Jam Gadang: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Rahmatdenas (bicara | kontrib) Tidak ada ringkasan suntingan |
k Cagar |
||
(64 revisi perantara oleh 13 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 2:
{{Infobox monument
|monument_name = Jam Gadang
|image = Jam Gadang
|caption=
|location_town = Kelurahan Benteng Pasar Atas, [[Guguk Panjang, Bukittinggi|Kecamatan Guguk Panjang]], [[Kota Bukittinggi]], [[
▲|location_town = Kelurahan Benteng Pasar Atas, [[Guguk Panjang, Bukittinggi|Kecamatan Guguk Panjang]], [[Kota Bukittinggi]], [[Sumatra Barat]]
|location_country = [[Berkas:Flag of Indonesia.svg|tepi|link=Indonesia|17px]] [[Indonesia]]
|designer = [[Yazid Rajo Mangkuto]]
Baris 11 ⟶ 10:
|begin =
|complete =
|open =25 Juli 1927
|cost =
|dedicated_to = Sekretaris [[Fort de Kock]] (sekarang [[
|last_renovation = [[2010]]
|other_renovation =
Baris 19 ⟶ 18:
|length =
|width =
|height =
|material =
}}
'''Jam Gadang''' adalah [[menara jam]] yang menjadi [[markah tanah|penanda]] atau ikon [[Kota Bukittinggi]], [[
Jam Gadang menjadi lokasi peristiwa penting pada masa sekitar [[Proklamasi Kemerdekaan Indonesia|kemerdekaan Indonesia]], seperti pengibaran bendera merah putih (1945), [[Demonstrasi Nasi Bungkus]] (1950), dan pembunuhan 187 penduduk setempat oleh [[Tentara Nasional Indonesia|militer Indonesia]] atas tuduhan terlibat [[Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia]] (1959).<ref name=":3" /><ref name=":4" />
Jam Gadang telah dijadikan sebagai [[objek wisata]] dengan diperluasnya taman di sekitarnya. Taman tersebut menjadi ruang interaksi masyarakat baik pada hari kerja maupun pada [[hari libur]]. Acara-acara yang sifatnya umum biasanya diselenggarakan di sini.▼
▲Saat ini, Jam Gadang
== Struktur ==▼
Ukuran dasar bangunan Jam Gadang yaitu 6,5 x 6,5 meter, ditambah dengan ukuran dasar tangga selebar 4 meter, sehingga ukuran dasar bangunan keseluruhan 6,5 x 10,5 meter.<ref name=":0">{{Cite thesis|last=Edinal Agung|first=|title=Kajian Bentuk Jam Gadang di Bukittinggi|date=24 Februari 2017|degree=|publisher=Universitas Sumatra Utara|url=|doi=}}</ref> Bagian dalam menara jam terdiri dari beberapa tingkat, dengan tingkat teratas merupakan tempat penyimpanan bandul. Bandul tersebut sempat patah hingga harus diganti akibat [[Gempa bumi Sumatra Maret 2007|gempa]] pada tahun 2007.▼
▲== Struktur ==
Terdapat 4 jam dengan diameter masing-masing 80 cm pada Jam Gadang. Jam tersebut digerakkan secara mekanik oleh mesin yang didatangkan langsung dari [[Rotterdam]], [[Belanda]] melalui [[pelabuhan Teluk Bayur]]. Mesin jam dan permukaan jam terletak pada satu tingkat di bawah tingkat paling atas. Pada bagian lonceng tertera pabrik pembuat jam yaitu Vortmann Relinghausen. Vortman adalah nama belakang pembuat jam, Benhard Vortmann, sedangkan [[Recklinghausen (distrik)|Recklinghausen]] adalah nama kota di [[Jerman]] yang merupakan tempat diproduksinya mesin jam pada tahun 1892.▼
▲Ukuran dasar bangunan Jam Gadang yaitu 6,5 x 6,5 meter, ditambah dengan ukuran dasar tangga selebar 4 meter, sehingga ukuran dasar bangunan keseluruhan 6,5 x 10,5 meter.<ref name=":0">{{Cite thesis|last=Edinal Agung|first=|title=Kajian Bentuk Jam Gadang di Bukittinggi|date=24 Februari 2017|degree=|publisher=Universitas
▲Terdapat
== Sejarah ==
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Fort de Kock stadsgezicht met klokkentoren. TMnr 60018403.jpg|jmpl|260x260px|Jam Gadang
Peletakan batu pertama pembangunan dilakukan oleh putra pertama Rookmaker yang pada saat itu masih berusia enam tahun. Pembangunannya menghabiskan biaya sekitar 15.000 Gulden di luar biaya upah pekerja sebesar 6.000 Gulden.<ref>H.Julius Dt. Malaka Nan Putiah (1947). ''Sejarah Nagari Kurai V Jorong serta Pemerintahannya: Pasar dan Kota Bukittinggi''. Bukittinggi: Tsamaratoel Ichwan. hlm. 51.</ref> Biaya itu bersumber dari ''Pasar Fonds'', badan pengelola dan pengumpul pajak atas pasar-pasar di Bukittinggi.
▲Jam Gadang mulai dibangun pada 1926-1927<ref>{{Cite book|url=https://books.google.co.id/books?id=by05AQAAIAAJ&q=%22ROOKMAKER%22+%22controleur+%22&dq=%22ROOKMAKER%22+%22controleur+%22&hl=en&sa=X&ved=2ahUKEwii6ZSn8cnrAhXGc30KHe7cAGIQ6AEwA3oECAcQAg|title=Bukittinggi 1968-1971}}</ref> atas inisiatif Hendrik Roelof Rookmaaker, sekretaris kota atau controleur [[Fort de Kock]] (sekarang Kota Bukittinggi) pada masa pemerintahan [[Hindia Belanda]].<ref>[https://books.google.co.id/books?id=_IkXAQAAIAAJ&q=%22RookMaker%22+-jam+gadang&dq=%22RookMaker%22+-jam+gadang&hl=en&sa=X&ved=0ahUKEwjNw-bto6jnAhUD8XMBHQjsCzAQ6AEIPzAC MededeelIngen van den Dienst der Volksgezondheid in Nederlandsch-Indië - Dutch East Indies. Dienst der volksgezondheid - Google Books<!-- Judul yang dihasilkan bot -->]</ref><ref name=":1">{{Cite book|date=2005|url=https://books.google.co.id/books?id=VJFuAAAAMAAJ&q=kotogadang+%22yazid%22&dq=kotogadang+%22yazid%22&hl=en&sa=X&ved=2ahUKEwjOvsii98nrAhWWSH0KHXgWCfcQ6AEwAXoECAAQAg|title=Ensiklopedi Minangkabau|publisher=Pusat Pengkajian Islam dan Minangkabau|isbn=978-979-3797-23-6|language=id}}</ref><!-- Belanda berpendapat pada waktu itu bahwa jam gedang itu lambang pembaziran zaman Inggeris, tetapi, agaknya bangsa Inggeris, terutama Raffles dalam cita-citanya, hendak memperbaiki disiplin masyarakat yang berbagai macam di ibukota tersebut, agar tahu mempergunakan waktu. --> Jamnya merupakan hadiah dari Ratu Belanda [[Wilhelmina dari Belanda|Wilhelmina]]. Arsitektur menara jam ini dirancang oleh [[Yazid Rajo Mangkuto]] dari Koto Gadang, sementara pelaksana pembangunan adalah Haji Moran dengan mandornya St. Gigi Ameh.<ref name=":1" /><ref name=":2">{{Cite book|date=1992|url=https://books.google.co.id/books?id=zT_kAAAAMAAJ&dq=kotogadang+%22yazid%22&focus=searchwithinvolume&q=1932+|title=Femina: gaya hidup masa kini|publisher=P.T. Gaya Favorit Press|language=id}}</ref>
Jam Gadang sedang dalam tahap kontruksi ketika terjadinya [[Gempa bumi Padang Panjang 1926|gempa bumi Padang Panjang]] pada Juni 1926. Gempa mengakibatkan bangunan menara miring 30 derajat sehingga diperbaiki seperti keadaan semula.<ref>{{Cite book|date=1979|url=https://books.google.com/books?id=edYTAQAAMAAJ&newbks=0&printsec=frontcover&dq=%22*+Tatkala+gempa+besar+1926+jam+ini%22&q=%22*+Tatkala+gempa+besar+1926+jam+ini%22&hl=en|title=Tempo|publisher=Badan Usaha Jaya Press Jajasan Jaya Raya|language=id}}</ref> Pada Februari 1927, Gubernur Jenderal Hindia Belanda [[Andries Cornelies Dirk de Graeff]] meninjau pembangunan Jam Gadang dalam kunjungannya ke Fort de Kock.
Sejak didirikan, menara jam ini telah mengalami tiga kali perubahan pada bentuk atapnya. Awal didirikan pada masa pemerintahan Hindia Belanda,
Pada masa [[Pendudukan Jepang di Indonesia|pendudukan Jepang]], bentuk atap diubah
▲Sejak didirikan, menara jam ini telah mengalami tiga kali perubahan pada bentuk atapnya. Awal didirikan pada masa pemerintahan Hindia Belanda, atap pada Jam Gadang berbentuk bulat dengan patung ayam jantan menghadap ke arah timur di atasnya. Maksudnya yakni agar orang Kurai, Banuhampu, sampai Sarik Sungai Puar bangun pagi apabila ayam sudah berkokok.<ref>{{Cite book|date=1983|url=http://repositori.kemdikbud.go.id/13419/1/Sejarah%20sosial%20di%20daerah%20sumatra%20barat.PDF|title=Sejarah sosial daerah Sumatra Barat|publisher=Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional, Proyek-Proyek [i.e. Proyek Inventarisasi] dan Dokumentasi Sejarah Nasional|language=id}}</ref>
▲Pada masa [[Pendudukan Jepang di Indonesia|pendudukan Jepang]], bentuk atap diubah menjadi bentuk [[pagoda]]. Terakhir setelah [[Indonesia]] merdeka, atap pada Jam Gadang diubah menjadi bentuk gonjong atau atap pada rumah adat [[Minangkabau]], [[Rumah Gadang]].
{{multiple image
|perrow = 3
Baris 59 ⟶ 55:
}}
Ketika berita proklamasi [[kemerdekaan Indonesia]] diumumkan di Bukittinggi, [[bendera merah putih]] untuk pertama kalinya dikibarkan di puncak Jam Gadang, setelah melalui pertentangan dengan pucuk pimpinan tentara Jepang.<ref>{{Cite book|last=Penerangan|first=Indonesia Departemen|date=1954|url=https://books.google.co.id/books?id=5XLiAAAAMAAJ&q=%22Djam+Gadang,+jang+mana+lalu+untuk%22&dq=%22Djam+Gadang,+jang+mana+lalu+untuk%22&hl=en&sa=X&ved=2ahUKEwiRnbvK6cnrAhWzgUsFHYmCDX8Q6AEwAHoECAAQAQ|title=Lukisan revolusi, 1945-1950: dari negara kesatuan ke negara kesatuan|publisher=Kementerian Penerangan|language=id}}</ref><ref>{{Cite book|last=Raliby|first=Osman|date=1953|url=https://books.google.co.id/books?id=IHwLAQAAIAAJ&q=%22Djepang+untuk+Sumatera+jang+bermarkas+besar+*%22&dq=%22Djepang+untuk+Sumatera+jang+bermarkas+besar+*%22&hl=en&sa=X&ved=2ahUKEwiv7_nA6snrAhVaaCsKHcQBCV4Q6AEwAHoECAAQAg|title=Documenta historica: sedjarah dokumenter dari pertumbuhan dan perdjuangan negara Republik Indonesia|publisher=Bulan-Bintang|language=ms}}</ref><ref>{{Cite book|last=Daerah|first=Proyek Penelitian dan Pencatatan Kebudayaan|date=1977|url=https://books.google.co.id/books?id=r5_BFUym4K8C&q=%22jam+Gedang%22&dq=%22jam+Gedang%22&hl=en&sa=X&ved=2ahUKEwiB06rS68nrAhVbbysKHeyoCbAQ6AEwCHoECAkQAg|title=Sejarah daerah Sumatera Barat|publisher=Proyek|language=id}}</ref><ref>{{Cite book|date=1978|url=https://books.google.co.id/books?id=6f_iPYsFm8gC&q=%22jam+Gadang%22&dq=%22jam+Gadang%22&hl=en&sa=X&ved=2ahUKEwiCp8S17cnrAhVHWX0KHTxeDrY4FBDoATAEegQIBhAC|title=Sejarah daerah ...:
Pada masa [[Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia]] (1958–1961), terjadi pertempuran antara [[Tentara Nasional Indonesia|Tentara Indonesia]] (ketika itu bernama Angkatan Perang Republik Indonesia atau APRI) dengan pasukan PRRI.
Setelah [[Operasi 17 Agustus|operasi penumpasan PRRI]], APRI membangun [[Tugu Pembebasan]] di sekitar Jam Gadang untuk memperingati kemenangan mereka. Relief di tugu melukiskan ''[[ninik mamak]]'' sedang "bersujud di bawah telapak kaki tentara yang berdiri dengan angkuhnya". Tugu tersebut dihancurkan pada masa pemerintahan Gubernur Sumatera Barat [[Harun Al-Rasjid Zain|Harun Zain]].<ref>{{Cite book|last=Pandoe|first=Marthias Dusky|date=2010|url=https://books.google.co.id/books?id=ta05V3dVGlAC&pg=PA94&lpg=PA94&dq=%22relief+%22+%22PRRI%22+bukittinggi&source=bl&ots=INsk163Bp9&sig=ACfU3U0sH1iU0MOpFwvuE8gQ-prxDXuokA&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwjehZ3K2PjzAhVKAXIKHab2Ae0Q6AF6BAgjEAM#v=onepage&q=%22relief%20%22%20%22PRRI%22%20bukittinggi&f=false|title=Jernih melihat cermat mencatat: antologi karya jurnalistik wartawan senior Kompas|publisher=Penerbit Buku Kompas|isbn=978-979-709-487-4|language=id}}</ref><ref>{{Cite news|date=29 Januari 2000|title=Taman Wirasakti Gambarkan Keangkuhan Tentara Pusat|work=Harian Singgalang}}</ref>
Jam Gadang sempat ditutup dengan dibalut kain [[Marawa|''marawa'']] pada malam pergantian tahun baru 2008 dan 2009, saat Wali Kota Bukittinggi oleh [[Djufri]]. Alasan penutupan untuk mengurangi kerumunan pengunjung di pelataran Jam Gadang yang berpotensi terjadinya tindak kriminal dan korban jiwa.<ref>"Djufri, LKAAM dan MUI: Menutup Jam Gadang Sudah Final". ''[[Harian Singgalang]].'' 14 Februari 2008. </ref>▼
== Kondisi saat ini ==
Jelang pergantian tahun 2021, Jam Gadang kembali ditutup dengan kain putih untuk mencegah kerumunan warga di tengah [[Pandemi COVID-19 di Sumatra Barat|pandemi Covid-19]] yang masih berlangsung.<ref>{{Cite web|date=2020-12-31|title=Jam Gadang Ditutup Kain Putih, Pemko Bukittinggi Tegaskan Tak Ada Perayaan Tahun Baru|url=https://padangkita.com/jam-gadang-ditutup-kain-putih-pemko-bukittinggi-tegaskan-tak-ada-perayaan-tahun-baru/|website=Padangkita.com|language=id-ID|access-date=2020-12-31}}</ref>▼
▲Jam Gadang sempat ditutup dengan dibalut kain ''[[
Jam Gadang dilaporkan mengalami kerusakan dan miring di beberapa lantai pasca-[[Gempa bumi Sumatra Maret 2007|gempa bumi Sumatera Barat 2007]]. Kerusakan meliputi struktur utama, retakan di simpul atau tumpuan bangunan pada tiga tingkat pertama serta retakan horizontal di sekeliling dinding bangunan pada ketinggian sekitar 1,5 meter dari tingkat pertama.<ref>{{Cite news|date=2010-03-10|title=Wah... Bangunan Jam Gadang Miring|url=https://regional.kompas.com/read/2010/03/10/20374180/~Regional~Sumatera|work=[[Kompas.com]]|language=id|access-date=2022-04-12|editor-last=Msh}}</ref> Selain itu, bandul jam patah sehingga jam tidak diaktifkan sementara waktu.<ref>{{Cite news|title=Digoyang Gempa, Jam Gadang Masih Tegak|url=https://news.detik.com/berita/d-750664/digoyang-gempa-jam-gadang-masih-tegak|work=[[Detik.com|detikcom]]|language=id-ID|access-date=2022-04-12}}</ref> Pada 2010, upaya penguatan bangunan dilakukan oleh Badan Pelestarian Pusaka Indonesia (BPPI) dengan menyuntikkan cairan kimia khusus. Biayanya bersumber dari Kedutaan Besar Belanda di [[Jakarta]] sekitar 600 juta rupiah.<ref>{{Cite web|date=2010-12-23|title=Jam Gadang Selesai Diperbaiki|url=https://republika.co.id/berita/breaking-news/nusantara/10/12/23/153975-jam-gadang-selesai-diperbaiki|website=Republika Online|language=id|access-date=2022-04-12}}</ref> Rehabilitasi bangunan selesai dikerjakan bertepatan dengan ulang tahun Kota Bukittinggi yang ke-262 pada 22 Desember 2010.<ref>http://www.republika.co.id [http://www.republika.co.id/berita/breaking-news/nusantara/10/12/23/153975-jam-gadang-selesai-diperbaiki Renovasi Jam Gadang].</ref>
▲== Renovasi ==
Pada Juli 2018, kawasan Jam Gadang direvitalisasi oleh pemerintah. Pengerjaannya memakan biaya Rp18 miliar dan rampung pada Februari 2019.<ref>
▲Jelang pergantian tahun 2021, Jam Gadang kembali ditutup dengan kain putih untuk mencegah kerumunan warga di tengah [[Pandemi
== Galeri ==
{{Commonscat|Jam Gadang}}
<gallery>
Berkas:Jam Gadang in 2011.jpg|Jam Gadang pada bulan Mei 2011
Berkas:Jam Gadang, Bukittinggi, 2016-02-12 02.jpg|Angka Romawi empat (IV) yang pada Jam Gadang tertulis "IIII"
Berkas:Jam Gadang Era Jepang.jpg|Jam Gadang pada masa pendudukan Jepang
Baris 87 ⟶ 82:
== Pranala luar ==
* Rahmat Irfan Denas. [https://suluah.com/cerita-saksi-hidup-soal-pembangunan-lubang-jepang-di-bukittinggi/ "Cerita Saksi Hidup Soal Pembangunan Lubang Jepang di Bukittinggi"]. ''Suluah.com''.
[[Kategori:Menara jam]]
[[Kategori:Markah tanah di Indonesia]]
[[Kategori:Tempat wisata di Kota Bukittinggi]]
[[Kategori:Bangunan dan struktur di
[[Kategori:Cagar budaya di Sumatera Barat]]
|