Istinja: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
RaFaDa20631 (bicara | kontrib)
k Menambah Kategori:Taharah menggunakan HotCat
 
(6 revisi perantara oleh 6 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
'''Istinja''' adalah kegiatan membersihkan kotoran yang keluar dari [[saluran kemih]] dan [[anus]]. Pembersihan kotoran pada istinja dilakukan dengan menggunakan [[air]] atau [[batu]] dan dapat pula dengan alat lain. Tujuan dari istinja adalah untuk menghilangkan [[najis]] yang dapat membatalkan sahnya [[ibadah]]. Hukum istinja adalah wajib di dalam [[Islam]].<ref>{{Cite book|last=Hambali|first=Muhammad|date=2017|url=https://www.google.co.id/books/edition/Panduan_Muslim_Kaffah_Sehari_hari_dari_K/b1FHEAAAQBAJ?hl=id&gbpv=1&dq=panduan+muslim+kaffah&pg=PA31&printsec=frontcover|title=Panduan Muslim Kaffah Sehari-Hari: Dari Kandungan hingga Kematian|location=Yogyakarta|publisher=Laksana|isbn=978-602-407-185-1|editor-last=Rusdianto|pages=47|url-status=live}}</ref> Bersuci dari [[hadas]] di mana di dalam agama [[Islam]] ada beberapa macam cara untuk menyucikan diri dari [[hadas]], yaitu:
'''Istinja''' merupakan bersuci dari [[hadas]] di mana di dalam agama [[Islam]] ada beberapa macam cara untuk menyucikan diri dari [[hadas]], yaitu:
* [[Mandi wajib]] (mandi janabat, mandi besar)
* [[Wudhu]] (wudu, wudlu)
Baris 6:
Ketiga macam cara bersuci tersebut dibedakan atas hukum (atau lebih tepat disebut [[fiqih]]) kapan masing-masingnya dapat dilakukan.
 
== Hukum ==
[[Mazhab Maliki]], [[Mazhab Syafi'i]] dan [[Mazhab Hambali]] berpendapat bahwa hukum melakukan istinja adalah wajib. Hanya terdapat satu riwayat yang menyatakan bahwa salat tetap sah meski tidak istinja menurut Mazhab Maliki. Riwayat lain dari Mazhab Maliki menetapkan hukumnya sunnah. Sedangkan menurut Mazhab Hanafi, istinja hukumnya hanya sunnah dan bukan wajib. Dalam Mazhab Hanafi, salat tetap sah meski tidak istinja selama ukuran kotoran tidak lebih besar dari ukuran mata uang dirham.{{Sfn|ad-Dimasyqi|2017|p=23}}
 
== Alat ==
Istinja tidak boleh dilakukan selain menggunakan [[batu]] sebanyak tiga buah. Perumpamaan ini berarti istinja harus dilakukan dengan tiga kali sapuan. Pada batu yang memiliki tiga sudut, maka istinja sah setelah kotoran dibersihkan. Namun, jika setelah tiga kali sapuan bagian kotoran belum hilang, maka jumlah sapuan ditambah hingga bersih.{{Sfn|ad-Dimasyqi|2017|p=23}} Mazhab Hanafi dan Mazhab Maliki berpendapat bahwa yang diutamakan dalam istinja adalah kebersihannya. Jumlah sapuan diutamakan hanya tiga kali sapuan.{{Sfn|ad-Dimasyqi|2017|p=23-24}} Berdasarkan ijmak, istinja dapat dilakukan dengan menggunakan alat lain selain batu, misalnya tembikar, kayu dan papan. Sedangkan pendapat Abu Dawud, istinja hanya dilakukan dengan batu. Mazhab Syafi'i dan Mazhab Hambali menetapkan larangan beristinja dengan tulang dan kotoran hewan. Sedangkan Mazhab Hanafi dan Maliki berpendapat bahwa tulang dan kotoran hewan dapar digunakan untuk beristinja, tetapi tidak dianjurkan.{{Sfn|ad-Damasyqi|2017|p=24}}
 
== Rujukan ==
 
=== Catatan kaki ===
<references />
 
=== Daftar pustaka ===
 
* {{Cite book|last=Ad-Dimasyqi|first=Muhammad bin 'Abdurrahman|date=2017|title=Fiqih Empat Mazhab|location=Bandung|publisher=Hasyimi|isbn=978-602-97157-3-6|ref={{sfnref|ad-Dimasyqi|2017}}|url-status=live}}
{{Bersuci}}
 
{{islam-stub}}
{{Authority control}}
 
[[Kategori:Istilah Islam]]
[[Kategori:Fikih]]
[[Kategori:Taharah]]
 
 
{{islam-stub}}