Puisi lama: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Membuat halaman baru
Tag: tanpa kategori [ * ] VisualEditor
 
 
(16 revisi perantara oleh 8 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 2:
 
== Ciri-ciri ==
Puisi lama umumnya merupakan puisi [[rakyat]] yang nama penulisnya [[Anonimitas|anonim]]. Penulisan puisi lama masih mengikuti aturan-aturan yang jelas dan tidak dapat diubah. Aturan ini berhubungan dengan penentuan jumlah suku kata dalam tiap baris, jumlah baris pada tiap bait, dan penggunaan sajak. Puisi lama merupakan salh satu jenis [[sastra lisan]] yang disampaikan secara turun-temurun. Gaya bahasa pada puisi lama menggunakan [[majas]] dan sifatnya tetap serta [[klise]]. Kandungan isi dalam puisi lama menceritakan tentang [[sejarah]] [[kerajaan]], kemegahan [[istana]] dan kehidupan di dalamnya, serta kejadian-kejadian ajaib.{{Sfn|Ahyar|2019|p=36}} Selain itu, puisi lama merupakan salah satu jenis [[sastra lisan]] yang disampaikan secara turun-temurun sehingga bersifat [[anonim]] (tanpa pengarang) dan terkesan kaku karena harus mengikuti aturan persajakannya.<ref name=":0">{{Cite web|last=Widyananda|first=Rakha Fahreza|date=04 September 2020|title=Mengenal Macam-macam Puisi Lama Beserta Contohnya, Menambah Wawasan Semua Halaman|url=https://www.merdeka.com/jatim/8-macam-macam-puisi-lama-beserta-contohnya-menambah-wawasan-kln.html|website=merdeka.com|language=en|access-date=2021-01-21}}</ref>
 
== Jenis ==
 
=== Mantra ===
[[Berkas:Maha-mantra.png|jmpl|Salah{{Pranala mati|date=Mei 2021 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }} satu mantra yang digunakan di dalam sekolah [[Agama Hindu|Hindu]] yang beraliran [[Masyarakat Internasional Kesadaran Kresna|Hare Krishna]].]]
Penulisan mantra berbentuk bait dengan keberadaan rima yang tidak menentu. Mantra lebih mengutamakan irama dibandingkan rima. [[Bahasa]] yang digunakan di dalam mantra adalah [[metafora]] dan dianggap memiliki kekuatan [[sihir]] atau doa.<ref name=":0" /> Mantra hanya boleh diucapkan atau dibacakan oleh [[pawang]] atau [[dukun]]. Penggunaan utama dari mantra adalah untuk mencegah terjadinya [[bencana]]. Penggunaan mantra merupakan bagian dari [[budaya Indonesia]]. Dalam [[masyarakat]] [[Melayu]], mantra digunakan untuk keperluan [[adat]] dan kepercayaan [[Mistisisme|mistis]] dan jarang digunakan sebagai [[karya sastra]].{{Sfn|Sumaryanto|2010|p=9-10}}
 
=== Pantun ===
Pantun adalah puisi lama yang tiap baitnya terdiri atas empat baris. Setiap barisnya terdiri atas 8–12 suku kata. Bari di dalam pantun terbagi menjadi sampiran dan isi. Sampiran berada di baris pertama dan baris kedua, sedangkan isi berada di baris ketiga dan baris keempat. Pola sajak pada pantun adalah a-b-a-b. Pantun memperhatikan penggunaan rima. [[Kalimat]] pertama dan kalimat ketiga mempunyai bunyi akhir yang sama. Kalimat kedua dan keempat juga memiliki bunyi akhir yang sama.{{Sfn|Kosasih|2008|p=9}}
 
=== SelokaSaloka ===
SelokaSaloka adalah pantun yang mempunyai beberapa bait saling sambung-menyambung. Nama lain dari selokasaloka adalah pantun berkait atau pantun berantai. Baris pertama dan ketiga pada bait kedua menggunakan isi yang sama dengan baris kedua dan keempat dari bait pertama. Pola ini digunakan secara terus-menerus pada bait berikutnya.{{Sfn|Kosasih|2008|p=11}} Kata "selokasaloka" merupakan [[kata serapan]] dari [[bahasa Sanskerta]], yaitu ''[[sloka]]''. Seloka merupakan salah satu jenis puisi [[Melayu]] klasik yang berisikan [[Peribahasa|pepatah]] atau [[perumpamaan]]. Pesan yang disampaikan di dalam seloka dapat berupa candaan, sindiran atau ejekan. SelokaSaloka umumnya ditulis dalam bentuk pantun atau [[syair]] dengan empat baris. Selain itu, ada juga selokasaloka yang ditulis lebih dari empat baris.{{Sfn|Sumaryanto|2010|p=13}}
 
=== Gurindam ===
[[Berkas:Gurindam 12.jpg|jmpl|[[Gurindam Dua Belas|Gurindam 12]] karya [[Ali Haji bin Raja Haji Ahmad|Raja Ali Haji]]]]
Gurindam adalah salah satu jenis puisi yang memadukan antara sajak dan [[peribahasa]]. Jumlah baris pada gurindam hanya dua dengan rima a-a. Gurindam berisi ajaran yang berkaitan dengan [[budi pekerti]] dan nasihat [[Agama|keagamaan]]. Baris pada gurindam disebut sebagai syarat dan akibat. Syarat merupakan baris pertama dan akibat sebagai baris kedua.{{Sfn|Kosasih|2008|p=13}} Baris pertama membahas tentang persoalan, [[masalah]] atau [[perjanjian]], sedangkan baris kedua memberitahukan jawaban atau penyelesaian dari bahasan pada baris pertama.{{Sfn|Sumaryanto|2010|p=11}}
 
Baris 22 ⟶ 24:
 
== Referensi ==
{{reflist}}
<references />
 
== Daftar pustaka ==
 
#* {{cite book|last=Ahyar|first=Juni|date=Oktober 2019|year=2019|url=https://repository.unimal.ac.id/5007/2/Isi%20Buku%20Apa%20Itu%20Sastra_v.3.0_Unesco.pdf|title=Apa Itu Sastra: Jenis-Jenis Karya Sastra dan Bagaimanakah Cara Menulis dan Mengapresiasi Sastra|location=Yogyakarta|publisher=Deepublish|isbn=978-623-02-0145-5|pages=|ref={{sfnref|Ahyar|2019}}|url-status=live}}
#* {{cite book|last=Kosasih, E.|first=|date=|year=2008|url=https://tabloidsastra.files.wordpress.com/2015/11/apresiasi-sastra-indonesia-_-e-kosasih.pdf|title=Apresiasi Sastra Indonesia|location=Jakarta|publisher=Nobel Edumedia|isbn=978-602-8219-57-0|pages=|ref={{sfnref|Kosasih|2008}}|url-status=live}}
#* {{cite book|last=Sumaryanto|first=|date=|year=2010|url=http://ebook.pustaka.sumbarprov.go.id/index.php?p=fstream-pdf&fid=402&bid=379|title=Mengenal Puisi dan Syair|location=Semarang|publisher=PT. Sindur Press|isbn=978-979-067-054-9|pages=|ref={{sfnref|Sumaryanto|2010}}|url-status=live}}
 
[[Kategori:Puisi]]