Johannes Leimena: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
 
(137 revisi perantara oleh 42 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{Nama Maluku|[[Suku Ambon|Ambon]]|[[Leimena]]}}
{{Infobox Officeholder
| honorific_prefix = <!-- Kolom ini hanya untuk gelar kenegaraan/kehormatan (bukan gelar akademis/profesi) -->
|name = {{PAGENAME}}
|image = Johannes Leimena.jpg
|imagesize =
|caption =
|office = Menteri Perguruan= Tinggi[[Wakil danPerdana Ilmu PengetahuanMenteri Indonesia]]
|order = ke-3
|term_start =24 Februari29 April 19661957
|term_end =27 Maret25 Juli 1966
|primeminister = [[Djoeanda Kartawidjaja]]<br>Soekarno
|succeeding =
|presidentsucceeding = [[Soekarno]]
|predecessorpresident = [[Syarief Thayeb]] = Soekarno
|successorpredecessor = [[MashuriMohamad SalehRoem]]
|office1 successor = [[Menteri Koordinator''Tidak Kompartemenada, Distribusijabatan Indonesia]]dihapuskan''
|office1 = [[Daftar Menteri Koordinator Bidang Produksi dan Distribusi Indonesia|Menteri Koordinator Kompartemen Distribusi Indonesia]]
|order1 =
|term_start1order1 = 6 Maret 1962 =
|term_end1 term_start1 = 276 AgustusMaret 19641962
|succeeding1term_end1 = 27 Agustus 1964
|president1succeeding1 = [[Soekarno]]
|predecessor1president1 = ''Tidak ada'' = Soekarno
|successor1 predecessor1 = [[Hartarto''Tidak Sastrosoenarto]]ada''
|office2 successor1 = [[WakilHartarto Perdana Menteri IndonesiaSastrosoenarto]] (1993)
|order2office2 = Menteri Kesehatan Indonesia
|term_start2order2 = 29 April 1957 = ke-3
|primeminister2 = [[Burhanuddin Harahap]]
|term_end2 = 25 Juli 1966
|term_start2 = 12 Agustus 1955
|primeminister2 = [[Djoeanda Kartawidjaja]]<br>[[Soekarno]]
|succeeding2term_end2 = 24 Maret 1956
|president2 = [[Soekarno]]
|predecessor2 = [[MohamadLie Kiat RoemTeng]]
|successor2 = '''Tidak[[Hadrianus ada'''Sinaga]]
|primeminister3 = [[Amir Sjarifuddin]]<br/>[[Mohammad Hatta]]<br/>[[Mohammad Natsir]]<br/>[[Sukiman Wirjosandjojo]]<br/>[[Wilopo]]
|office8 = Menteri Sosial Indonesia
|order8term_start3 = 3 Juli = ke-141947
|term_end3 = 30 Juli 1953{{efn|Leimena tidak menjabat sebagai Menteri Kesehatan dalam Kabinet [[Pemerintah Darurat Republik Indonesia]] antara 19 Desember 1948 sampai 13 Juli 1949. Dalam kabinet tersebut, [[Sukiman Wirjosandjojo]] menjabat sebagai Menkes.<ref>{{cite web |title=Kabinet Darurat |url=https://setkab.go.id/kabinet-darurat/ |publisher=[[Sekretariat Kabinet Republik Indonesia]]|accessdate=19 September 2020 |language=id}}</ref> Meskipun begitu, Leimena masih menjabat dalam [[Kabinet Hatta I]] yang tidak dianggap bubar.<ref name="Detail biodata Pejabat Menteri">{{cite web |title=Detail biodata Pejabat Menteri |url=https://kepustakaan-presiden.perpusnas.go.id/cabinet_personnel/popup_profil_pejabat.php?id=49&presiden_id=&presiden= |publisher=[[Perpustakaan Nasional]] |accessdate=19 September 2020 |language=id }}{{Pranala mati|date=Februari 2023 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}</ref>}}
|primeminister8 =[[Djoeanda Kartawidjaja]]
|term_start8president3 = 29 April 1957[[Soekarno]]
|term_end8 predecessor3 = 24 Mei[[Darma 1957Setiawan]]
|president8successor3 = [[SoekarnoFerdinand Lumban Tobing]]
|predecessor8office4 = [[FatahMenteri Sosial Jasin]]Indonesia
|successor8order4 = [[Muljadi Djojomartono]] = ke-14
|primeminister4 = [[Djoeanda Kartawidjaja]]
|office9 = Menteri Kesehatan Indonesia
|order9term_start4 = 9 April = ke-31957
|term_end4 = 24 Mei 1957
|primeminister9 = [[Burhanuddin Harahap]]
|term_start9president4 = 12 Agustus 1955[[Soekarno]]
|term_end9 predecessor4 = 24 Maret[[Fatah 1956Jasin]]
|president9successor4 = [[SoekarnoMuljadi Djojomartono]]
|office5 = Menteri Perguruan Tinggi dan Ilmu Pengetahuan Indonesia
|predecessor9 = [[Lie Kiat Teng]]
|successor9order5 = [[Handrianus Sinaga]] = ke-4
|term_start5 = 24 Februari 1966
|primeminister10 = [[Mohammad Natsir]]<br/>[[Sukiman Wirjosandjojo]]<br/>[[Wilopo]]
|term_start10term_end5 = 618 SeptemberMaret 19501966
|term_end10 succeeding5 = 30 Juli 1953
|president10president5 = [[Soekarno]]
|predecessor10predecessor5 = [[SutopoSyarief Thayeb]]
|successor10successor5 = [[F.L.Mashuri TobingSaleh]]
|primeminister11office6 = Anggota [[MohammadDewan Perwakilan HattaRakyat]]
|term_start11term_start6 = 204 DesemberMaret 19491956
|term_end11term_end6 = 623 SeptemberJuli 19501959
|president11 constituency6 = [[SoekarnoMaluku]]
|predecessor11office7 = SuronoAnggota [[Konstituante]]
|successor11 term_start7 = [[Sutopo]]10 November 1956
|term_end7 = 29 April 1957
|primeminister12 =[[Amir Sjarifuddin]]<br/>[[Mohammad Hatta]]
|term_start12 constituency7 = 3 Juli 1947[[Maluku]]
|term_end12 = 4 Agustus 1949
|president12 = [[Soekarno]]
|predecessor12 = [[Darma Setiawan]]
|successor12 = [[Mananti Sitompul]]
|birth_date = {{Birth date|1905|3|6}}
|birth_place = {{negara|Belanda}} [[Kota Ambon|Ambon]], [[Maluku]], [[Hindia Belanda]]
|death_date = {{Death date and age|1977|3|29|1905|3|6|mf=y}}
|death_place = {{negara|Indonesia}} [[Jakarta]], [[Indonesia]]
| resting_place = [[Taman Makam Pahlawan Nasional Utama Kalibata]]
|nationality = [[Indonesia]]
|nationality = <!-- Kolom ini hanya untuk warga negara; atau pihak asing -->
|party = [[Partai Kristen Indonesia]]
|party = {{Parpolicon|Parkindo}}
|spouse = Ny. Raden Tjitjih Wiyarsih Leimena Prawiradilaga
|relations =
|children = 8 (termasuk [[Melani Leimena Suharli]])
|alma_mater = [[STOVIA]]
|occupation = {{hlist|[[Politisi]]|[[Dokter]]}}
|profession =
|signature = SignSignature J.of Johannes Leimena.pngsvg
|website nickname = "Om Jo"
|footnotes allegiance = {{flag|Indonesia}}
|branch = [[Berkas:Insignia of the Indonesian Navy.svg|25px]] [[TNI Angkatan Laut]]
| serviceyears = 1945–1967
| rank = [[File:22-TNI Navy-ADM.svg|15px]] [[Laksamana]] ([[Tituler]])<ref name=":1">{{cite web|date=17 August 1964|title=Presiden Sukarno melantik Dr. Subandrio sebagai Laksamana Udara, Dr. Leimena sebagai Laksamana Laut dan Dr. H.C. Chaerul Saleh sebagai Jenderal TNI pada tgl. 17/8/1964|url=https://onesearch.id/Record/IOS1.INLIS000000000054682|publisher=Indonesia OneSearch}}</ref>
| servicenumber =
| commands =
| battles = [[Revolusi Nasional Indonesia]]
| mawards = [[Daftar pahlawan nasional Indonesia|Pahlawan Nasional Indonesia]]
|website =
|footnotes =
}}
[[Laksamana]] ([[Tituler|Tit.]]) Dr. '''Johannes Leimena''' ({{lahirmati|[[Kota Ambon|Ambon]], [[Maluku]]|6|3|1905|[[Jakarta]]|29|3|1977}}) merupakanadalah seorang tokohdokter, politikpolitisi, yang juga seorangdan [[pahlawanPahlawan nasionalNasional Indonesia]]. Ia merupakantercatat salah satusebagai tokoh politikmenteri yang menjabat sebagai[[Daftar Menterimenteri terlama di Indonesia|paling lama]] diselama bawahpemerintahan presiden [[SukarnoSoekarno]], selamadengan sekitartotal 20masa tahunjabatan tanpahampir terputus20 tahun. Leimena masuk keduduk dalam 18 kabinet yang berbeda, sejakdimulai dari [[Kabinet Sjahrir II]] ([[1946]]) sampai [[Kabinet Dwikora III]] ([[1966]]), baik sebagai [[Menteri Kesehatan Indonesia|Menteri Kesehatan]], [[Perdana Menteri Indonesia|Wakil Perdana Menteri]], [[Menteri Koordinator Bidang Produksi dan Distribusi Republik Indonesia|Menko Distribusi]], Wakil Menteri Pertama maupun [[Menteri Sosial Indonesia|Menteri Sosial]]. Di luar itu, ia juga menjabat sebagai anggota [[Dewan Perwakilan Rakyat]] dan [[Konstituante]], dan mengetuai [[ParkindoPartai Kristen Indonesia]] (Parkindo) antara 1950 hingga 1961.
 
Leimena berasal dari [[Kota Ambon|Ambon]], [[Maluku]], sebagaidari seorangsebuah beragamakeluarga [[Kristen]] dandengan berorangorang tua yang berprofesi sebagai guru. SebagaiPada seorangusia anak-anakdini, ia pindah ke [[Cimahi]] tahun 1914 dan belakangantak lama kemudian [[Batavia]] untuk mengejarmelanjutkan ilmusekolahnya. Ia turut serta dalam pergerakan [[kebangkitan nasional]], sebagai anggota Jong Ambon dan sebagai panitia Kongres Pemuda Pertama dan [[Kongres Pemuda Kedua|Kedua]]. Dalam perihal keagamaan, Leimena juga aktif dalam gerakan [[oikumene]]. Selulusnya dari [[STOVIA]] tahun 1930, ia bekerja di berbagai rumah sakit, mulai di [[Batavia, Hindia Belanda|Batavia]] sebelum pindah ke [[Bandung]]. Selama [[Sejarah Nusantara (1942–1945)|pendudukan Jepang]], ia menjabat sebagai direktur rumah sakit di [[Purwakarta]] dan [[Tangerang]].
 
Selama [[Revolusi Nasional Indonesia]], Leimena memulai karirnya dalam pemerintah sebagai wakil menteri kesehatan, lalu sebagai menteri kesehatan. Ia juga merupakan seorang diplomat yang diutus ke perundingan-perundingan seperti [[Perundingan Linggarjati|Linggarjati]], [[Perjanjian Renville|Renville]], [[Perjanjian Roem-Roijen|Roem-Roijen]], dan [[Konferensi Meja Bundar]]. Leimena membantu pendirian Parkindo selama masa ini, dan mulai menjadi ketua umum sejak 1950. Dalam karirnya sebagai Menkes, Leimena memprioritaskan [[Profilaksis|pencegahan penyakit]] di wilayah pedesaan dan melandasi sistem [[Puskesmas]] yang kini ada. Leimena juga sempat menjabat sebagai Wakil Perdana Menteri dan Menteri Distribusi, sebagai salah satu menteri yang paling dekat ke Presiden [[Soekarno]].
== Riwayat Hidup ==
Leimeina dilahirkan di Kota Ambon. Pada tahun [[1914]], Leimena hijrah ke [[Batavia]] (Jakarta) dimana ia meneruskan studinya di [[ELS]] (Europeesch Lagere School), namun hanya untuk beberapa bulan saja lalu pindah ke sekolah menengah Paul Krugerschool (kini PSKD Kwitang). Dari sini ia melanjutkan pendidikannya ke [[MULO]] Kristen, kemudian melanjutkan pendidikan kedokterannya [[STOVIA]] (School Tot Opleiding Van Indische Artsen) - cikal bakal Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
 
Leimena sangat terdampak oleh peristiwa-peristiwa [[Gerakan 30 September]] 1965 mengingat rumahnya sempat diserang. Dalam pertemuan-pertemuan yang berlangsung seusai peristiwa tersebut, Leimena dianggap telah memberikan nasihat yang mencegah pecahnya perang saudara kepada Soekarno. Ia juga menyaksikan penandatanganan [[Supersemar]] pada 1966. Selama masa [[Orde Baru]], Leimena tidak lagi menjabat menteri, tetapi ia masih aktif dalam politik sebagai anggota [[Dewan Pertimbangan Agung]] sementara banyak koleganya yang dipenjarakan. Ia wafat pada tahun 1977 dan ditetapkan sebagai [[pahlawan nasional Indonesia]] oleh presiden [[Susilo Bambang Yudhoyono]] pada tahun 2010.
Keprihatinan Leimena atas kurangnya kepedulian sosial umat [[Kristen]] terhadap nasib bangsa, merupakan hal utama yang mendorong niatnya untuk aktif pada "Gerakan Oikumene". Pada tahun [[1926]], Leimena ditugaskan untuk mempersiapkan Konferensi Pemuda Kristen di [[Bandung]]. Konferensi ini adalah perwujudan pertama Organisasi Oikumene di kalangan pemuda Kristen. Setelah lulus studi kedokteran STOVIA, Leimena terus mengikuti perkembangan CSV yang didirikannya saat ia duduk pada tahun ke 4 di bangku kuliah. CSV merupakan cikal bakal berdirinya [[GMKI]] (Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia) tahun 1950.
 
== Masa muda ==
Dengan keaktifannya di [[Jong Ambon]], ia ikut mempersiapkan [[Kongres Pemuda Indonesia]] [[28 Oktober]] [[1928]], yang menghasilkan [[Sumpah Pemuda]]. Perhatian Leimena pada pergerakan nasional kebangsaan semakin berkembang sejak saat itu.
Leimena dilahirkan di kota [[Ambon]], [[Maluku]] pada tanggal 6 Maret 1905. Ayahnya, Dominggus Leimena, merupakan guru yang diperbantukan ke sekolah dasar di Ambon, dan ibunya Elizabeth Sulilatu juga merupakan seorang guru. Selama kanak-kanak, Leimena biasa tinggal di kota Ambon itu sendiri atau di kampung-kampung asal orangtuanya di [[Ema, Leitimur Selatan, Ambon|Ema]] atau [[Lateri, Teluk Ambon Baguala, Ambon|Lateri]].{{sfn|Hitipeuw|1986|pp=7-8}} Dominggus Leimena merupakan keturunan dari raja Ema, dan keluarga Leimena merupakan pemeluk agama Kristen.{{sfn|Hitipeuw|1986|p=15}} Dominggus meninggal saat Leimena berusia lima tahun dan Elizabeth menikah lagi, sehingga Leimena pindah ke rumah paman dan bibinya sementara ketiga saudaranya tinggal bersama ayah tiri.{{sfn|Hitipeuw|1986|p=20}} Selama di Ambon, Leimena bersekolah di ''Ambonsche Burgerschool'' yang berbahasa Belanda.{{sfn|Hitipeuw|1986|p=24}}
 
Pada tahun 1914, Leimena pindah ke [[Cimahi]], [[Jawa Barat]], karena pamannya diangkat menjadi kepala sekolah di sana. Setelah sembilan bulan, pamannya dipindahkan lagi ke Batavia, sehingga Leimena turut kesana.{{sfn|Hitipeuw|1986|pp=25-27}} Di Batavia, Leimena sempat belajar di ''[[Europeesche Lagere School]]'' (ELS, setara sekolah dasar), tetapi kemudian pindah ke ''Paul Krugerschool''. Leimena melanjutkan studinya ke salah satu ''[[Meer Uitgebreid Lager Onderwijs]]'' (MULO, setara [[Sekolah menengah pertama|SMP]]) yang dikhususkan untuk murid [[Kristen]]. Selulusnya dari MULO, Leimena berniat untuk lanjut ke ''Hogereburgerschool'' (HBS, setara [[Sekolah menengah atas|SMA]]) atau sekolah teknik ''Koningin Wilhelmina School'' (KWS), tetapi bibinya melarang masuk HBS dan ia gagal seleksi KWS. Ia juga ditolak saat melamar kerja ke kantor pos dan kantor kereta api, sampai akhirnya ia diterima di sekolah kedokteran [[STOVIA]].{{sfn|Hitipeuw|1986|pp=28-31}}
Setelah menempuh pendidikan kedokterannya di [[STOVIA Surabaya]] ([[1930]]), ia melanjutkan pendidikan di [[Geneeskunde Hogeschool]] (GHS - Sekolah Tinggi Kedokteran) di Jakarta yang diselesaikannya pada tahun [[1939]]. Ia juga dikenal sebagai salah satu pendiri [[Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia]] ([[GMKI]])
 
Selama studinya di STOVIA, Leimena aktif dalam organisasi pemuda seperti [[Jong Ambon]] dan ''Christen Studenten Vereniging'' (Perkumpulan Pelajar Kristen).{{sfn|Hitipeuw|1986|p=33}} Ia menjadi tokoh yang berpengaruh dalam organisasi Jong Ambon, pada masa ketika banyak organisasi Ambon yang terbelah antara mendukung gerakan [[Kebangkitan Nasional Indonesia|kebangkitan nasional Indonesia]] atau mendukung pemerintah Hindia Belanda (di bawah Leimena, Jong Ambon awalnya mengambil sikap netral).{{sfn|Hitipeuw|1986|pp=37-38}} Karena pergaulannya dengan tokoh-tokoh Sumatra seperti [[Amir Sjarifuddin]] dan [[Mohammad Yamin]], Leimena bergabung dengan [[Perhimpunan Teosofi]].{{sfn|Hitipeuw|1986|p=40}} Pergeseran pandangan Leimena ke arah mendukung kemerdekaan Indonesia berlangsung selama pertengahan 1920-an, didorong oleh dibentuknya [[Partai Nasional Indonesia]] oleh [[Soekarno]] dan berkembangnya [[Perhimpoenan Indonesia]] di Belanda. Leimena menjadi salah seorang anggota panitia dalam Kongres Pemuda Pertama tahun 1926, dan juga [[Kongres Pemuda Kedua]] tahun 1928.{{sfn|Hitipeuw|1986|pp=41-42}} [[Oikumenisme|Gerakan oikumene]] yang pada masa itu baru mulai masuk Indonesia juga menarik perhatian Leimena.{{sfn|Hitipeuw|1986|pp=42-45}} Ia lulus dari [[School tot Opleiding van Inlandsche Artsen|STOVIA]] tahun 1930.{{sfn|Hitipeuw|1986|p=52}}
Leimena mulai bekerja sebagai dokter sejak tahun 1930. Pertama kali diangkat sebagai dokter pemerintah di "CBZ Batavia" (kini [[RS Cipto Mangunkusumo]]). Tak lama ia dipindahtugaskan di Karesidenan [[Kedu]] saat [[Gunung Merapi]] meletus. Setelah itu dipindahkan ke [[Rumah Sakit Zending Immanuel Bandung]]. Di rumah sakit ini ia bertugas dari tahun [[1931]] sampai [[1941]].
 
== Karier ==
Pada tahun [[1945]], Partai Kristen Indonesia ([[Parkindo]]) terbentuk dan pada tahun [[1950]], ia terpilih sebagai ketua umum dan memegang jabatan ini hingga tahun [[1957]]. Selain di Parkindo, Leimena juga berperan dalam pembentukan DGI (Dewan Gereja-gereja di Indonesia, kini [[PGI]]), juga pada tahun [[1950]]. Di lembaga ini Leimena terpilih sebagai wakil ketua yang membidangi komisi gereja dan negara.
=== Masa Hindia Belanda ===
Setelah lulus dari STOVIA, Leimena mulai bekerja di ''Centraal Burgerlijke Ziekenhuis'' (sekarang [[RS Cipto Mangunkusumo]]). Ia sempat ditugaskan ke [[Keresidenan Kedu]] seusai meletusnya [[Gunung Merapi]] pada tahun 1930, sebelum pindah ke RS Zending Imanuel di [[Bandung]].{{sfn|Hitipeuw|1986|pp=52, 176}}{{sfn|Aritonang|Steenbrink|2008|pp=654–656}} Di Bandung ia diberikan tanggung jawab untuk melatih perawat-perawat baru sejak tahun 1936, dan ia bekerja sama dengan sejumlah bidan dan klinik yang beroperasi di sekitar rumah sakit.{{sfn|Hitipeuw|1986|p=54}} Karena banyak rakyat Muslim setempat yang ragu untuk berobat ke rumah sakit misionaris Kristen, Leimena memulai sistem pengumpan dengan poliklinik-poliklinik di desa-desa yang dijalankan oleh mantri-mantri setempat untuk menyediakan pelayanan kesehatan, khususnya fungsi pencegahan penyakit.{{sfn|Neelakantan|2017|p=74}}
 
Selagi menjadi dokter, ia juga melanjutkan studinya dan pada tahun 1939 ia lulus dari ''[[Geneeskundige Hoogeschool te Batavia]]'' sebagai seorang dokter spesialis penyakit [[hati]].{{sfn|Hitipeuw|1986|p=62}} Pada tahun 1941, ia ditunjuk menjadi kepala RS Banyu Asin di [[Purwakarta]]. Seusai [[Kampanye Hindia Belanda|invasi Jepang]], RS Banyu Asin sempat diduduki pasukan Jepang untuk sementara sebelum Leimena diperbolehkan kembali bekerja. Leimena ditahan oleh tentara pendudukan Jepang pada tahun 1943, kemungkinan karena perkawanannya dengan Amir Sjarifuddin atau karena ia merawat tentara Belanda yang terluka dalam [[Pertempuran Kalijati]]. Selama enam bulan di dalam tahanan, Leimena dipukuli oleh tentara Jepang.<ref>{{cite book |title=Orang Indonesia jang terkemoeka di Djawa |date=1944 |publisher=Gunseikanbu |page=324 |url=https://books.google.com/books?id=dM8LAAAAIAAJ |language=id}}</ref>{{sfn|Hitipeuw|1986|pp=82–83}} Ia dilepaskan setelah merawat perwira [[Kenpeitai]] yang terjangkit [[malaria]] sampai sembuh, tetapi tempat kerjanya dipindahkan dari Purwakarta ke [[Tangerang]].{{sfn|Hitipeuw|1986|pp=85–86}}
Ketika [[Orde Baru]] berkuasa, Leimena mengundurkan diri dari tugasnya sebagai menteri, namun ia masih dipercaya Presiden [[Soeharto]] sebagai anggota [[DPA]] (Dewan Pertimbangan Agung) hingga tahun [[1973]]. Usai aktif di DPA, ia kembali melibatkan diri di lembaga-lembaga Kristen yang pernah ikut dibesarkannya seperti Parkindo, DGI, UKI, STT, dan lain-lain. Ketika Parkindo berfusi dalam [[PDI]] (Partai Demokrasi Indonesia, kini [[PDI-P]]), Leimena diangkat menjadi anggota DEPERPU (Dewan Pertimbangan Pusat) PDI, dan pernah pula menjabat Direktur Rumah Sakit DGI Cikini.
 
=== Revolusi dan RMS ===
Pada tanggal [[29 Maret]] [[1977]], J. Leimena meninggal dunia di Jakarta.
[[Berkas:Renville Agreement Indonesian Delegation.jpg|jmpl|Leimena (ketiga dari kanan) dalam perundingan [[Perjanjian Renville]]]]
Pada saat [[Proklamasi Kemerdekaan Indonesia]], Leimana sedang bertugas di Tangerang. Seusai tewasnya 30 orang kadet TKR dalam [[Pertempuran Lengkong|peristiwa Lengkong]], Leimena merawat sejumlah korban luka dan selama menjalankan tugas ini Leimena bertemu Soekarno yang menjenguk korban.<ref name="fondasi">{{Cite news|title=Meletakkan Fondasi Puskesmas, Sumbangan Dokter Leimena bagi Dunia Kesehatan Indonesia |url=https://majalah.tempo.co/read/laporan-khusus/161193/meletakkan-fondasi-puskesmas-sumbangan-dokter-leimena-bagi-dunia-kesehatan-indonesia |accessdate=4 September 2020 |work=[[Tempo.co]] |date=15 Agustus 2020 |language=id|first=Retno |last=Sulistyowati }}</ref> Dua bulan setelah peristiwa ini ia diundang untuk menjadi Menteri Muda Kesehatan dalam [[Kabinet Sjahrir II]]. Awalnya ia menolak karena tugasnya sebagai dokter, tetapi kawannya Amir Sjarifuddin mendorongnya untuk menerima tawaran tersebut.<ref name="fondasi"/>{{sfn|Hitipeuw|1986|p=92}} Leimena ditunjuk sebagai Menteri Kesehatan dalam [[Kabinet Amir Sjarifuddin I]] yang dibentuk tanggal 3 Juli 1947, dan terus menjabat sebagai Menkes sampai jatuhnya [[Kabinet Wilopo]] pada tahun 1953.{{sfn|Hitipeuw|1986|p=176}} Selama periode revolusi, Leimena juga berperan dalam pendirian [[Parkindo]] tahun 1947 dan menjadi anggota pimpinan partai.{{sfn|Hitipeuw|1986|p=97}}{{sfn|Murakami|2015|p=38}} Belakangan Leimena ditunjuk menjadi Ketua Umum Parkindo seusai Kongres III Parkindo April 1950.<ref>{{cite book |title=Kepartaian di Indonesia |date=1950 |publisher=Kementerian Penerangan Rep. Indonesia |pages=70–71 |url=https://books.google.com/books?id=1go0AAAAIAAJ&pg=PA70 |language=id}}</ref>
 
Di luar jabatannya sebagai menteri Leimena juga menjabat Ketua Umum organisasi Pemuda Indonesia Maluku (PIM), sebuah organisasi yang didirikan oleh [[Johannes Latuharhary]] yang beranggotakan pemuda Ambon yang mendukung kemerdekaan Indonesia.{{sfn|Hitipeuw|1986|pp=101–102}} Meskipun kedua tokoh tersebut dihormati oleh anggota-anggota PIM, pengaruh mereka atas kegiatan PIM sehari-hari terbatas karena kurangnya koordinasi PIM (yang bergerak di Indonesia Timur) dengan tokoh-tokoh di pulau Jawa.{{sfn|Chauvel|2008|p=295}} Selama menjabat menteri, Leimena awalnya tinggal di Jakarta, tetapi pada tahun 1946 ia pindah ke [[Yogyakarta]] karena tentara Belanda yang kelamaan semakin banyak di Jakarta.{{sfn|Hitipeuw|1986|pp=101–102}} Leimena dikirim sebagai anggota tim perundingan dalam berbagai perjanjian{{sfn|Chauvel|2008|p=203}} – [[Perundingan Linggarjati]] tahun 1946,{{sfn|Anwar|2010|p=81}} [[Perjanjian Renville]] dan [[Perjanjian Roem-Roijen]] tahun 1948, dan [[Konferensi Meja Bundar]] tahun 1949 (sebagai anggota delegasi militer).{{sfn|Kahin|2003|p=228}}<ref>{{cite book |title=Susunan kabinet-kabinet R.I. dan riwajat hidup ringkas para menteri 1945–1953 |date=1954 |publisher=Bagian Dokumentasi, Department Penerangan |page=41 |url=https://books.google.com/books?id=iLHNyGcdndgC |language=id}}</ref> Leimena merupakan salah seorang menteri RI yang tidak tertangkap selama [[Agresi Militer Belanda II]], dan pada bulan Januari 1949 ia turut berunding dengan perwakilan negara-negara bagian [[Republik Indonesia Serikat]] di Jakarta.{{sfn|Anwar|2010|p=122}}
== Diangkat menjadi Pahlawan Nasional ==
Sebagai penghargaan kepada jasa-jasanya, [[pemerintah Indonesia]] melalui Keputusan Presiden No 52 TK/2010 pada tahun 2010 memberikan gelar [[Pahlawan Nasional]] kepada Dr. Leimena.<ref>[http://www.rakyatmerdeka.co.id/news.php?id=9169]</ref>
 
Setelah kedaulatan diserahkan ke Indonesia, [[Republik Maluku Selatan]] dideklarasikan di Ambon, sehingga Leimena diutus sebagai kepala juru runding pemerintah ("misi Leimena") beserta kapal perang KRI ''Hang Tuah''. Sebelumnya, Leimena berencana terbang ke Ambon, tetapi keputusannya dianulir Menteri Pertahanan. Para pemimpin RMS tidak bersedia menerima undangan Leimena untuk berunding di atas kapal ''Hang Tuah'' dan meminta agar perundingan dilangsungkan di atas kapal berbendera netral dibawah pengawasan [[Perserikatan Bangsa-Bangsa]].{{sfn|Chauvel|2008|p=381}} Mereka juga meminta agar dalam perundingan RMS diberlakukan sebagai suatu negara merdeka, dan permintaan ini tidak dapat diterima tim perundingan Indonesia.{{sfn|Feith|2006|p=70}} Setelah beberapa kali gagal, Leimena kembali dikirim pada Juni 1950 untuk mencoba lagi, tetapi kali ini gagal karena tidak adanya jalur transportasi ke Maluku. Pada tanggal 27 September, Leimena diutus kembali ke [[Namlea, Buru]] dengan wewenang memberikan [[amnesti]] ke pemimpin RMS dan untuk merundingkan [[otonomi khusus]], tetapi sehari kemudian [[Invasi Ambon|TNI mendarat di Ambon]] sebelum perundingan dapat bermulai.{{sfn|Chauvel|2008|pp=387–388}}
== Jabatan ==
 
=== Sebagai Menkes ===
* Menteri Muda Kesehatan pada [[Kabinet Sjahrir II]] (12 Maret 1946 – 2 Oktober 1946)
[[Berkas:Indonesia Natsir Cabinet.jpg|jmpl|Leimena (baris kedua, kedua dari kiri) beserta [[Kabinet Natsir]]]]
* Wakil Menteri Kesehatan pada [[Kabinet Sjahrir III]] (2 Oktober 1946 – 27 Juni 1947)
Ketika perang kemerdekaan sudah usai, kondisi pelayanan kesehatan masyarakat di Indonesia berada di bawah harapan para pemimpin Republik, karena pemerintah kolonial yang kurang peduli, malnutrisi dan pengambilalihan rumah sakit selama pendudukan militer Jepang. Ditambah lagi oleh keributan selama masa perang kemerdekaan.{{sfn|Neelakantan|2017|pp=39-42}} Sebagai Menteri Kesehatan, Leimena memandang [[kesehatan masyarakat]] sebagai komponen penting untuk pembangunan Indonesia dan untuk memajukan sosioekonomi masyarakat, karena itu ia berfokus untuk mengembangkan sistem [[profilaksis]] (pencegahan) dan kebersihan di wilayah-wilayah pedesaan.{{sfn|Neelakantan|2017|p=47}} Kebijakan ini bertolakbelakang dengan kebijakan zaman kolonial, yang memfokuskan pelayanan kesehatan di wilayah perkotaan.{{sfn|Murakami|2015|pp=38-39}}
* Menteri Kesehatan pada [[Kabinet Amir Sjarifuddin I]] (3 Juli 1947 – 11 November 1947)
 
* Menteri Kesehatan pada [[Kabinet Amir Sjarifuddin II]] (11 November 1947 – 29 Januari 1948)
Pada tahun 1950, pemerintah daerah [[Bandung]] merintis proyek kesehatan yang berdasarkan jaringan rumah sakit misionaris seperti tempat Leimena sempat bekerja, dengan sejumlah klinik di pedesaan yang mendukung jalannya pelayanan dari rumah sakit pusat di kota. Sistem ini dijalankan dengan sistemnya sendiri dan diarahkan oleh dokter kepala di tingkatan kabupaten. Sistem ini, yang dikenal dengan istilah "''Bandung Plan''" (alias "''Leimena Plan''"{{sfn|Neelakantan|2017|p=73}}), didukung oleh Leimena,{{sfn|Neelakantan|2017|p=47}}{{sfn|Murakami|2015|p=40}} dan berdasarkan hasil kerjanya di RS Zending Imanuel.{{sfn|Neelakantan|2017|p=74}}{{sfn|Hitipeuw|1986|p=124}} Bandung Plan ini awalnya direncanakan akan diimplementasikan di seluruh Indonesia pada tahun 1954, tetapi rencana ini batal karena masalah administratif dan ketersediaan anggaran.{{sfn|Neelakantan|2017|p=47}} Di luar kedua masalah tersebut, ketersediaan dokter menjadi faktor lainnya. Banyak dokter warga Indonesia yang menjadi perwira militer atau politikus sedangkan dokter keturunan Eropa banyak yang meninggalkan Indonesia setelah perang kemerdekaan.{{sfn|Murakami|2015|p=41}} Walaupun terhalang oleh rintangan-rintangan tersebut, Bandung Plan menjadi landasan dari sistem [[Puskesmas]] yang mulai diluncurkan pada akhir tahun 1960-an.{{sfn|Neelakantan|2017|p=87}}
* Menteri Kesehatan pada [[Kabinet Hatta I]] (29 Januari 1948 – 4 Agustus 1949)
 
* Menteri Negara pada [[Kabinet Hatta II]] (4 Agustus 1949 – 20 Desember 1949)
Selain itu, masalah angka kematian ibu dan anak yang cukup tinggi juga menjadi perhatian Leimena. Pada tahun 1951, statistik di rumah sakit besar menunjukkan angka kematian ibu melahirkan mencapai 12-16%, yang artinya ada 12-16 kematian per 1000 ibu melahirkan. Angka kematian bayi mencapai 115-300%, yang artinya ada 115-300 kematian per 1000 bayi yang dilahirkan. Angka mortalitas ibu dan bayi selain di rumah sakit besar diperkirakan lebih tinggi lagi.{{Sfn|Astiannis|2018|p=207}} Sebagai menteri kesehatan, Leimena menginisiasi pendirian Balai Kesehatan Ibu dan Anak (BKIA) pada 1951.{{Sfn|Astiannis|2018|p=208}}
* Menteri Kesehatan pada [[Kabinet Republik Indonesia Serikat]]/[[RIS]] (20 Desember 1949 – 6 September 1950)
 
* Menteri Kesehatan pada [[Kabinet Natsir]] (6 September 1950 – [[20 Maret]] [[1951]])
Di bawah kepemimpinan Leimena, sejumlah UU yang berkaitan dengan kesehatan masyarakat disetujui [[Dewan Perwakilan Rakyat]], termasuk UU yang mencakup aturan yang mewajibkan dokter bekerja sebagai dokter pemerintah minimal tiga tahun sebelum menjadi dokter swasta, memperbolehkan pemerintah melarang klinik-klinik swasta, dan memungkinkan pemerintah untuk mengambil alih jasa medis swasta dalam keadaan genting.{{sfn|Murakami|2015|pp=42-43}} Pada tahun 1952, Leimena juga merumuskan peraturan yang membatasi perizinan membuka praktek kesehatan hanya kepada dokter yang memenuhi kualifikasi dan bukan kepada praktisi medis lain seperti perawat atau bidan.{{sfn|Murakami|2015|p=50}} Dalam hal gizi, Leimena membentuk Lembaga Makanan Rakyat yang berfungsi mendidik masyarakat mengenai nutrisi.<ref>{{cite news |last1=Firmansyah |first1=Manda |title=Sepak terjang Johannes Leimena, Menteri Kesehatan kesayangan Soekarno |url=https://www.alinea.id/nasional/johannes-leimena-menteri-kesehatan-kesayangan-soekarno-b1Xo39oBp |accessdate=22 Juni 2020 |work=alinea.id |date=29 Oktober 2019 |language=id}}</ref>
* Menteri Kesehatan pada [[Kabinet Sukiman-Suwirjo]] (27 April 1951 – [[3 April]] [[1952]])
 
* Menteri Kesehatan pada [[Kabinet Wilopo]] (3 April 1952 – [[30 Juli]] [[1953]])
Pada tahun 1953, Leimena melakukan kunjungan kerja ke Eropa dengan pendanaan [[Organisasi Kesehatan Dunia]] (WHO). Di Eropa, ia mengamati sistem kesehatan publik di [[Norwegia]], [[Britania Raya]] (''[[National Health Service]]''), dan [[Yugoslavia]]. Dalam perjalanan pulang, ia juga berkunjung ke [[Mesir]], [[India]], dan [[Singapura]] untuk berpartisipasi dalam kuliah dan diskusi publik selain juga mempelajari sistem kesehatan di sana. Leimena terkesan khususnya oleh sistem kesehatan di [[Norwegia]] yang mengaitkan pentingnya asupan gizi dan kondisi kerja dalam kesehatan publik.{{sfn|Neelakantan|2017|p=48}} Dalam hal urusan luar negeri, Leimena khawatir akan kemungkinan bantuan kesehatan yang digunakan negara maju untuk mempengaruhi kebijakan luar negeri dan politik internal Indonesia, sehingga ia menyerukan agar bantuan kesehatan diberikan tanpa syarat.{{sfn|Neelakantan|2017|p=72}} Periode pertamanya sebagai [[Menteri Kesehatan dan Layanan Masyarakat Amerika Serikat|Menkes]] berakhir tanggal 30 Juli 1953. Leimena kemudian kembali menjabat sebagai Menkes dalam [[Kabinet Burhanuddin Harahap]] pada 12 Agustus 1955.{{sfn|Hitipeuw|1986|p=177}}
* Menteri Kesehatan pada [[Kabinet Burhanuddin Harahap]] (12 Agustus 1955 – [[24 Maret]] [[1956]])
 
* Menteri Sosial pada [[Kabinet Djuanda]] (9 April 1957 – [[10 Juli]] [[1959]])
Dalam bulan-bulan terakhir Kabinet Burhanuddin Harahap, Leimena diutus ke [[Jenewa]] untuk merundingkan masalah [[Irian Barat]] dengan [[Belanda]]. Meskipun delegasinya berhasil mendapatkan persetujuan delegasi Belanda terhadap penghapusan [[Uni Belanda-Indonesia]] dan sejumlah konsesi ekonomisi lainnya, pergolakan politik di Indonesia mengakibatkan delegasi tersebut dipanggil kembali. Leimena tinggal di Jenewa selama beberapa waktu dan merasa frustasi, sampai ia sempat mempertimbangkan untuk mundur dari jabatannya karena merasa "seperti nelayan yang sudah menangkap ikan, disuruh dilempar kembali".{{sfn|Feith|2006|pp=451–454}} Setelah jatuhnya Kabinet Burhanuddin Harahap, [[Ali Sastroamidjojo]] dengan sengaja tidak mengundang menteri-menteri dalam kabinet tersebut untuk kembali menjadi menteri, sehingga Leimena tidak lagi menjabat sebagai menteri kesehatan.{{sfn|Feith|2006|p=467}} Sekitar waktu itu, Leimena sudah terpilih menjadi anggota [[Dewan Perwakilan Rakyat]] dari dapil [[Maluku]] dan fraksi [[Parkindo]] seusai [[Pemilu 1955]].<ref>{{cite book |title=Hasil rakjat memilih tokoh-tokoh parlemen: Hasil pemilihan umum pertama, 1955 di Republik Indonesia |date=1956 |publisher=C.V. Gita |page=343 |url=http://repositori.dpr.go.id/100/3/HASIL%20RAKYAT%20MEMILIH%20TOKOH-TOKOH%20PARLEMEN_3.pdf |language=id}}</ref>{{sfn|Tim Penyusun Sejarah|1970|p=611}} Setelah DPR hasil pemilihan umum tersebut dibubarkan pada tahun 1959, Leimena ditunjuk kembali sebagai anggota DPR transisional oleh Soekarno. Namun, ia tidak hadir dalam pengambilan sumpah jabatan DPR pada tanggal 23 Juli 1959 dan ia pun mengundurkan diri dari DPR beberapa minggu kemudian.{{sfn|Tim Penyusun Sejarah|1970|p=633}} Leimena juga terpilih sebagai anggota [[Konstituante]] dari dapil Maluku<ref>{{Cite book|last=Kementerian Penerangan|date=1956|url=https://books.google.co.id/books?id=DvxZQtmFr4cC&pg=PA514|title=Kumpulan peraturan-peraturan untuk pamilihan Konstituante|publisher=|pages=514|language=id|url-status=live}}</ref> dan menjadi wakil ketua lembaga tersebut, namun mengundurkan diri setahun kemudian karena ditunjuk sebagai menteri.<ref>{{cite web |title=Dr. J. Leimena |url=http://www.konstituante.net/en/profile/PARKINDO_j_leimena |website=konstituante.net |accessdate=22 Juni 2020}}</ref>
* Menteri Distribusi pada [[Kabinet Kerja I]] (10 Juli 1959 – [[18 Februari]] [[1960]])
 
* Wakil Menteri Utama merangkap Menteri Distribusi pada [[Kabinet Kerja II]] (18 Februari 1960 – [[6 Maret]] [[1962]])
Di luar jabatan menterinya, Leimena turut serta dalam organisasi Dewan Gereja Indonesia (sekarang menjadi [[Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia]], PGI) dan terpilih sebagai wakil ketuanya pada tahun 1950. Jabatan ini dipegang Leimena sampai tahun 1964 dan sejak tahun itu hingga ia wafat, ia memegang jabatan ketua kehormatan.{{sfn|Hitipeuw|1986|p=174}} Pada tahun 1950 juga, Leimena mendirikan [[Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia]].<ref name="tirto"/>
* Wakil Menteri Pertama I pada [[Kabinet Kerja III]] (6 Maret 1962 – [[13 Desember]] [[1963]])
 
* Wakil Perdana Menteri II pada [[Kabinet Kerja IV]] (13 November 1963 – [[27 Agustus]] [[1964]])
=== Demokrasi Terpimpin ===
* Menteri Koordinator pada [[Kabinet Dwikora I]] (27 Agustus 1964 – [[22 Februari]] [[1966]])
[[Berkas:UPACARA-PERINGATAN-HARI-ABRI-KE-XIX-1-08.jpg|jmpl|Leimena (paling kanan) sebagai inspektur upacara HUT ABRI ke-19 pada 5 Oktober 1964. Tampak Leimena mengenakan seragam Laksamana bintang empat.]]
* Wakil Perdana Menteri II merangkap Menteri Koordinator, dan Menteri Perguruan Tinggi & Ilmu Pengetahuan pada [[Kabinet Dwikora II]] (24 Februari 1966 – [[27 Maret]] [[1966]])
Setelah [[Kabinet Ali Sastroamidjojo II]] jatuh, Leimena menyatakan bahwa kabinet-kabinet kedepannya harus bersifat lebih inklusif dan mencakup partai-partai yang sebelumnya tidak masuk dalam pemerintahan.{{sfn|Hitipeuw|1986|p=141}} Leimena sendiri diikutsertakan dalam [[Kabinet Djuanda]], awalnya sebagai Menteri Sosial ketika kabinet tersebut diumumkan tanggal 9 April 1957, tetapi ia ditunjuk sebagai Wakil Perdana Menteri (Waperdam) tahun itu juga.{{sfn|Hitipeuw|1986|p=177}} Sejak bulan Mei 1957, Leimena menjadi anggota Dewan Nasional dan masih di tahun itu ia ditunjuk sebagai anggota Panitia 7 orang yang bertugas untuk menangani permasalahan dalam [[TNI Angkatan Darat]] beserta Presiden dan Wapres Soekarno dan [[Mohammad Hatta]], Perdana Menteri [[Djuanda Kartawidjaja]], Kasad TNI AD [[Abdul Haris Nasution]], Sultan [[Hamengkubuwono IX]], dan Menkes [[Abdul Azis Saleh]].{{sfn|Lev|2009|p=47}} Leimena dianggap seorang loyalis Soekarno yang masih mendukung Soekarno seusai [[Dekret Presiden 5 Juli 1959]]. Dikarenakan kesibukan Leimena dalam pemerintahan, jabatan ketua umum Parkindo didelegasikan ke [[Albert Mangaratua Tambunan]].{{sfn|Hitipeuw|1986|pp=141-143}}
* Wakil Perdana Menteri untuk urusan Umum pada [[Kabinet Dwikora III]] (27 Maret 1966 – [[25 Juli]] [[1966]])
 
==Referensi==
Seusai Dekret 1959, Leimena ditunjuk menjadi Menteri Distribusi, lalu kembali menjadi Waperdam.{{sfn|Hitipeuw|1986|p=177}} Dalam kapasitasnya sebagai Menteri Distribusi, Leimena memandang pentingnya memperbaiki asupan gizi untuk meningkatkan produktivitas pekerja, sehingga ia bertekad untuk mencapai swasembada beras. Untuk mencapai target ini, ia mendorong memajukan [[pertanian intensif]] di pulau Jawa, dan memperluas lahan pertanian di luar Jawa. Meskipun rencana Leimena dianggap ambisius, implementasinya menghadapi masalah karena perlunya koordinasi dengan kementerian-kementerian lainnya.{{sfn|Neelakantan|2017|p=49}}
==Daftar pustaka==
 
Selama [[Operasi Trikora]], Leimena menjadi anggota Komando Operasi Tertinggi. Dalam kapasitas ini, ia diberikan pangkat [[tituler]] sebagai [[Laksamana Madya]] pada tahun 1962 dan [[Laksamana]] (bintang empat) pada tahun 1964.<ref>{{cite book |last1=Setiono |first1=Benny G. |title=Tionghoa Dalam Pusaran Politik |date=2008 |publisher=TransMedia |isbn=978-979-799-052-7 |page=820 |url=https://books.google.com/books?id=CH0p3zHladEC&pg=PA820 |language=id}}</ref><ref>{{cite web|title=Presiden Soekarno melantik Dr. Subandrio sebagai Laksamana Udara, Dr. Leimena sebagai Laksamana Laut dan Dr. H.C. Chaerul Saleh sebagai Jenderal TNI pada tgl. 17/8/1964|date=17 August 1964|publisher=Indonesia OneSearch|url=https://onesearch.id/Record/IOS1.INLIS000000000054682}}</ref> Djuanda mendadak wafat pada bulan November 1963, sehingga presiden Soekarno membentuk presidium beranggotakan tiga orang yang terdiri dari Leimena, [[Subandrio]] dan [[Chaerul Saleh]] untuk memimpin kabinet.{{sfn|Crouch|2007|p=77}} Selama masa demokrasi terpimpin ini, Leimena yang dikenal berpihak ke Soekarno dinilai berbakat dalam menangani kalangan politikus dan elite lainnya, meskipun ia tidak begitu sukses dalam menggalang dukungan masyarakat umum.{{sfn|Crouch|2007|p=48}} Ia sempat tujuh kali menjabat sebagai [[penjabat]] Presiden selama masa ini.{{sfn|Aritonang|Steenbrink|2008|pp=654–656}}
=== G30S dan Supersemar ===
{{Quote box
| quote = Biarlah saya terus saja disini, saya tidak akan lari, kalau mereka masuk pintu ini... biarkan saya mati, karena anak saya [[Karel Sadsuitubun]] telah meninggal dalam rangka tugas pengawalan terhadap diri saya.
| source = — Leimena ke istrinya setelah mendengar berita kematian Sadsuitubun, 1 Oktober 1965<ref>{{cite book|last=Sudarmanto|first=J.B.|title=Jejak-jejak pahlawan: perekat kesatuan bangsa Indonesia|url=https://books.google.com/books?id=a53K2ngY_Y8C&q=kalau+mereka+masuk+pintu+ini+dan+saya+biarkan+saya+mati&pg=PA139|page=139|language=id|date=2007|isbn=9789797597160}}</ref>
| align = right
| width = 25em
}}
Pada saat kejadian [[Gerakan 30 September]] (G30S) pada 1965, Leimena bertempat tinggal dekat rumah jenderal [[Abdul Haris Nasution]] yang menjadi salah satu sasaran utama pihak G30S. Pada dini hari itu, ada sekitar seratus orang yang terlibat upaya penculikan Nasution, dan karena Leimena dijaga secara pribadi oleh tiga orang pengawal, para penculik bermaksud untuk memastikan ketiga orang tersebut tidak mengganggu. Baku tembak pun terjadi dan seorang pengawal Leimena [[Karel Sadsuitubun]] gugur. Seusai kejadian tersebut, rumah Leimana tidak diusik lagi, dan Leimena sendiri tidak disentuh.{{sfn|Anderson|Mcvey|2009|pp=36–37}}{{sfn|Hunter|2007|pp=5-6}} Begitu Leimena tahu bahwa pengawalnya terbunuh, ia menolak untuk melarikan diri dan berkeras untuk tinggal di rumah.<ref>{{cite web |title=Karel Sadsuitubun |url=http://repositori.kemdikbud.go.id/8335/1/KAREL%20SADSUITUBUN.pdf |access-date=21 June 2020 |page=100 |language=id |date=1985}}</ref> Sebelum peristiwa-peristiwa yang berlangsung menjadi jelas, Leimena awalnya dianggap sebagai sasaran utama para penculik dan laporan berita awalnya lebih berfokus ke kejadian di rumah Leimena.{{sfn|Hunter|2007|pp=5-6}} Bahkan, awalnya [[Soeharto]] (saat itu panglima [[Kostrad]]) diberitahu oleh [[Umar Wirahadikusumah]] bahwa Leimena telah ikut diculik.{{sfn|Hunter|2007|p=7}}
 
Beberapa jam setelah peristiwa tersebut, masih di tanggal 1 Oktober, Leimena dipanggil oleh [[Soekarno]] ke [[Bandar Udara Internasional Halim Perdanakusuma|Pangkalan Udara Halim Perdanakusuma]], tempat Soekarno sedang berunding dengan beberapa pimpinan G30S.{{sfn|Anderson|Mcvey|2009|p=63}}{{sfn|Hunter|2007|p=24}} Sebelum berangkat ke Halim, Leimena berdiskusi dengan Soeharto dan membawakan pesan dari Soeharto yang meminta Soekarno meninggalkan Halim sebelum pukul 16.30. Soeharto sebelumnya telah mengultimatum pihak G30S untuk meletakkan senjata sebelum pukul 16:30 dan mengancam akan menyerbu Halim apabila mereka tidak menyerah.{{sfn|Hunter|2007|p=24}} Setelah tiba di Halim, Leimena terus berada di dekat Soekarno sepanjang sore itu.{{sfn|Hunter|2007|p=35}} Setelah pembicaraan disana dan persetujuan Soekarno untuk menggantikan [[Ahmad Yani]] yang baru dibunuh dengan [[Pranoto Reksosamudro]] sebagai [[Kepala Staf TNI Angkatan Darat]], mereka diberitahukan bahwa Soeharto sedang mempersiapkan penyerbuan ke Halim. Tokoh-tokoh G30S seperti [[Omar Dhani]] mencoba meyakinkan Soekarno untuk mengikuti mereka ke [[Madiun]], ke [[Jawa Timur]] atau ke [[Bali]], tetapi Leimena berhasil memastikan bahwa Soekarno tidak dibawa pergi. Leimena menganggap bahwa apabila Soekarno mengikuti saran Dhani dkk, [[perang saudara]] dapat saja pecah.{{sfn|Hunter|2007|p=35}}{{sfn|Crouch|2007|pp=128–132}} Karena Leimena, rencana pihak G30S yang ingin membawa Soekarno ke lokasi yang dikendalikan mereka digagalkan, dan Soekarno sendiri memutuskan untuk kembali ke [[Istana Bogor]] sehingga ia tidak dapat dilibatkan dalam rencana-rencana kudeta.{{sfn|Hitipeuw|1986|pp=144–145}}{{sfn|Anderson|Mcvey|2009|p=85}}{{sfn|Hunter|2007|p=35}} Sore itu, pihak G30S di bawah Kolonel [[Untung Syamsuri]] mengumumkan "[[Dewan Revolusi Indonesia]]" yang termasuk Leimena, beserta banyak menteri dan petinggi negara lainnya.{{sfn|Anderson|Mcvey|2009|p=171}}{{sfn|Hunter|2007|p=20}}
 
Leimena kemudian ditunjuk sebagai Menteri Perguruan Tinggi dan Ilmu Pengetahuan ''[[ad interim]]'' dan pada tanggal 3 Maret 1966 ia memerintahkan universitas-universitas ditutup. Perintahnya diabaikan oleh kesatuan-kesatuan TNI yang mengawal aktivitas di kampus-kampus.{{sfn|Crouch|2007|p=185}} Pada tanggal 11 Maret, Leimena ikut dalam suatu rapat kabinet di Jakarta, ketika sejumlah tentara memosisikan diri di depan [[Istana Presiden Indonesia|Istana Presiden]]. Sore itu, Soekarno beserta ketiga Waperdam (Leimena, [[Subandrio]], dan [[Chaerul Saleh]]) bertemu sejumlah jenderal TNI ([[Amirmachmud]], [[M. Jusuf]] dan [[Basuki Rachmat]]) di Istana Bogor. Hasil dari pertemuan tersebut merupakan [[Surat Perintah Sebelas Maret]] yang pada dasarnya menyerahkan sejumlah besar kekuasaan darurat ke Soeharto.{{sfn|Crouch|2007|pp=188–189}} Tak lama kemudian, pada tanggal 16 Maret, pertemuan lain yang diikuti Leimena berlangsung, dan dalam pertemuan itu Soekarno menolak permintaan untuk [[Perombakan kabinet|merombak kabinetnya]].{{sfn|Crouch|2007|pp=193–194}} Akan tetapi, pada tanggal 18 Maret 1966, 15 orang menteri Soekarno ditangkap.{{efn|15 orang menteri Soekarno tersebut meliputi Menteri Urusan Bank Sentral [[Jusuf Muda Dalam]], Menteri Pengairan Rakyat Ir. [[Surachman]], Menteri Negara [[Oei Tjoe Tat]], Menteri Pendidikan Dasar dan Kebudayaan [[Sumardjo]], Menteri Urusan Listrik dan Ketenagaan Ir. [[Setiadi Reksoprodjo]], Wakil Perdana Menteri III [[Chaerul Saleh]], Wakil Perdana Menteri I dr. [[Soebandrio]], Menteri Pertambangan [[Armunanto]], Menteri Perburuhan [[Soetomo Martopradoto]], Menteri Kehakiman [[Astrawinata]] S.H, Menteri Penerangan Mayor Jenderal TNI [[Achmadi]], Menteri Transmigrasi dan Koperasi Drs. [[Achadi]], Menteri dan Kepala Daerah DKI Mayjen TNI Dr. [[Soemarno Sosroatmodjo]], Menteri/Sekjen Front Nasional [[JK Tumakaka]] dan Menteri Khusus urusan Pengamanan Letkol [[Imam Sjafei]].<ref>{{cite web |last=Abdurahman |first=Hendi |title=Kisah Soeharto yang Berani Menangkap 15 Menteri Loyalis Soekarno. Lantaran Dianggap Pro PKI? |url=https://berita.99.co/soeharto-menangkap-15-menteri-loyalis-soekarno/ |website=99.co|date=27 Juli 2022 |accessdate=21 Oktober 2020 |language=id}}</ref> Meskipun begitu, Leimena masih menjabat dalam [[Kabinet Hatta I]] yang tidak dianggap bubar.<ref name="Detail biodata Pejabat Menteri">{{cite web |title=Detail biodata Pejabat Menteri |url=https://kepustakaan-presiden.perpusnas.go.id/cabinet_personnel/popup_profil_pejabat.php?id=49&presiden_id=&presiden= |publisher=[[Perpustakaan Nasional]] |accessdate=19 September 2020 |language=id }}{{Pranala mati|date=Februari 2023 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}</ref>}} Meskipun demikian, Leimena tetap menjabat sebagai menteri dan ditunjuk sebagai anggota bagian kabinet beranggotakan lima orang: Leimena, [[Hamengkubuwono IX]], [[Idham Chalid]], [[Adam Malik]], dan [[Ruslan Abdulgani]].{{sfn|Crouch|2007|p=200}}<ref>{{cite book |last1=Central Intelligence Agency |title=Daily Report, Foreign Radio Broadcasts |date=1966 |page=BBB4 |url=https://books.google.com/books?id=oS2ZjucSpRgC |language=en|author1-link=Badan Intelijen Pusat }}</ref> Ia pada waktu itu sudah menjabat sebagai menteri dalam berbagai kabinet selama hampir dua puluh tahun.<ref name="historia"/>
=== Orde Baru ===
Awalnya Soeharto berniat untuk menjadikan Leimena menteri juga dalam pemerintahannya, tetapi Leimena sendiri menolak secara tidak langsung melalui Hamengkubuwono IX.<ref name="historia">{{cite news |last1=Setiawan |first1=Andri |title=Nyong Ambon Pendeta Bung Karno |url=https://historia.id/politik/articles/nyong-ambon-pendeta-bung-karno-PyqLN |access-date=24 Januari 2021 |work=Historia |date=14 Agustus 2019 |language=id}}</ref> Maka itu, Leimena ditunjuk sebagai ''caretaker'' (pejabat sementara) Wakil Ketua [[Dewan Pertimbangan Agung]] (DPA) antara 1966 dan 1968. Seusai masa jabatannya habis, ia tetap menjadi anggota DPA sampai tahun 1973. Dalam ranah ini ia meluruskan isu-isu internal DPA, khususnya dalam perihal perpajakan, pendidikan, dan suksesi presiden.{{sfn|Hitipeuw|1986|pp=144–145}} Ia juga ditunjuk sebagai direktur di [[Rumah Sakit PGI Cikini|Rumah Sakit Cikini]] pada tahun 1968.<ref>{{cite web |title=Dr. Leimena Direktur RS "Tjikini"|url=http://www.kompasdata.id/Search/NewsDetail/19839489|date=16 Desember 1968|work=[[Kompas (surat kabar)|Kompas]]|language=id}}</ref> Selama masa [[Orde Baru]], Leimena menjadi salah satu dari segelintir politisi yang tidak menjauhkan diri dari Soekarno.<ref name="KOMPAS020807">''Kompas''. 16 November 2007. hlm. 51</ref>
 
Dalam [[Pemilihan umum legislatif Indonesia 1971|pemilihan umum 1971]], Leimena terpilih menjadi anggota [[Dewan Perwakilan Rakyat]], tetapi ia tidak dilantik.{{sfn|Hitipeuw|1986|p=179}} Seusai fusi antara Parkindo dan [[Partai Demokrasi Indonesia]] (PDI) pada tahun 1973, Leimena ditunjuk sebagai wakil ketua dewan pertimbangan pusat PDI.<ref>{{cite book|title=Kongres Pertama PDI (Partai Demokrasi Indonesia) untuk Demokrasi, Kebangsaan, dan Keadilan Sosial|page=94|language=id |date=1976}}</ref>
 
== Pandangan politik ==
{{quotebox
| quote = Tugas seorang Kristen Indonesia adalah memperlihatkan bahwa menjadi Kristen tidak ada sangkut pautnya dengan kolonialisme. Menjadi Kristen berarti hidup dalam dua dunia, sebagai anggota yang hidup dari bangsa sendiri dan juga sebagai anggota persekutuan orang-orang kudus di dalam Kristus.
| source = Tulisan Leimena dalam majalah Belanda ''Eltheto'', 1935<ref name="seratus"/>
| align = right
| width = 30em
}}
Sebelum Indonesia merdeka, Leimena beberapa kali berbicara mengenai perbedaan antara gerakan Kristiani di skala internasional dan gerakan kemerdekaan Indonesia di skala nasional.{{sfn|Aritonang|Steenbrink|2008|p=195}} Dalam pidato-pidato yang disampaikan dalam pertemuan DGI, Leimena mendorong pandangannya bahwa ada kesamaan kepentingan antara pihak gereja dan pihak negara.{{sfn|Aritonang|Steenbrink|2008|p=785}}
 
Leimena merupakan seorang tokoh yang secara vokal menolak [[Darul Islam]], [[separatisme]], dan [[komunisme]] sehingga ia dinilai sehaluan dengan posisi politik Soekarno yang mendorong negara berdasarkan [[Pancasila]] serta dengan sejumlah tokoh Islam yang cenderung sosialis seperti [[Mohammad Natsir]] dan [[Syafruddin Prawiranegara]]. Menurut Soekarno, Leimena "berjiwa [[Pendeta#Kristen|dominee]], tetapi ia tak pernah berhenti melawan imperialisme-kolonialisme".{{sfn|Aritonang|Steenbrink|2008|p=195}}{{sfn|Hitipeuw|1986|pp=141–143}}{{sfn|Kahin|2003|p=157}} Soekarno sendiri sering menyebut Leimena dengan julukan "''mijn dominee''" (pendetaku).<ref name="historia"/>
== Kehidupan pribadi ==
[[Berkas:Tjitjih Wiyarsih Leimena.jpg|jmpl|100px|Istri Leimena, Wijarsih Prawiradilaga.]]
Selama bersekolah di STOVIA, Leimena aktif bermain [[sepakbola]] dan sering kali ikut dalam tim sepakbola STOVIA dan sejumlah klub lokal pada masanya.{{sfn|Hitipeuw|1986|p=34}} Ia bertemu dengan istrinya Wijarsih Prawiradilaga selama bertugas sebagai dokter di Bandung.{{sfn|Hitipeuw|1986|p=55}} Pasangan ini memiliki delapan anak yaitu empat anak laki-laki dan empat anak perempuan.{{sfn|Hitipeuw|1986|pp=174–175}} Salah seorang putrinya, [[Melani Leimena Suharli]], menjadi Wakil Ketua [[Majelis Permusyawaratan Rakyat]] periode 2009–2014.<ref name="monumen">{{Cite news|title=Monumen Pahlawan Dr J Leimena Dibangun |url=https://nasional.kompas.com/read/2011/08/19/1855263/Monumen.Pahlawan.Dr.J.Leimena.Dibangun. |access-date=1 September 2020 |work=[[Kompas.com]] |date=19 Agustus 2011 |language=id|editor-last=Kusumaputra |editor-first=Robert Adhi }}</ref>
 
Leimena dikenang keluarganya sebagai sosok sederhana, khususnya dalam hal pakaian. Ia terbiasa memakai kemeja putih dengan gaya yang sama tiap kali.<ref name="tempo">{{Cite news|title=Dokter Politik dari Timur |url=https://majalah.tempo.co/read/laporan-khusus/128572/dokter-politik-dari-timur |access-date=26 Juni 2020 |work=[[Tempo.co]] |date=27 Oktober 2008 |language=id|last=Administrator }}</ref> Menurut Soekarno dalam autobiografinya, Leimena tidak memiliki pakaian formal selama jalannya revolusi, sehingga saat ia dikirim dalam kapasitas diplomasi ia harus meminjam jas dan dasi dari koleganya.<ref name="tirto"/>
 
== Wafat ==
[[Berkas:DR. Johannes Leimena - TMPNU Kalibata 2.jpg|jmpl|Makam DR. Johannes Leimena di Taman Makam Pahlawan Nasional Utama Kalibata]]
Leimena meninggal di [[Jakarta]] pada tanggal 29 Maret 1977, sekitar pukul 7.30 pagi. Ia sempat mengeluh sakit seusai pulang dari Eropa sebelumnya dan saat kembali ke Indonesia, ia menggunakan kursi roda. Seusai acara pemakamannya, Leimena dikuburkan secara militer di [[Taman Makam Pahlawan Kalibata]].{{sfn|Hitipeuw|1986|pp=169-170}}
== Penghargaan ==
Ia mendapatkan tanda kehormatan, diantaranya;{{sfn|Hitipeuw|1986|pp=179–180}}
=== Dalam Negeri ===
*{{Flag|Indonesia}} :
**[[File:Pita (Ribbon) Bintang Mahaputera Adipradana.png|70px]] [[Bintang Mahaputera Adipradana]] (1973)<ref>{{cite book |title=Daftar WNI yang Mendapat Tanda Kehormatan Bintang Mahaputera tahun 1959 s.d. 2003 |url=https://cdn.setneg.go.id/_multimedia/document/20180910/41462-Bintang_Mahaputera_tahun_1959-2003.pdf |access-date=4 Oktober 2021}}</ref>
**[[File:Pita (Ribbon) Bintang Gerilya.png|70px]] [[Bintang Gerilya]] (1959)
**[[File:Pita (Ribbon) Satyalencana Pembangunan.png|70px]] [[Satyalancana Pembangunan]] (1961)
**[[File:Satyalancana Peringatan Perjuangan Kemerdekaan rib.svg|70px]] [[Daftar tanda kehormatan di Indonesia|Satyalancana Peringatan Perjuangan Kemerdekaan]]
**[[File:Satyalancana Karya Satya.gif|70px]] [[Satyalancana Karya Satya]]
 
=== Luar negeri ===
*{{flag|Bolivia}} :
**[[File:BOL Order of Condor of the Andes - Grand Cross BAR.png|70px]] Grand Cross of the [[:en:Order of the Condor of the Andes|Order of the Condor of the Andes]]
*{{Flag|Ekuador}} :
**[[Berkas:National Order of Merit-Grand Cross (Ecuador) - ribbon bar.gif|70px]] Grand Cross of the [[:en:National Order of Merit (Ecuador)|National Order of Merit]]
*{{Flag|Filipina}} :
**[[File:PHI Order of Sikatuna 2003 Commander BAR.svg|70px]] Commander of the [[:en:Order of Sikatuna|Order of Sikatuna]], Rank of Lakan (CS)
*{{Flag|Kamboja}} :
**[[File:Royal Order of Sahametrei Grand Cross Ribbon Bar.png|70px]] Grand Cross of the [[:en:Royal Order of Sahametrei|Royal Order of Sahametrei]]
*{{Flag|Mexico}} :
**[[File:MEX Order of the Aztec Eagle 1Class BAR.png|70px]] Grand Cross of the Mexican [[:en:Order of the Aztec Eagle|Order of the Aztec Eagle]]
*{{flag|Romania|1965}}:
**[[File:ROM Ordinul 23 August Clasa II BAR.svg|70px]] [[:en:Orders, decorations, and medals of Romania|Order of 23 August]] 2nd Class
*{{Flag|Thailand}} :
**[[File:Order of the White Elephant - 1st Class (Thailand) ribbon.svg|70px]] Knight Grand Cross (First Class) of the Most Exalted [[:en:Order of the White Elephant|Order of the White Elephant]] (KCE) (1960)<ref>[http://www.ratchakitcha.soc.go.th/DATA/PDF/2503/D/019/826.PDF แจ้งความสำนักนายกรัฐมนตรี เรื่อง พระราชทานเครื่องราชอิสริยาภรณ์]</ref>
*{{Flag|Yugoslavia}} :
**[[Berkas:YU Order of the Yugoslav Flag with Sash (1st rank) Ribbon Bar.png|70px]] [[:en:Orders, decorations, and medals of the Socialist Federal Republic of Yugoslavia|Order of the Yugoslav Flag]] with Sash
 
== Peninggalan ==
Menurut [[Soekarno]] dan [[Mohammad Roem]], Leimena merupakan seorang politisi yang jujur dan diplomat yang berbakat.<ref name="tirto">{{cite news |title=Johannes Leimena, Orang Paling Jujur di Mata Soekarno |url=https://tirto.id/johannes-leimena-orang-paling-jujur-di-mata-Soekarno-bJLB |access-date=22 Juni 2020 |work=[[Tirto]] |date=29 Maret 2018 |language=id}}</ref><ref name="seratus"/> Menurut [[Sutan Sjahrir]], hubungan antara Leimena dan Soekarno berjalan dengan Leimena menyampaikan pikirannya "secara tulus kepada Bung Karno, tetapi dia tak akan pernah melepaskan Bung Karno sendirian."<ref name="seratus">{{cite news |last1=Pour |first1=Julius |title=Seratus Tahun Johannes Leimena |url=http://www.kompasdata.id/Search/NewsDetail/17530019 |access-date=1 September 2020 |work=Kompas |date=18 Juni 2005 |page=59 |language=id}}</ref> Ia dianggap sebagai tokoh senior oleh sejawatnya, sehingga ia tidak dijuluki "Bung" sebagaimana biasa, tetapi lebih umum dijuluki "Om Jo".<ref name="fondasi"/>
 
Pada tahun 2010, 33 tahun setelah wafat, Leimena dianugerahi gelar [[Pahlawan Nasional Indonesia]] oleh Presiden [[Susilo Bambang Yudhoyono]].<ref>{{cite news |title=Doctor, army officer named national heroes |url=https://www.thejakartapost.com/news/2010/11/12/doctor-army-officer-named-national-heroes.html |access-date=19 Juni 2020 |work=The Jakarta Post |date=12 November 2010 |language=en}}</ref> Di [[Ambon]], RSUP Johannes Leimena mengambil namanya.<ref>{{cite news |title=Anak Johannes Leimena Hadir Saat Peresmian RSUP |url=https://terasmaluku.com/anak-johannes-leimena-hadir-saat-peresmian-rsup/ |access-date=22 Juni 2020 |work=Teras Maluku |date=16 Oktober 2019 |language=id |archive-date=2021-04-14 |archive-url=https://web.archive.org/web/20210414110257/https://terasmaluku.com/anak-johannes-leimena-hadir-saat-peresmian-rsup/ |dead-url=yes }}</ref> Di [[Universitas Pattimura]], terdapat patung Leimena yang diresmikan tahun 2012.<ref name="monumen"/><ref>{{cite web |title=Sambutan Presiden RI pada Peresmian Patung Pahlawan Nasional Dr. J Leimena, Ambon, 9 Juni 2012 |url=https://www.setneg.go.id/baca/index/sambutan_presiden_ri_pada_peresmian_patung_pahlawan_nasional_dr_j_leimena_ambon_9_juni_2012 |website=[[Kementerian Sekretariat Negara Republik Indonesia]] |access-date=22 Juni 2020 |language=id}}</ref> [[Institut Leimena]] milik [[Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia]] diresmikan pada tahun 2004, dan sebelumnya dikenal sebagai Akademi Leimena sejak tahun 1984.<ref>{{cite web |title=Tentang Kami {{!}} Institut Leimena |url=https://leimena.org/tentang-kami/ |access-date=22 Juni 2020 |language=id}}</ref>{{sfn|Aritonang|Steenbrink|2008|p=803}}
 
== Catatan kaki ==
{{notelist}}
 
== Referensi ==
{{reflist}}
== Daftar pustaka ==
[[Berkas:Dr Johannes Leimena Karya dan Pengabdiannya (1986).pdf|jmpl|''Dr. Johannes Leimena, Karya dan Pengabdiannya'' - biografi yang diterbitkan [[Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia|Kemendikbud]].]]
{{Commons category|Johannes Leimena}}
{{div col|colwidth=40em}}
* {{cite book|last1=Anderson|first1=Benedict|last2=Mcvey|first2=Ruth T.|title=A Preliminary Analysis of the October 1, 1965 Coup in Indonesia|date=2009|publisher=Equinox Publishing|isbn=978-602-8397-52-0|url=https://books.google.com/books?id=CVcwPV3NvDMC|language=en|ref=harv|url-status=live}}
* {{cite book|last1=Anwar|first1=Rosihan|title=Sutan Sjahrir, True Democrat, Fighter for Humanity, 1909-1966|date=2010|publisher=Penerbit Buku Kompas|isbn=978-979-709-468-3|url=https://books.google.com/books?id=h3iRh13znRUC|language=id|ref=harv|url-status=live}}
* {{cite book|last1=Aritonang|first1=Jan Sihar|last2=Steenbrink|first2=Karel Adriaan|title=A History of Christianity in Indonesia|date=2008|publisher=BRILL|isbn=978-90-04-17026-1|url=https://books.google.com/books?id=cUoGJSs9yOUC|language=en|ref=harv|url-status=live}}
* {{Cite journal|last=Astiannis|first=Rella|date=2018|title=Johannes Leimena dalam Kesehatan Ibu dan Anak di Indonesia (1946-1956)|url=https://ejournal.upi.edu/index.php/factum/article/view/15606|journal=Factum|volume=7|issue=2|pages=203-214|ref=harv|url-status=live}}
* {{cite book|last1=Chauvel|first1=Richard|title=Nationalists, Soldiers and Separatists: The Ambonese Islands from Colonialism to Revolt, 1880-1950|date=2008|publisher=BRILL|isbn=978-90-04-25395-7|url=https://books.google.com/books?id=UbZiAAAAQBAJ|language=en|ref=harv|url-status=live}}
* {{cite book|last1=Crouch|first1=Harold|title=The Army and Politics in Indonesia|date=2007|publisher=Equinox Publishing|isbn=978-979-3780-50-4|url=https://books.google.com/books?id=TJptHWc4i1EC|language=en|ref=harv|url-status=live}}
* {{cite book|last1=Feith|first1=Herbert|title=The Decline of Constitutional Democracy in Indonesia|date=2006|publisher=Equinox Publishing|isbn=978-979-3780-45-0|url=https://books.google.com/books?id=VAH0W9uxoqoC|language=en|ref=harv|url-status=live}}
* {{cite book|last1=Hitipeuw|first1=Frans|title=Dr. Johannes Leimena, Karya dan Pengabdiannya|date=1986|publisher=[[Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia]]|location=Jakarta|url=https://books.google.com/books?id=TeGmTDmTFFQC|language=id|ref=harv|url-status=live}}
*{{cite book|last1=Hunter|first1=Helen-Louise|title=Soekarno and the Indonesian Coup: The Untold Story|date=2007|publisher=Greenwood Publishing Group|isbn=978-0-275-97438-1|url=https://books.google.com/books?id=33uXIgopoUEC|language=en|ref=harv|url-status=live}}
* {{cite book|last1=Lev|first1=Daniel S.|title=The Transition to Guided Democracy: Indonesian Politics, 1957–1959|date=2009|publisher=Equinox Publishing|isbn=978-602-8397-40-7|url=https://books.google.com/books?id=ybL_CsT93w4C|ref=harv|url-status=live|language=en}}
* {{cite book|last1=Kahin|first1=George McTurnan|title=Nationalism and Revolution in Indonesia|date=2003|publisher=SEAP Publications|isbn=978-0-87727-734-7|url=https://books.google.com/books?id=WDgBBzWQ2DAC|language=en|ref=harv|url-status=live}}
* {{cite book|last1=Murakami|first1=Saki|title=Cars, Conduits, and Kampongs|date=2015|publisher=Brill|pages=29–62|chapter=Call for Doctors!: Uneven Medical Provision and the Modernization of State Health Care during the Decolonization of Indonesia, 1930s–1950s|jstor=10.1163/j.ctt1w76ts6.7|isbn=978-9-00428-072-4|ref=harv|url-status=live}}
* {{cite book|last1=Neelakantan|first1=Vivek|title=Science, Public Health and Nation-Building in Soekarno-Era Indonesia|date=2017|publisher=Cambridge Scholars Publishing|isbn=978-1-4438-7849-4|url=https://books.google.com/books?id=3VwpDwAAQBAJ|ref=harv|url-status=live|language=en}}
*{{cite book|author=Tim Penyusun Sejarah|title=Seperempat Abad Dewan Perwakilan Rakjat Republik Indonesia|language=id|date=1970|location=[[Jakarta]]|publisher=Sekretariat DPR-GR |url=http://repositori.dpr.go.id/81/1/SEPEREMPAT%20ABAD%20DPR%20RI.pdf|ref=harv}}
{{div end}}
 
{{kotak mulai}}
{{s-off}}
|-
{{kotak suksesi|pendahulu=''Tidak Ada''|tahun=1962–1964|pengganti=[[Ali Sadikin]]|jabatan=[[Daftar Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Indonesia|Menteri Koordinator Distribusi Indonesia]]}}
{{S-new}}
{{S-ttl|title=[[Daftar Menteri Koordinator Bidang Produksi dan Distribusi Indonesia|Menteri Koordinator Distribusi Indonesia]]|years=1962–1966}}
{{S-vac|dormant|next=[[Hartarto Sastrosoenarto]]|as=Menteri Koordinator Bidang Produksi dan Distribusi}}
|-
{{kotak suksesi|pendahulu=[[Mohamad Roem]]|tahun=1957–1966|pengganti=''Jabatan Dihapuskan''|jabatan=[[Wakil Perdana Menteri Indonesia]]}}
{{kotak suksesi|pendahulu=Fatah Jasin|tahun=1957|pengganti=[[Muljadi Djojomartono]]|jabatan=[[Menteri Sosial Republik Indonesia|Menteri Sosial Indonesia]]}}
{{kotak suksesi|pendahulu=[[Lie Kiat Teng]]|tahun=1955–1956|pengganti=Handrianus[[Hadrianus Sinaga]]|jabatan=[[Menteri Kesehatan Indonesia]]}}
{{kotak suksesi|pendahulu=[[Sutopo]]|tahun=1950–1953|pengganti=[[F.L.Ferdinand Lumban Tobing]]|jabatan=[[Menteri Kesehatan Indonesia]]}}
{{kotak suksesi|pendahulu=Surono|tahun=1949–1950|pengganti=[[Sutopo]]|jabatan=[[Menteri Kesehatan Indonesia]]}}
{{kotak suksesi|pendahulu=[[Darma Setiawan]]|tahun=1947–1949|pengganti=[[Mananti Sitompul]]|jabatan=[[Menteri Kesehatan Indonesia]]}}
{{kotak selesai}}
{{Pahlawan Indonesia}}
{{Wakil Perdana Menteri Indonesia}}
 
{{Authority control}}
{{Persondata
{{artikel pilihan}}
|NAME = Leimena, Johannes
|ALTERNATIVE NAMES =
|SHORT DESCRIPTION = Salah satu tokoh politik yang paling sering duduk di Kabinet Indonesia.
|DATE OF BIRTH = [[6 Maret]] [[1905]]
|PLACE OF BIRTH = [[Kota Ambon|Ambon]]
|DATE OF DEATH = [[29 Maret]] [[1977]]
|PLACE OF DEATH = [[Jakarta]]
}}
 
{{Wakil Perdana Menteri Indonesia}}
{{DEFAULTSORT:Leimena, Johannes}}
[[Kategori:Pahlawan nasional Indonesia]]
[[Kategori:Dokter Indonesia]]
[[Kategori:Tokoh Maluku]]
[[Kategori:Tokoh dari Maluku]]
[[Kategori:Tokoh dari Ambon]]
[[Kategori:Tokoh Kristen Indonesia]]
[[Kategori:Tokoh GMKI]]
[[Kategori:Politikus Indonesia]]
[[Kategori:Politikus Partai Kristen Indonesia]]
[[Kategori:Wakil Perdana Menteri Indonesia]]
[[Kategori:Menteri Indonesia]]
[[Kategori:Menteri Kabinet Sjahrir II]]
[[Kategori:Menteri Kabinet Sjahrir III]]
Baris 158 ⟶ 272:
[[Kategori:Menteri Kabinet Hatta II]]
[[Kategori:Menteri Kabinet Republik Indonesia Serikat]]
[[Kategori:DokterMenteri Kesehatan Indonesia]]
[[Kategori:Tokoh dari Maluku]]
[[Kategori:Wakil Perdana Menteri Indonesia]]
[[Kategori:Pahlawan nasional Indonesia]]
[[Kategori:Tokoh Kristen Indonesia]]
[[Kategori:Tokoh Orde Lama]]
[[Kategori:Anggota Konstituante Republik Indonesia]]
[[Kategori:Penerima Bintang Gerilya]]
[[Kategori:Penerima Bintang Republik Indonesia Adipradana]]
[[Kategori:pahlawan nasional Indonesia yang beragama Kristen]]