Pamongan, Guntur, Demak: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
kTidak ada ringkasan suntingan |
Tidak ada ringkasan suntingan Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
||
(6 revisi perantara oleh 2 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 12:
|kepadatan =-
}}
'''Pamongan'''
Secara harfiah frasa "Pamongan" berasal dari kata "Pamong" yang berarti Tukang dan "Ngan" berarti omongan, maka
Desa Pamongan memiliki dua dukuh, yaitu Dukuh Surodadi dan Dukuh Bomo. Dukuh Bomo, mayoritas penduduk menganut agama Kristen Protestan. Meskipun terdapat perbedaan agama, suasana keberagaman di Desa Pamongan tetap sangat harmonis. Masyarakat di desa ini saling menghargai dan menghormati satu sama lain, tanpa memandang latar belakang agama. Hubungan antarwarga yang penuh toleransi dan saling menghormati menciptakan lingkungan yang damai dan kohesif. Upaya untuk menjaga kerukunan ini terlihat dalam berbagai kegiatan sosial dan budaya yang melibatkan seluruh elemen masyarakat, memperkuat ikatan persaudaraan dan keharmonisan di Desa Pamongan
▲Secara harfiah Pamongan berasal dari kata "Pamong" yang berarti Tukang dan "Ngan" berarti omongan maka berarti tukang atau orang yang suka berbicara, hal tersebut tidak terlepas dari historis dan karakter masyarakatnya yang ditunjukkan bahwa penduduk setempat mahir berdiplomasi dan bernegosiasi dalam berdagang sebagai wujudnya berdirilah pasar di desa tersebut sebagai pusat perekonomian.
Desa Pamongan
Desa Pamongan berbatasan dengan Desa Sukorejo di bagian barat, di sebelah timur dengan Desa Tlogoweru, di sebelah selatan dengan Desa Pundenarum, dan di sebelah utara dengan Desa Bogosari. Penduduk Desa Pamongan mayoritas bekerja sebagai petani, buruh bangunan, dan pedagang, sementara sebagian kecil merupakan anggota TNI/POLRI atau pegawai negeri sipil (PNS). Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, bahwa desa ini memiliki pasar tradisional yang berfungsi penting dalam menopang perekonomian desa dan daerah sekitarnya. Pasar ini tidak hanya menjadi pusat perdagangan, tetapi juga sebagai tempat interaksi sosial masyarakat setempat.
Menurut salah seorang sesepuh, sebelum terbentuk area pemukiman yang kemudian menjadi desa, dahulunya wilayah ini adalah hutan yang kemudian oleh sekelompok orang (pelarian dari Majapahit) dibuka lahan (babat alas) untuk pemukiman, perlu diketahui bahwasanya ketika itu Majapahit mulai mengalami keruntuhan (berdirinya Kerajaan Demak).{{Guntur, Demak}}
{{Authority control}}
{{desa-stub}}
|