Gunung Sunda: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
 
(14 revisi perantara oleh 9 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{Infobox Mountain
[[Berkas:Gunungsunda.jpg|jmpl|Gambar rekonstruksi Gunung Sunda Purba (hasil scanning dari buku Sundalana Seri 6 terbitan 2007)]]
| name = Sunda
'''Gunung Sunda''' merupakan salah satu [[gunung]] yang saat ini ada di wilayah [[Bandung]], [[Jawa Barat]], [[Indonesia]].
| other_name = Chuda
| coordinates = 6°43'39.5"S 107°35'04.3"E
| elevation_m = 1830
| type = [[Gunung berapi gabungan]]
| volcanic_arc = Zona Bandung
}}
 
'''Gunung Sunda''' merupakan salah satu [[gunung]] yangberapi saatpurba iniyang adaterletak di wilayahdaerah [[Kabupaten Bandung Barat|Bandung Barat]] dan [[Kabupaten Purwakarta|Purwakarta]], [[Jawa Barat]], [[Indonesia]].
Gunung Sunda yang ada saat ini, bersama dengan [[Gunung Tangkubanperahu|Gunung Tangkuban Parahu]], [[Gunung Burangrang]] serta [[Gunung Bukit Tunggul]], merupakan sisa dari Gunung Sunda purba yang pernah meletus besar pada zaman [[prasejarah]]. Meletusnya gunung Sunda (purba) juga sudah mengakibatkan terbentuknya [[Kaldera Sunda]]. Gunung Sunda purba diperkirakan pernah menjadi Gunung tertinggi di pulau Jawa.{{fact}}
 
Gunung Sunda yang ada saat ini, bersama dengan [[Gunung Tangkuban Parahu]], [[Gunung Burangrang]] serta [[Gunung Bukit Tunggul]], merupakan sisa dari Gunung Sunda Purba yang pernah meletus besar pada zaman [[prasejarah]]. Meletusnya Gunung Sunda juga sudah mengakibatkan terbentuknya [[Kaldera Sunda]].<ref>{{Cite book|date=1987|url=https://www.google.co.id/books/edition/Berita_berkala_vulkanologi/n9W6AAAAIAAJ?hl=en&gbpv=1&bsq=%22Kaldera+Sunda%22+letusan&dq=%22Kaldera+Sunda%22+letusan&printsec=frontcover|title=Berita berkala vulkanologi|publisher=Direktorat|language=id}}</ref><ref>{{Cite book|date=2004|url=https://www.google.co.id/books/edition/Journal_of_geological_resources/sdPiAAAAMAAJ?hl=en&gbpv=1&bsq=%22Kaldera+Sunda%22+letusan&dq=%22Kaldera+Sunda%22+letusan&printsec=frontcover|title=Journal of geological resources|publisher=Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi|language=id}}</ref>
 
== Penamaan ==
Menurut salah seorang sepuh/ atau orang tua yang berusia kurang lebih 85 tahun, yang berdomisili di [[Arjasari, Bandung|Arjasari]], Kecamatan [[Banjaran]], Kab.[[Kabupaten Bandung.]], Gunung Sunda purba iniPurba dulu dikenal dengan nama Gunung Chuda (bahasayang sanksekertadalam =[[Bahasa putih),Sansekerta]] yangberarti manaputih. dinamai denganDinamai Gunung Chuda karena konon katanya gunungpuncak chudadari ini puncaknyagunung selalu tertutup es/ atau salju, sehingga ada beberapa pengembara yang berasal dari negeri seberang (India) yangdapat melihat dariGunung kejauhanChuda (dengan kemungkinanjelas. diDiperkirakan Sumatra)para dapatpengembara melihat gunung Chuda tersebut dengandari jelasdataran [[Sumatera]]. Karena rasa penasaran yang tinggi, para pengembara tersebut mendatangi gunung tersebut, hingga akhirnya sampai di kawasan Gunung Chuda. Akibat pelafalan penduduk lokal, kata chuda pun bergeser menjadi [[Sunda]]. Berhubungan dengan chuda memiliki arti putih, maka orang[[Suku sundaSunda|Sunda]] identik dengan warganya/ atau masyarakatnya yang memiliki kulit yang cenderung putih.
 
== Periode/EpisodeSejarah Letusanletusan ==
Gunung Sunda adalah gunung berapi yang terbentuk akibat dari proses penunjaman [[lempeng Indo-Australia]] ke bawah [[lempeng Sunda]]. Berdasarkan analisis [[tefrakronologi]], aktivitas vulkanisme gunung Sunda & Tangkuban Parahu dikelompokan menjadi 4 fase vulkanisme dari tua ke muda, yaitu dari '''Gunung Pra-Sunda''', '''Sunda''', '''Tangkuban Parahu Tua''', dan '''Tangkuban Parahu Muda''' yang saat ini masih aktif.<ref name=":0">{{Cite journal|last=Mamay Surmayadi|last2=Prihadi Soemintadiredja|last3=Diky Irawan|last4=Arisbaya|first4=Ilham|date=2011|title=DINAMIKA VULKANISME GUNUNGAPI TANGKUBAN PARAHU|url=http://rgdoi.net/10.13140/RG.2.1.3527.4088|doi=10.13140/RG.2.1.3527.4088}}</ref> Gunung Sunda merupakan induk dari sejumlah gunung berapi di [[Zona Bandung]]. Gunung ini terbentuk dari letusan gunung berapi sebelumnya, yaitu '''Gunung Jayagiri''' atau '''Pra-Sunda''' sekitar 500.000 hingga 560.000 tahun yang lalu setelah mengalami masa dormansi selama 290.000 tahun yang membentuk [[kaldera]] Pra-Sunda.<ref name=":0" /><ref>{{Cite web|last=Kartikasari|first=Winda|date=2021-09-06|title=Berita Acara Geopark Sunda “Sejarah Evolusi Gunung Sunda” – MAGI|url=https://magi.iagi.or.id/berita-acara-geopark-sunda-sejarah-evolusi-gunung-sunda/|website=magi.iagi.or.id|language=|access-date=2022-07-30|archive-date=2023-05-31|archive-url=https://web.archive.org/web/20230531004253/https://magi.iagi.or.id/berita-acara-geopark-sunda-sejarah-evolusi-gunung-sunda/|dead-url=no}}</ref> Dari kaldera tersebut, diperkirakan 300.000 tahun kemudian Gunung Sunda lahir.<ref name=":1">{{Cite web|date=2008-05-06|title=Danau Bandung bukan karena Tangkuban Parahu|url=https://www.ubb.ac.id/index.php?page=artikel_ubb&&id=32|website=www.ubb.ac.id|access-date=2022-07-30|archive-date=2022-07-30|archive-url=https://web.archive.org/web/20220730105842/https://www.ubb.ac.id/index.php?page=artikel_ubb&&id=32|dead-url=no}}</ref>
[[Mochamad Nugraha Kartadinata]], geolog dari [[Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi]] yang juga telah mengkaji [[Gunung Tangkuban Parahu]] dan Gunung Sunda, lebih jauh mengungkap sejarah letusan-letusan yang terjadi.
 
LetusanFase dahsyatvulkanisme aktif Gunung Sunda oleh Mochamad dibagi menjadi beberapa episode letusan. Antarasekitar 210.000 - 128.000 tahun yang lalu, menghasilkan episode letusan yang mengeluarkan lava, lalu disusul dengan episode 13 unit letusan yang dalam satu unit letusanletusannya bisa terjadi lebih dari satu kali letusan besar. Kurang lebih 105.000 tahun yang lalu terjadi fase-fase letusan yang meruntuhkan dinding Gunung Sunda, hingga membentuk [[kaldera Sunda]] saat ini. Fase-fase tersebut meliputi '''fase plinius''', '''freatomagmatik''', dan '''ignimbrit'''.<ref>{{Cite web|last=Bachtiar|first=Titi|date=2020-11-13|title=Gunung Sunda|url=https://www.ayobandung.com/netizen/pr-79704070/gunung-sunda|website=Ayo Bandung|access-date=2024-10-06}}</ref>
 
Pada fase Ignimbrit tercatat lontaran volume materi yang dikeluarkan mencapai 66&nbsp;km<sup>3</sup> hingga menutupi kawasan hingga radius 200&nbsp;km<sup>2</sup>. Sebagian material diterbangkan oleh angin ke seluruh penjuru arah, sehingga total material yang dikeluarkan mencapai 110&nbsp;km<sup>3</sup>. Material letusan gunung Sunda disemburkan hingga sejauh [[Citarum]] di selatan [[Rajamandala Kulon, Cipatat, Bandung Barat|Rajamandala]]. Di beberapa tempat rata-rata ketebalan material mencapai 40 meter, sementara endapan aliran piroklastik Gunung Sunda memiliki ketebalan 4 - 180 meter. Banyak material yang dikeluarkan telah mengosongkan [[dapur magma]] dari gunung ini, juga mengakibatkan sebagian besar dari dinding gunung runtuh, hingga membentuk kaldera seluas 6,5 x 7,5&nbsp;km dan endapan [[ignimbrit]] yang terbentuk menjadi [[Gunung Manglayang]]. Pada fase freatomagmatik gunung ini melontarkan volume sebanyak 1,71&nbsp;km<sup>3</sup>, dan di fase plinius gunung ini melontarkan material vulkanis sebanyak 1,96&nbsp;km<sup>3</sup>.<ref name=":1" />
Kurang lebih 105.000 tahun yang lalu fase letusan-letusan yang meruntuhkan badan Gunung Sunda, hingga membentuk [[Kaldera Gunung Sunda|kaldera dimulai]]. Meliputi '''fase Plinian''', '''Freatomagmatik''', dan '''fase Ignimbrit'''.
 
T. Bachtiar, anggota Masyarakat Geografi Indonesia, lebih jauh menyimpulkan bahwa letusan Gunung Sunda di fase ketiga itulah yang telah menguruk aliran Sungai [[Sungai Citarum|Citarum Purba]] di sebelah utara daerah [[Padalarang, Bandung Barat|Padalarang]], hingga membentuk danau raksasa yang dikenal sebagai [[Danau Bandung Purba]].<ref>{{Cite book|last=Suganda|first=Her|date=2007|url=https://www.google.co.id/books/edition/Jendela_Bandung/cBpTIbiK9hUC?hl=en&gbpv=1&dq=fase+letusan+%22gunung+sunda%22&pg=PA13&printsec=frontcover|title=Jendela Bandung: pengalaman bersama Kompas|publisher=Penerbit Buku Kompas|isbn=978-979-709-335-8|language=id}}</ref> Sementara dari Kaldera Sunda kemudian lahir Gunung Tangkuban Parahu Tua yang diperkirakan meletus antara 90.000 - 10.000 tahun yang lalu sebanyak 30 unit letusan, lalu terjadi 12 unit letusan antara 10.000 - 50 tahun yang lalu pada masa Gunung Tangkuban Parahu Muda.<ref>{{Cite web|last=Tectona Putra Epriyan|first=Pratama|date=2024-02-07|title=Identifikasi Struktur Geologi dan Prospek Panasbumi Gunung Tangkuban Perahu Berdasarkan Analisis Derivative Data Gayaberat di Daerah Bandung|url=http://digilib.unila.ac.id/79564/|website=digilib.unila.ac.id|access-date=2024-10-06}}</ref>
Pada fase Ignimbrit tercatat lontara volume materi yang dikeluarkan mencapai 66 km<sup>3</sup> hingga menutupi kawasan hingga radius 200 km<sup>2</sup>. Di beberapa tempat rata-rata ketebalan bahkan mebcapai 40 meter.
 
Letusan dari Gunung Tangkuban Parahu Tua, bersamaan dengan kemunculan [[Sesar Lembang]] sampai [[Gunung Manglayang]] telah memisahkan dataran tinggi Lembang di utara dari dataran tinggi Bandung di selatan. Kejadian ini diperkirakan oleh geolog Belanda [[Rein van Bemmelen]] berlangsung pada kisaran 11.000 tahun yang lalu.<ref>{{Cite book|date=2004|url=https://www.google.co.id/books/edition/Journal_of_geological_resources/sdPiAAAAMAAJ?hl=en&gbpv=1&bsq=tangkuban+parahu+manglayang+lembang+Bemmelen&dq=tangkuban+parahu+manglayang+lembang+Bemmelen&printsec=frontcover|title=Journal of geological resources|publisher=Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi|language=id}}</ref> Diperkirakan letusan explosivity Index (VEI) mencapai 7 akibat letusan yang sangat dahsyat
Sebagai pembanding , [[Gunung Krakatau]] yang meletus tahun 1883 itu melontarkan material 18 km<sup>3</sup> dan letusan [[Gunung Tambora]] 1815 menghamburkan 80 km<sup>3</sup>.
 
== Sisa-sisa Gunung Chuda ==
Banyak material yang dikeluarkan masih merupakan perkiraan, terlebih jika material tersebut mengakibatkan sebagian besar dari tubuh Gunung Sunda runtuh, hingga membentuk kaldera seluas 6,5 x 7,5 km.
Sisa-sisa dari gunung purba raksasa yang terbentuk 2 juta tahun yang lalu ini sekarang merupakan jajaran gunung di daerah Bandung Utara. Daerah sekitar [[Situ Lembang]] dan [[Gunung Burangrang]] diyakini sebagai salah satu kerucut samping dari Gunung Sunda Purba. Sisa lain dari lereng Gunung Sunda Purba ini terdapat di sebelah utara Kota Bandung, khususnya sebelah timur [[Sungai Cikapundung]] sampai [[Gunung Manglayang]], yang oleh van Bemmelen disebut sebagai [[Blok Pulasari]]. Sisa lain dari Gunung Sunda Purba ini menurut Koesoemadinata dalam makalahnya “Asal-Usul dan Prasejarah Ki Sunda” adalah [[Gunung Putri, Lembang|Bukit Putri]] yang berada di sebelah timur laut Lembang.<ref>{{Cite web|url=https://ahmadsamantho.wordpress.com/2016/08/02/menelusuri-jejak-gunung-sunda-gunung-purba-di-tanah-pasundan/|title=Menelusuri Jejak Gunung Sunda, Gunung Purba di Tanah Pasundan|last=Samantho|first=Ahmad Yanuana|date=2016-08-02|website=Bayt al-Hikmah Institute|language=id-ID|access-date=2019-11-02|archive-date=2023-03-23|archive-url=https://web.archive.org/web/20230323180810/https://ahmadsamantho.wordpress.com/2016/08/02/menelusuri-jejak-gunung-sunda-gunung-purba-di-tanah-pasundan/|dead-url=no}}</ref>
 
== Rujukan ==
T. Bachtiar, anggota Masyarakat Geografi Indonesia, lebih jauh menyimpulkan bahwa letusan Gunung Sunda fase ketiga itulah yang telah menguruk [[Ci Tarum|Citarum Purba]] di utara Padalarang, hingga membentuk danau raksasa, [[Danau Bandung Purba]].
 
Dari Kaldera Gunung Sunda itu kemudian lahir Gunung Tangkuban Parahu kuno yang diperkirakkan meletus antara 90.000 - 10.000 tahun yang lalu sebanyak 30 unit letusan. 12 unit letusan terjadi antara 10.000 - 50 tahun yang lalu pada Gunung Tangkuban Parahu muda.
 
Erupsi dari Tangkuban Parahu, bersamaan dengan terjadinya [[patahan Lembang]] sampai [[Gunung Manglayang]] yang memisahkan dataran tinggi Lembang dari dataran tinggi Bandung. Kejadian yang diperkirakan [[van Bemmelen]] berlangsung pada kisaran 11.000 tahun yang lalu.
 
== Sisa-sisa ==
Sisa gunung purba raksasa yang terbentuk 2 juta tahun yang lalu ini sekarang adalah punggungan bukit. Di sekitar Situ Lembang dan Gunung Burangrang diyakini sebagai salah satu kerucut sampingan dari Gunung Sunda Purba.
 
Sisa lain dari lereng Gunung Sunda Purba ini terdapat di sebelah utara gunung, khususnya sebelah timur [[Sungai Cikapundung]] sampai gunung Manglayang, yang oleh van Bemmelen disebut sebagai [[blok Pulasari]].
 
Sisa lain dari Gunung Sunda Purba ini menurut Koesoemadinata dalam makalahnya “Asal-Usul dan Prasejarah Ki Sunda” adalah [[Bukit Putri]] yang berada di sebelah timur laut Lembang.<ref>{{Cite web|url=https://ahmadsamantho.wordpress.com/2016/08/02/menelusuri-jejak-gunung-sunda-gunung-purba-di-tanah-pasundan/|title=Menelusuri Jejak Gunung Sunda, Gunung Purba di Tanah Pasundan|last=Samantho|first=Ahmad Yanuana|date=2016-08-02|website=Bayt al-Hikmah Institute|language=id-ID|access-date=2019-11-02}}</ref>
 
== Referensi ==
{{Reflist}}
{{Gunung di Indonesia}}
 
{{DEFAULTSORT:Sunda, Gunung}}
[[Kategori:Gunung di Jawa Barat]]
[[Kategori:Kaldera di Indonesia]]
[[Kategori:Gunung berapi di Jawa Barat]]
 
{{gunung-di-indonesia-stub}}
[[Kategori:GunungDAS di Jawa BaratCitarum]]
[[Kategori:DAS Cilamaya]]
[[Kategori:DAS Ciasem]]