Nur Iman Mlangi: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Latifasari (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Tidak ada ringkasan suntingan
 
(12 revisi perantara oleh 6 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{Unreferenced|date=Desember 2023}}
 
{{infobox royalty
'''Kiai Nur Iman Mlangi''' atau '''RM Sandeyo''' (diperkirakan lahir pada sekitar abad ke-18 atau tahun [[1700]]-an) adalah pendiri dari dusun Mlangi [[Sleman]], [[Daerah Istimewa Yogyakarta|Yogyakarta]]. Mlangi merupakan Kiai pertama yang mengajarkan agama kepada masyarakat setempat sehingga dusun yang dibangun disebut "Mulangi" atau Mlangi.
| birth_name = Bendara Raden Mas Sandeya
| birth_date = 1708
| death_date = 4 Juni 1744
| royal house = [[Mataram]]
| father = [[Amangkurat IV]]
| mother = Bendara Raden Ayu Ratna Susilawati
| title = Bendara Pangeran Harya Hangabehi<br>Pangeran Harya Saloring Pasar <br>G.P.H Kartosuro
| death_place =
| spouse = Raden Ayu Gelang
| issue = Raden Mas Taptojani, Raden Ayu Mursilah Abdul karim, Kyai Hasan Besari dll
| burial_place = [[Masjid Pathok Negara|Kompleks Masjid Pathok Negara An-Nur Mlangi]]
}}
'''Kiai Nur Iman Mlangi''' atau '''RM Sandeyo''' (diperkirakan lahir pada sekitar abad ke-18 atau tahun [[17001708]]-an) adalah pendiri dari dusun Mlangi [[Sleman]], [[Daerah Istimewa Yogyakarta|Yogyakarta]]. Mlangi merupakan Kiai pertama yang mengajarkan agama kepada masyarakat setempat sehingga dusun yang dibangun disebut "Mulangi" atau Mlangi.
== Silsilah ==
 
RM Sandeyo adalah putra pertama dari RM Suryaputra yang bergelar Raja [[Amangkurat IV]] dengan RA. Retno Susilowati, putri dari pahlawan nasional [[Untung Suropati]] yang saat itu bergelar Adipati Wiranegoro. RM Sandeyo juga merupakan saudara tertua para tokoh kerajaan [[Mataram]] antara lain Pangeran [[Mangkunegara dari Kartasura|Harya Mangkunegara]] (ayah dari [[Mangkunegara I|Raden Mas Said]]), Raja [[Pakubuwana II]], dan Raja [[Hamengkubuwana I]].
 
== Sejarah ==
Baris 11 ⟶ 24:
M. Ihsan ditunjuk sebagai pimpinan pemuda santri oleh kepala pondok pesantren, Kiai A. Muhsin. Pada suatu hari, Adipati Wironegoro yang tak lain adalah [[Untung Suropati]] berkunjung ke pondok dan melihat M. Ihsan. Sang Adipati merasa mengenal sang pemuda dan meyakin bahwa Ihsan bukanlah santri biasa. Aura kebangsawanan memancar dari wajahnya. Atas perkenan Kiai Muhsin, Adipati memanggil Ihsan dan mengajak ke rumahnya. Akhirnya diketahui bahwa Ihsan adalah putra pangeran Puger. Ihsan yang sebenarnya adalah RM Suryoputro diminta pulang ke [[Mataram]]. Namun sebelumnya dinikahkan dengan puteri Adipati Wironegoro, RA. Retno Susilowati. Dari hasil pernikahan mereka lahirlah RM Sandeyo yang dititipkan di pondok bersama ibunya sejak masih dalam kandungan. Sementara RM Suryoputro kembali ke [[Mataram]] yang masih bergejolak dan dinobatkan sebagai Raja Amangkurat IV atau lebih dikenal dengan nama Amangkurat Jawa.
 
Setelah dewasa, RM Sandeyo atas perintah ayahnya, dijemput untuk dibawa ke [[Mataram]]. Saat itu sedang berkecamuk perang saudara antara ketiga adik RM Sandeyo dari ibu yang berbeda. Untuk mendamaikan, RM Sandeyo mengajukan perjanjiyan Giyanti yang menyatakan bahwa{{Butuh rujukan}}:
# Kerajaan Mataram [[Kartasura]] dipecah ke dalam dua wilayah, yaitu Prambanan ke arah Timur dipimpin oleh Susuhunan Pakubuwana II dan memiliki ibu kota di [[Surakarta]] dan area Prambanan ke arah Barat dipimpin oleh Pangeran Mangkubumi (Sultan Hamengkubuwana I), beribu kota di [[Kota Yogyakarta|Yogyakarta]].
# Sebuah wilayah kecil di daerah Surakarta dibentuk Puro, disebut Puro Mangkunegoro diserahkan kepada RM. Said/[[Pangeran Sambernyowo]].
Setelah situasi tenteram, RM Sandeyo memutuskan untuk tinggal di luar kraton dan membaur bersama penduduk. Kemudian dia tinggal di sebuah desa, berganti nama menjadi Kiai Nur Iman, dan mengamalkan ilmu yang diperoleh di pesantren. Di situ dia mendirikan pondok pesantren yang selanjutnya dikenal dengan nama Pondok Mlangi, dan tempat tinggalnya pun disebut Mlangi. Area tempat tinggal Kiai Nur Iman merupakan tanah pemberikan Sultan [[Hamengkubuwono I]] dan menjadi tanah perdikan yang bebas pajak. Kiai Nur Iman meninggal dan dimakamkan di halaman belakang masjid yang dibangun tahun [[1760]]. Kini masjid dan makam Kyai Nur Iman menjadi tempat ziarah berbagai kalangan dari seluruh pelosok tanah air.
 
== Referensi ==
{{reflist}}
[[Kategori:Tokoh Jawa]]
[[Kategori:Tokoh dari Sleman]]
[[Kategori:Tokoh Islam Indonesia]]