Ahmad Bahauddin Nursalim: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Hadi (bicara | kontrib)
picture (sorry, I do not speak your language)
 
(48 revisi perantara oleh 31 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{tak netral}}
K.H. '''Ahmad Bahauddin Nursalim''' atau lebih dikenal dengan '''Gus Baha''''<ref>http://www.mahadalyjakarta.com/gus-baha-ahli-tafsir-didikan-ulama-nusantara/</ref> adalah salah satu ulama Nahdlatul Ulama' (NU) yang berasal dari Narukan, Kragan, Rembang, Jawa Tengah. Gus Baha' dikenal sebagai salah satu Ulama ahli tafsir yang memiliki pengetahuan mendalam seputar al-Qur'an. Ia merupakan salah satu murid dari ulama kharismatik, K.H. Maemun Zubair, Rembang.
{{rapikan}}
{{Tone}}
{{Infobox religious biography
|honorific-prefix=Al-Hafizh Al-Muhaddits [[Kiai]] [[Haji]]
|spouse=Ning Winda
|alma_mater=[[Pondok Pesantren Al-Anwar]]
|occupation=[[Ulama]]
|jurisprudence=
|denomination=[[Sunni]]
|parents=K. H. Nursalim (ayah),
Nyai Hj Yuhanidz (ibu)
|known_for=[[Al-Qur'an|Ahli ilmu al-Qur'an]]
|children=Tasbiha Mahmida<br />Hassan Tasbiha<br/>Mila Tasbiha
|era=
| background = lightgreen
|name=Ahmad Bahauddin Nursalim
|nationality={{negara|Indonesia}} [[Indonesia]]
|birth_place={{negara|indonesia}} [[Sarang, Rembang|Sarang]], [[Rembang]], [[Jawa Tengah]]
|birth_date={{Birth date and age|1970|09|29}}
|caption=Potret K.H. Ahmad Bahauddin Nursalim (Gus Baha)
|imagesize=
|image=KH._Ahmad_Bahauddin_Nursalim.jpg
|website=
|alias=Gus Baha
}}
'''[[Kyai|K.]][[Haji (gelar)|H.]] Ahmad Bahauddin Nursalim,'''<ref>{{Cite news|last=Abdurrahman|first=Syarif|date=21 Februari 2023|title=Biografi Lengkap Gus Baha|url=https://www.tebuireng.co/biografi-lengkap-gus-baha/|work=tebuireng.co|access-date=02 Februari 2022}}</ref> lebih dikenal sebagai '''[[Gus]] Baha'''<ref>http://www.mahadalyjakarta.com/gus-baha-ahli-tafsir-didikan-ulama-nusantara/</ref> ({{lahirmati|[[Sarang, Rembang|Sarang]], [[Rembang]], [[Jawa Tengah]]|29|09|1970}}), merupakan ulama yang berasal dari [[Kabupaten Rembang|Rembang]]. [[Gus Baha]] menikah dengan Ning Winda asal [[Pesantren]] [[Sidogiri]] [[Pasuruan]].<ref>{{Cite web|last=Abdurrahman|first=Syarif|date=2023-01-10|title=Profil Ning Winda, Memiliki Nasab Wali|url=https://www.tebuireng.co/profil-ning-winda-memiliki-nasab-wali/|website=Tebuireng Initiatives|language=id|access-date=2023-02-02}}</ref> Ia dikenal sebagai salah satu ulama ahli [[tafsir]] yang memiliki pengetahuan mendalam seputar [[al-Qur'an]]. Ia merupakan salah satu murid dari ulama kharismatik, [[Maimun Zubair|Kiai Maimun Zubair]].
 
Gus Baha merupakan putra dari seorang ulama pakar [[Al-Qur'an|Al-Qur’an]] dan juga pengasuh [[Pondok Pesantren Tahfidzul Qur'an LP3IA]], [[Kiai]] [[Nursalim al-Hafizh]], dari [[Narukan, Kragan, Rembang]].<ref>{{Cite news|last=Rifa'i|first=Thomi|date=25 September 2020|title=Gus Baha, Profil Kyai Ideal Jebolan Pondok Pesantren Salafiyah Yang Inspiratif|url=https://indopolitika.com/gus-baha-profil-kyai-ideal-jebolan-pondok-pesantren-salafiyah-yang-inspiratif/|work=Indo Politika|access-date=31 Desember 2020}}</ref> Kiai Nursalim merupakan murid dari Kiai [[Arwani Kudus]] dan Kiai [[Abdullah Salam]], [[Kajen, Margoyoso, Pati|Kajen, Mergoyoso]], [[Kabupaten Pati|Pati]]. Nasabnya bersambung kepada para ulama besar. Bersama Kiai Nursalim, KH [[Hamim Jazuli]] ([[Gus Miek]]) memulai gerakan [[Jantiko]] ([[Jamaah Anti Koler]]) yang menyelenggarakan kajian Al-Qur’an secara keliling.<ref>Musthofa, Q. (2022). Profil KH. Bahaudin Nur Salim (Gus Baha) Dan Pengaruhnya Pada Generasi Milenial. Musala: Jurnal Pesantren dan Kebudayaan Islam Nusantara, 1(1), 79-90. https://www.jurnalannur.ac.id/index.php/musala/article/view/144 DOI https://doi.org/10.37252/jpkin.v1i1.144</ref>
KELAHIRAN
KH. Ahmad Baha’uddin Nursalim atau biasa disebut dengan panggilan Gus Baha’ lahir pada 15 Maret 1970 di Sarang, Rembang, Jawa Tengah. Gus Baha’ merupakan putra dari seorang ulama pakar al-Qur’an dan juga pengasuh Pondok Pesantren Tahfidzul Qur'an LP3IA yang bernama KH. Nursalim al-Hafizh dari Narukan, Kecamatan Kragan, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah.
 
Jantiko kemudian berganti [[Mantab]] ([[Majelis Nawaitu Topo Broto]]), lalu berubah jadi [[Dzikrul Ghafilin]]. Kadang ketiganya disebut bersamaan: Jantiko-Mantab dan Dzikrul Ghafilin.<ref>{{Cite web|last=Budi|first=|date=25 Agustus 2020|title=Biografi Gus Baha' (KH. Ahmad Bahauddin Nursalim)|url=https://www.laduni.id/post/read/66908/biografi-gus-baha-kh-ahmad-bahauddin-nursalim|website=Laduni|access-date=31 Desember 2020}}</ref>
Ayah Gus Baha’ (KH. Nursalim) merupakan murid dari KH. Arwani al-Hafidz Kudus dan KH. Abdullah Salam al-Hafidz Kajen Pati, yang nasabnya bersambung kepada para ulama besar.
 
Dari silsilah keluarga ayah, Gus Baha’ merupakan generasi ke-4 ulama-ulama ahli [[Al-Qur'an]]. Sedangkan dari silsilah keluarga ibu, [[Gus]] Baha menjadi bagian dari keluarga besar ulama [[Lasem]], dari Bani Mbah Abdurrahman [[Basyeiban]] atau [[Mbah Sambu]].<ref>{{Cite news|last=Garjito|first=Dany|date=20 Agustus 2020|title=Profil Gus Baha, Sang Ulama Kharismatik|url=https://www.suara.com/news/2020/08/20/203630/profil-gus-baha-sang-ulama-kharismatik|work=Suara|access-date=31 Desember 2020}}</ref>
Dalam menjaga sekaligus membumikan al-Qur’an, ayah Gus Baha’ bersama dengan sahabatnya Gus Miek (KH. Hamim Jazuli) pada waktu itu beliau berdua membuat gerakan yaitu dengan menyelenggarakan semaan al-Qur’an secara keliling dari satu tempat ke tempat lain. Gerakan tersebut pada awalnya diberi nama Jantiko (Jamaah Anti Koler). Nama gerakan Jantiko kemudian mengalami perubahan menjadi Mantab (Majelis Nawaitu Topo Broto), lalu berubah lagi menjadi gerakan Dzikrul Ghafilin.
 
== Keluarga ==
Dari silsilah keluarga ayah, Gus Baha’ merupakan generasi ke empat ulama-ulama ahli al-Qur'an. Sedangkan dari silsilah keluarga ibu, Gus Baha’ menjadi bagian dari keluarga besar ulama Lasem, dari Bani Mbah Abdurrahman Basyaiban atau Mbah Sambu.
Setelah menyelesaikan pendidikannya di [[Sarang, Rembang|Sarang]], Gus Baha’ menikah dengan seorang anak Kiai yang bernama Ning Winda pilihan pamannya dari keluarga [[Pondok Pesantren Sidogiri]], [[Pasuruan]], [[Jawa Timur]]. Ada cerita menarik dengan pernikahan Gus Baha. Sebelum lamaran, dia menemui calon mertuanya dan mengutarakan sesuatu. Beliau mengutarakan kehidupan beliau bukan model kehidupan yang [[glamor]], melainkan kehidupan yang sangat sederhana. Beliau berusaha meyakinkan calon mertuanya untuk berpikir ulang atas rencana pernikahan tersebut. Tentu maksud beliau agar mertuanya tidak kecewa di kemudian hari. Namun mertuanya hanya tersenyum dan mertuanya hanya mengatakan "klop" alias sami mawon kalih kulo (sama saja dengan saya).
 
Kesederhanaan Gus Baha’ dibuktikan saat beliau berangkat ke [[Pondok Pesantren Sidogiri]] untuk melangsungkan upacara akad nikah yang telah ditentukan waktunya. Gus Baha’ berangkat sendiri ke [[Kota Pasuruan|Pasuruan]] dengan menumpang bus kelas ekonomi. Kesederhanaan beliau bukanlah sebuah kebetulan, namun merupakan hasil didikan ayahnya semenjak kecil. Setelah menikah, Gus Baha’ mencoba hidup mandiri dengan keluarga barunya. Gus Baha’ menetap di [[Daerah Istimewa Yogyakarta|Yogyakarta]]. Selama di [[Jogja]], beliau menyewa rumah untuk ditempati keluarga kecilnya.<ref>{{Cite news|last=Yahya|first=Iip D|date=14 Februari 2019|title=Kisah Gus Baha: Nasab, Perkawinan hingga Karier Intelektual|url=https://alif.id/read/iip-d-yahya/kisah-gus-baha-nasab-perkawinan-hingga-karier-intelektualnya-b215367p/|work=Alif|access-date=31 Desember 2020}}</ref>
KELUARGA
Setelah menyelesaikan pendidikannya di Sarang, Gus Baha’ menikah dengan seorang anak Kiai yang bernama Ning Winda pilihan pamannya dari keluarga Pondok Pesantren Sidogiri, Pasuruan, Jawa Timur. Ada cerita menarik dengan pernikahan beliau. Jadi sebelum lamaran, Gus Baha’ menemui calon mertuanya dan mengutarakan sesuatu. Beliau mengutarakan bahwa kehidupan beliau bukanlah model kehidupan yang glamor, melainkan kehidupan yang sangat sederhana.
 
Semenjak Gus Baha’ menetap di [[Daerah Istimewa Yogyakarta|Yogyakarta]], banyak santri-santri beliau di Karangmangu yang merasa kehilangan. Hingga pada akhirnya mereka menyusul Gus Baha’ ke [[Yogya]] dan urunan atau patungan untuk menyewa rumah di dekat rumah beliau. Tiada tujuan lain selain untuk tetap bisa mengaji kepada beliau. Ada sekitar 5 atau 7 santri mutakhorijin al-Anwar maupun MGS yang ikut ke Yogya. Saat di Yogya inilah kemudian banyak masyarakat sekitar rumah Gus Baha’ yang akhirnya minta ikut ngaji kepada beliau.
Beliau berusaha meyakinkan calon mertuanya untuk berfikir ulang atas rencana pernikahan tersebut. Tentu maksud beliau agar mertuanya tidak kecewa di kemudian hari. Namun mertuanya hanya tersenyum dan mertuanya hanya mengatakan "klop" alias sami mawon kalih kulo (sama saja dengan saya).
 
== Keilmuan ==
Kesederhanaan Gus Baha’ dibuktikan saat beliau berangkat ke Pondok Pesantren Sidogiri untuk melangsungkan upacara akad nikah yang telah ditentukan waktunya. Gus Baha’ berangkat sendiri ke Pasuruan dengan menumpang bus kelas ekonomi.
Gus Baha' kecil dididik belajar dan menghafalkan al-Qur'an secara langsung oleh ayahnya dengan menggunakan metode tajwid dan makhorijul huruf secara disiplin. Hal ini sesuai dengan karakteristik yang diajarkan oleh guru ayahnya, yaitu KH. Arwani Kudus. Kedisiplinan tersebut membuat Gus Baha’ di usianya yang masih muda, mampu menghafalkan Al-Qur'an 30 Juz beserta Qira'ahnya. Menginjak usia remaja, ayahnya menitipkan Gus Baha' untuk mondok dan berkhidmah kepada Syaikhina [[Maimun Zubair|KH. Maimoen Zubair]] di [[Pondok Pesantren Al-Anwar]] Karangmangu, Sarang, Rembang.<ref>{{Cite news|last=Redaksi|first=|date=1 Juli 2020|title=Biografi Gus Baha, Ulama Berilmu Tinggi dengan Penampilan yang Sederhana|url=https://nusadaily.com/people/biografi-gus-baha-ulama-berilmu-tinggi-dengan-penampilan-yang-sederhana-1.html|work=Nusadaily|access-date=31 Desember 2020}}</ref> Pondok al-Anwar tepat berada sekitar 10&nbsp;km arah timur dari rumahnya.
 
Di Pondok Pesantren al-Anwar inilah keilmuan Gus Baha’ mulai menonjol seperti ilmu [[hadis]], [[fikih]], dan [[tafsir]]. Dalam ilmu hadis, Gus Baha’ mampu mengkhatamkan hafalan [[Sahih Muslim]] lengkap dengan [[matan]], [[rowi]] dan [[sanad]]nya. Selain Sahih Muslim beliau juga mengkhatamkan dan hafal isi [[kitab Fathul Mu'in]] dan kitab-kitab gramatika bahasa arab seperti [['Imrithi]] dan [[Alfiah Ibnu Malik]]. Bahkan menurut sebuah cerita, dengan banyaknya hafalan yang dimiliki oleh Gus Baha’, menjadikan beliau sebagai santri pertama al-Anwar yang memegang rekor hafalan terbanyak. Selain itu, menurut cerita lain juga menyebutkan bahwa, ketika akan mengadakan forum musyawarah atau [[batsul masa’il]] di pondok banyak teman-teman Gus Baha’ yang menolak kalau Gus Baha’ untuk ikut dalam forum tersebut, sebab beliau dianggap tidak berada pada level santri pada umumnya karena kedalaman ilmu, keluasan wawasan dan banyaknya hafalan yang dimiliki oleh beliau. Maka, atas dasar kedalaman keilmuan yang dimiliki Gus Baha’, hal ini yang kemudian membuat Gus Baha’ diberi kepercayaan untuk menjadi Rois Fathul Mu'in dan Ketua Ma'arif di jajaran kepengurusan Pesantren al-Anwar.<ref>{{Cite news|last=Redaksi|first=|date=20 Agustus 2020|title=Profil Gus Baha, Sang Ulama Kharismatik|url=https://ijn.co.id/profil-gus-baha-sang-ulama-kharismatik/|work=IJN|access-date=31 Desember 2020}}{{Pranala mati|date=Juli 2021 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}</ref>
Gus Baha’ berangkat dari Pandangan menuju Surabaya, selanjutnya disambung bus kedua menuju Pasuruan. Kesederhanaan beliau bukanlah sebuah kebetulan, namun merupakan hasil didikan ayahnya semenjak kecil.
 
Selain menonjol dengan keilmuannya, beliau juga merupakan sosok santri yang dekat dengan kiainya. Dalam berbagai kesempatan, beliau sering mendampingi guru beliau [[Syaikhona]] KH. Maimoen Zubair untuk berbagai keperluan. Mulai dari sekedar berbincang santai, hingga urusan mencari ta'bir dan menerima tamu-tamu ulama-ulama besar yang berkunjung ke al-Anwar. Hingga beliau dijuluki sebagai santri kesayangan Syaikhina [[Maimun Zubair|KH. Maimoen Zubair]]. Dalam sebuah cerita, beliau pernah dipanggil untuk mencarikan ta'bir tentang suatu persoalan oleh Syaikhina. Karena saking cepatnya ta'bir itu ditemukan tanpa membuka dahulu referensi kitab yang dimaksud, hingga Syaikhina pun terharu dan berkata "''Iyo Ha'... Koe pancen cerdas tenan''" (Betul Ha'... Kamu memang benar-benar cerdas).<ref>{{Cite news|last=Abdurrahman|first=Syarif|date=16 November 2020|title=Rahasia Mbah Moen Didik Gus Baha|url=https://www.nu.or.id/post/read/124666/rahasia-mbah-moen-didik-gus-baha|work=NU Online|access-date=31 Desember 2020}}</ref>
Setelah menikah, Gus Baha’ mencoba hidup mandiri dengan keluarga barunya. Gus Baha’ menetap di Yogyakarta. Selama di Yogya, beliau menyewa rumah untuk ditempati keluarga kecilnya.
 
Gus Baha' juga kerap dijadikan contoh teladan oleh Syaikhina saat memberikan mawa'izh di berbagai kesempatan tentang profil santri ideal. "''Santri tenan iku yo koyo Baha''' iku...." (Santri yang sebenarnya itu ya seperti Baha' itu....) begitu kurang lebih ngendikan Syaikhina. Selain mengeyam pendidikan di Pondok Pesantren al-Anwar Rembang, pernah suatu ketika ayahnya menawarkan kepada Gus Baha’ untuk mondok di Rushoifah atau Yaman. Namun, Gus Baha’ menolaknya dan lebih memilih untuk tetap di Indonesia, berkhidmat kepada almamaternya [[Madrasah Ghozaliyah Syafi'iyyah]] PP. al-Anwar dan pesantrennya sendiri [[LP3IA]]. Setelah ayahnya wafat pada tahun 2005, Gus Baha' melanjutkan tongkat estafet kepengasuhan di pondoknya, pondok pesantren LP3IA Narukan.
Semenjak Gus Baha’ menetap di Yogyakarta, banyak santri-santri beliau di Karangmangu yang merasa kehilangan. Hingga pada akhirnya mereka menyusul Gus Baha’ ke Yogya dan urunan atau patungan untuk menyewa rumah di dekat rumah beliau. Tiada tujuan lain selain untuk tetap bisa mengaji kepada beliau.
 
Saat menjadi pengasuh di pondoknya, banyak santri yang ada di [[Yogyakarta]] merasa kehilangan atas kepulangan beliau ke [[Narukan]]. Akhirnya para santri pergi sowan dan memintanya mau kembali ke Yogyakarta, hingga pada akhirnya Gus Baha bersedia, tetapi hanya satu bulan sekali. Selain menjadi pengasuh di pondoknya dan mengisi pengajian di Yogyakarta, Gus Baha juga diminta untuk mengisi pengajian tafsir al-Qur'an di [[Bojonegoro]], [[Jawa Timur]]. Adapun untuk waktunya dibagi-bagi, di Yogya minggu terakhir, sedangkan di Bojonegoro minggu kedua setiap bulannya. Hal tersebut, Gus Baha’ lakukan secara rutin sejak 2006 hingga sekarang.
Ada sekitar 5 atau 7 santri mutakhorijin al-Anwar maupun MGS yang ikut ke Yogya. Saat di Yogya inilah kemudian banyak masyarakat sekitar rumah Gus Baha’ yang akhirnya minta ikut ngaji kepada beliau.
 
== Keistimewaan ==
KEILMUAN
Sebagai seorang santri tulen, yang berlatar belakang pendidikan non-formal dan non-gelar, Gus Baha' diberi keistimewaan untuk menjadi sebagai Ketua Tim Lajnah Mushaf [[Universitas Islam Indonesia]] (UII) Yogyakarta.<ref>{{Cite news|last=Soleha|first=Marisa|date=26 Juli 2019|title=Mengenal Lebih Dekat Sosok Gus Baha, Serta Biografi Lengkap Gus Baha Nursalim|url=https://tokoh.co.id/profil-biografi-gus-baha/|work=Tokoh|access-date=31 Desember 2020}}</ref> Gus Baha' duduk bersama para Profesor, Doktor dan ahli-ahli Al-Qur'an dari seluruh Indonesia seperti Prof. Dr. [[Muhammad Quraish Shihab|Quraisy Syihab]], Prof. Zaini Dahlan, Prof. Shohib dan para anggota Dewan Tafsir Nasional yang lain.<ref>{{Cite news|last=Redaksi|first=|date=4 Mei 2019|title=Biografi Intelektual Gus Baha' Nursalim Rembang|url=https://www.dutaislam.com/2019/05/biografi-intelektual-gus-baha-nursalim-rembang.html|work=Duta Islam|access-date=31 Desember 2020}}</ref>
Gus Baha' kecil dididik belajar dan menghafalkan al-Qur'an secara langsung oleh ayahnya dengan menggunakan metode tajwid dan makhorijul huruf secara disiplin. Hal ini sesuai dengan karakteristik yang diajarkan oleh guru ayahnya yaitu KH. Arwani Kudus. Kedisiplinan tersebut membuat Gus Baha’ di usianya yang masih muda, mampu menghafalkan al-Qur'an 30 Juz beserta Qiro'ahnya.
 
Pada suatu kesempatan pernah diungkapkan oleh Prof. Quraisy bahwa kedudukan Gus Baha' di Dewan Tafsir Nasional selain sebagai mufassir, juga sebagai mufassir faqih karena penguasaan beliau pada ayat-ayat ahkam yang terkandung dalam al-Qur'an. Setiap kali lajnah menggarap tafsir dan mushaf al-Qur'an menurut Prof. Quraisy, posisi Gus Baha’ selalu di dua keahlian, yakni sebagai mufassir seperti anggota lajnah yang lain, juga sebagai Faqihul Qur'an yang mempunyai tugas khusus mengurai kandungan fikih dalam ayat-ayat ahkam Al-Qur'an<ref>{{Cite news|last=Siregar|first=Rusman H|date=20 Desember 2020|title=Filosofi Hidup Gus Baha yang Jarang Diketahui Orang|url=https://kalam.sindonews.com/read/274244/70/filosofi-hidup-gus-baha-yang-jarang-diketahui-orang-1608397920?showpage=all|work=Koran Sindo|access-date=31 Desember 2020}}</ref>
Menginjak usia remaja, ayahnya menitipkan Gus Baha' untuk mondok dan berkhidmah kepada Syaikhina KH. Maimoen Zubairdi Pondok Pesantren Al-Anwar Karangmangu, Sarang, Rembang. Pondok al-Anwar tepat berada sekitar 10 KM arah timur dari rumahnya.
 
== Teladan ==
Di Pondok Pesantren al-Anwar inilah keilmuan Gus Baha’ mulai menonjol seperti ilmu hadits, fiqih, dan tafsir.
Teladan yang bisa ditiru dari Gus Baha' adalah tentang kesederhanaanya. Kesederhanaan yang dipraktikan Gus Baha’ bukan berarti keluarga Gus Baha’ adalah keluarga yang miskin, karena kalau dilihat dari silsilah lingkungan keluarganya, tiada satupun keluarganya yang miskin.
 
Bahkan kakek Gus Baha’ dari jalur ibu merupakan juragan tanah di desanya. Saat dikonfirmasi oleh penulis perihal kesederhanaan beliau, beliau menyatakan bahwa hal tersebut merupakan karakter keluarga Qur'an yang dipegang erat oleh leluhurnya. Ada salah satu wasiat dari ayahnya yang mengatakan agar Gus Baha' menghindari keinginan untuk menjadi manusia mulia. Hal inilah yang hingga kini mewarnai kepribadian dan kehidupan beliau sehari-hari.<ref>{{Cite news|last=Redaksi|first=|date=16 Juni 2020|title=Profil Gus Baha'|url=https://www.forummuslim.org/2020/06/profil-gus-baha.html|work=Forum Muslim|access-date=31 Desember 2020|archive-date=2020-12-02|archive-url=https://web.archive.org/web/20201202154053/https://www.forummuslim.org/2020/06/profil-gus-baha.html|dead-url=yes}}</ref>
Dalam ilmu hadis, Gus Baha’ mampu mengkhatamkan hafalan Sahih Muslim lengkap dengan matan, rowi dan sanadnya. Selain Sahih Muslim beliau juga mengkhatamkan dan hafal isi kitab Fathul Mu'in dan kitab-kitab gramatika bahasa arab seperti 'Imrithi dan Alfiah Ibnu Malik.
 
== Karya ==
Bahkan menurut sebuah cerita, dengan banyaknya hafalan yang dimiliki oleh Gus Baha’, menjadikan beliau sebagai santri pertama al-Anwar yang memegang rekor hafalan terbanyak. Selain itu, menurut cerita lain juga menyebutkan bahwa, ketika akan mengadakan forum musyawarah atau batsul masa’il di pondok banyak teman-teman Gus Baha’ yang menolak kalau Gus Baha’ untuk ikut dalam forum tersebut, sebab beliau dianggap tidak berada pada level santri pada umumnya karena kedalaman ilmu, keluasan wawasan dan banyaknya hafalan yang dimiliki oleh beliau.
1. حفظنا لهذا المصحف لبهاء الدين بن نور سالم
 
Kitab ini adalah kitab yang ditulis oleh Gus Baha’ yang menjelaskan tentang ''rasm'' Usmani yang dilengkapi dengan contoh dan penjelasan yang disandarkan pada kitab ''al-Muqni''' karya Abu 'Amr Usman bin Sa'id ad-Dani (w. 444 H.). Kitab ini berguna bagi siapapun untuk mengetahui bagaimana memahami karakteristik penulisan al-Qur’an di dalam mushaf ''rasm'' Usmani.<ref>Musthofa, Q (2014), Sebuah Resensi "Upaya Menjaga Mushaf Kita" Karya Gus Baha. https://www.qowim.net/2014/02/upaya-menjaga-mushaf-kita.html</ref>
Maka, atas dasar kedalaman keilmuan yang dimiliki Gus Baha’, hal ini yang kemudian membuat Gus Baha’ diberi kepercayaan untuk menjadi Rois Fathul Mu'in dan Ketua Ma'arif di jajaran kepengurusan Pesantren al-Anwar.
 
2. ''Tafsir al-Qur an versi UII dan al-Qur’an'' terjemahan versi UII Gus Baha' (2020). Salah satu ciri khas tafsir dan terjemahan UII yang ditulis oleh Gus Baha' dan timnya adalah tafsir ini dikontekstualisasikan untuk membaca Indonesia dan dengan rasa Indonesia. Tafsir dan terjemahan UII ini sama sekali tidak mengubah dari keaslian al-Qur’an itu sendiri.<ref>{{Cite news|last=Mustar|first=|date=25 Juni 2020|title=Gus Baha, Manusia Kitab Abad Ini dan Santri Kesayangan Mbah Moen|url=https://gomuslim.co.id/read/figur/2020/06/21/20054/-p-gus-baha-manusia-kitab-abad-ini-dan-santri-kesayangan-mbah-moen-p-.html|work=Go Muslim|access-date=31 Desember 2020|archive-date=2020-10-27|archive-url=https://web.archive.org/web/20201027071915/https://gomuslim.co.id/read/figur/2020/06/21/20054/-p-gus-baha-manusia-kitab-abad-ini-dan-santri-kesayangan-mbah-moen-p-.html|dead-url=yes}}</ref>
Selain menonjol dengan keilmuannya, beliau juga merupakan sosok santri yang dekat dengan kiainya. Dalam berbagai kesempatan, beliau sering mendampingi guru beliau Syaikhina KH. Maimoen Zubair untuk berbagai keperluan. Mulai dari sekedar berbincang santai, hingga urusan mencari ta'bir dan menerima tamu-tamu ulama-ulama besar yang berkunjung ke al-Anwar. Hingga beliau dijuluki sebagai santri kesayangan Syaikhina KH. Maimoen Zubair.
 
Dalam sebuah cerita, beliau pernah dipanggil untuk mencarikan ta'bir tentang suatu persoalan oleh Syaikhina. Karena saking cepatnya ta'bir itu ditemukan tanpa membuka dahulu referensi kitab yang dimaksud, hingga Syaikhina pun terharu dan ngendikan "Iyo Ha'... Koe pancen cerdas tenan" (Iya Ha'... Kamu memang benar-benar cerdas).
 
Gus Baha' juga kerap dijadikan contoh teladan oleh Syaikhina saat memberikan mawa'izh di berbagai kesempatan tentang profil santri ideal. "Santri tenan iku yo koyo Baha' iku...." (Santri yang sebenarnya itu ya seperti Baha' itu....) begitu kurang lebih ngendikan Syaikhina.
 
Selain mengeyam pendidikan di Pondok Pesantren al-Anwar Rembang, pernah suatu ketika ayahnya menawarkan kepada Gus Baha’ untuk mondok di Rushoifah atau Yaman. Namun Gus Baha’ menolaknya dan lebih memilih untuk tetap di Indonesia, berkhidmat kepada almamaternya Madrasah Ghozaliyah Syafi'iyyah PP. al-Anwar dan pesantrennya sendiri LP3IA.
 
Setelah ayahnya wafat pada tahun 2005, Gus Baha' melanjutkan tongkat estafet kepengasuhan di pondoknya, pondok pesantren LP3IA Narukan.
 
Saat menjadi pengasuh di pondoknya, banyak santri yang ada di Yogyakarta merasa kehilangan atas kepulangan beliau ke Narukan. Akhirnya para santri pergi sowan dan meminta beliau kerso kembali ke Yogya. Hingga pada akhirnya Gus Baha’ bersedia namun hanya satu bulan sekali.
 
Selain menjadi pengasuh di pondoknya dan mengisi pengajian di Yogyakarta, Gus Baha’ juga diminta untuk mengisi pengajian tafsir al-Qur'an di Bojonegoro, Jawa Timur. Adapun untuk waktunya dibagi-bagi, di Yogya minggu terakhir, sedangkan di Bojonegoro minggu kedua setiap bulannya. Hal tersebut, Gus Baha’ lakukan secara rutin sejak 2006 hingga sekarang.
 
KEISTIMEWAAN
Sebagai seorang santri tulen, yang berlatar belakang pendidikan non-formal dan non-gelar, Gus Baha’ diberi keistimewaan untuk menjadi sebagai Ketua Tim Lajnah Mushaf Universitas Islam Indonesa (UII) Yogyakarta.
 
Gus Baha’ duduk bersama para Profesor, Doktor dan ahli-ahli Al-Qur'an dari seluruh Indonesia seperti Prof. Dr. Quraisy Syihab, Prof. Zaini Dahlan, Prof. Shohib dan para anggota Dewan Tafsir Nasional yang lain.
 
Pada suatu kesempatan pernah diungkapkan oleh Prof. Quraisy bahwa kedudukan Gus Baha’ di Dewan Tafsir Nasional selain sebagai mufassir, juga sebagai mufassir faqih karena penguasaan beliau pada ayat-ayat ahkam yang terkandung dalam al-Qur'an.
 
Setiap kali lajnah menggarap tafsir dan mushaf al-Qur'an menurut Prof. Quraisy, posisi Gus Baha’ selalu di dua keahlian, yakni sebagai mufassir seperti anggota lajnah yang lain, juga sebagai Faqihul Qur'an yang mempunyai tugas khusus mengurai kandungan fiqh dalam ayat-ayat ahkam Al-Qur'an
 
TELADAN
Teladan yang bisa ditiru dari Gus Baha' adalah tentang kesederhanaanya. Kesederhanaan yang dipraktikan Gus Baha’ bukan berarti keluarga Gus Baha’ adalah keluarga yang miskin, karena kalau dilihat dari silsilah lingkungan keluarganya, tiada satupun keluarganya yang miskin.
 
Bahkan kakek Gus Baha’ dari jalur ibu merupakan juragan tanah di desanya. Saat dikonfirmasi oleh penulis perihal kesederhanaan beliau, beliau menyatakan bahwa hal tersebut merupakan karakter keluarga Qur'an yang dipegang erat oleh leluhurnya.
 
Ada salah satu wasiat dari ayahnya yang mengatakan agar Gus Baha' menghindari keinginan untuk menjadi manusia mulia. Hal inilah yang hingga kini mewarnai kepribadian dan kehidupan beliau sehari-hari.
 
KARYA-KARYA
حفظنا لهذا المصحف لبهاء الدين بن نور سالم adalah kitab yang ditulis oleh Gus Baha’. Kitab ini menjelaskan tentang rasm usmani yang dilengkapi dengan contoh dan penjelasan yang disandarkan pada kitab al-Muqni' karya Abu 'Amr Usman bin Sa'id ad-Dani (w. 444 H.). Kitab ini berguna bagi siapapun untuk mengetahui bagaimana memahami karakteristik penulisan al-Qur’an di dalam mushaf rasm usmani.
Tafsir al-Qur an versi UII dan al-Qur’an terjemahan versi UII Gus Baha' (2020). Salah satu ciri khas tafsir dan terjemahan UII yang ditulis oleh Gus Baha' dan Timnya adalah tafsir ini dikontekstualisasikan untuk membaca Indonesia dan dengan rasa Indonesia. Dan tafsir dan terjemahan UII ini sama sekali tidak merubahah dari ke aslian al-Qur’an itu sendiri.
 
== Referensi ==
{{Reflist}}
 
[[Kategori:Cendekiawan Muslim|Badruddin Ibnu Jama'ah]]
[[Kategori:Ulama|Badruddin Ibnu Jama'ah]]
[[Kategori:Ulama Indonesia]]
[[Kategori:Ulama Nusantara]]
[[Kategori:Ulama Sunni]]
[[Kategori:Nahdlatul Ulama]]
[[Kategori:Tokoh Nahdlatul Ulama]]