Sewaka Darma (Sunda Kuno): Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
kTidak ada ringkasan suntingan
k clean up
 
(5 revisi perantara oleh 5 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
[[Berkas:Lontar Sunda Kuno.jpg|jmpl|Lontar Sunda Kuno dari [[Kabuyutan Ciburuy]]. Salah satu bundelnya berisi teks ''Sewaka Darma''.]]
'''''Sewaka Darma''''' atau '''''Kawih Panyaraman''''' adalah teks puisi Sunda kuno yang berisi dialog antara pendeta dan seorang murid pengabdi hukum (sang sewaka darma) untuk mencapai pembebasan (''kaleupasan'') dari penderitaan hidup, serta mematuhi tuntutan hukum dan aturan.''<ref name=":552" /><ref name=":2" />'' Pada bagian akhir disebutkan bahwa jiwa yang telah mencapai moksa itu berada dalam dunia yang "hening tanpa suara, hampa tanpa wujud, lembut tanpa jasad, dan ''sarwa tunggal wisesa.''"<ref name=":2" /> Teksnya terdapat pada beberapa naskah dalam koleksi [[Perpustakaan Nasional Republik Indonesia|Perpustakaan Nasional RI]]<ref name=":1">{{Cite book|last=Behrend|first=T. E.|date=1998|url=https://books.google.co.id/books/about/Katalog_induk_naskah_naskah_nusantara.html?id=TJbAsgEACAAJ&redir_esc=y|title=Katalog induk naskah-naskah nusantara: Perpustakaan Nasional Republik Indonesia|publisher=Yayasan Obor|language=id}}</ref> dan [[Kabuyutan Ciburuy]].<ref name=":2">{{Cite book|date=1987|url=https://books.google.co.id/books?id=DLctAAAAMAAJ&q=sewaka+darma&dq=sewaka+darma&hl=en&sa=X&ved=2ahUKEwjNqc7AwL_tAhUPWCsKHRGtBkcQ6AEwAHoECAAQAg|title=Sewaka darma (Kropak 408) ; Sanghyang siksakandang karesian (Kropak 630) ; Amanat Galunggung (Kropak 632): transkripsi dan terjemahan|publisher=Bagian Proyek Penelitian dan Pengkajian Kebudayaan Sunda (Sundanologi), Direktorat Jenderal Kebudayaan, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan|language=id}}</ref> Semuanya ditulis dengan [[Aksara Sunda Kuno|aksara Sunda kuno]] dan [[Bahasa Sunda Kuno|bahasa Sunda kuno]] pada [[Lontar|daun lontar]]. Teks ini diperkirakan berasal dari sekitar abad ke-16 sampai 17 M.<ref name=":0" />
 
==Inventarisasi==
''Sewaka Darma'' tercatat pada beberapa buah naskah yang tersimpan dalam koleksi [[Perpustakaan Nasional Republik Indonesia|Perpustakaan Nasional]] dan [[Kabuyutan Ciburuy]].<ref name=":0">{{Cite book|last=Darsa|first=Undang A.|date=2005|url=|title=Sewaka Darma dalam Naskah Tradisi Sunda Kuno Abad XV-XVII|location=Bandung|publisher=Program Pascasarjana UNPAD|isbn=|pages=|url-status=live}}</ref> Tiga naskah di antaranya terdapat di Perpustakaan Nasional dengan kode koleksi L 408, L 424, dan L 425. Deskripsi singkat ketiganya terdapat pada ''Katalog Induk Naskah-naskah Nusantara Jilid 4: Perpustakaan Nasional Republik Indonesia.'' Naskah L 408 disimpan pada peti nomor 16, dan diberi judul ''Sewaka Darma''. Naskah ini berasal dari Galuh, pemberian R.A.A Kusumadiningrat (1839-1886). Deksripsi sebelumnya pernah dilakukan oleh Cohen Stuart tahun 1872.''<ref name=":021" /><ref name=":102" />'' Naskah L 424 tercatat disimpan pada peti nomor 15 dengan judul ''Donga Paningkah Kawin.'' Naskah ini pernah dideskripsikan pula oleh Cohen Stuart (1972). Naskah L 425 disimpan pada peti nomor 16 dengan judul berbahasa Belanda, ''Godienstleer.<ref name=":1" />'' Deskripsi sebelumnya pernah dilakukan oleh Cohen Stuart. Tiga naskah lainnya ditemukan dalam koleksi Kabuyutan Ciburuy dan telah dibahas oleh Sardjono dkk. (1987/1988) dan Undang A. Darsa (2005, 2012).<ref name=":0" /><ref name=":3" /><ref name=":4" /> Naskah-naskah dari Ciburuy, termasuk ''Sewaka Darma'' telah didigitalisasi oleh Britsh Library tahun 2009.<ref>{{Cite web|date=2017-09-06|title=Retrieving heritage: rare old Javanese and old Sundanese manuscripts from West Java (stage one)|url=https://eap.bl.uk/project/EAP280|website=Endangered Archives Programme|language=en|access-date=2020-12-26}}</ref>
 
==Deskripsi Fisik==
===L 408===
Naskah ditulis pada 37 lempir (74 halaman) dan hanya ditulisiditulis 67 halaman''<ref name=":552">{{Cite book|url=https://www.worldcat.org/oclc/1162374023|title=Tata pustaka : sebuah pengantar terhadap tradisi tulis Sunda kuna : kajian|location=Jakarta|isbn=978-623-200-245-6|others=Perpustakaan Nasional (Indonesia),, Masyarakat Pernaskahan Nusantara,|oclc=1162374023}}</ref><ref name=":2" />''. Dalam katalog Behrend & hasil rekatalogisasi Holil & Gunawan, jumlah lempirnya hanya tercatat 35.<ref name=":1" />''<ref name=":02">{{Cite journal|last=Munawar Holil & Aditia Gunawan|first=|date=2010|title=Membuka Peti Naskah Sunda Kuna di Perpustakaan Nasional RI: Upaya Rekatalogisasi|url=|journal=Sundalana|volume=9|issue=|pages=103-146|doi=}}</ref>'' Bahan naskah rerbuatterbuat dari daun lontar berukuran 25,1 x 2,8 &nbsp;cm, dilengkapi dengan pengapit kayu. Setiap halaman berisi empat baris teks yang ditulis dengan aksara Sunda kuno dan bahasa Sunda kuno. Kondisinya cukup baik dan terawat. Naskah ini disusun oleh seorang pertapa perempuan bernama Buyut Ni Dawit yang bertapa di pertapaan Ni Teja Puru Bancana di Gunung Kumbang.''<ref name=":2" />''
 
=== L 424 ===
Naskah lontar berukuran 38,5 x 3,2 &nbsp;cm dilengkapi pengapit kayu. Lempir berjumlah 39 dengan 4 baris aksara Sunda kuno dan bahasa Sunda kuno. Hanya 28 lempir yang berisi tulisan, 11 lempir lainnya kosong. Dalam bundel naskah ini terdapat 1 lempir fragmen dari teks ''[[Carita Purnawijaya]].<ref name=":02" />'' Tempat penulisannya di Gunung Larang Sela.
 
=== L 425 ===
Naskah lontar berukuran 27 x 3,1 &nbsp;cm, dengan jumlah 32 lempir. Setiap halaman terdiri dari 5 baris teks dengan aksara Sunda kuno dan bahasa Sunda kuno.''<ref name=":02" />''
 
===''Sewaka Darma'' Peti III Ciburuy===
Naskah berupa lontar tanpa kropak dan benang pengikat, namun diapit bilahan kayu penjepit berwarna jingga berukir motif tanaman rambat berukuran 23 x 4 &nbsp;cm, tebal 0,5 &nbsp;cm. Daun lontar terdiri dari 32 lempir (64 halaman) dengan satu halaman kosong. Setiap lempiran berukuran 23,5 x 4 &nbsp;cm, dengan ukuran ruang tulisan 22 x 3,5 &nbsp;cm. Setiap halaman ditulis dalam empat baris menggunakan aksara Sunda kuno dan bahasa Sunda kuno.<ref name=":4">{{Cite book|url=https://www.worldcat.org/oclc/829196721|title=Séwaka darma : peti tiga Ciburuy Garut|location=Bandung|isbn=978-979-16066-3-9|edition=Cetakan I|others=Darsa, Undang A.,, Pusat Studi Sunda,|oclc=829196721}}</ref>
 
== Penelitian ==
Naskah ini pertama kali diumumkan oleh Danasasmita dkk. (1987) berupa transliterasi, suntingan teks dan terjemahan bersama dua naskah lainnya, yaitu ''[[Sanghyang Siksa Kandang Karesian]]'' dan ''[[Amanat Galunggung]]''.<ref name=":2" /> Dalam penelitian itu ''Sewaka Darma'' semula dianggap terdapat pada naskah tunggal, yaitu pada kropak 408 (L 408) koleksi Perpustakaan Nasional. Analisis terhadap bentuk aksara Sunda kuno yang digunakan merngindikasikan kemiripan dengan naskah ''[[Carita Ratu Pakuan]]'' (L 410) dan diperkirakaan merupakan model aksara Sunda tipe akhir yang ditulis pada awal abad ke-18. Jika bukan salinan, isi naskahnya jelas lebih tua dari abad ke-18 Masehi.<ref name=":2" />
 
Pada tahun yang sama dilakukan transliterasi, rekonstruksi, suntingan teks dan terjemahan atas dua naskah Ciburuy (''Ciburuy I'' dan ''Ciburuy II'') yang juga mengandung teks ''Sewaka Darma''.<ref name=":3">{{Cite book|last=Sardjono, Ekadjati, Kalsum|first=|date=1987/1988|url=|title=Naskah Sunda: Transliterasi dan Terjemahan|location=Bandung|publisher=Proyek Penelitian dan Pengkajian Kebudayaan Sunda (Sundanologi) Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Jawa Barat|isbn=|pages=|url-status=live}}</ref>''<ref name=":52">{{Cite book|url=https://www.worldcat.org/oclc/1162374023|title=Tata pustaka : sebuah pengantar terhadap tradisi tulis Sunda kuna : kajian|location=Jakarta|isbn=978-623-200-245-6|others=Perpustakaan Nasional (Indonesia),, Masyarakat Pernaskahan Nusantara,|oclc=1162374023}}</ref>'' Dari analisis terhadap kedua naskah Ciburuy tersebut didapati bahwa susunan lempir telah acak dan bercampur dengan teks lain. Selain itu terdapat empat model aksara Sunda kuno yang digunakan untuk menulis. Penelitian terhadap naskah lain dengan isi teks yang sama di Perpustakaan Nasional dengan kodel L 424 dan 425 dilakukan oleh Undang A. Darsa dalam disertasinya.<ref name=":0" />''<ref name=":52" /><ref name=":1" /><ref name=":02" />''
 
Belakangan, teks ''Sewaka Darma'' diteliti dari berbagai sisi keilmuan. Antara lain yang dikerjakan oleh Yusuf Siswantara (2016) membahas aspek pedagogisnya.<ref>{{Cite journal|last=Siswantara|first=Yusuf|date=2016|title=Sewaka Darma: Pembelajaran Keutamaan Kehidupan dan Implikasi Pedagogisnya|url=http://repository.unpar.ac.id/handle/123456789/4609|language=Indonesia|issn=2406-8098}}</ref> Tinjauan aspek etika guru dan murid yang dikerjandikerjakan oleh Maryono (2018).<ref>{{Cite web|title=ETIKA MURID DAN GURU DALAM NASKAH SEWAKA DARMA; PETI TIGA CIBURUY GARUT - PDF Free Download|url=https://docplayer.info/107319160-Etika-murid-dan-guru-dalam-naskah-sewaka-darma-peti-tiga-ciburuy-garut.html|website=docplayer.info|access-date=2020-12-26}}</ref> Tinjauan dari perspektif historiografi dikerjakan oleh Wijayanti (2019).<ref>{{Cite journal|last=Wijayanti|first=Yeni|date=2019-03-27|title=THE DATA OF THE DARMA IN THE HISTORIOGRAPHIC PERSPECTIVE|url=https://journal.uny.ac.id/index.php/istoria/article/view/24155|journal=ISTORIA: Jurnal Pendidikan dan Sejarah|language=en|volume=15|issue=1|doi=10.21831/istoria.v15i1.24155|issn=2615-2150}}</ref> Ada pula yang membahas dari aspek nilai-nilai moral dalam teks ''Sewaka Darma'', seperti yang dikerjakan oleh Baharudin (2020).<ref>{{Cite journal|last=Baharudin|first=Baharudin|date=2020-10-27|title=NILAI-NILAI MORAL MASYARAKAT SUNDA (KAJIAN NASKAH SEWAKA DARMA DI SITUS KABUYUTAN CIBURUY GARUT)|url=https://jurnal.unigal.ac.id/index.php/J-KIP/article/view/4401|journal=J-KIP (Jurnal Keguruan dan Ilmu Pendidikan)|language=en|volume=1|issue=2|issn=2722-6069}}</ref>
 
== Perbandingan Bagian Awal Teks ==
Baris 34:
pikawi[h]heun pangwĕrĕg darma
 
ngawangun rasa sorangan
 
[h]awa[k]aneun sang sisya
 
nu huning sewaka darma
 
Anaking mulah mo yatna-yatna
Baris 44:
reungeu sabda sang pandi[t]ta
 
ingĕtkeun hayuwa lali
 
tĕhĕr nging ngenak-ngenak rasa
 
ngaranna ngapakeun tali
|Ini kawih panyaraman
 
pikawihen ubar keueung
 
ngarana pangwereg darma
 
ngawangun rasa sorangan
 
hawakkanen sang sisya
 
nu huning se(wa)ka darma
 
anaking mulah mo yatna-yatna
 
renge sabda sang padita
 
ingetkeun haywa lali
 
teher ngenak-ngenak rasa
 
urang nadakeun talinga
 
|Ini kawih panyaraman
 
pikawiheun ubah keueung
 
ngaran(n)na pangwereg darma
 
ngawangun rasa sorangan
 
Nihan pitutur rahayu
 
awakaneun sang sisya
 
nu huning sewaka darma
 
Utun anaking sumanger
 
Mulah mo iyatna-yatna
Baris 95:
teher ngeunah-ngeunah rasa
 
Urang nadahkeun talinga
 
|}
Baris 108:
{{Naskah Sunda kuno |state=expanded}}
 
[[Kategori:Naskah Sunda Kuno]]