Kho Ping Hoo: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Chipel (bicara | kontrib)
Update, diterjemahkan dari en.wp
Tag: pranala ke halaman disambiguasi
 
(19 revisi perantara oleh 16 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{Short description|Penulis berlatar belakang Tionghoa Indonesia (1926–1994)}}
{{Infobox Writer
{{Family name hatnote|Kho|Ping|lang=Tionghoa Indonesia}}
|name = Asmaraman Sukowati
{{Infobox person
|caption =
|image name = Asmaraman S Kho Ping Hoo.jpg
| image =
|caption = Asmaraman Sukowati <br> Kho Ping Hoo
| image_size =
|birth_date = {{birth date|1926|8|17|mf=y}}
| alt =
|birth_place = {{flagicon|Belanda}} [[Sragen]], [[Jawa Tengah]], [[Hindia Belanda]]
| caption =
|nationality = {{flagicon|Indonesia}} [[Indonesia]]
| birth_name =
|death_date = {{death date and age|1994|7|22|1926|8|17|mf=y}}
| birth_date=1926
|death_place =
| birth_place=[[Sragen]], [[Hindia Belanda]]
|occupation = [[penulis]]
| death_date={{Death date and age|df=yes|1994|7|22|1926||}}
|genre = [[Cerita silat]]
| death_place=[[Surakarta]], Jawa Tengah, Indonesia
|movement =
| death_cause =
|partner = [[Desta]] (cucu)
| occupation = Penulis
|spouse =
| years_active=1950-an – 1994
|children =
| notable_works =
|parents =
| other_names = Asmaraman Sukowati
|influences =
| known_for = [[Wuxia|Novel seni bela diri]]
|influenced =
|religion style =
|awards spouse =
|signature children =
|module={{infobox Chinese|c={{linktext|許|平|和}}|p= Xǔ Pínghé |child=yes}}
}}
'''Kho Ping Hoo''' (1926 &ndash; 22 Juli 1994), juga dikenal dengan [[nama pena]] '''Asmaraman Sukowati''', dulu adalah seorang penulis karya fiksi berlatar belakang [[Tionghoa Indonesia]]. Ia terutama menulis cerita seni bela diri yang terinspirasi oleh genre ''[[wuxia]]'', tetapi ia juga menulis cerita romansa dan bencana.
'''Asmaraman Sukowati''' atau '''[[:zh:許平和|Kho Ping Hoo]]''' (juga dieja '''Kho Ping Ho''', [[Hanzi]]: ''許平和''; [[pinyin]]: ''Xǔ Pínghé'', {{lahirmati|[[Sragen]], [[Jawa Tengah]]|17|8|1926||22|7|1994}}) adalah [[penulis]] cersil ([[cerita silat]]) yang sangat populer di [[Indonesia]]. Kho Ping Hoo dikenal luas karena kontribusinya bagi literatur [[fiksi]] [[silat]] Indonesia, khususnya yang bertemakan [[Tionghoa Indonesia]] yang tidak dapat diabaikan.
 
Lahir di [[Sragen]] pada seorang pialang gula, Kho menghabiskan sebagian besar masa kecilnya sebagai pedagang keliling. Pada dekade 1950-an, setelah menghabiskan sebagian waktunya di kamp pengungsian, Kho menetap di [[Tasikmalaya]]. Setelah banyak membaca, ia mulai menulis cerita pendek dan menerbitkan majalah sastra. Untuk majalahnya, ia juga mulai mengerjakan serial pertamanya, ''Pek Liong Po Kiam'' (1959). Ia lalu membeli sebuah [[mesin cetak]], dan setelah pindah ke [[Surakarta]] pada tahun 1963, ia mendirikan Penerbit Gema. Setelah mengalami sejumlah [[Diskriminasi terhadap Tionghoa-Indonesia|kekerasan berbasis rasial]], ia pun mempromosikan asimilasi terhadap Tionghoa Indonesia dan pernikahan dengan [[pribumi Indonesia]].
Selama 30 tahun ia telah menulis sedikitnya 120 judul cerita. Walaupun menulis cerita-cerita silat berlatar [[Tiongkok]], penulis yang produktif ini tidak bisa membaca dan menulis dalam [[bahasa Mandarin]]. Ia banyak mendapat inspirasi dari film-[[film silat]] [[Hong Kong]] dan [[Taiwan]]. Karena tidak bisa ber[[bahasa Mandarin]], Kho Ping Hoo tidak memiliki akses ke sumber-sumber sejarah negeri Tiongkok ber[[bahasa Tionghoa]], sehingga banyak fakta historis dan geografis Tiongkok dalam ceritanya tidak sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya. Dari sebab itu, karya Kho Ping Hoo akan membingungkan bagi yang mengerti sastra atau sejarah Tiongkok yang sebenarnya.
 
Pada saat meninggal, Kho telah memproduksi lebih dari 130 judul. Sebagian besar judul tersebut diterbitkan secara bulanan, dengan rata-rata 34 volume per judul. Kho hampir selalu menulis dalam bahasa Indonesia, tetapi ia juga menggunakan kata serapan dari [[bahasa Hokkien]] dan menerbitkan satu judul dalam [[bahasa Jawa]]. Kecuali satu judul, seluruh karyanya merupakan karya asli yang terinspirasi dari terjemahan bahasa Indonesia dari novel ''wuxia'' Tiongkok. Dalam karya fiksi seni bela dirinya, karakter yang ia angkat terutama adalah ''[[ksatria]]'' yang meninggalkan istana untuk mencari kesenangan, pengetahuan, atau balas dendam. Novelnya juga diadaptasi menjadi pertunjukan, siaran radio, dan film.
Selain karya-karya yang termuat di artikel ini, masih terdapat karya-karya Asmaraman S. Kho Ping Hoo lain yang merupakan karangan-karangan lepas (satu judul/kisah tamat) baik berlatar belakang [[Tionghoa]] maupun [[Jawa]] seperti serial ''[[Pecut Sakti Bajrakirana]]'' dan serial ''[[Badai Laut Selatan]]'' yang berlatarbelakang masa [[Kesultanan Mataram Islam]] dan zaman [[Airlangga]].
 
==Kehidupan awal==
Beberapa sinetron yang ditayangkan televisi Indonesia juga memiliki kemiripan cerita dengan novel Kho Ping Hoo. Beberapa di antaranya adalah sinetron serial ''[[Angling Dharma (sinetron)|Angling Dharma]]'' yang mirip dengan alur cerita ''[[Bu Kek Siansu]]'' dan sinetron serial ''[[Misteri Gunung Merapi (sinetron)|Misteri Gunung Merapi]]'' yang mirip dengan ''[[Alap-alap Laut Kidul]]'' (''[[Lindu Aji]]'') dan ''[[Bagus Sajiwo]]''. Padahal dalam cerita asalnya, ''Misteri Gunung Merapi'' lebih bernuansa daerah [[Sumatra]] dengan [[Gunung Sorik Marapi]]-nya. Tidak diketahui apakah ini merupakan kebetulan ataukah bukan.
Kho lahir di [[Sragen]], [[Hindia Belanda]], pada tahun 1926 pada sebuah keluarga Tionghoa ''[[peranakan]]''.{{efn|Tanggal lahir Kho tidak tercatat. Kemudian, didasarkan pada ingatan bahwa ia lahir pada bulan Agustus, ia memilih 17&nbsp;Agustus 1926 sebagai tanggal lahirnya {{harv|Pattisina|2021|p=2}}.}}{{sfn|Salmon|1981|p=192}} Ia adalah salah satu dari 12 anak yang lahir kepada Kho Kiem Po, seorang pialang gula, dan Sri Welas Asih.{{efn|{{harvtxt|Sidharta|2012|p=406}} menyatakan 15 anak.}}{{sfn|Safutra|2019}}{{sfn|Kompas 1981, Asmaraman Kho Ping Hoo}} Sejumlah nenek moyangnya, termasuk nenek dari ibunya dan ibu dari ayahnya, adalah keturunan [[Suku Jawa|Jawa]]. Sejak kecil, ia belajar [[bahasa Jawa]] dan [[aksara Jawa]], serta terekspos dengan mistisme Jawa.{{sfn|Sidharta|2012|p=406}} Sementara itu, ayahnya mempelajari seni bela diri di waktu luangnya.{{sfn|Kompas 1981, Asmaraman Kho Ping Hoo}}
 
Kho lalu bersekolah di sebuah sekolah Belanda. Namun, keluarganya bukan keluarga yang kaya, sehingga ia tidak dapat melanjutkan sekolahnya.{{sfn|Sidharta|2012|p=406}}{{sfn|Sawega|1994|p=20}} Pada usia 14 tahun,{{sfn|Kompas 1981, Asmaraman Kho Ping Hoo}} Kho menjadi pedagang keliling.{{sfn|Sidharta|2012|p=406}} Ia bepergian ke sejumlah kota, seperti [[Kudus]] dan [[Surabaya]], di mana ia menjual obat-obatan saat [[Kekaisaran Jepang]] menginvasi [[Hindia Belanda]] pada tahun 1941. Selama [[Revolusi Nasional Indonesia]], Kho tinggal di Kudus dan Sragen, di mana ia menjual rokok.{{sfn|Kompas 1981, Asmaraman Kho Ping Hoo}}
== Kontribusi pada fiksi Indonesia ==
Karya Kho Ping Hoo, terutama [[cersil]] nya, mempunyai arti penting di hati para pembacanya di Indonesia, terutama para keturunan Tionghoa yang dibesarkan di [[rezim Soeharto]]. Hal ini disebabkan pada masa tersebut kebudayaan Tionghoa mendapat tekanan relatif keras di Indonesia. Dalam suasana tersebut, karya Kho Ping Hoo menjadi "sumber" yang langka untuk kebudayaan, sejarah, agama bahkan moral Tionghoa, walaupun sebenarnya karya tersebut hanyalah tuangan fantasi Kho Ping Hoo.
 
Setelah [[Operasi Kraai]] menyebabkan Sragen kembali jatuh ke tangan Belanda, pada tahun 1949, Kho mengungsi ke sebuah kamp di dekat [[Surakarta]].{{sfn|Kompas 1981, Asmaraman Kho Ping Hoo}} Pasca perang, Kho menetap di [[Tasikmalaya]], [[Jawa Barat]]. Di sana, ia bekerja pada sebuah perusahaan transportasi. Ia juga mulai mempelajari [[bahasa Mandarin]] agar dapat berbincang dengan [[Tionghoa Indonesia|sesama etnis Tionghoa]], yang masih sangat dekat dengan budaya Tiongkok.{{sfn|Sidharta|2012|p=406}} Pada saat itu, ia telah mahir berbicara dalam bahasa Belanda dan Melayu.{{sfn|Pattisina|2021|p=2}}
Walaupun banyak fakta sejarah dan letak tempat Tiongkok dalam ceritanya yang tidak sesuai dengan kenyataan, cerita Silat Kho Ping Hoo tetap berkesan mendalam bahkan menjadi pembentuk watak bagi para penggemarnya. Karyanya yang penuh fantasi membangkitkan rasa ingin tahu dan keinginan untuk belajar lebih banyak tentang budaya [[Tiongkok]] atau [[Cina]] di kalangan pembacanya.
 
Pasca ratifikasi [[Perjanjian Kewarganegaraan Ganda Indonesia-Tiongkok]] pada tahun 1955, Kho pun diwajibkan untuk memilih antara kewarganegaraan Tiongkok atau Indonesia. Kho lalu memilih Kewarganegaraan Tiongkok, dan setelah sebuah [[Peraturan terhadap orang Tionghoa di Indonesia|aturan yang diterbitkan pada tahun 1959]] melarang pedagang keturunan Tiongkok untuk bekerja di kawasan rural, ia pun berencana untuk keluar dari Indonesia. Namun, karena satu dan lain hal, ia akhirnya tetap tinggal di Indonesia.{{sfn|Sidharta|2012|p=406}} Pada saat yang sama, ia juga mulai belajar bahasa Inggris. Ia lalu mendapat sertifikasi dari [[British Council]], dan sempat bekerja sebagai guru.{{sfn|Sidharta|1994|p=158}}
Gaya bahasa dan tutur kata yang digunakan dalam cerita silat kho ping hoo sekarang dipakai oleh salah satu penulis situs www.apakabar.ws untuk mewakili dan menggarisbawahi rasa keperanakannya.{{fact}}
 
==Karir Kehidupandi pribadibidang sastra==
Pada tahun 1959, Kho mulai menerbitkan majalah sastra ''{{lang|id|Teratai}}'' bersama sejumlah kawannya.{{sfn|Safutra|2019}} Mereka awalnya berupaya untuk mengajak [[Oey Kim Tiang]], seorang penerjemah cerita Tiongkok, untuk menjadi kontributor rutin di majalah tersebut,{{sfn|Sidharta|1994|p=157}} tetapi Oey menolak. Saat masih tinggal di Tasikmalaya, Kho telah menulis sejumlah cerita pendek, yang diterbitkan di majalah seperti ''Selecta'', ''Pancawarna'', dan ''[[Star Weekly (majalah Indonesia)|Star Weekly]]''.{{sfn|Safutra|2019}}{{sfn|Salmon|1981|p=192}} Ia kemudian mulai menulis cerita seni bela diri. Pada tahun 1959, ia mulai menulis novel pertamanya, ''Pek Liong Po Kiam'', {{sfn|Sidharta|2012|p=407}} di ''Teratai''. Setelah majalah tersebut kolaps karena sejumlah masalah, serial tersebut diambil oleh ''Analisa'' asal Jakarta.{{sfn|Kompas 1981, Asmaraman Kho Ping Hoo}}
[[Peranakan]] [[Tionghoa]] ini lahir di [[Sragen]], tanggal [[17 Agustus]] [[1926]]. Ia meninggal pada tanggal [[22 Juli]] [[1994]] karena serangan jantung. Kho Ping Hoo adalah kakek dari drummer [[Clubeighties|Club 80's]], [[Deddy Mahendra Desta]].
 
Selama [[Diskriminasi terhadap Tionghoa-Indonesia|kerusuhan terhadap Tionghoa Indonesia]] pada tahun 1963, rumah dan mesin cetak Kho dihancurkan,{{sfn|Sidharta|1994|p=158}} sehingga ia akhirnya pindah ke Surakarta.{{sfn|Sidharta|2012|p=407}} Kho kemudian mendirikan Penerbit Gema untuk menerbitkan karyanya, serta sebuah perusahaan percetakan untuk mencetak karyanya.{{Sfn|Rejeki|2008|p=1}}{{sfn|Salmon|1981|p=192}} Kekerasan terhadap Tionghoa Indonesia kembali terjadi di Surakarta selama [[Pembantaian di Indonesia 1965–1966|pembantaian]] pasca gagalnya kudeta [[Gerakan 30 September]] pada tahun 1965, dan Kho kembali mempertimbangkan untuk pindah ke Tiongkok.{{sfn|Sidharta|2012|p=407}} Akhirnya, karena anaknya masih kecil, ia memutuskan untuk tetap tinggal di Indonesia.{{sfn|Pattisina|2021|p=2}} Pada dekade 1970-an, Kho resmi menjadi warga negara Indonesia. Ia pun mulai mempromosikan asimilasi terhadap Tionghoa Indonesia, dengan berpendapat bahwa pernikahan antara keturunan Tionghoa dan [[pribumi Indonesia|pribumi]] akan menumbuhkan harmoni rasial.{{sfn|Sidharta|2012|p=407}}
 
Kho lalu tetap menulis dan menerbitkan karyanya dengan sejumlah nama, seperti Kho Ping Hoo, Asmaraman S., dan Asmaraman S. Kho Ping Hoo.{{sfn|Pattisina|2021|p=2}} Ia memproduksi sejumlah karya dalam genre ''[[silat]]'' (diturunkan dari genre ''[[wuxia]]'' di [[sastra Tiongkok]]), seperti {{lang|id|Darah Mengalir di Borobudur}} (1960), ''{{lang|id|Kilat Pedang Membela Cinta}}'' (1982), dan ''{{lang|id|Sang Megatantra}}''.{{sfn|Sidharta|2012|p=407}} Sejumlah karya tersebut diterbitkan secara serial di majalah seperti ''Selecta'', ''Roman Detektip'', dan ''Monalisa''.{{sfn|Suryadinata|2015|p=94}}
 
Karena jumlah pembacanya terus menurun mulai dekade 1970-an hingga 1990-an, dari 15.000 cetakan menjadi hanya 5.000 cetakan,{{sfn|Sidharta|1994|p=158}} Kho pun mulai mencetak tiket dan undangan.{{sfn|Sidharta|2012|p=408}} Walaupun begitu, ia tetap menulis. Pada tahun 1981, ia menghabiskan lima hari per minggu di vilanya di [[Tawangmangu]], sebuah desa di lereng [[Gunung Lawu]] sekitar {{convert|40|km}} di timur Surakarta.{{sfn|Kompas 1981, Asmaraman Kho Ping Hoo}}{{sfn|Sawega|1994|p=20}} Ia memproduksi dua hingga tiga manuskrip per bulan,{{sfn|Kompas 1981, Asmaraman Kho Ping Hoo}} dan secara bersamaan juga memproduksi empat teks.{{sfn|Sidharta|1994|p=160}} Sebagian besar novel Kho hanya dapat diperoleh di perpustakaan dan toko buku kecil. Baru pada dekade 1990-an, [[Gramedia]], peritel buku terbesar di Indonesia, mulai menjual karya-karya Kho.{{sfn|Sidharta|1994|p=157}}
 
Pada tahun 1985, Kho divonis menderita penyakit jantung. Pada tanggal 21&nbsp;Juli 1994, ia mengeluh sakit dada dan pingsan di vilanya. Kho lalu dibawa ke Surakarta, di mana ia dirawat di Rumah Sakit Kasih Ibu. Ia akhirnya meninggal keesokan harinya.{{sfn|Sawega|1994|p=20}} Setelah disemayamkan dan dilayat oleh ribuan orang,{{sfn|Sidharta|1994|p=168}} Kho dikremasi di Krematorium Tiong Ting.{{sfn|Sawega|1994|p=20}} Abunya lalu dilarung di [[Samudera Hindia]].{{sfn|Sidharta|2012|p=408}} Ia meninggalkan dua orang istri, Rosita (Ong Ros Hwa) dan Hartini, serta 13 orang anak.{{sfn|Kompas 1981, Asmaraman Kho Ping Hoo}}{{sfn|Sawega|1994|p=20}}
 
==Warisan==
Pada saat meninggal, Kho telah menulis lebih dari 130 cerita.{{efn|{{harvtxt|Safutra|2019}} menyatakan bahwa Kho telah menulis 133 cerita. {{harvtxt|Pattisina|2021|p=2}} menyatakan bahwa Kho telah menulis 143 cerita, sementara {{harvtxt|Sidharta|2012|p=406}} menyatakan bahwa Kho telah menulis 145 cerita. Sebuah profil karya ''Kompas'' tahun 1981 {{harv|Kompas 1981, Asmaraman Kho Ping Hoo}} mengklaim bahwa ia telah menulis lebih dari 200 cerita.}} Satu drama sejarah, ''{{lang|id|Hancurnya Kerajaan Han}}'', belum sempat diselesaikan olehnya.{{sfn|Suryadinata|2015|p=95}} Sebagian besar cerita tersebut diterbitkan secara bulanan dalam [[edisi saku|ukuran saku]], dengan rata-rata 35 volume per judul.{{sfn|Sawega|1994|p=20}}{{sfn|Sidharta|1994|p=162}} Kho memiliki ribuan pembaca, dengan penyair [[Emha Ainun Nadjib]], Sultan [[Hamengkubuwono IX]], politisi [[Soeharto]] dan [[Joko Widodo]], serta tokoh agama [[Abdurrahman Wahid]] dan [[Ma'ruf Amin]] mengaku sebagai penggemar dari karyanya.{{sfn|Safutra|2019}}{{sfn|Sawega|1994|p=20}}{{sfn|Pattisina|2021|p=2}}
 
Sejumlah karya Kho telah diadaptasi menjadi pertunjukan, dengan kelompok [[Siswo Budoyo]] menjadi salah satu yang paling sering mempertunjukkannya. Adaptasi dari karya Kho juga disiarkan oleh [[Radio Republik Indonesia]]. Pada tahun 1981, tiga novel karya Kho &ndash; [[Dendam Si Anak Haram]], [[Darah Daging]], dan [[Cintaku Tergadai]]&nbsp;&ndash; bahkan telah diadaptasi menjadi film.{{sfn|Kompas 1981, Asmaraman Kho Ping Hoo}} Walaupun begitu, Kho tidak senang dengan adaptasi-adaptasi tersebut, karena ia merasa bahwa adaptasi mendistorsi visinya dan hampir menampilkan pornografi.{{sfn|Sidharta|1994|p=163}}
 
Penerbit Gema tetap beroperasi setelah Kho meninggal, di bawah kepemimpinan dari menantunya, [[Bunawan Sastraguna Wibawa]]. {{As of|2008}}, Penerbit Gema masih menerbitkan karya-karya Kho. Namun, perusahaan percetakannya telah berhenti beroperasi sejak tahun 1996.{{Sfn|Rejeki|2008|p=1}} Pada bulan Desember 2013, volume pertama dari Suling Emas karya Kho diterjemahkan ke dalam bahasa Mandarin atas sponsor dari [[Imron Cotan]], duta besar Indonesia untuk Tiongkok. Penerjemahan tersebut dilakukan oleh seorang Indonesia sebelum disunting oleh seorang Tionghoa yang ahli dalam cerita ''wuxia''.{{sfn|Wresti|2014|p=41}} Kho mendapat [[Satyalencana Kebudayaan]] pada tahun 2014 atas kontribusinya untuk sastra Indonesia.{{sfn|Suryadinata|2015|p=95}}
 
==Analisis==
===Latar dan karakterisasi===
Sebagian besar karya Kho berlatar di Tiongkok dan menggunakan nama Tiongkok.{{Sfn|Rejeki|2008|p=1}} Hanya satu kali berkunjung ke Tiongkok pada tahun 1985, ia pun menggunakan peta Tiongkok sebagai inspirasi untuk menulis karyanya,{{sfn|Sawega|1994|p=20}} serta membaca teks berbahasa Inggris dan Belanda agar lebih memahami sejarah Tiongkok.{{sfn|Kompas 1981, Asmaraman Kho Ping Hoo}} Kho sangat teliti dalam merinci mode dan gaya rambut, yang merupakan tanda dari status sosial.{{sfn|Sidharta|1994|p=163}} Bagi sejumlah pembaca, novel karya Kho adalah sumber informasi utama untuk budaya, geografi, dan nilai-nilai Tiongkok.{{sfn|Wresti|2014|p=41}}
 
Lebih dari 30 cerita karya Kho berlatar di [[kepulauan Indonesia]].{{Sfn|Rejeki|2008|p=1}} Sesuai konvensi genrenya, cerita seni bela diri karya Kho terutama diceritakan terjadi sebelum kedatangan kolonialisme Eropa. Kalaupun diceritakan terjadi selama [[Sejarah Indonesia#Era kolonial|era kolonial]], sebagian besar diceritakan terjadi pada awal era kolonial.{{sfn|Kurniawan|2006|p=38}} Penulis [[Eka Kurniawan]], yang mengeksplorasi penggunaan sejarah oleh Kho di ''[[Kompas]]'', mencatat bahwa Kho mengambil inspirasi dari banyak daerah dan era dalam sejarah Indonesia, termasuk [[Kerajaan Mataram]] dan [[Kerajaan Singasari|Singasari]].{{sfn|Kurniawan|2006|p=38}}{{sfn|Salmon|1981|p=86}} Latar ceritanya pun bervariasi, termasuk pembangunan [[Candi Borobudur]] atau kedatangan Laksamana [[Cheng Ho]],{{sfn|Sidharta|2012|p=407}} dengan peristiwa-peristiwa tersebut menyediakan konteks untuk cerita fiksi karyanya.{{sfn|Kurniawan|2006|p=38}}
 
Umumnya, cerita karya Kho berurusan dengan ''[[ksatria]]'' yang meninggalkan kenyamanan dari istananya untuk mencari kesenangan, pengetahuan, atau balas dendam.{{sfn|Kurniawan|2006|p=38}} Walaupun begitu, terdapat juga cerita dengan karakter berupa tokoh agama, seperti karakter utama pada {{lang|id|Darah Mengalir di Borobudur}} yang merupakan seorang biksu Buddha. Kurniawan berpendapat bahwa, walaupun karakter-karakter tersebut menekankan pada kalangan atas, Kho membawa karakter pada ceritanya ke kalangan bawah, seperti komunitas rural atau lingkungan luar, sehingga mendekatkan karya fiksinya dengan masyarakat biasa.{{sfn|Kurniawan|2006|p=38}}
 
===Tema===
Buddha dan Hindu, yang merupakan agama dominan selama periode pra-kolonial Indonesia, sangat terlihat pada cerita ''silat'' karya Kho yang berlatar di Indonesia. Sejumlah cerita bahkan menggunakan tema keagamaan sebagai bagian dari konflik. Contohnya, dalam Sepasang Garuda Putih, sebuah kuil desa untuk [[Trimurti]] digantikan oleh karakter antagonis [[Saiwa]] dengan kuil individual untuk [[Shiva]], [[Durga]], dan [[Kāla|Kala]]. Kurniawan mencatat bahwa, walaupun mengangkat konflik tersebut, Kho menghubungkan kesalahan dari karakter antagonis dengan penyalahgunaan kekuasaan, bukan ajaran agama.{{sfn|Kurniawan|2006|p=38}}
 
Kho juga menggunakan sejumlah novelnya untuk menekankan bahwa etnis Tionghoa telah lama menjadi bagian dari masyarakat Indonesia dan telah banyak etnis Tionghoa yang menikah dengan kalangan elit dari pribumi. ''Kilat Pedang Membela Cinta'', yang menampilkan Laksamana Cheng Ho dan [[Ma Huan]], menunjukkan bahwa Tionghoa familiar dengan Islam &ndash; agama dari mayoritas penduduk Indonesia saat ini. Melalui karyanya, Kho berupaya untuk melawan stereotip bahwa Tionghoa Indonesia adalah pialang tidak jujur yang hanya ingin memperkaya dirinya sendiri.{{sfn|Sidharta|1994|p=168}}
 
Walaupun Kho paling terkenal berkat cerita seni bela diri, sejumlah karyanya juga mengangkat tema lain. Contohnya, Geger Solo yang berlatar saat banjir [[Bengawan Solo]] pada tanggal 16&nbsp;Maret 1966 dan membahas dampak dari bencana tersebut terhadap karakter dalam ceritanya.{{sfn|Pattisina|2021|p=2}} Sejumlah cerita karya Kho juga menampilkan hubungan romantis antara karakter Tionghoa dan non-Tionghoa.{{sfn|Sidharta|2012|p=407}} Contohnya, ''Siane'' (1981) yang menceritakan hubungan antara seorang gadis ''peranakan'' dan lelaki Jawa di Indonesia.{{sfn|Sidharta|1994|p=164}} Sementara itu, ''Kilat Pedang Membela Cinta'' diakhiri dengan diskusi mengenai pernikahan berbasis cinta.{{sfn|Suryadinata|2015|p=95}} Menurut putrinya, Tina Asmaraman, Kho percaya bahwa cinta mengalahkan segalanya, sehingga dapat menjadi solusi bagi banyak kesengsaraan masyarakat.{{sfn|Pattisina|2021|p=2}}
 
===Bahasa===
Karya awal Kho, termasuk ''Pek Liong Po Kiam'' dan ''Ang Coa Kiam'' (1962), diberi judul dalam [[bahasa Hokkien]] dan terjemahan dalam [[bahasa Indonesia]], tetapi karyanya kemudian hanya diberi judul dalam bahasa Indonesia.{{sfn|Suryadinata|2015|p=95}} Kecuali {{lang|jv|Lintang-Lintang Dadi Seksi}} yang ditulis dalam bahasa Jawa (1961),{{sfn|Sidharta|1994|p=157}} semua karyanya ditulis dalam bahasa Indonesia. Penulis [[Seno Gumira Ajidarma]] mendeskripsikan Kho sebagai orang yang mahir dalam membuat alur dan karakter yang kuat dengan bahasa yang sederhana.{{sfn|Pattisina|2021|p=2}} Kho kadang menggunakan kata serapan dari bahasa Hokkien, tetapi hanya menggunakan kata-kata yang mudah dimengerti oleh pembacanya.{{sfn|Hoogervorst|2017|p=296}} Kho belajar menulis karya secara otodidak.{{sfn|Kompas 1981, Asmaraman Kho Ping Hoo}}
 
Sebagian besar karya Kho bukan merupakan hasil terjemahan, karena keterbatasannya dalam berbahasa Mandarin{{sfn|Suryadinata|2015|p=94}} dan ia tidak dapat membaca [[aksara Han]].{{sfn|Sawega|1994|p=20}} ''Si Teratai Emas'' (1980), terjemahan dari ''[[Jin Ping Mei]]'', pun menjadi satu-satunya karya Kho yang merupakan hasil terjemahan.{{sfn|Suryadinata|2015|p=94}}{{sfn|Sidharta|2012|p=408}} Karya tersebut tidak diterjemahkan dari bahasa Mandarin, tetapi diterjemahkan dari terjemahan berbahasa Inggris.{{sfn|Pattisina|2021|p=2}} Walaupun begitu, menurut sinolog [[Leo Suryadinata]], Kho terlihat sangat familiar dengan genre ''wuxia''. Karya-karya bergenre ''wuxia'' juga diterjemahkan ke bahasa Indonesia,{{sfn|Suryadinata|2015|p=95}} antara lain oleh [[Oey Kim Tiang]] dan [[Gan&nbsp;K.L]].{{sfn|Sawega|1994|p=20}}
 
== Tokoh ciptaan ==
Baris 44 ⟶ 80:
 
== Daftar karya ==
=== Serial Bu Kek Sian Su (無極師) ===
# ''[[Bu Kek Sian Su]] Bû ke̍k Siân Su(1973)*''
# ''[[Suling Emas]](金笛子) (1968)''
# ''[[Cinta Bernoda Darah]] (1968)''
Baris 132 ⟶ 168:
# ''[[Pedang Penakluk Iblis]] (1963)''
# ''[[Tangan Geledek (Pek Lui Eng白雷英)]] (1964)''
 
=== Serial Mestika Burung Hong Kemala ===
# ''[[Mestika Burung Hong Kemala]]''
# ''[[Kisah Si Pedang Terbang]]''
# ''[[Pedang Awan Merah]]''
 
=== Judul Lepas ===
Baris 160 ⟶ 201:
# ''[[Pendekar Gila]]''
# ''[[Pukulan Tangan Dewa (Sin Kun Bu Tek)]]''
 
==Catatan==
{{Notelist}}
 
==Referensi==
{{reflist|30em}}
 
==Rujukan==
{{refbegin|40em}}
* {{cite news
|title=Asmaraman Kho Ping Hoo
|work=Kompas
|language=Indonesian
|date=12 April 1981
|pages=1, 10
|location=Jakarta
|ref={{SfnRef|Kompas 1981, Asmaraman Kho Ping Hoo}}
}}
* {{cite journal
|doi=10.1080/13639811.2017.1340030
|title=What Kind of Language was 'Chinese Malay' in Late Colonial Java?
|date=2017
|last1=Hoogervorst
|first1=Tom G.
|journal=Indonesia and the Malay World
|volume=45
|issue=133
|pages=294–314
}}
* {{cite news
|title=Sejarah dalam Cerita Silat Kho Ping Hoo
|trans-title=History in the ''Silat'' Stories of Kho Ping Hoo
|work=Kompas
|language=Indonesian
|date=1 December 2006
|page=38
|last=Kurniawan
|location=Jakarta
|first=Eka
|author-link1=Eka Kurniawan
}}
* {{cite news
|title=Kebangsaan: Mencintai Indonesia seperti Kho Ping Hoo
|trans-title=Nationhood: Loving Indonesia like Kho Ping Hoo
|work=Kompas
|language=Indonesian
|date=20 March 2021
|page=2
|last=Pattisina
|first=Edna C.
}}
* {{cite news
|title=Bunawan, Melestarikan Legenda Kho Ping Hoo
|trans-title=Bunawan, Preserving the Legend of Kho Ping Hoo
|work=Kompas
|language=Indonesian
|date=31 January 2008
|page=1
|last=Rejeki
|location=Jakarta
|first=Sri
}}
* {{cite news
|title=Mengenang Penulis Cerita Silat Legendaris Asmaraman Kho Ping Hoo (1)
|trans-title=In Memoriam: Legendary ''Silat'' Story Author Kho Ping Hoo (1)
|language=Indonesian
|work=Jawa Pos
|location=Surabaya
|url=https://www.jawapos.com/features/01234770/mengenang-penulis-cerita-silat-legendaris-asmaraman-kho-ping-hoo-1
|date=17 August 2019
|last=Safutra
|first=Ilham
|archiveurl=https://web.archive.org/web/20240617163810/https://www.jawapos.com/features/01234770/mengenang-penulis-cerita-silat-legendaris-asmaraman-kho-ping-hoo-1
|archivedate=17 June 2024
|access-date=17 June 2024
}}
* {{cite book
|last1=Salmon
|first1=Claudine
|title=Literature in Malay by the Chinese of Indonesia: a provisional annotated bibliography
|date=1981
|publisher=Editions de la Maison des sciences de l'homme
|location=Paris
|isbn=9780835705929
}}
* {{cite news
|title=Asmaraman Kho Ping Hoo: "Saya Telah Iklas Pergi ..."
|trans-title=Asmaraman Kho Ping Hoo: "I've Accepted My Departure ..."
|work=Kompas
|language=Indonesian
|date=22 July 1994
|page=20
|location=Jakarta
|last=Sawega
|first=Ardus M.
}}
* {{cite journal
|doi=10.3406/arch.1994.3007
|title=Asmaraman Sukowati Kho Ping Hoo (b. 1926): Writer of Cloak-and-dagger Stories in Indonesia
|date=1994
|last1=Sidharta
|first1=Myra
|journal=Archipel
|author-link1=Myra Sidharta
|volume=48
|pages=157–176
}}
* {{cite book
|url=https://books.google.com/books?id=v9QEBAAAQBAJ
|title=Southeast Asian Personalities of Chinese Descent: A Biographical Dictionary
|editor-last=Suryadinata
|editor-first=Leo
|chapter=Kho Ping Hoo
|last=Sidharta
|first=Myra
|publisher=Institute of Southeast Asian Studies|year=2012
|isbn=978-981-4345-21-7
|pages=406–408
}}
* {{cite book
| editor-last = Suryadinata
| editor-first = Leo
| title = Prominent Indonesian Chinese: Biographical Sketches
| publisher = Institute of Southeast Asian Studies
|edition=4th
| place = Singapore
|chapter=Kho Ping Hoo
|pages=94&ndash;96
|editor-link=Leo Suryadinata
| year = 2015
| isbn = 9789814345217
}}
* {{cite news
|title=Kho Ping Hoo Satukan Indonesia dan China
|trans-title=Kho Ping Hoo United Indonesia and China
|work=Kompas
|language=Indonesian
|date=29 January 2014
|page=41
|last=Wresti
|location=Jakarta
|first=M. Clara
}}
{{refend}}
 
== Pranala luar ==
* [https://ensiklopedia.kemdikbud.go.id/sastra/artikel/Kho_Ping_Hoo Kho Ping Hoo] Ensiklopedia Sastra Indonesia Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
 
* {{id}} [http://home.comcast.net/~bandung/ Kumpulan cerita-cerita silat Kho Ping Hoo] (memerlukan Microsoft Reader untuk dibaca){{rotlink}}
* {{en}} [http://www.memoware.com/?screen=search_results&DirectSearch=Y&p=author^!Kho~!Ping! E-Books untuk PC/PDA]{{rotlink}}
* {{id}} [http://komiksilat.com/ komik silat]
{{lifetime|1926|1994|Kho, Ping Hoo}}
{{Authority control}}
 
[[Category:Kelahiran 1926]]
[[Category:Kematian 1994]]
[[Kategori:Tionghoa-Indonesia]]
[[Kategori:Penulis Indonesia]]
[[Kategori:Tokoh dari Sragen]]
[[Kategori:Penulis cerita silat]]
[[Kategori:Marga Xu]]