Prasasti: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Andrewn123 (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
 
(91 revisi perantara oleh 51 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
[[Berkas:El Baul Stela1.Pt3.JPG|thumbjmpl|300px170px|Prasasti El Baul Stela.]]
'''Prasasti''' adalah [[piagam]] atau [[dokumen]] yang ditulis pada bahan yang keras dan tahan lama. DitemukannyaPenemuan [[prasasti]] pada sejumlah [[situs]] [[arkeologi,]] menandai akhir dari zaman [[prasejarah]], yakni babakan dalam sejarah kuno [[Indonesia]] yang masyarakatnya belum mengenal tulisan, menuju zaman sejarah, di mana masyarakatnya sudah mengenal tulisan. [[Ilmu]] yang mempelajari tentang prasasti disebut [[Epigrafi]].
 
Di antara berbagai sumber sejarah kuno Indonesia, seperti naskah dan berita asing, prasasti dianggap sumber terpenting karena mampu memberikan kronologis suatu peristiwa. Ada banyak hal yang membuat suatu prasasti sangat menguntungkan dunia penelitian masa lampau. Selain mengandung unsur penanggalan, prasasti juga mengungkap sejumlah nama dan alasan mengapa prasasti tersebut dikeluarkan.
Kata [[prasasti]] berasal dari bahasa [[Sansekerta]]. Arti sebenarnya adalah "pujian", namun kemudian dianggap sebagai "piagam, maklumat, surat keputusan, undang-undang atau tulisan". Di kalangan ilmuwan [[prasasti]] disebut inskripsi. Sementara di kalangan orang awam sering disebut batu bertulis atau batu bersurat.
 
Dalam pengertian modern di [[Indonesia]], prasasti sering dikaitkan dengan tulisan di [[batu nisan]] atau di gedung, terutama pada saat peletakan batu pertama atau peresmian suatu proyek pembangunan. Dalam berita-berita media massa, misalnya, kita sering mendengar presiden, wakil presiden, menteri, atau kepala daerah meresmikan gedung A, gedung B, dan seterusnya dengan pengguntingan pita dan penandatanganan prasasti. Dengan demikian istilah prasasti tetap lestari hingga sekarang<ref>https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbjambi/prasasti/</ref>.
Meskipun berarti "pujian", tidak semua [[prasasti]] mengandung puji-pujian (kepada raja). Sebagian besar [[prasasti]] diketahui memuat keputusan mengenai penetapan sebuah desa atau daerah menjadi ''sima'' atau perdikan (tanah yang dilindungi). Isi [[prasasti]] lainnya berupa keputusan pengadilan tentang perkara perdata (disebut [[prasasti]] ''jayapatra'' atau ''jayasong''), sebagai tanda kemenangan (''jayacikna''), tentang utang-piutang (''suddhapatra''), dan tentang kutukan atau sumpah.
 
==Peristilahan==
[[Prasasti]] tertua di Indonesia yang sampai kini sudah ditemukan, menunjukkan tarikh abad ke-5 Masehi. Periode terbanyak pengeluaran [[prasasti]] terjadi pada abad ke-8 hingga ke-14. Pada saat itu aksara yang banyak digunakan adalah Pallawa, Prenagari, Sansekerta, Jawa Kuna, Melayu Kuna, dan Bali Kuna, dengan bahasa Sansekerta, Jawa Kuna, dan Bali Kuna.
===Etimologi===
Secara etimologi, istilah prasasti merupakan kata serapan dari istilah dalam bahasa kuno [[bahasa Jawa|Jawa]]-[[bahasa Bali|Bali]] ꦥꦿꦱꦱ꧀ꦠꦶ (''prasasti'') dan ᬧ᭄ᬭᬰᬲ᭄ᬢᬶ (''praśasti'') yang memiliki arti "piagam" atau "dokumen", istilah ini diturunkan dari kata dalam [[bahasa Sanskrit|bahasa Sanskerta]] प्रशस्ती (''praśasti'') yang mempunyai makna sebagai "pujian".<ref>{{cite book|first=P.J.|last=Zoetmulder|date=1982|title=Old-Javanese English Dictionary|publisher=The Hague: Martinus Nijhoff.}}</ref><ref>{{cite book|date=1985|title=Kamus Bahasa Bali Kuno|location=Jakarta|publisher= Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan}}</ref><ref>{{cite journal |last=Maziyah|first=Siti|date=2018|title=Implikasi Prasasti dan Kekuasaan Pada Masa Jawa Kuna |journal= ANUVA - Program Studi Sejarah, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Diponegoro|volume= 2|issue= 2|pages= 177-192|issn=2598-3040}}</ref>
 
===Penggunaan===
Pada zaman kerajaan Islam, [[prasasti]] menggunakan aksara dan bahasa Arab. Sebagian besar terdapat pada makam, masjid, dan bagian bangunan. Pada masa yang lebih muda aksara Latin banyak digunakan, dengan bahasa-bahasa Inggris, Portugis, dan Belanda. [[Prasasti]] Latin banyak terdapat pada bagian bangunan, tugu peringatan, dan makam. [[Prasasti]] beraksara dan berbahasa Cina juga dikenal di Indonesia dan umumnya terdapat pada makam.
Pada zaman modern, prasasti juga dapat merujuk kepada segala sesuatu tulisan yang dituliskan atau dipahat pada batu maupun logam. Leluri atau tradisi prasasti pada zaman modern dapat tampak pada kebiasaan yang umumnya untuk menandai sebuah peresmian, peringatan, penghormatan, perayaan, dan sebagainya.
 
Di kalangan arkeolog, prasasti juga sering dikenali sebagai '''inskripsi''', dan bagi kalangan orang awam, prasasti juga kerap kali disebut sebagai batu bertulis ataupun batu bersurat.
Bahan yang digunakan untuk menuliskan [[prasasti]] biasanya berupa [[batu]] atau lempengan [[logam]]. Selain andesit, [[batu]] yang digunakan adalah [[batu]] kapur dan basalt. Dalam arkeologi, [[prasasti]] [[batu]] disebut ''upala prasasti''. [[Prasasti]] logam umumnya terbuat dari tembaga dan perunggu, biasa disebut ''tamra prasasti''. Hanya sedikit sekali [[prasasti]] yang berbahan lembaran perak dan emas.
 
Meskipun prasasti dalam bahasa Sanskrit berarti "pujian", tidak semua prasasti mengandung puji-pujian (khususnya kepada raja). Secara umum, sebagian besar prasasti diketahui memuat keputusan mengenai penetapan sebuah desa atau daerah menjadi [[sima]] atau daerah perdikan. ''Sima'' adalah tanah yang diberikan oleh raja atau penguasa kepada masyarakat yang dianggap berjasa. Karena itu keberadaan tanah ''sima'' dilindungi oleh kerajaan.
Di luar itu, ada ''ripta prasasti'', yakni [[prasasti]] yang ditulis di atas lontar atau daun tal. Beberapa lagi berbahan tanah liat atau tablet. Isi tablet adalah mantra-mantra agama Buddha.
 
== Isi ==
Dalam pengertian modern di Indonesia, prasasti sering dikaitkan dengan tulisan di [[batu nisan]] atau di gedung, terutama pada saat peletakan batu pertama.
Isi prasasti lainnya berupa keputusan pengadilan tentang perkara perdata (disebut prasasti ''[[jayapatra]]'' atau ''jayasong''), sebagai tanda kemenangan (''jayacikna''), tentang utang-piutang (''suddhapatra''), dan tentang kutukan ([[sapatha]]) atau [[sumpah]]. Prasasti tentang kutukan atau sumpah hampir semuanya ditulis pada masa kerajaan [[Sriwijaya]]. Serta adapula prasasti yang berisi tentang genealogi raja atau asal usul suatu tokoh.
 
Sampai kini prasasti tertua di Indonesia teridentifikasi berasal dari abad ke-5 Masehi, yaitu prasasti [[Yupa]] dari kerajaan [[Kutai]], [[Kalimantan Timur]]. Prasasti tersebut berisi mengenai hubungan [[genealogi]] pada masa pemerintahan raja [[Mulawarman]]. [[Prasasti Yupa]] adalah prasasti batu yang ditulis dengan huruf [[Pallawa]] dan [[bahasa Sanskerta]]. Periode terbanyak pengeluaran prasasti terjadi pada abad ke-8 hingga ke-14. Pada saat itu aksara yang banyak digunakan adalah [[Pallawa]], Prenagari, Sanskerta, Jawa Kuno, Melayu Kuno, Sunda Kuno, dan Bali Kuno. Bahasa yang digunakan juga bervariasi dan umumnya adalah bahasa Sanskerta, Jawa Kuno, Sunda Kuno, dan Bali Kuno.
 
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Door Minangkabau bewerkte staande leisteen TMnr 10000991.jpg|200px|jmpl|Batu bertulis dari Sumatera Barat]]
Prasasti dapat ditemukan dalam bentuk angka tahun maupun tulisan singkat. Angka tahun dapat ditulis dengan angka maupun [[candrasengkala]], baik kata-kata maupun tulisan. Tulisan singkat dapat ditemukan pada dinding [[candi]], pada ambang pintu bagian atas dan pada batu-batu [[candi]].
 
Pada zaman [[Kerajaan Islam di Indonesia|kerajaan Islam]], prasasti menggunakan aksara dan [[bahasa Arab]] ataupun [[aksara Arab]] namun [[Bahasa Melayu|berbahasa Melayu]] [[aksara Pegon]]. Sebagian besar prasasti terdapat pada lempengan-lempengan tembaga bersurat, makam, masjid, hiasan dinding, baik di masjid maupun dirumah para bangsawan, pada cincin cap dan cap kerajaan, mata uang, meriam, dll. Pada masa yang lebih muda yaiyu masa kolonial, aksara Latin banyak digunakan, meliputi bahasa-bahasa [[Inggris]], [[Portugis]], dan [[Belanda]]. Prasasti Latin umumnya terdapat pada gereja-gereja, rumah dinas pejabat kolonial, benteng-benteng, tugu peringatan, [[meriam]], mata uang, cap, dan [[makam]]. Prasasti beraksara dan berbahasa [[Tionghoa]] juga dikenal di [[Indonesia]] yang tersebar antara [[masa Klasik]] sampai masa Islam. Prasasti tersebut terdapat pada mata uang, benda-benda porselin, gong perunggu dan batu-batu kubur yang biasanya terbuat dari batuan pualam.
 
Bahan yang digunakan untuk menuliskan [[prasasti]] biasanya berupa [[batu]] atau lempengan [[logam]], daun, dan kertas. Selain andesit, [[batu]] yang digunakan adalah [[batu]] kapur, pualam, dan basalt. Dalam arkeologi, [[prasastiarkeologi]], prasasti [[batu]] disebut ''upala prasasti''. [[Prasasti]] logam yang umumnya terbuat dari [[tembaga]] dan [[perunggu]], biasa disebut ''tamra prasasti''. Hanya sedikit sekali [[prasasti]] yang berbahan lembaran [[perak]] dan [[emas]]. Adapula yang disebut''ripta prasasti'', yakni prasasti yang ditulis di atas [[lontar]] atau daun tal. Beberapa prasasti terbuat tanah liat atau tablet yang diisi dengan mantra-mantra agama [[Buddha]].
 
== Lihat pula ==
* [[Daftar Prasasti Nusantara]]
* [[Prasasti Batu Tulis]]
* [[Prasasti Astana Gede]]
* [[Prasasti Kebon Kopi]]
* [[Prasasti Kebantenan]]
* [[Prasasti Galuh]]
* [[Prasasti Rumatak]]
* [[Prasasti Cikajang]]
* [[Prasasti Hulu Dayeuh]]
* [[Prasasti Ulubelu]]
 
==Referensi==
[[Kategori:Prasasti| ]]
{{reflist}}
 
[[brKategori:Maen-kounPrasasti| ]]
[[Kategori:Prasasti| Sejarah]]
[[ca:Estela (monument)]]
[[cs:Stéla]]
[[da:Stele]]
[[de:Stele]]
[[en:Stele]]
[[eo:Steleo]]
[[es:Estela (monumento)]]
[[fi:Steela]]
[[fr:Stèle]]
[[he:אסטלה]]
[[hr:Stela]]
[[ja:石碑]]
[[nl:Stele]]
[[no:Stele]]
[[pl:Stela]]
[[pt:Estela (monumento)]]
[[ro:Stelă]]
[[ru:Стела]]
[[sh:Stela]]
[[simple:Stele]]
[[sk:Stéla]]
[[su:Prasasti]]
[[sv:Stele]]
[[th:ศิลาจารึก]]
[[tr:Stel]]