Partai Komunis Indonesia: Perbedaan antara revisi
[revisi terperiksa] | [revisi terperiksa] |
Konten dihapus Konten ditambahkan
(nama pengguna dihapus) k (ringkasan suntingan dihapus) |
kTidak ada ringkasan suntingan Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
||
(42 revisi perantara oleh 23 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 3:
{{redirect|PKI}}
{{Infobox political party
| colorcode = red
| name = Partai Komunis Indonesia
| native_name = PKI
| logo = Communist Party of Indonesia.svg
| founder = [[Henk Sneevliet]]
| founded = {{start date|1914|5|9}} (sebagai [[Indische Sociaal Democratische Vereeniging|Perhimpunan Demokrat Sosial Hindia]])<br>23 Mei 1920
(sebagai Perserikatan Komunis di Hindia)<ref name="Pidato Aidit Lahirnya PKI">{{Cite web |url=https://www.marxists.org/indonesia/indones/1955-AiditLahirnyaPKI.htm |title=Salinan arsip |access-date=2024-06-26 |archive-date=2023-05-25 |archive-url=https://web.archive.org/web/20230525151304/https://www.marxists.org/indonesia/indones/1955-AiditLahirnyaPKI.htm |dead-url=no }}</ref><br>1924 (sebagai Partai Komunis Indonesia)
| banned = 20 Maret 1927 (oleh pemerintahan Belanda)<br>12 Maret 1966 (oleh pemerintahan RI)
|headquarters = [[Jakarta]]▼
| predecessor = [[Indische Sociaal Democratische Vereeniging|ISDV]]
|newspaper = ''Soeara Rakjat''<br> ''[[Harian Rakjat]]''▼
▲| headquarters = [[Jakarta]]
|membership_year = 1960▼
▲| newspaper = ''Soeara Rakjat''<br> ''[[Harian Rakjat]]''
|membership = 3 juta▼
▲| membership_year = 1960
|ideology = [[Komunisme]],<br>[[Marxisme-Leninisme]]▼
|international = [[Internasionale Ketiga|Komintern]] (sampai 1943)▼
▲| international = [[Internasionale Ketiga|Komintern]] (sampai 1943)
| colors = {{Color box|#FF0000}} Merah
|
|
| wing1 = [[Gerwani]]
|
|
| wing3_title = Sayap petani
|student_wing = [[Consentrasi Gerakan Mahasiswa Indonesia|CGMI]]▼
|
▲| student_wing = [[Consentrasi Gerakan Mahasiswa Indonesia|CGMI]]
|state = Indonesia▼
| flag = Flag of the Communist Party of Indonesia.svg
▲| state = Indonesia
| anthem = {{lang|id|Pujaan Kepada Partai}}}}
'''Partai Komunis Indonesia''' ('''PKI''') adalah sebuah [[partai komunis]] di [[Hindia Belanda]], kemudian [[Indonesia]]. Partai ini merupakan partai komunis nonpemerintah terbesar di dunia sebelum [[Pembantaian di Indonesia 1965–1966|dibubarkan dengan kekerasan pada tahun 1965]]. Partai ini memiliki dua juta anggota pada pemilu tahun 1955, dengan 16 persen suara nasional dan hampir 30 persen suara di [[Jawa Timur]].<ref name="The Indonesian Counter-Revolution">{{Cite web|title=The Indonesian Counter-Revolution|url=https://jacobin.com/2019/01/unmasked-graves-review-indonesia-genocide-communist-party|website=jacobin.com|access-date=2024-06-26|archive-date=2024-03-31|archive-url=https://web.archive.org/web/20240331142013/https://jacobin.com/2019/01/unmasked-graves-review-indonesia-genocide-communist-party|dead-url=no}}</ref> Selama sebagian besar periode setelah Kemerdekaan Indonesia hingga pemberantasan PKI pada tahun 1965, PKI merupakan partai resmi yang beroperasi secara terbuka di negara ini.<ref name="Bevins">{{cite news|last=Bevins|first=Vincent|date=20 October 2017|title=What the United States Did in Indonesia|url=https://www.theatlantic.com/international/archive/2017/10/the-indonesia-documents-and-the-us-agenda/543534/|work=The Atlantic|access-date=22 October 2017|archive-date=2019-04-28|archive-url=https://web.archive.org/web/20190428190633/https://www.theatlantic.com/international/archive/2017/10/the-indonesia-documents-and-the-us-agenda/543534/|dead-url=no}}</ref>
== Pelopor ==
[[Berkas:Henk-sneevliet.gif|jmpl|kiri|200px|Henk Sneevliet]]
[[Henk Sneevliet]] dan kaum sosialis Hindia Belanda lainnya membentuk serikat tenaga kerja di pelabuhan pada tahun 1914, dengan nama ''Indies Social Democratic Association'' (dalam bahasa Belanda: ''[[Indische Sociaal Democratische Vereeniging]]''-, ISDV). ISDV pada dasarnya dibentuk oleh 85 anggota dari dua partai sosialis Belanda, yaitu [[SDAP]] dan [[Partai Sosialis (Belanda)|Partai Sosialis Belanda]] yang kemudian menjadi SDP komunis, yang berada dalam kepemimpinan Hindia Belanda.<ref>
Pada Oktober 1915, ISDV mulai aktif dalam penerbitan surat kabar berbahasa Belanda, "''Het Vrije Woord''" (Kata yang [[Merdeka]]). Editornya adalah [[Adolf Baars]]. Pada saat pembentukannya, ISDV tidak menuntut kemerdekaan untuk Indonesia. Pada saat itu, ISDV mempunyai sekitar 100 orang anggota, dan dari semuanya itu hanya tiga orang yang merupakan warga [[pribumi Indonesia]]. Namun, partai ini dengan cepat berkembang menjadi radikal dan [[Antikapitalisme|anti kapitalis.]] Perubahan terjadi kembali,ketika Sneevliet memindahkan markas mereka dari [[Surabaya]] ke [[Semarang]] dan menarik banyak penduduk asli dari berbagai elemen seperti agamawan, nasionalis dan aktivis gerakan lainnya yang akhir-akhir ini sedang tumbuh di Hindia Belanda sejak tahun 1900. Di bawah pimpinan Sneevliet, partai ini merasa tidak puas dengan kepemimpinan SDAP di Belanda, dan yang menjauhkan diri dari ISDV dan menolak untuk bekerja sama dengan pemerintah karena menolak "berpura-pura" menjadi Dewan Masyarakat (
Di bawah kepemimpinan Sneevliet, ISDV yakin bahwa [[Revolusi Oktober]] seperti yang terjadi di [[Rusia]] harus diikuti Indonesia. Kelompok ini berhasil mendapatkan pengikut di antara tentara-tentara dan pelaut Belanda yang ditempatkan di Hindia Belanda. Dibentuklah 'Pengawal Merah' dan dalam waktu tiga bulan jumlah mereka telah mencapai 3.000 orang. Pada akhir 1917, para tentara dan pelaut itu memberontak di Surabaya di sebuah pangkalan angkatan laut utama di Indonesia saat itu, dan membentuk sebuah [[dewan soviet]]. Para penguasa kolonial menindas dewan-dewan soviet di Surabaya dan ISDV. Para pemimpin ISDV dikirim kembali ke Belanda, termasuk Sneevliet. Para pemimpin pemberontakan dari kalangan militer Belanda dijatuhi hukuman penjara hingga 40 tahun.<ref>{{cite journal|last=Nuri|first=Wasul|date=2008|title=Perseteruan Partai Masyumi dengan Partai Komunis Indonesia 1945-1960|publisher=Jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam Fakultas Adab Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta|url=http://digilib.uin-suka.ac.id/2312/|7=|access-date=2024-06-26|archive-date=2021-06-03|archive-url=https://web.archive.org/web/20210603080946/https://digilib.uin-suka.ac.id/2312/|dead-url=no}}</ref>
Sementara itu, ISDV membentuk blok dengan organisasi anti-kolonialis [[Sarekat Islam]]. Banyak anggota SI seperti dari Surabaya, [[Semaun]] dan [[Darsono (politikus)|Darsono]] dari [[Solo]] tertarik dengan ide-ide Sneevliet. Sebagai hasil dari strategi Sneevliet akan "blok dalam", banyak anggota SI dibujuk untuk mendirikan revolusioneris yang lebih dalam Marxis-didominasi Sarekat Rakjat.<ref name="SINAGA_2">Sinaga (1960) p2</ref>
ISDV terus bekerja secara [[klandestin]]. Meluncurkan publikasi lain, ''Soeara Rakyat''. Setelah kepergian paksa beberapa kader Belanda, dalam kombinasi dengan pekerjaan di dalam [[Sarekat Islam]], keanggotaan telah berpindah dari mayoritas Belanda ke mayoritas Indonesia. Pada tahun 1919 hanya memiliki 25 anggota Belanda, dari total anggota yang kurang dari 400.{{Citation needed|date=November 2007}}
== Pembentukan dan pertumbuhan ==
Baris 47 ⟶ 50:
Pada periode menjelang kongres keenam Sarekat Islam pada tahun 1921, anggota menyadari strategi Sneevliet dan mengambil langkah untuk menghentikannya. [[Agus Salim]], sekretaris organisasi, memperkenalkan sebuah gerakan untuk melarang anggota SI memegang keanggotaan dan gelar ganda dari pihak lain di kancah [[perjuangan pergerakan indonesia]]. Keputusan tersebut tentu saja membuat para anggota komunis kecewa dan keluar dari partai, seperti oposisi dari [[Tan Malaka]] dan [[Semaun]] yang juga keluar dari gerakan karena kecewa untuk kemudian mengubah taktik dalam [[perjuangan pergerakan indonesia]]. Pada saat yang sama, pemerintah kolonial Belanda menyerukan tentang pembatasan kegiatan politik, dan Sarekat Islam memutuskan untuk lebih fokus pada urusan agama, meninggalkan komunis sebagai satu-satunya organisasi nasionalis yang aktif.<ref name="SINAGA_7">Sinaga (1960) p7</ref>
Bersama Semaun yang berada jauh di Moskow untuk menghadiri ''Far Eastern Labor Conference'' pada awal 1922, [[Tan Malaka]] mencoba untuk mengubah pemogokan terhadap pekerja pegadaian pemerintah menjadi pemogokan nasional untuk mencakup semua serikat buruh Indonesia. Hal ini ternyata gagal, Tan Malaka ditangkap dan diberi pilihan antara pengasingan internal atau eksternal. Dia memilih yang terakhir dan berangkat ke Rusia.<ref name="SINAGA_7"/>
Pada Mei 1922, Semaun kembali setelah tujuh bulan di Rusia dan mulai mengatur semua serikat buruh dalam satu organisasi. Pada tanggal 22 September, Serikat Organisasi Pekerja Seluruh Indonesia (''Persatuan Vakbonded Hindia'') dibentuk.<ref name="SINAGA_9">Sinaga (1960) p9</ref>
Baris 56 ⟶ 59:
== Pemberontakan 1926 ==
{{Main|Pemberontakan PKI (1926)}}
[[Berkas:PKI-1925-Commisariate Batavia.jpg|jmpl|250px|Pertemuan PKI di [[Batavia]] (sekarang Jakarta), 1925]]
Pada Mei 1925, Komite Exec dari Komintern dalam rapat pleno memerintahkan komunis di Indonesia untuk membentuk sebuah front [[Anti-imperialisme|anti-imperialis]] bersatu dengan organisasi nasionalis non-komunis, tetapi unsur-unsur ekstremis didominasi oleh [[Alimin]] & [[Musso]] menyerukan revolusi untuk menggulingkan pemerintahan kolonial Belanda.<ref name="SINAGA_10">Sinaga (1960) p10</ref> Dalam sebuah konferensi di [[Prambanan]], [[Jawa Tengah]], serikat buruh perdagangan yang dikontrol komunis memutuskan revolusi akan dimulai dengan pemogokan oleh para pekerja buruh kereta api yang akan menjadi sinyal pemogokan yang lebih umum dan luas untuk kemudian revolusi akan bisa dimulai. Hal ini akan mengarah pada PKI yang akan menggantikan pemerintah kolonial.<ref name="SINAGA_10"/>
Pada November [[1926]] PKI memimpin pemberontakan melawan pemerintahan kolonial di [[Jawa Barat]] dan [[
Rencana pemberontakan itu sendiri sudah dirancang sejak lama. Yakni di dalam perundingan rahasia aktivis PKI di Prambanan. Rencana itu ditolak tegas oleh [[Tan Malaka]], salah satu tokoh utama PKI yang mempunyai banyak massa terutama di Sumatra. Tan Malaka memprediksi bahwa pemberontakan akan gagal, karena menurutnya basis kaum proletar Indonesia adalah rakyat petani bukan buruh seperti di Uni Soviet. Penolakan tersebut membuat [[Tan Malaka]] di cap sebagai pengikut [[Leon Trotsky]] yang juga sebagai tokoh sentral perjuangan [[Revolusi Rusia]]. Walau begitu, beberapa aksi PKI justru terjadi setelah pemberontakan di [[Jawa]] terjadi. Semisal [[Pemberontakan Silungkang]] di [[Sumatra]].
Pada masa awal pelarangan ini, PKI berusaha untuk tidak menonjolkan diri, terutama karena banyak dari pemimpinnya yang dipenjarakan. Pada [[1935]] pemimpin PKI Musso kembali dari pengasingan di [[Moskwa]], [[Uni Soviet]], untuk menata kembali PKI dalam gerakannya di bawah tanah. Namun Musso hanya tinggal sebentar di Indonesia. Kemudian PKI bergerak di berbagai front, seperti misalnya [[Gerindo]] dan serikat-serikat buruh. Di Belanda, PKI mulai bergerak di antara mahasiswa-mahasiswa Indonesia di kalangan organisasi nasionalis, [[Perhimpoenan Indonesia]], yang tak lama kemudian berpihak pada PKI <ref>[https://web.archive.org/web/20100522023700/http://www.marxists.org/indonesia/indones/pkihist.htm], Marxists.org, diakses [[28 April]] [[2008]]</ref>.
== Kebangkitan
PKI muncul kembali di panggung politik setelah [[Jepang]] menyerah pada tahun 1945, dan secara aktif mengambil bagian dalam perjuangan kemerdekaan dari Belanda. Banyak unit bersenjata berada di bawah kontrol atau pengaruh PKI. Meskipun milisi PKI memainkan peran penting dalam memerangi Belanda, Presiden Soekarno khawatir bahwa semakin kuatnya pengaruh PKI akhirnya akan mengancam posisinya. Selain itu, pertumbuhan PKI bermasalah sektor sayap kanan lebih dari pemerintahan Indonesia serta beberapa kekuatan asing, khususnya semangat penuh anti-komunis dari [[Amerika Serikat]]. Dengan demikian hubungan antara PKI dan kekuatan lain yang juga berjuang untuk kemerdekaan pada umumnya berjalan sengit.
Baris 93 ⟶ 97:
Sebelum pemilihan 1955, PKI disukai [[Sukarno]] untuk rencana 'demokrasi terpimpin' dan merupakan pendukung aktif Sukarno.<ref>''Indonesians Go to the Polls: The Parties and their Stand on Constitutional Issues'' by Harold F. Gosnell. In ''Midwest Journal of Political Science'' May, 1958. p. 189</ref> Pada [[Pemilu 1955]], PKI menempati tempat ke empat dengan 16% dari keseluruhan suara. Partai ini memperoleh 39 kursi (dari 257 kursi yang diperebutkan) dan 80 dari 514 kursi di [[Konstituante]].
Pada Juli 1957, kantor PKI di [[Jakarta]] diserang dengan [[granat]]. Pada bulan yang sama PKI memperoleh banyak kemajuan dalam pemilihan-pemilihan di beberapa kota. Pada September 1957, [[Masjumi]] yang merasa tersaingi oleh PKI secara terbuka menuntut supaya PKI dilarang <ref>[https://web.archive.org/web/20120721205414/http://www.gimonca.com/sejarah/sejarah09.shtml 'The Sukarno years: 1950 to 1965'], Gimonca.com, diakses [[28 April]] [[2008]]</ref>.
Pada 3 Desember 1957, serikat-serikat buruh yang pada umumnya berada di bawah pengaruh PKI, mulai menguasai perusahaan-perusahaan milik Belanda. Penguasaan ini merintis nasionalisasi atas perusahaan-perusahaan yang dimiliki oleh asing. Perjuangan melawan para [[kapitalis]] asing memberikan PKI kesempatan untuk menampilkan diri sebagai sebuah partai nasional.
Baris 125 ⟶ 129:
[[Berkas:Suharto at funeral.jpg|jmpl|kiri|250px|Soeharto menghadiri pemakaman jenderal-jenderal yang dibunuh pada tanggal 5 Oktober 1965. (Gambar oleh Departemen Penerangan Indonesia)]]
Pada malam 30 September dan 1 Oktober 1965, enam jenderal senior Indonesia dibunuh dan mayat mereka dibuang ke dalam sumur. Pembunuh para jenderal mengumumkan keesokan harinya bahwa Dewan Revolusi baru telah merebut kekuasaan, yang menyebut diri mereka "[[Gerakan 30 September]] ("G30S"). Dengan banyaknya jenderal tentara senior yang mati atau hilang, Jenderal [[Suharto]] mengambil alih kepemimpinan tentara dan menyatakan kudeta yang gagal pada 2 Oktober. Tentara dengan cepat menyalahkan upaya kudeta PKI dan menghasut dengan kampanye [[propaganda]] anti-Komunis di seluruh Indonesia.
Pada tanggal 2 Oktober basis di Halim berhasil ditangkap oleh pihak tentara. [[Harian Rakyat]] mengambil isu pada sebuah artikel yang berisi untuk mendukung kudeta G30S, tetapi spekulasi kemudian bangkit mengenai apakah itu benar-benar mewakili pendapat dari PKI.{{Who|date=December 2007}} Sebaliknya pernyataan resmi PKI pada saat itu adalah bahwa upaya G30S merupakan urusan internal di dalam angkatan bersenjata mereka. Pada tanggal 6 Oktober kabinet Sukarno mengadakan pertemuan pertama sejak 30 September. Menteri PKI hadir. Sebuah resolusi mengecam G30S disahkan. Njoto ditangkap langsung setelah pertemuan itu.
Baris 133 ⟶ 137:
Manifestasi besar diadakan di Jakarta dua hari kemudian, menuntut pelarangan PKI. Kantor utama milik PKI dibakar. Pada tanggal 13 Oktober organisasi Islam Ansor mengadakan aksi unjuk rasa anti-PKI di seluruh [[Jawa]]. Pada tanggal 18 Oktober sekitar seratus PKI dibunuh oleh pihak Ansor. Pemusnahan secara sistematis untuk partai telah dimulai.
Antara 300.000 sampai satu juta orang Indonesia dibunuh dalam pembunuhan massal yang digelar.<ref>Robert Cribb, ed., ''The Indonesian killings of 1965-1966: studies from Java and Bali'' (Clayton, Vic.: Monash University Centre of Southeast Asian Studies, Monash Papers on Southeast Asia no 21, 1990).</ref> [http://users.erols.com/mwhite28/warstat3.htm#Indonesia] Para korban termasuk juga non-komunis yang dibunuh karena kesalahan identitas atau "kesalahan oleh asosiasi". Namun, kurangnya informasi menjadi tidak mungkin untuk menentukan angka pasti dari jumlah korban yang dibunuh. Banyak para peneliti hari ini menjelaskan korban yang dibunuh antara 200.000 sampai 500.000 orang.<ref>{{cite book|last
<!-- [[Berkas:Pembantaian PKI.gif|250px|right|thumb|Ketika dua pria sedang menanti kematiannya, seroang tentara di belakang mereka menusukkan bayonetnya ke mayat-mayat di bawah kakinya.]] -->
''[[Time]]'' menyajikan berita berikut pada tanggal 17 Desember 1966: <blockquote>
Komunis, simpatisan merah dan keluarga mereka dibantai yang mencapai ribuan. Unit tentara dilaporkan telah mengeksekusi ribuan komunis setelah diinterogasi di penjara-penjara terpencil. Berbekal pisau berbilah lebar yang disebut parang, kelompok Muslim merayap di malam hari ke rumah-rumah komunis, membunuh seluruh keluarga dan mengubur mayat mereka di kuburan dangkal.
Kampanye pembunuhan ini sangatlah kejam di beberapa daerah pedesaan di Jawa Timur, para milisi Islam menancapkan kepala korban pada tiang dan mereka mengarak melalui desa-desa. Pembunuhan telah ada pada skala tinggi sehingga pembuangan mayat menciptakan masalah sanitasi yang serius di [[Jawa Timur]] dan [[
</blockquote>
Baris 151 ⟶ 155:
Pada bulan Desember militer menyatakan bahwa Aceh telah dibersihkan dari komunis. Bersamaan, khusus Pengadilan Militer yang dibentuk untuk mengadili dan memenjarakan para anggota PKI. Pada 12 Maret, partai PKI secara resmi dilarang oleh Suharto, dan serikat buruh pro-PKI [[SOBSI]] dilarang pada bulan April.
Penjara-penjara di Jakarta begitu penuh, hampir seluruh penjara digunakan untuk menahan anggota PKI. Banyak tahanan politik ditahan tanpa dasar yang jelas. Sejak saat itu, identitas banga Indonesia berubah total sesudah 1965. Semangat anti-kolonialisme hilang dan anti-komunisme menjadi dasar identitas bangsa. Kebencian terhadap sesama orang Indonesia menjadi basis untuk menentukan siapa warganegara yang jahat dan baik.<ref>{{Cite news|title = Lembaran Hitam Komunis di Indonesia|publisher = plasa.msn.com|date = September 2013|url = http://berita.plasa.msn.com/nasional/lembaran-hitam-komunis-di-indonesia#image=16|accessdate = 12 April 2014|archive-date = 2014-04-13|archive-url = https://web.archive.org/web/20140413201053/http://berita.plasa.msn.com/nasional/lembaran-hitam-komunis-di-indonesia#image=16|dead-url = yes}}</ref>
Beberapa peristiwa yang menggemparkan itu dituangkan dalam novel fiksi populer dan difilmkan dengan judul yang sama yaitu ''[[The Year of Living Dangerously (film)|The Year of Living Dangerously]]'' (1982).
Baris 165 ⟶ 169:
== Wacana permintaan maaf ==
Presiden [[Joko Widodo]] berencana akan meminta maaf kepada keluarga korban PKI yang telah menjadi korban pelanggaran Hak Asasi Manusia di masa pembangunan [[Orde Baru]],<ref>{{
Komisi Nasional Hak Asasi Manusia mengharapkan presiden dapat mengambil inisiatif untuk meminta maaf atau menyatakan penyesalan kepada korban pelanggaran HAM pasca 1965 mengingat dampaknya begitu besar berkelanjutan ke anak, saudara dan keturunan terkait. Dengan tidak berdirinya proses peradilan pada peristiwa 1965, tidak semua korban baik yang sudah dibunuh, dibuang ke pulau pengasingan maupun dipenjara terlibat langsung dengan PKI.<ref>{{cite web|title=Komnas HAM: Presiden minta maaf kepada korban, bukan kepada PKI|url=http://www.bbc.com/indonesia/berita_indonesia/2015/09/150921_indonesia_lapsus_kasus65_komnasham|publisher=[[bbc.com]]|accessdate=30 September 2015|archive-date=2023-10-05|archive-url=https://web.archive.org/web/20231005010359/https://www.bbc.com/indonesia/berita_indonesia/2015/09/150921_indonesia_lapsus_kasus65_komnasham|dead-url=no}}</ref>
<!--
Ini berkembang bertepatan dengan 50 tahun peristiwa pembunuhan massal 1965 yang diperkirakan lebih dari 500 ribu dibunuh dan setidaknya 750.000 orang disiksa dan dikirim ke kamp konsentrasi. Tidak seperti kasus genosida di Jerman, Rwanda, atau Kamboja, di Indonesia tidak pernah ada pengadilan, komisi kebenaran dan rekonsiliasi, tak ada monumen untuk mengenang korban. [[Tom Udall]], senator Partai Demokrat dari New Mexico, dalam waktu dekat akan mengajukan kembali resolusi Senat yang, jika disetujui: akan mengakui peran Amerika Serikat dalam kekejian di Indonesia, memerintahkan agar semua dokumen yang relevan dibuka untuk publik, dan juga mendesak pemerintah Indonesia untuk mengakui pembantaian massal ini dan membentuk komisi kebenaran.<ref name="Suharto_1">{{cite web|title=Suharto’s Purge, Indonesia’s Silence|url=http://www.nytimes.com/2015/09/30/opinion/suhartos-purge-indonesias-silence.html|publisher=[[nytimes.com]]|accessdate=14 Oktober 2015}}</ref><ref>{{cite web|title=Sutradara "Senyap" minta AS akui terlibat pembantaian PKI 1965|url=http://www.merdeka.com/dunia/sutradara-senyap-minta-as-akui-terlibat-pembantaian-pki-1965.html|publisher=[[merdeka.com]]|accessdate=14 Oktober 2015}}</ref><ref>{{cite web|title=Senator AS Desak RI Rilis Dokumen Pelanggaran HAM 1965-66|url=http://www.voaindonesia.com/content/senator-as-desak-ri-rilis-dokumen-1965-66/2554439.html|publisher=[[voaindonesia.com]]|accessdate=14 Oktober 2015}}</ref><ref>{{cite web|title=US senator wants key information on PKI purge declassified|url=http://www.thejakartapost.com/news/2015/10/03/us-senator-wants-key-information-pki-purge-declassified.html|publisher=[[thejakartapost]]|accessdate=14 Oktober 2015}}</ref> -->
=== Kontra ===
Beberapa ormas dan elemen agama menolak wacana permintaan maaf tersebut dan menggelar aksi unjuk rasa.<ref>{{
<!-- [[Nahdlatul Ulama]] menerbitkan buku putih tentang kejahatan yang dilakukan PKI dan kesaksian korban kekerasan PKI.<ref>http://tebuireng.org/mengulas-kembali-kudeta-g30spki/</ref><ref>http://annabelle.aumars.perso.sfr.fr/Salahudin%20Wahid%20tentang%20PKI.htm/</ref> Buku itu mengulas kesaksian bahwa PKI yang memulai pembunuhan terlebih dahulu sebelum tahun 1965 dengan menyerang orang NU di desa desa. PKI tahun 1960-1965 melakukan aksi sepihak dengan menyerang dan mengklaim tanah di Sumatra dan Jawa.<ref>https://books.google.co.id/books?id=hl-5ZE620VIC&pg=PA38&lpg=PA38&dq=pki+aksi+sepihak&source=bl&ots=nTb4jh9abE&sig=Ob9PfsTHcQnv985EOheMVgR_rME&hl=id&sa=X&ved=0CCYQ6AEwATgeahUKEwi8qNXRqrnHAhWLBo4KHaUDAU0#v=onepage&q=pki%20aksi%20sepihak&f=false/</ref>Jumlah korban yang tewas dari pihak PKI diduga berlebihan, karena lebih besar daripada jumlah penduduk waktu itu.<ref>http://www.nu.or.id/a,public-m,dinamic-s,detail-ids,12-id,50825-lang,id-c,buku-t,NU+Menjawab+Tuduhan+PKI-.phpx</ref> Komunis di luar negeri juga menimbulkan jutaan orang tewas seperti peristiwa [[Holodomor]] di [[Ukraina]]. Bahkan riset luar negeri menghitung jumlah korban tewas karena kekejaman komunis di seluruh dunia lebih dari 100 juta orang terutama di [[China]] dan [[Uni Soviet]].<ref> https://www.hawaii.edu/powerkills/COM.ART.HTM/</ref><ref>http://www.scottmanning.com/content/communist-body-count/</ref> 2 tokoh komunis [[Mao Zedong]] dan [[Joseph Stalin]] bahkan menjadi tokoh dunia yang korbannya paling banyak mencapai 100 Juta orang.<ref> http://www.dailymail.co.uk/home/moslive/article-2091670/Hitler-Stalin-The-murderous-regimes-world.html/</ref>
-->
Penolakan permintaan maaf terhadap PKI juga datang dari budayawan [[Taufiq Ismail]] karena menurutnya PKI telah 3 kali memberontak yaitu tahun 1927, 1948 dan 1965.<ref>{{Cite web |url=http://news.okezone.com/read/2015/08/21/337/1200498/pki-dalam-kacamata-budayawan-taufik-ismail/ |title=Salinan arsip |access-date=2024-06-26 |archive-date=2017-06-30 |archive-url=https://web.archive.org/web/20170630093145/http://news.okezone.com/read/2015/08/21/337/1200498/pki-dalam-kacamata-budayawan-taufik-ismail/ |dead-url=no }}</ref>
<!-- Peristiwa pembantaian PKI di daerah juga dikenang oleh warga [[Blora]] sebagai tragedi Pohrendeng pada tahun 1948 dimana PKI membunuh banyak tokoh pejabat di Blora saat pemberontakan PKI di [[Madiun]]<ref>http://berita.suaramerdeka.com/tragedi-pohrendeng-saksi-bisu-kekejaman-pki-di-blora/</ref> 20 orang korban kekejaman PKI juga pernah berkumpul di Surabaya tahun 2002 menceritakan kekejaman PKI di Madiun (1948), peristiwa Cemedok [[Banyuwangi ]](1965), peristiwa Jengkol [[Kediri]] (1965) serta peristiwa Lingkar Selatan (1968) dimana PKI membunuh banyak orang secara kejam dan membakar masjid.<ref> http://news.liputan6.com/read/42433/korban-kekejaman-pki-di-jatim-menuturkan-pengalaman/</ref> Sumur tua di Soco juga menjadi saksi penyiksaan dan kekejaman PKI dengan ditemukan tak kurang dari 108 jenazah korban kebiadaban PKI. Sebanyak 78 orang diantaranya dapat dikenali, sementara sisanya tidak dikenal. Sumur-sumur tua yang tak terpakai di desa Soco memang dirancang oleh PKI sebagai tempat pembantaian massal sebelum melakukan pemberontakan. Beberapa nama korban yang menjadi korban pembantaian di Desa Soco adalah Bupati [[Magetan]] Sudibjo, Jaksa R Moerti, Muhammad Suhud (ayah mantan Ketua DPR/MPR, Kharis Suhud), Kapten Sumarno dan beberapa pejabat pemerintah serta tokoh masyarakat setempat termasuk KH Soelaiman Zuhdi Affandi, pimpinan Pondok Pesantren ath-Thohirin Mojopurno, Magetan.<ref>http://www.sarkub.com/2012/sumur-tua-saksi-bisu-kekejaman-pki//</ref> PKI juga menyerang dengan kejam santri dan ulama di Kanigoro (1965) dan membunuh secara keji di Bandar Betsi [[
<!-- Profesor Sam Abede Pareno anggota Kesatuan Aksi Pemuda Pelajar Indonesia menolak permintaan maaf pada PKI dan beliau bersaksi pada 1 Oktober 1965, tembok-tembok gedung dan pagar di Surabaya dipenuhi corat-coret "Dukung Dewan Revolusi", "Hidup PKI", "Ganyang 7 Setan Kota", dan jargon-jargon lain yang selalu digunakan anggota-anggota PKI dalam setiap aksi mereka. Pada 27 September 1965, rumah dinas Gubernur Jawa Timur Moch. Wiyono di Jalan Pemuda 7 Surabaya (sekarang Grahadi) diserbu massa PKI hingga berantakan. Kemudian, 2 Oktober 1965 malam, Sam Abede ikut menggerebek rumah ketua SBPP/SOBSI (Serikat Buruh Pelayaran Pelabuhan/Sentral Organisasi Buruh Seluruh Indonesia) Tanjung Perak, ditemukan puluhan pucuk senjata api dan berkarung-karung rupiah. Pada Oktober 1965, Sam Abede dan pendukung Front Pancasila melawan Front Nasional yang dimotori PKI- mengambil alih Gedung CDB (Comite Daerah Besar) PKI Surabaya di Jalan Penghela, mereka diserang oleh orang-orang di gedung tersebut dengan panah dan parang. Tahun 1966 Sam Abede mengikuti pasukan-pasukan RPKAD (Resimen Para Komando Angkatan Darat, sekarang Kopassus) ke Blitar karena ditengarai banyak tokoh PKI yang melarikan di ke selatan daerah itu. Dia melihat seorang Danramil gugur dengan luka bacok di sekujur tubuh dan menemukan penjaga masjid meninggal di salah satu gua yang menjadi tempat persembunyian pelarian gembong PKI. Pada 1968, Sam Abede turut serta ke Blitar Selatan lagi. Kali ini bersama pasukan-pasukan Kodam Brawijaya di bawah komando Kol Witarmin yang kemudian menjabat Pangdam Brawijaya. Dia menyaksikan ratusan pucuk senapan dan mesiu ditemukan oleh pasukan Brawijaya di gua-gua dan di beberapa rumah penduduk anggota BTI (Barisan Tani Indonesia, onderbouw PKI). Orang-orang PKI -hampir semuanya- memang kejam dan dipastikan telah merancang rencana untuk menghabisi lawan-lawan politik mereka. Bukan hanya para jenderal, melainkan juga rakyat awam, terutama para santri serta kiai.<ref> https://groups.yahoo.com/neo/groups/nasional-list/conversations/topics/61358?o=1&xm=1&m=p</ref><ref>http://sastra-pembebasan.10929.n7.nabble.com/sastra-pembebasan-PKI-Pemberontak-atau-Pahlawan-Ujian-Kekinian-yang-Tak-Menyaktikan-Pancasila-td16901.html</ref> Guru besar ilmu sejarah dari Universitas Negeri Surabaya (Unesa) Profesor Doktor Aminuddin Kasdi, mengklaim buku saku tentang 'ABC Revolusi' yang dia temukan benar. Buku itu ditulis oleh CC (Comite Central) PKI pada 1957. Buku itu, kata dia, merinci tiga rencana revolusi atau pemberontakan oleh PKI untuk "target" mendirikan negara komunis di Indonesia.<ref><http://www.merdeka.com/peristiwa/ini-bukti-pemberontakan-pki-versi-dokumen-sejarawan-unesa/dokumen-ditulis-comite-central-pki-1957.html</ref> 70 orang saksi mata berikut korban keganasan PKI tahun 1948 dan 1965, mengadakan pertemuan di Hotel Simpang Natour Surabaya, Jawa Timur. Satu demi satu di antara mereka menceritakan bagaimana sanak saudaranya dibantai PKI, dalam acara yang diprakarsai Centre for Indonesia Comunism Studies (CICS). Mayoritas dari mereka menyatakan trauma akibat tragedi pembantaian itu dan mengingatkan kepada generasi muda untuk mewaspadai dan menjaga agar PKI jangan sampai bangkit kembali di Bumi Pertiwi Indonesia.<ref>http://www.pelita.or.id/cetakartikel.php?id=1889</ref>
Baris 219 ⟶ 223:
== Referensi ==
=== Referensi umum ===
* {{cite book|last = Crouch|first = Harold|title = The Army and Politics in Indonesia|url = https://archive.org/details/armypoliticsinin0000crou|place = Ithaca, New York|publisher = Cornell University Press|year = 1978|isbn = 0-8014-1155-6}}
* {{cite book|last = Mortimer|first = Rex|title = Indonesian Communism Under Sukarno: Ideology and Politics, 1959-1965|url = https://archive.org/details/indonesiancommun00mort_0|place = Ithaca, New York|publisher = Cornell University Press|year = 1974|isbn = 0-8014-0825-3 }}
* {{cite book|last = Ricklefs|first = M.C.|title = A History of Modern Indonesia|place = London|publisher = MacMillan|year = 1982|isbn = 0-333-24380-3}}
* {{Cite thesis |last=Sinaga |first=Edward Djanner |title=Communism and the Communist Party in Indonesia |type=MA Thesis |chapter= |url= |author= |year=1960 |publisher=George Washington University School of Government |accessdate= |docket= |oclc= }}
Baris 233 ⟶ 237:
* [http://www.pbs.org/wnet/shadowplay ''Shadow Play''] - Information regarding the 1965 coup and subsequent persecution of the PKI.
* [http://www.marxist.com/indonesian-communist-party-pki2000.htm The First Period of the Indonesian Communist Party (PKI): 1914-1926]
* {{id}} [http://www.munindo.brd.de/archiv/manai/manai_05.html Pemberontakan Yang Gagal] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20070629163518/http://www.munindo.brd.de/archiv/manai/manai_05.html |date=2007-06-29 }}
* {{id}} [http://www.marxists.org/indonesia/indones/sudisman.htm Pidato pembelaan Sudisman di Sidang Mahmilub]
* {{en}} [http://encyclopedia.thefreedictionary.com/Indonesian+Communist+Party Indonesian Communist Party]
Baris 241 ⟶ 245:
== Bacaan terkait ==
* Jochen Hippler, Nasr Hamid Abu Zaid, Amr Hamzawy: [http://typo3.ifa.webart.de/fileadmin/content/publikationen/downloads/gewaltstudie_de.pdf ''Krieg, Repression, Terrorismus.] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20070929143151/http://typo3.ifa.webart.de/fileadmin/content/publikationen/downloads/gewaltstudie_de.pdf |date=2007-09-29 }}'' ''Politische Gewalt und Zivilisation in westlichen und muslimischen Gesellschaften''. ifa, Stuttgart 2006, S. 55-58 ([http://www.akweb.de/ak_s/ak515/10.htm Review])
* Hunter, Helen-Louise, (2007) ''Sukarno and the Indonesian coup: the untold story'' Westport, Conn.: Praeger Security International. PSI reports (Westport, Conn.)ISBN 9780275974381 (hbk.)ISBN 0275974383 (hbk.)
* J.L. Holzgrefe / Robert O. Keohane: ''Humanitarian Intervention: Ethical, Legal and Political Dilemmas''. Cambridge (2003). ISBN 0-521-52928-X, S. 47
* Mark Levene u. Penny Roberts: ''The Massacre in History''. (1999). ISBN 1-57181-935-5, S. 247-251
* Robert Cribb, 'The Indonesian Marxist tradition', in C.P. Mackerras and N.J. Knight, eds, ''Marxism in Asia'' (London: Croom Helm, 1985), pp. 251–272 [http://works.bepress.com/robert_cribb/6/] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20200801040851/https://works.bepress.com/robert_cribb/6/ |date=2020-08-01 }}.
{{Pergolakan politik Indonesia 1965}}
{{Parpol1955}}
{{Partai politik Indonesia terdahulu}}
{{Komunisme di Indonesia}}
[[Kategori:Partai komunis|Komunis Indo]]
[[Kategori:Partai politik yang sudah bubar di Indonesia|Komunis
[[Kategori:
[[Kategori:Pendirian tahun 1914 di Hindia Belanda]]
[[Kategori:Pembubaran tahun 1966 di Indonesia]]
[[Kategori:Partai politik yang dibubarkan tahun 1966]]
[[Kategori:
[[Kategori:Partai politik peserta pemilihan umum legislatif Indonesia 1955]]
[[Kategori:Sejarah Indonesia]]
[[Kategori:Kebangkitan Nasional Indonesia]]
|