Tauhid: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tag: Dikembalikan Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
k Penambahan informasi #1Lib1Ref #1Lib1RefID
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
 
(39 revisi perantara oleh 21 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{gabung ke|Allah (Islam)}}
{{Ensiklopedia Islam|Allah|topimage-berkas=Ar Liwa hariadhi islamic flag.svg|topimage-title="Tidak ada tuhan yang berhak disembah kecuali Allah dan Muhammad adalah utusan Allah"}}
{{Allah}}
'''Tauhid''' ({{lang-ar|توحيد|trasnlit=tawḥīd}}) merupakan dasar agama [[Islam]] yang secara persis diungkapkan dalam frasa “''Lā ilāha illallāh''” (Tidak ada yang berhak disembah selain Allah).{{sfn|Philips|2005|p=11}} Menurut bahasa, tauhid adalah bentuk masdar dari fi'il wahhada-yuwahhidu yang artinya menjadikan sesuatu jadi satu saja. {{sfn|Yulian|2011}} Dalam konsep Islam tauhid adalah konsep dalam [[akidah]] [[Islam]] yang menyatakan keesaan [[Allah]].{{sfn|Miswanto|2012|p=49}} Tauhid dalam bahasa artinya menjadikan sesuatu esa. Yang dimaksud disini adalah mempercayai bahwa Allah itu esa. Sedangkan secara istilah ilmu Tauhid ialah ilmu yang membahas segala kepercayaan-kepercayaan yang diambil dari dalil dalil keyakinan dan hukum-hukum di dalam Islam termasuk hukum mempercayakan Allah itu esa.
{{Islam|rukuniman}}
Seandainya ada orang tidak mempercayai keesaan Allah atau mengingkari perkara-perkara yang menjadi dasar ilmu tauhid, maka orang itu dikatagorikan bukan muslim dan digelari kafir. Begitu pula halnya, seandainya seorang muslim menukar kepercayaannya dari mempercayai keesaan Allah, maka kedudukannya juga sama adalah kafir.
'''Tauhid''' ({{lang-ar|توحيد}}) merupakan dasar agama [[Islam]] yang secara persis diungkapkan dalam frasa “''Lā ilāha illallāh''”.{{sfn|Philips|2005|p=11}} Dalam konsep Islam tauhid adalah konsep dalam [[akidah]] [[Islam]] yang menyatakan keesaan [[Allah]].{{sfn|Miswanto|2012|p=49}} Islam mengajarkan bahwa Allah esa (satu) tidak dari segi bilangan. Melainkan dari segi bahwa Allah tidak mempunyai sekutu atau serupa. Allah satu dari segi Dzatnya, dengan makna bahwa tidak ada dzat yang serupa dengan Dzat Allah. Karena Dzat Allah bukanlah benda dan tidak disifati dengan sifat-sifat benda, karena Allah-lah yang menciptakan seluruh benda beserta segenap sifat-sifatnya. Allah sudah ada sebelum seluruh ciptaan ini ada. Allah tidak dapat dibayangkan karena bayangan benak manusia hanya bisa menjangkau hal-hal yang biasa dijumpai, dilihat, didengar, atau dirasakannya dengan panca indera. Dan Allah tidaklah serupa dengan hal-hal demikian. Mengamalkan tauhid dan menjauhi [[syirik]] merupakan konsekuensi dari kalimat [[syahadat]] yang telah diikrarkan oleh seorang muslim.
Perkara dasar yang wajib dipercayai dalam ilmu tauhid ialah perkara yang dalilnya atau buktinya cukup terang dan kuat yang terdapat di dalam Al Quran atau Hadis yang shahih. Perkara ini tidak boleh dita’wil atau ditukar maknanya yang asli dengan makna yang lain.
 
Tujuan mempelajari ilmu tauhid adalah mengenal Allah dan rasul-Nya dengan dalil dalil yang pasti dan menetapkan sesuatu yang wajib bagi Allah dari sifat sifat yang sempurna dan mensucikan Allah dari tanda tanda kekurangan dan membenarkan semua rasul rasul Nya.
Dalam [[Tauhid#Rububiyah|tauhid rububiyah]], Allah diakui sebagai satu-satunya ''Rabb'' (Yang Menguasai), sehingga semua selain Allah adalah ''‘abd'' (hamba/budak/yang dikuasai).{{sfn|At-Tuwaijiri|2010|pp=15-16}} Allah adalah Rabb Yang Berkuasa dalam penciptaan, pengurusan, dan kerajaan alam semesta.{{sfn|Al-Utsaimin|2000|p=21}} Allah sebagai satu-satunya Pencipta adalah juga Yang Memberi rezeki, Yang Menghidupkan, Yang Mematikan, serta Yang Memberi manfaat dan bahaya.{{sfn|Zaki|2017}} Allah yang mengurus segala sesuatu; semua urusan yang Dia tangani adalah kebaikan; dan Allah Mahakuasa terhadap apa yang Dia kehendaki.{{sfn|Zaki|2017}} [[Sumber-sumber hukum Islam|Dalilnya]] adalah ayat dalam [[#Sumber hukum dan ajaran Islam|Alquran]], “Segala penciptaan dan urusan menjadi hak-Nya.”{{Cite quran|b=n|7|54}}{{sfn|Al-Utsaimin|2000|p=21}}
Adapun perkara yang dibicarakan dalam ilmu tauhid adalah dzat Allah dan dzat para rasul Nya dilihat dari segi apa yang wajib (harus) bagi Allah dan Rasul Nya, apa yang mustahil dan apa yang jaiz (boleh atau tidak boleh)
 
Jelasnya, ilmu Tauhid terbagi dalam tiga bagian:
Allah juga diakui memiliki kesempurnaan [[#Asmaul Husna|nama]] dan sifat (sifat perangai dan sifat perbuatan) selain mencipta, mengurus, dan merajai alam semesta; hal ini dibahas dalam [[Tauhid#Asma wa sifat|tauhid asma wa sifat]] (keesaan nama dan sifat).{{sfn|At-Tuwaijiri|2010|p=17}} Nama dan sifat Allah diketahui melalui dan ditetapkan dengan [[Alquran]] dan [[Sunnah]] pada makna tersuratnya dan tidak bisa ditetapkan oleh akal semata.{{sfn|Al-Utsaimin|1984|p=6-8}} Namun, nama dan sifat Allah tidak terbatas; selain dari yang disebutkan dalam Alquran dan Sunnah dirahasiakan dalam ilmu gaib-Nya.{{sfn|Al-Utsaimin|1984|p=8}}
1. Wajib
 
2. Mustahil
Dalam [[Tauhid#Uluhiyah/Ibadah|tauhid uluhiyah]], Allah diakui sebagai Tuhan Yang Maha Esa dalam segala bentuk [[#Ibadah|peribadahan]] dari seluruh makhluk-Nya.{{sfn|At-Tuwaijiri|2010|p=17}} Pengakuan Allah sebagai satu-satunya Rabb berkonsekuensi penyembahan makhluk kepada Rabbnya semata.{{sfn|At-Tuwaijiri|2010|p=18}} Ibadah atau penghambaan diri kepada Allah merupakan perbuatan makhluk untuk merendahkan diri kepada-Nya dengan mengerjakan perintah-perintah-Nya dan menjauhi larangan-larangan-Nya seumur hidup.{{sfn|At-Tuwaijiri|2010|p=21}} Ibadah tidak boleh ditujukan sedikit pun kepada selain Allah.{{sfn|At-Tuwaijiri|2010|p=26}} Beribadah kepada selain Allah, meskipun juga menyembah Allah, adalah dosa yang paling besar dalam Islam yang disebut dengan syirik (mempersekutukan Allah), sebagaimana disebutkan dalam firman-Nya:{{sfn|At-Tuwaijiri|2010|p=26}}
3. Jaiz (Mungkin)
{{Teks quran blok|s=31|tanpa nomor=y
|a=13|t=Dan (ingatlah) ketika Lukman berkata kepada anaknya, ketika dia memberi pelajaran kepadanya, ”Wahai anakku! Janganlah engkau mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezhaliman yang besar.”
|attr={{cite quran|style=ref|31|13}}}}
 
== Etimologi ==
Kata tauhid adalah kata benda infinitif (masdar) dalam bahasa Arab ''waḥḥada-yuwaḥḥidu-tawḥīdan'' yang berarti menyatukan, menjadikan satu, atau menyifati dengan kesatuan.{{Sfnm|1a1=Philips|1y=2005|1p=17|2a1=Al-Fauzan|2y=2001|2p=9|3a1=Yulian|3y=2011}} Syaikh [[Muhammad bin Shalih Al Utsaimin]] menambahkan bahwa makna ini akan sempurna jika ditambahkan penafikan segala sesuatu selain yang dijadikan satu tersebut.{{sfn|Yulian|2011}} Kata tauhid, dalam bentuk masdarnya maupun bentuk lainnya, tidak muncul dalam Alquran. Kata ini muncul di beberapa hadis Nabi Muhammad dalam bentuk kata kerja. Misalnya, Nabi Muhammad menyebutkan kata ini ketika akan mengutus [[Mu'adz bin Jabal]] untuk berdakwah ke Yaman, {{lang|ar|فَلْيَكُنْ أَوَّلَ مَا تَدْعُوهُمْ إِلَى أَنْ يُوَحِّدُوا اللَّهَ تَعَالَ}} “Jadikanlah ajakan pertamamu kepada mereka adalah mentauhidkan Allah ta'ala.”{{efn|[https://sunnah.com/bukhari:7372 HR Bukhari 7372]}}<ref name="Binbaz dalil tauhid">Ibn Baz. "[https://binbaz.org.sa/fatwas/56/الدليل-على-كلمة-التوحيد Al-Dalīl ‘alā kalimat al-tawḥīd]".</ref>
Secara bahasa, tauhid berarti menyatukan, menjadikan satu, atau menyifati dengan kesatuan.{{Sfnm|1a1=Philips|1y=2005|1p=17|2a1=Al-Fauzan|2y=2001|2p=9}}
 
== Kedudukan tauhid dalam Islam ==
Ilmu itu terbagi menjadi dua kategori utama, yaitu ilmu syar’iy (ilmu keagamaan) dan ilmu ‘aqliy (ilmu rasionalitas). Ilmu syar’iy (keagamaan) kemudian terbagi menjadi dua bagian, yaitu ilmu al-ushul (ilmu pokok-pokok keagamaan), dan ilmu al-furu’ (ilmu cabang-cabang keagamaan). Yang masuk kategori dalam ilmu al-ushul sebagai bagian dari ilmu syar’iy adalah ilmu tauhid, ilmu tafsir (ilmu yang mengkaji tentang Al-Quran dan penafsirannya), dan ilmu al-akhbar (ilmu yang mengkaji tentang hadits Rasulullah dan pemahamannya). Ilmu al-ushul terkategori sebagai ilmu teoritis (ilmiyyan). Ilmu al-furu’ (ilmu cabang-cabang keagamaan) sebagai bagian dari ilmu syar’iy itu terkategori ilmu aplikatif (‘amaliyy). Ilmu ini mencakup tiga hak. Pertama, hak Allah yang meliputi rukun-rukun ibadah semisal thaharah, shalat, zakat, haji, jihad, dzikir, dan lain-lain perkara yang wajib dan sunnah. Kedua, hak sebagai hamba Allah, yang mencakup interaksi bisnis, relasi sosial, dan transaksi antarmanusia. Jenis pertama dan kedua ini disebut sebagai ilmu fiqih. Ilmu ini mulia karena manusia tidak akan bisa terlepas darinya. Ketiga, hak diri, yang disebut juga sebagai ilmu akhlak. Akhlak itu ada yang tercela, dan manusia harus menghilangkannya; dan ada yang terpuji, yang mesti menjadi hiasan jiwa manusia. Ilmu ‘aqliyy (ilmu rasionalitas) termasuk ilmu yang rumit. Ilmu ini terbagi menjadi tiga tahapan. Pertama adalah ilmu ar-riyadhy (matematika, atau ilmu hitungan) dan ilmu mantiqiy (logika). Kedua adalah ilmu at-tabiiyy (ilmu alam atau biologi). Ketiga adalah ilmu nadhar fil mawjud (ilmu penelitian tentang segala hal yang ada).
Seorang muslim meyakini bahwa tauhid adalah dasar Islam yang paling agung dan hakikat Islam yang paling besar, dan merupakan salah satu syarat diterimanya amal perbuatan disamping harus sesuai dengan tuntunan [[Rasulullah]]. Adapun yang dimaksud syarat adalah apa-apa yang harus dipenuhi sebelum dilaksanakan dan harus sampai akhir pelaksanaan. Hal ini berhubungan dengan niat sesorang. Jika seseorang melakukan sesuatu hanya karena Allah, maka syarat untuk diterimanya semua bentuk amal ibadah ialah niat karena Allah tersebut harus tetap sama sampai akhir. Disamping itu, jika apa yang dilaksanakan sudah sesuai dengan tuntunan dan sunnah Rasulullah, maka kemungkinan besar amalan tersebut diterima sebagai ibadah di hadapan Allah. Dan sebaliknya, jika apa-apa yang dilakukan di landaskan selain karena Allah, atau ternyata niatnya sudah karena Allah tetapi ditengah-tengah niatnya berubah maka sudah barang tentu amalan tersebut tertolak di hadapan Allah walaupun sudah sesuai tuntunan Rasulullah.
 
== Dalil Al-Qur'an tentang keutamaan dan keagungan tauhid ==
Baris 26 ⟶ 30:
 
== Perkataan ulama tentang tauhid ==
{{Noref section}}
Pakar ilmu keyakinan islam (''[[aqidah]]'') asal Arab Saudi, [[Ibnu Taimiyah]] mengatakan: {{kutipan|Orang yang mau mentadabburi keadaan alam akan mendapati bahwa sumber kebaikan di muka bumi ini adalah bertauhid dan beribadah kepada Allah Subhaanahu Wa Ta'aalaa serta taat kepada rasulullah {{saw}}. Sebaliknya semua kejelekan di muka bumi ini; fitnah, musibah, paceklik, dikuasai musuh dan lain-lain penyebabnya adalah menyelisihi rasulullah {{saw}} dan berdakwah (mengajak) kepada selain Allah Subhaanahu Wa Ta'aalaa. Orang yang mentadabburi hal ini dengan sebenar-benarnya akan mendapati kenyataan seperti ini baik dalam dirinya maupun di luar dirinya"''|Majmu' Fatawa 15/25}}
 
Karena kenyataannya demikian dan pengaruhnya-pengaruhnya yang terpuji ini, maka [[setan]] adalah makhluk yang paling cepat (dalam usahanya) untuk menghancurkan dan merusaknya. Senantiasa bekerja untuk melemahkan dan membahayakan tauhid itu. Setan lakukan hal ini siang malam dengan berbagai cara yang diharapkan membuahkan hasil.
[[Syekh Al-Khatib al-Baghdady]] meriwayatkan bahwa [[Imam Junaid al-Baghdady]] berkata:
التَّوْحِيد إفْرَادُ القَدِيْمِ مِن المحدث
 
Jika setan tidak berhasil (menjerumuskan ke dalam) syirik akbar, setan tidak akan putus asa untuk menjerumuskan ke dalam syirik dalam berbagai kehendak dan lafadz (yang diucapkan manusia). Jika masih juga tidak berhasil maka ia akan menjerumuskan ke dalam berbagai bidah dan khurafat.
“Tauhid adalah pengesaan Allah Yang Qadim dari menyerupai makhluk-Nya.”
 
== Penjabaran tauhid ==
Ilmu tauhid adalah ilmu yang paling utama, karena yang dikaji adalah Allah, Sang Pencipta, Yang Maha Esa. Ilmu ini wajib dipelajari oleh setiap yang berakal. Ulama ilmu ini adalah ulama yang paling utama. Pembahasan ilmu tauhid menurut Ahlussunnah wal Jama'ah harus dilandasi dalil dan argumentasi yang definitif (qath'i) dari al-Qur'an, hadits, ijma' ulama, dan argumentasi akal yang sehat. Imam al-Ghazali dalam Ar-Risalah al-Laduniyyah mengatakan:
 
=== [[Tauhid rububiyah|Tauhid Rububiyah]] ===
وَأَهْلُ النَّظَرِ فِيْ هَذَا الْعِلْمِ يَتَمَسَّكُوْنَ أَوَّلاً بِآيَاتِ اللهِ تَعَالَى مِنَ اْلقُرْآنِ، ثُمَّ بِأَخْبَارِ الرَّسُوْلِ، ثُمَّ بِالدَّلاَئِلِ الْعَقْلِيَّةِ وَالْبَرَاهِيْنِ الْقِيَاسِيَّةِ.
Beriman bahwa hanya Allah satu-satunya [[Rabb]] yang memiliki, merencanakan, menciptakan, mengatur, memelihara, memberi rezeki, memberikan manfaat, menolak mudharat serta menjaga seluruh Alam Semesta. Sebagaimana terdapat dalam [[Al Quran]] yang berbunyi:
{{Cquote|''Allah menciptakan segala sesuatu dan Dia memelihara segala sesuatu.'' (Az-Zumar 39:62)}}
 
Hal yang seperti ini diakui oleh seluruh manusia, tidak ada seorang pun yang mengingkarinya. Orang-orang yang mengingkari hal ini, seperti kaum atheis, pada kenyataannya mereka menampakkan keingkarannya hanya karena kesombongan mereka. Padahal, jauh di dalam lubuk hati mereka, mereka mengakui bahwa tidaklah alam semesta ini terjadi kecuali ada yang membuat dan mengaturnya. Mereka hanyalah membohongi kata hati mereka sendiri. Hal ini sebagaimana firman Allah:
Ahli nadhar (nalar) dalam ilmu akidah ini pertama kali berpegangan pada ayat-ayat Al-Qur'an, kemudian dengan hadits-hadits Rasul, dan terakhir pada dalil-dalil rasional dan argumentasi-argumentasi analogis.
{{Cquote|''Apakah mereka diciptakan tanpa sesuatu pun ataukah mereka yang menciptakan? Ataukah mereka telah menciptakan langit dan bumi itu? sebenarnya mereka tidak meyakini (apa yang mereka katakan).'' (Ath-Thur: 35-36)}}
 
Namun pengakuan seseorang terhadap Rububiyah ini tidaklah menjadikan seseorang beragama Islam karena sesungguhnya orang-orang musyrikin Quraisy yang diperangi rasulullah mengakui dan meyakini jenis tauhid ini. Sebagaimana firman Allah,
== Dua puluh sifat ==
{{Cquote|''Katakanlah: ‘Siapakah Yang memiliki langit yang tujuh dan Yang memiliki [[Arsy]] yang besar?’ Mereka akan menjawab: ‘Kepunyaan Allah.’ Katakanlah: ‘Maka apakah kamu tidak bertakwa?’ Katakanlah: ‘Siapakah yang di tangan-Nya berada kekuasaan atas segala sesuatu sedang Dia melindungi, tetapi tidak ada yang dapat dilindungi dari -Nya, jika kamu mengetahui?’ Mereka akan menjawab: ‘Kepunyaan Allah.’ Katakanlah: ‘Maka dari jalan manakah kamu ditipu?''' (Al-Mu’minun: 86-89)}}
{| border=1 cellspacing=0
|- style="background-color:lightsteelblue;"
!Sifat Wajib
!Tulisan Arab
!Maksud
!Sifat
!Sifat Mustahil
!Tulisan Arab
!Maksud
|-
| ''Wujud'' || <center><big>'''ﻭُﺟُﻮْﺩ'''</big></center> || Ada || Nafsiah || ''Adam'' || <center><big>'''ﻋَﺪَﻡْ'''<big></center> || Tiada
|-
| ''Qidam'' || <center><big>'''ﻗِﺪَﻡْ'''</big></center> || Terdahulu || Salbiah || ''Huduts'' || <center><big>'''ﺣُﺪُﻭْﺙْ'''</big></center> || Baru
|-
| ''Baqa'' || <center><big>'''ﺑَﻘَﺎﺀِ'''</big></center> || Kekal || Salbiah || ''Fana'' || <center><big>'''ﻓَﻨَﺎﺀِ'''</big></center> || Berubah-ubah (akan binasa)
|-
| ''Mukhalafatuhu lilhawadits'' || <center><big>'''ﻣُﺨَﺎﻟَﻔَﺘُﻪُ ﻟِﻠْﺤَﻮَﺍﺩِﺙِ'''</big></center> || Berbeda dengan makhluk-Nya|| Salbiah || ''Mumatsalatuhu lilhawadits'' || <center><big>'''ﻣُﻤَﺎﺛَﻠَﺘُﻪُ ﻟِﻠْﺤَﻮَﺍﺩِﺙِ''' </big></center> || Sama dengan makhluk-Nya
|-
| ''Qiyamuhu binafsih'' || <center><big>'''ﻗِﻴَﺎﻣُﻪُ ﺑِﻨَﻔْﺴِﻪِ'''</big></center> || Berdiri sendiri || Salbiah || ''Qiamuhu bighairih'' || <center><big>'''ﻗِﻴَﺎﻣُﻪُ ﺑِﻐَﻴْﺮِﻩِ'''</big></center> || Berdiri-Nya dengan yang lain
|-
| ''Wahdaniyat'' || <center><big>'''ﻭَﺣْﺪَﺍﻧِﻴَﺔِ'''</big></center> || Esa (satu) || Salbiah || ''Ta'addud || <center><big>'''ﺗَﻌَﺪُّﺩِ'''</big></center> || Lebih dari satu (berbilang)
|-
| ''Qudrat'' || <center><big>'''ﻗُﺪْﺭَﺓِ'''</big></center> || Kuasa || Ma'ani || ''Ajzun'' || <center><big>'''ﻋَﺟْﺰٌ'''</big></center> || Lemah
|-
| ''Iradat'' || <center><big>'''ﺇِﺭَﺍﺩَﺓِ'''</big></center> || Berkehendak (berkemauan) || Ma'ani || ''Karahah'' || <center><big>'''ﻛَﺮَﺍﻫَﻪْ'''</big></center> || Tidak berkemauan (terpaksa)
|-
| ''Ilmun'' || <center><big>'''ﻋِﻠْﻢٌ'''</big></center> || Mengetahui || Ma'ani || ''Jahlun'' || <center><big>'''ﺟَﻬْﻞٌ'''</big></center> || Bodoh
|-
| ''Hayat'' || <center><big>'''ﺣَﻴَﺎﺓْ'''</big></center> || Hidup || Ma'ani || ''Al-Maut'' || <center><big>'''ﺍَﻟْﻤَﻮْﺕ'''</big></center> || Mati
|-
| ''Sama''' || <center><big>'''ﺳَﻤَﻊْ'''</big></center> || Mendengar || Ma'ani || ''Shummum'' || <center><big>'''ﺍﻟصُمُّمْ'''</big></center> || Tuli
|-
| ''Basar'' || <center><big>'''ﺑَﺼَﺮ'''</big></center> || Melihat || Ma'ani || ''Al-Umyu'' || <center><big>'''ﺍﻟْﻌُﻤْﻲُ'''</big></center> || Buta
|-
| ''Kalam'' || <center><big>'''ﻛَﻼَ ﻡْ'''</big></center> || Berbicara || Ma'ani || ''Al-Bukmu'' || <center><big>'''ُﺍﻟْﺑُﻜْﻢ'''</big></center> || Bisu
|-
| '' qaadiran'' || <center><big>''' ﻗَﺎﺩِﺭًﺍ'''</big></center> || berkuasa || Ma'nawiyah || '' ajizan'' || <center><big>''' ﻋَﺎﺟِﺰًﺍ'''</big></center> || lemah
|-
| '' muriidan'' || <center><big>''' ﻣُﺮِﻳْﺪًﺍ'''</big></center> || berkehendak menentukan || Ma'nawiyah || ''mukrahan'' || <center><big>'''مُكْرَهًا'''</big></center> || tidak menentukan (terpaksa)
|-
| '' 'aliman'' || <center><big>'''ﻋَﺎﻟِﻤًﺎ'''</big></center> || mengetahui || Ma'nawiyah || ''jahilan'' || <center><big>''' ﺟَﺎﻫِﻼً'''</big></center> || yang bodoh
|-
| '' hayyan'' || <center><big>''' ﺣَﻴًّﺎ'''</big></center> || hidup|| Ma'nawiyah || ''mayitan'' || <center><big>'''َََﻣَﻴِّتا'''</big></center> || Keadaan-Nya yang mati
|-
| ''sami'an'' || <center><big>'''ﺳَﻤِﻴْﻌًﺎ'''</big></center> || mendengar || Ma'nawiyah || ''ashamma'' || <center><big>''' ﺃَﺻَﻢَّ'''</big></center> || tuli
|-
| ''bashiiran'' || <center><big>'''ﺑَﺼِﻴْﺭًﺍ'''</big></center> || melihat || Ma'nawiyah || ''a'maa'' || <center><big>''' ﺃَﻋْﻤَﻰ'''</big></center> || Keadaan-Nya yang buta
|-
| ''mutakalliman'' || <center><big>'''ﻣُﺘَﻜَﻠِّﻤًﺎ'''</big></center> || berbicara || Ma'nawiyah || ''abkam'' || <center><big>'''ﺃَﺑْﻜَﻢْ'''</big></center> || bisu
|-
|}
 
=== [[Tauhid uluhiyah|Tauhid Uluhiyah]]/Ibadah ===
== Referensi ==
Uluhiyah dapat diartikan sebagai mentauhidkan atau mengesakan Allah dari segala bentuk peribadahan baik yang dzohir (terlihat) maupun batin<ref>{{Cite book|title=Syarh Tauhid|last=Al Jadid|first=|publisher=|year=|isbn=|location=|pages=17|url-status=live}}</ref> Itu artinya Kita beriman bahwa hanya Allah semata yang berhak disembah, tidak ada sekutu bagi-Nya, yaitu dengan menunjukkan semua bentuk ibadah hanya kepada Allah Taala, seperti salat, puasa, zakat, haji, jihad, doa, sujud, cinta, marah, bersumpah, pengagungan, rasa takut, ras harap, meminta perlindungan, meminta pertolongan di kala sulit, menyembelih, nazar, dan selainnya.<ref>{{Cite book|last=Jawas|first=Yazid bin Abdul Qodir|date=Zulhijjah 1441 / Juli 2020|title=MULIA DENGAN MANHAJ SALAF|location=Bogor|publisher=Pustaka At-Taqwa|isbn=9789791661133|pages=281|url-status=live}}</ref> ''"Allah menyatakan bahwa tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia yang menegakkan keadilan. Para malaikat dan orang orang yang berilmu (juga menyatakan demikian). {{Cquote|''Tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia yang Mahaperkasa lagi Maha Bijaksana.'' ('Al 'Imran 3:18)}}
'''Catatan kaki'''
Beriman terhadap uluhiyah Allah merupakan konsekuensi dari keimanan terhadap rububiyah-Nya. Mengesakan Allah dalam segala macam ibadah yang kita lakukan. Seperti salat, doa, nadzar, menyembelih, tawakkal, taubat, harap, cinta, takut dan berbagai macam ibadah lainnya. Di mana kita harus memaksudkan tujuan dari kesemua ibadah itu hanya kepada Allah semata. Tauhid inilah yang merupakan inti dakwah para rasul dan merupakan tauhid yang diingkari oleh kaum musyrikin Quraisy. Hal ini sebagaimana yang difirmankan Allah mengenai perkataan mereka itu {{Cquote|''Mengapa ia menjadikan sesembahan-sesembahan itu Sesembahan Yang Satu saja? Sesungguhnya ini benar-benar suatu hal yang sangat mengherankan.'' (Shaad 38:5)}} Dalam ayat ini kaum musyrikin Quraisy mengingkari jika tujuan dari berbagai macam ibadah hanya ditujukan untuk Allah semata. Oleh karena pengingkaran inilah maka mereka dikafirkan oleh Allah dan rasul-Nya walaupun mereka mengakui bahwa Allah adalah satu-satunya Pencipta alam semesta.
 
=== [[Tauhid asma dan sifat|Tauhid Asma wa Sifat]] ===
Yaitu mengimani sifat-sifat Allah yang mulia dan nama-nama-Nya yang indah menurut cara yang sesuai dengan keagungan-Nya, tanpa [[tahrif]] (merubah maknanya), tanpa [[takyif]] (menggambarkan sifatnya), tanpa [[takwil]] (menyelewengkan makna sifat dari makna sebenarnya), tanpa [[ta'til]] (menolak sifat-sifat-Nya) dan tanpa [[tafwid]] menyerahkan makna dari suatu sifat allah Kepada-Nya).<ref>{{Cite book|last=Jawas|first=Yazid bin Abdul Qodir|date=Zulhijjah 1441 / Juli 2020|title=MULIA DENGAN MANHAJ SALAF|location=Bogor|publisher=Pustaka At-Taqwa|isbn=9789791661133|pages=282|url-status=live}}</ref>
 
Imam Syafi’i meletakkan kaidah dasar ketika berbicara tentang nama-nama dan sifat-sifat Allah sebagai berikut:
 
''“Aku beriman kepada Allah dan apa-apa yang datang dari Allah dan sesuai dengan apa yang dimaukan oleh Allah. Aku beriman kepada Rasulullah dan apa-apa yang datang dari Rasulullah sesuai dengan apa yang dimaukan oleh Rasulullah”.''<ref>{{Cite web|url=https://islamhariini.com/penjelasan-dan-penerapan-ilmu-tauhid/|title=Penjelasan Konsep Ilmu Tauhid dengan Praktik yang Benar {{!}} IslamHariIni|date=2017-05-06|website=Berita Islam Hari Ini|language=id-ID|access-date=2018-12-07}}</ref>
 
=== Tidak ada tauhid mulkiyah ===
Tauhid itu cuma satu sesuai makna asalnya yaitu meng-esa-kan Allah, dengan penjabaran seperti yang tersebut di atas dan tidak ada istilah [[Tauhid Mulkiyah]] ataupun Tauhid Hakimiyah karena istilah ini adalah istilah yang baru. Apabila yang dimaksud dengan Hakimiyah itu adalah kekuasaan Allah Azza wa Jalla, maka hal ini sudah masuk ke dalam kandungan Rububiyah. Apabila yang dikehendaki dengan hal ini adalah pelaksanaan hukum Allah di muka bumi, maka hal ini sudah masuk ke dalam Uluhiyah, karena hukum itu milik Allah Subhanahu wa Ta'ala dan tidak boleh kita beribadah melainkan hanya kepada Allah semata.
{{Cquote|''Kamu tidak menyembah yang selain Allah kecuali hanya (menyembah) nama-nama yang kamu dan nenek moyangmu membuat-buatnya. Allah tidak menurunkan suatu keteranganpun tentang nama-nama itu. Keputusan itu hanyalah kepunyaan Allah. Dia telah memerintahkan agar kamu tidak menyembah selain Dia. Itulah agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.'' (Yusuf 12:40)}}
 
==Catatan kaki dan referensi==
===Catatan kaki===
{{notelist}}
 
===Sitasi===
{{reflist}}
 
'''===Daftar pustaka'''===
{{refbegin|indent=yes}}
*{{cite book |ref=harv |last=Al-Fauzan |first=Shalih Fauzan Abdullah |authorlink=Shalih bin Fauzan al-Fauzan |year=2001 |title=Al-Mulakhkhaṣ fī Syarḥ Kitāb al-Tawḥīd |language=Arab |url=https://waqfeya.com/book.php?bid=1980 |location=Riyadh |publisher=Darul 'Ashimah |isbn=9960-837-43-2 }}
*{{cite book |ref=harv |last=Al-Utsaimin |first=Muhammad ash-Shalih |authorlink=Muhammad bin Shalih al-Utsaimin |year=1984 |title=Syarḥ Lum‘at al-I‘tiqād al-Hādī ilā Sabīl al-Rasyād |location=Damaskus |publisher=Muassasatur Risalah, Maktabatur Rusyd |url=https://waqfeya.com/book.php?bid=8933 |language=Arab}}
*{{cite book |ref=harv |last=Al-Utsaimin |first=Muhammad ash-Shalih |year=2000 |title=Syarḥ al-‘Aqīdah al-Wāṣiṭīyah |location=Riyadh |publisher=Dar Ibnul Jauzy |volume=1 |language=Arab |url=http://waqfeya.com/book.php?bid=2837 |authormask=4}}
*{{cite book |ref=harv |last=At-Tuwaijiri |first=Muhammad bin Ibrahim bin Abdullah |title=Mukhtaṣar al-Fiqh al-Islāmī fī Ḍaw’ al-Qur’ān was-Sunnah |year=2010 |language=Arab |url=http://waqfeya.com/book.php?bid=6921 |location=Qasim, Arab Saudi |publisher=Dar Ashdaa`il Mujtama'}}
*{{Cite book |ref=harv |title=Agama, Keyakinan, dan Etika |last=Miswanto |first=Agus |publisher=Pusat Pembinaan dan Pengembangan Studi Islam Universitas Muhammadiyah Magelang |year=2012 |isbn=978-602-18110-0-9 |location=Magelang}}
*{{cite book |ref=harv |last=Philips |first=Abu Ameenah Bilal |year=2005 |edition=2 |title=The Fundamentals of Tawḥeed |language=Inggris |url=https://archive.org/details/FP1151 |location=Riyadh |publisher=International Islamic Publishing House |isbn=9960-9648-0-9 }}
*{{cite web |ref=harv |last=Zaki |first=Ahmad |date=2017-01-14 |df=dmy |title=Mā Huwa Tawḥīd al-Rubūbīyah |language=Arab |website=Maudhū‘ |url=https://mawdoo3.com/ما_هو_توحيد_الربوبية |access-date=26 April 2019}}
 
'''Situs web'''
 
{{Cite web |ref=harv |url=http://www.muslim.or.id/6615-makna-tauhid.id.html |title=Makna Tauhid |last=Yulian |first=Purnama |date=26 Juli 2011 |access-date=18 September 2019}}
{{refbegin}}
{{refend}}
* {{cite book |ref=harv |last=Al-Fauzan |first=Shalih Fauzan Abdullah |authorlink=Shalih bin Fauzan al-Fauzan |year=2001 |title=Al-Mulakhkhaṣ fī Syarḥ Kitāb al-Tawḥīd |language=Arab |url=https://waqfeya.com/book.php?bid=1980 |location=Riyadh |publisher=Darul 'Ashimah |isbn=9960-837-43-2 }}
* {{Cite book |ref=harv |title=Agama, Keyakinan, dan Etika |last=Miswanto |first=Agus |publisher=Pusat Pembinaan dan Pengembangan Studi Islam Universitas Muhammadiyah Magelang |year=2012 |isbn=978-602-18110-0-9 |location=Magelang}}
* {{cite book |ref=harv |last=Philips |first=Abu Ameenah Bilal |year=2005 |edition=2 |title=The Fundamentals of Tawḥeed |language=Inggris |url=https://archive.org/details/FP1151 |location=Riyadh |publisher=International Islamic Publishing House |isbn=9960-9648-0-9 }}
 
== Bacaan lanjut ==
* Muqaddimah Fathul Majiid tahqiq DR Walid bin Abdurrahman bin Muhammad Ali Furayaan
* ''Al Istighatsah'', karya Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah hal 293, lihat Muqaddimah Fathul Majiid tahqiq DR Walid bin Abdurrahman bin Muhammad Ali Furayaan, hal 4.
{{Topik Islam}}
{{Authority control}}
 
[[Kategori:Tauhid| ]]
Baris 113 ⟶ 97:
[[Kategori:Istilah Islam]]
[[Kategori:Kata dan frasa Arab]]
[[Kategori:Teologi Syiah]]