatu kebudayaan jika melayat orang meninggal diharuskan lewat pintu belakang.{{fact}}
== Penamaan ==
"Bajang Ratu" dalam [[bahasa Jawa]] berarti "[[raja]] / [[bangsawan]] yang [[kecil]] / [[kerdil]] / [[cacat]]". Dari arti nama tersebut, gapura ini dikaitkan penduduk setempat dengan [[Raja]] [[Jayanegara]] ([[Majapahit#Raja-raja Majapahit|raja kedua Majapahit]]) dan tulisan dalam [[Serat]] [[Pararaton]], ditambah [[legenda]] masyarakat. Disebutkan bahwa ketika dinobatkan menjadi raja, [[usia]] Jayanegara masih sangat muda ("[[bujang]]" / "''bajang''") sehingga diduga gapura ini kemudian diberi sebutan "Ratu Bajang / Bajang Ratu" (berarti "Raja Cilik"). Jika berdasarkan [[legenda]] setempat, dipercaya bahwa ketika kecil Raja Jayanegara terjatuh di gapura ini dan mengakibatkan cacat pada tubuhnya, sehingga diberi nama "Bajang Ratu" ("Raja Cacat").
Sejarawan mengkaitkan gapura ini dengan [[Çrenggapura]] ([[Çri Ranggapura]]) atau [[Kapopongan]] di Antawulan (Trowulan), sebuah tempat suci yang disebutkan dalam [[Kakawin]] [[Negarakretagama]]: ''"Sira ta dhinarumeng Kapopongan, bhiseka ring crnggapura pratista ring antawulan"'', sebagai ''pedharmaan'' (tempat suci). Di situ disebutkan bahwa setelah meninggal pada tahun 1250 Saka (sekitar [[1328]] {{Masehi}}), tempat tersebut dipersembahkan untuk [[arwah]] Jayanegara yang wafat. Jayanegara di[[dharma]]kan di Kapopongan serta dikukuhkan di [[Antawulan]] ([[Trowulan]]). Reruntuhan bekas [[candi]] tempat Jayanegara didharmakan tidak ditemukan, yang tersisa tinggal gapura paduraksa ini dan fondasi bekas pagar. Penyebutan "Bajang Ratu" muncul pertama kali dalam ''[[Oundheitkundig Verslag]]'' (OV) tahun [[1915]].
Sejenak bila kita melihat candi ini, secara vertikal dapat dibagi tiga bagian yaitu kaki, tubuh, dan atap. Selain itu gapura mempunyai sayap dan pagar tembok di kedua sisinya. Pada bagian kaki gapura ada hiasan yang mengambarkan cerita “Sri Tanjung”, di bagian tubuh diatas ambang pintu ada hiasan kala dengan hiasan sulur suluran, dan bagian atapnya terdapat hiasan berupa kepala kala diapit singa, relief matahari, naga berkaki, kepala garuda, dan reliaef bermata satu atau monocle cyclops. Fungsi relief sebagai pelindung dan penolak mara bahaya. Pada sayap kanan ada relief cerita ramayana dan pahatan binatang bertelinga panjang.▼
== Struktur bangunan ==
Menurut buku [[Drs]] I.G. Bagus L Arnawa, dilihat dari bentuknya gapura atau candi ini merupakan bangunan pintu gerbang tipe "''[[paduraksa]]''" (gapura beratap). Secara fisik keseluruhan candi ini terbuat dari [[batu bata merah]], kecuali lantai tangga serta ambang pintu bawah dan atas yang dibuat dari batu [[andesit]]. Berdiri di ketinggian 41,49 m dpl, dengan orientasi mengarah timur laut-tenggara. Denah candi berbetuk segiempat, berukuran ± 11,5 ([[panjang]]) x 10,5 [[meter]] ([[lebar]]), [[tinggi]] 16,5 meter, lorong pintu masuk lebar ± 1,4 meter.<ref name="arnawa">I.G. Bagus Arnawa. 1998. "Mengenal Peninggalan Majapahit di Daerah Trowulan". Penerbit Koperasi Pegawai Republik Indonesia Purbakala Trowulan.</ref>
Pendirian Candi Bajangratu sendiri tidak diketahui dengan pasti, namun berdasarkan relief yang terdapat di bangunan, diperkirakan candi ini dibangun pada abad 13 – 14, dan selesai dipugar pada tahun 1992.▼
▲
Lokasi berdirinya Candi Bajangratu ini letaknya relatif jauh (2 km) dari dari pusat kanal perairan Majapahit di sebelah timur,saat ini berada di dusun Kraton, desa Temon 0,7 km dekat dari candi Tikus. Alasan pemilihan lokasi ini, mungkin untuk memperoleh ketenangan dan kedekatan dengan alam namun masih terkontrol, yakni dengan bukti adanya kanal melintang di sebelah depan candi berjarak kurang lebih 200 meter yg langsung menuju bagian tengah sistem kanal Majapahit, menunjukkan hubungan erat dengan daerah pusat kota Majapahit.▼
== Lokasi ==
Keberadaan candi ini juga tak lepas dari sebuah kepercayaan yang masih melekat dibenak masyarakat setempat. Adalah suatu pamali bagi seorang pejabat pemerintahan untuk melintasi atau memasuki pintu gerbang Candi Bajangratu ini, karena dipercayai hal tersebut bisa memberikan nasib buruk. Boleh percaya atau tidak, namun mungkin ada baiknya untuk dicoba.▼
[[Berkas:Candi Bajang Ratu Landscape.jpg|jmpl|358x358px|Candi Bajang Ratu]]
▲Lokasi
Untuk mencapai lokasi Gapura Bajang Ratu, pengunjung harus mengendara sejauh 200 meter dari jalan raya [[Mojokerto]] - [[Jombang]], kemudian sampai di perempatan [[Dukuh Ngliguk]], berbelok ke arak timur sejauh 3 km, di Dukuh Kraton, Desa Temon, [[Kecamatan]] Trowulan, [[Kabupaten]] Mojokerto. Di sekitar lokasi Gapura Bajang Ratu di Trowulan (bekas ibu kota kerajaan Majapahit) tersimpan banyak peninggalan bersejarah lainnya dbbbnari zaman keeemasan saat kerajaan Majapahit adalah salah satu kerajaan yang disegani di muka bumi.
[[Kategori:Candi di Indonesia]]▼
== Penelitian dan pelestarian ==
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM De Candi Bajang Ratu TMnr 10028291.jpg|ka|jmpl|220px|Gapura Bajang Ratu sebelum pemugaran]]
▲Pendirian Candi Bajangratu sendiri tidak diketahui dengan pasti,
== Kepercayaan lokal ==
▲
== Rujukan ==
* Bagus Arnawa, I.G. 1998. "Mengenal Peninggalan Majapahit di Daerah Trowulan". Penerbit [[Koperasi]] Pegawai Republik Indonesia Purbakala Trowulan.
== Lihat pula ==
* [[Trowulan, Mojokerto]]
* [[Gapura Wringin Lawang]]
* [[Candi Tikus]]
* [[Candi Brahu]]
* [[Candi Lor]]
== Referensi ==
{{reflist}}
[[Kategori:Kerajaan Majapahit]]
[[Kategori:Tempat wisata di Jawa Timur]]
[[Kategori:Situs arkeologi di Indonesia]]
|