Ci Tarum: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tarum Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
Tidak ada ringkasan suntingan |
||
(66 revisi perantara oleh 20 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{kegunaanlain|Citarum (disambiguasi)}}
{{Infobox river
| name
|
| name_other =
| name_etymology = Sungai yang ditumbuhi tanaman "[[Tarum]]" di pinggirnya
<!---- GAMBAR FOTO ---->| image = Muara sungai Citarum.jpg
| image_caption = Kapal nelayan di muara Citarum
| image_alt = kapal nelayan di muara sungai Citarum
| map = <mapframe latitude="-6.675520" longitude="107.572632" zoom="8" text="Muara Citarum" width="300" height="300" align="center">
{
"type": "FeatureCollection",
"features": [
{
"properties": {"marker-symbol":"m", "marker-color":"0050d0", "title":"Muara Citarum"},
"coordinates": [ 107.137642, -6.054879 ]
}
}
]
}
</mapframe>
| map_size =
| map_caption =
|
| subdivision_type1 = Provinsi
| subdivision_name1 = [[Jawa Barat]]
| subdivision_type2 = Kabupaten/kota
| subdivision_name2 = [[Kabupaten Bandung|Bandung]], [[Kabupaten Bandung Barat|Bandung Barat]], [[Kota Bandung]], [[Kabupaten Cianjur|Cianjur]], [[Kabupaten Purwakarta|Purwakarta]], [[Kabupaten Karawang|Karawang]], [[Kabupaten Bekasi|Bekasi]]<ref name=PR-25-JUL-PP7/>
|
| subdivision_name3 =
| subdivision_type4 =
| subdivision_name4 =
|
| length = {{convert|297<ref name=PR-26-OKT-HOMEPAGE><!---- jangan tulis access-date karena ini adalah koran cetak ---->{{cite news | title = 12 Program Rencana Aksi Sungai Citarum | newspaper = [[Pikiran Rakyat]] | date = 26 Oktober 2022 | pp = 1}}</ref>|km|mi|abbr=on}}
| width_min = {{convert|50|m|ft|abbr=on}}{{butuh rujukan | date = Desember 2022}}
|
| width_max = {{convert|60|m|ft|abbr=on}}{{butuh rujukan | date = Desember 2022}}
| depth_min = {{convert|0,5|m|ft|abbr=on}}{{butuh rujukan | date = Desember 2022}}
|
| depth_max = {{convert|3|m|ft|abbr=on}}{{butuh rujukan | date = Desember 2022}}
|
| discharge1_min =
| discharge1_avg =
| source1 = Tujuh mata air di kaki [[Gunung Wayang]], yang dikumpulkan di [[Situ Cisanti]]
| source1_location = [[Tarumajaya, Kertasari, Bandung]]
| source1_coordinates = {{Coord|-7.207982206106923|107.65549862369369}}
| source1_elevation = {{convert|1762<ref>{{google maps | title = 7°12'23.4"S 107°38'55.6"E | url = https://www.google.com/maps/place/7%C2%B012'23.4%22S+107%C2%B038'55.6%22E/@-7.2064937,107.6445418,17z | access-date = 3 Desember 2022}}</ref>|m|abbr=on}}
| mouth = Laut Jawa
| mouth_location = [[Muara Gembong, Bekasi]]
| mouth_coordinates = {{Coord|-5.9393637|106.9891333|display=inline,title}}
| progression
| river_system = DAS
| basin_size = {{cvt|6910|km2}}<ref
| basin_landmarks = Bendungan
| basin_population
| tributaries_left
| tributaries_right
| waterbodies
| waterfalls
| bridges
| ports
| geonames = 1624664
| basin_code = DAS220047<ref name="menhut511" />
| basin_management = BPDAS Citarum-Ciliwung<ref name="menhut511" />
| basin_authority = BBWS Citarum<ref name="permenPUPR415" />
| river_region = WS Citarum<ref name="permenPUPR415" />
| river_region_code = 02.08.B<ref name="permenPUPR415" />
| image_size = 300px
}}
'''Ci Tarum'''<ref>Pengejaan mengikuti pedoman penamaan nama geografi.</ref> atau '''Citarum''' ([[aksara Sunda]]: {{sund|ᮎᮤᮒᮛᮥᮙ᮪}}) adalah [[sungai]] terpanjang dan terbesar di Tatar Pasundan Provinsi [[Jawa Barat]], [[Indonesia]]. Sungai dengan nilai sejarah, ekonomi, dan sosial yang penting ini sejak 2007 menjadi salah satu dari sungai dengan tingkat ketercemaran tertinggi di dunia. Sungai ini memiliki peran penting dalam kehidupan masyarakat Jawa Barat, karena mendukung pertanian, pasokan air, perikanan, industri, pembuangan limbah, dan listrik bagi 25 juta orang. Jutaan orang tergantung langsung hidupnya dari sungai ini,<ref>[[Bank Pembangunan Asia]] memperkirakan sekitar [http://asiacalling.kbr68h.com/index.php/archives/2611 28 juta jiwa]{{Pranala mati|date=Februari 2021 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}.</ref> sekitar 500 pabrik berdiri di sekitar alirannya, tiga bendungan dibangun di alirannya, dan penggundulan hutan berlangsung pesat di wilayah hulu. Dengan perannya yang multifungsi, secara ekonomi, perdagangan, pertanian, peternakan dan juga pertahanan (benteng alam) terhadap serangan dari musuh. Sehingga perannya, hampir sebanding dengan sungai pada peradaban tua dunia, [[Sungai Nil]], [[Mesir]], dimana itu mewujudkan akan ilmu pengeloalaan sungai : '''''one river, one plan, one management''''', yang berarti pengelolaan atasnya : satu sungai, satu rencana dan satu pengelolaan. Peran ini sangat diperlihatkan oleh Citarum di [[Rengasdengklok, Karawang|Rengasdengklok]].{{Sfn|Harian Kompas|2011|p=xix - xx}}
== Etimologi ==
Ci Tarum disusun oleh dua kata yaitu Ci yang artinya sungai atau air dan [[tarum]] yang merupakan nama tumbuhan penghasil warna nila. Dari asal usul kata ini bisa disimpulkan bahwa pada zaman dahulu banyak tumbuhan tarum di sepanjang Ci Tarum.
== Hidrologi DAS ==
Citarum merupakan aliran utama pada [[Daerah aliran sungai|daerah aliran sungai (DAS)]] Citarum yang memiliki luas mencapai {{cvt|6910|km2}}, terluas ketiga di pulau Jawa setelah DAS Solo dan DAS Brantas.<ref name="menhut511">{{Cite web|last=Hukum Online|first=|title=Keputusan Menteri Kehutanan No. SK.511/MENHUT-V/2011|url=https://www.hukumonline.com/pusatdata/detail/v2/lt4f2f760d2fff3/keputusan-menteri-kehutanan-nomor-sk511menhutv2011-tahun-2011|language=id}}</ref> DAS Citarum termasuk kedalam kelompok DAS pantai utara Jawa, dimana air yang jatuh sebagai aliran permukaan diatasnya akan dialirkan menuju pesisir utara pulau Jawa, dalam wilayah perairan Laut Jawa (dan sebagian kecil di selat Madura).<ref name="WebGIS">{{Cite web|title=Peta Interaktif|url=http://webgis.menlhk.go.id/|website=WebGIS MenLHK|language=id}}</ref>
Di bagian selatan DAS Citarum berbatasan dengan beberapa kelompok DAS pantai selatan Jawa yang bermuara di wilayah perairan Samudera Hindia, diantaranya (berurutan timur ke barat), DAS Cilaki, DAS Cipandak, DAS Cibuni serta DAS Cimandiri di sebelah barat daya batas DAS Citarum. Di sebelah barat berbatasan dengan hulu DAS Ciliwung serta DAS Bekasi mulai dari bagian hulu hingga ke hilir. Disebelah timur berbatasan dengan DAS Cimanuk. Disebelah timur laut berbatasan dengan hulu DAS Cipunegara, hulu DAS Ciasem, hulu DAS Cilamaya dan beberapa DAS kecil lainnya hingga ke bagian hilir DAS Citarum.<ref name="WebGIS" />
Dalam kaitannya dengan [[Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai|pengelolaan daerah aliran sungai]], DAS Citarum masuk ke dalam wilayah kerja [[:Kategori:BPDAS Citarum Ciliwung|BPDAS Citarum-Ciliwung]] yang merupakan unit pelaksana teknis pada [[Direktorat Jenderal Pengendalian Daerah Aliran Sungai dan Hutan Lindung|Ditjen PDASHL]] dibawah [[Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia|Kementerian LHK]].<ref name="menhut511" /> Sedangkan dalam kaitannya dengan [[Manajemen sumber daya air|pengelolaan sumber daya air]], DAS Citarum merupakan bagian dari satuan [[Wilayah sungai|wilayah sungai (WS)]] Citarum bersama 18 DAS lain di dalamnya dibawah otoritas [[Balai Besar Wilayah Sungai Citarum|Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Citarum]].<ref name="permenPUPR415">{{Cite web|title="PerMenPUPR No.04/PRT/M/2015 - Kriteria dan Penetapan Wilayah Sungai"|url=https://peraturan.go.id/id/permen-pupr-no-04-prt-m-2015-tahun-2015|website=PERATURAN.GO.ID|language=id}}</ref><ref>{{Cite web|last=PUPR|first=Kementerian|title=Informasi Balai|url=https://sda.pu.go.id/|website=Direktorat Jenderal Sumber Daya Air|language=en|access-date=2023-09-25}}</ref>
== Geografi ==
Panjang aliran sungai ini sekitar 300 km. Secara tradisional, hulu Ci Tarum dianggap berawal dari lereng [[Gunung Wayang]], di tenggara Kota Bandung, di wilayah Desa [[
Berikut ini adalah sebagian dari anak sungai yang mengalir ke Ci Tarum:
{{div col|colwidth=10em|rules=yes|gap=2em|style=column-count:4|content=
*
* Ci Beureum
* Ci Durian
* Ci Haur
* [[Ci Herang]]<ref name = PR-26-OKT-PP10/>
* Ci Jati<ref name = PR-26-OKT-PP10/>
* Ci Jere
* Ci Kao
* [[Ci
* Ci Keruh
* Ci Kijing<ref name = PR-26-OKT-PP10/>
* Ci Kundul
* Ci Lanang
* Ci Limus<ref name = PR-26-OKT-PP10/>
* Ci Mahi
* Ci Meta<ref name = PR-26-OKT-PP10/>
* Ci
* Ci Pamokolan
* Ci Panawuan<ref name = PR-26-OKT-PP10/>
* Ci Picung<ref name = PR-26-OKT-PP10/>
* Ci Rasea
* Ci Sangkuy
* Ci Sokan
* Ci Somang
* Ci Tarik
* Ci Walengke<ref name = PR-26-OKT-PP10><!---- jangan tambahkan access-date karena ini adalah koran cetak ---->{{cite news | first1 = Bambang | last1 = Arifiyanto | first2 = Hendro Susilo | last2 = Husodo | title = Sampah Masih ''Ngabugbrug'' di Anak Sungai | date = 26 Oktober 2022 | newspaper = [[Pikiran Rakyat]] | pp = 10}}</ref>
* Ci Widey
}}
Berhulu di Gunung Dahamilnuris, [[Jonggol]]:
* [[Ci Beet]]
* Ci Jurey atau Ci Kompeni
* Ci Pamingkis
== Sejarah ==
Dalam perjalanan [[sejarah Sunda]], Ci Tarum erat kaitannya dengan [[Kerajaan Taruma]], kerajaan yang menurut catatan-catatan Tionghoa dan sejumlah prasasti pernah ada pada [[abad ke-4]] sampai [[abad ke-7]]. Komplek bangunan kuno dari abad ke-4, seperti di [[Situs Batujaya]] dan [[Situs Cibuaya]] menunjukkan pernah adanya aktivitas permukiman di bagian hilir. Sisa-sisa kebudayaan pra-Hindu dari abad ke-1 Masehi juga ditemukan di bagian hilir sungai ini.
Baris 113 ⟶ 127:
Ci Tarum juga disebut dalam [[Naskah Bujangga Manik]], suatu kisah perjalanan yang kaya dengan nama-nama geografi di [[Pulau Jawa]] dari abad ke-15.
Pada masa pendudukan Belanda di Indonesia, telah dibangun sejumlah [[PLTA]] di anak sungai ini, seperti [[PLTA Plengan]] dan [[PLTA Lamajan]] di [[Ci Sangkuy]], serta [[PLTA Bengkok]] di [[Ci Kapundung]]. Selain itu, juga dibangun [[Bendung Walahar]] di [[Karawang]] untuk mengairi lahan pertanian seluas 87.000 hektar.<ref name="sinaro">{{cite book | last =Sinaro | first = Radhi | author-link = | title = Menyimak Bendungan di Indonesia (1910-2006) | publisher = Bentara Adhi Cipta | series = | volume = | edition = | date = 2007 | location = Tangerang Selatan | pages = | language = Indonesia | url = | doi = | id = | isbn = 978-979-3945-23-1 | mr = | zbl = | jfm =}}</ref>
===
Aliran Citarum yang membentang dari [[Tanjungpura, Karawang Barat, Karawang|Tanjungpura]] hingga ke [[Rengasdengklok, Karawang|Rengasdengklok]] hingga ke [[Laut Jawa]] sejauh tidak kurang dari 60 Km menjadikannya benteng alamiah atas serbuan musuh yang datang dari [[Jakarta]].{{Sfn|Harian Kompas|2011|p=xix - xx}}
Di masa [[Pendudukan Jepang di Hindia-Belanda|pendudukan Jepang]], [[Rengasdengklok, Karawang|Rengasdengklok]] direncanakan untuk menjadi benteng pertahanan ketika menghadapi [[Sekutu (Perang Dunia II)|Sekutu]], dimana ketia [[Jepang]] meneyerah pada [[Sekutu (Perang Dunia II)|Sekutu]], 14 Agustus 1945 maka pos-pos pertahanan itu egera diambil alih oleh [[Pembela Tanah Air]].<ref>{{Cite book|date=1997|title=[[Ensiklopedia Nasional Indonesia]]|location=Jakarta|publisher=Delta Pamungkas|url-status=live}}</ref>[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Aanleg van een pontonbrug naast de spoorbrug over de rivier Citarum tijdens een oefening van de genie Tandjoengpoera TMnr 60016114.jpg|jmpl|320x320px|Ci Tarum, dengan jembatan kereta api di atasnya, dekat [[Stasiun Kedunggedeh]].]]
==Pengembangan infrastruktur==
Pada akhir tahun 1948, Prof. Dr. Ir. [[W.J. van Blommestein]] yang saat itu menjabat sebagai Kepala Insinyur pada Bagian Irigasi & Drainase [[Departemen Pekerjaan Umum]] mengemukakan sebuah konsep pengembangan sungai yang ia beri judul ''"A Federal Welfare Plan for the Western Part of Java"''. Konsep tersebut mencakup pengembangan infrastruktur pada 17 sungai besar yang saat itu masuk dalam Provinsi Jawa Barat, mulai dari [[Ci Ujung]] hingga [[Ci Tanduy]]. Sebagai permulaan, Blommestein mengusulkan pembangunan dua waduk besar di Ci Tarum, yakni Waduk Jatiluhur dan Waduk Tarum, yang masing-masing dapat menampung air sebanyak 3 milyar meter kubik dan 1,15 juta meter kubik. Waduk Jatiluhur difokuskan untuk menyediakan air irigasi bagi lahan pertanian di hilir, sementara Waduk Tarum difokuskan untuk membangkitkan listrik.<ref name="pws"/>
Pada tahun 1953, para ahli menyederhanakan konsep tersebut, dari yang awalnya mencakup 17 sungai yang ada di Jawa Barat, menjadi hanya mencakup Ci Tarum saja, dengan infrastruktur yang akan dibangun adalah Waduk Jatiluhur dan Waduk Tarum (kemudian diubah namanya menjadi Waduk Saguling). Waduk Jatiluhur direncanakan dapat mengairi lahan pertanian seluas sekitar 240.000 hektar yang terletak di antara [[Kali Bekasi|sungai Bekasi]] dan [[Ci Punegara]], serta membangkitkan listrik melalui sebuah PLTA berkapasitas 150 MW. Sementara Waduk Saguling direncanakan dapat membangkitkan listrik melalui sebuah PLTA berkapasitas 700 MW.<ref name="pws">{{cite book | last = Notodihardjo | first = Mardjono | title = Pengembangan Wilayah Sungai di Indonesia | publisher = Yayasan Badan Penerbit Pekerjaan Umum | series = | volume = | edition = | date = 1989 | location = Jakarta | pages = | language = Indonesia | url = https://pustaka.pu.go.id/storage/biblio/file/pengembangan-wilayah-sungai-di-indonesia-kumpulan-karangan-9J4GB.pdf | access-date = 2023-01-03 | archive-date = 2023-01-17 | archive-url = https://web.archive.org/web/20230117132138/https://pustaka.pu.go.id/storage/biblio/file/pengembangan-wilayah-sungai-di-indonesia-kumpulan-karangan-9J4GB.pdf | dead-url = yes }}</ref> [[Waduk Jatiluhur]] akhirnya mulai dibangun pada tahun 1957 dan dapat diselesaikan pada tahun 1967, sementara [[Waduk Saguling]] mulai dibangun pada tahun 1980 dan dapat diselesaikan pada tahun 1986. Kemudian juga direncanakan pembangunan Waduk Cirata di antara dua waduk tersebut untuk membangkitkan listrik melalui sebuah PLTA berkapasitas 1.000 MW. [[Waduk Cirata]] lalu mulai dibangun pada tahun 1983 dan dapat diselesaikan pada tahun 1988.
== Ekologi dan lingkungan ==
[[Berkas:Barb gonio 080525 9625 ltn.jpg|jmpl|[[Genggehek]] (''Mystacoleucus marginatus''), salah satu jenis ikan yang menghilang dari [[Waduk Jatiluhur]] |320x320px]]
=== Perikanan ===
Sejak lama, Ci Tarum dapat dilayari oleh perahu kecil. Penduduk di sekitarnya memanfaatkan sumber daya perikanan di sungai ini, baik secara tradisional dengan cara [[memancing]] atau [[menjala]], atau dengan cara membudidayakan ikan dalam [[keramba jaring apung]] di [[waduk]].
Puluhan jenis [[ikan]] hidup di Ci Tarum. Di lingkungan [[Waduk Jatiluhur]] saja, Kartamihardja (2008) mencatat keberadaan 20 [[spesies]] ikan. Dan angka ini sebetulnya telah berubah menyusut dalam kurun waktu 40 tahun (1977-2007); pada awalnya tercatat sebanyak 34 spesies dengan komposisi 23 spesies asli dan 11 pendatang (introduksi).<ref>{{aut|Kartamihardja, E.S.}} 2008. [http://www.iktiologi-indonesia.org/jurnal/8-2/04_0001.pdf Perubahan komposisi komunitas ikan dan faktor-faktor penting yang memengaruhi selama empat puluh tahun umur Waduk Ir. Djuanda]{{Pranala mati|date=Februari 2021 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}. ''Jurnal Iktiologi Indonesia'' Vol. '''8'''(2): 67-78</ref>
Perubahan [[ekosistem]], dari aliran sungai yang relatif dangkal dan deras menjadi lingkungan waduk yang dalam dan tenang, jelas mempengaruhi keberadaan jenis-jenis ikan. Akan tetapi jenis-jenis yang menghilang dari waduk masih mempunyai kemungkinan bertahan di bagian lain Ci Tarum. Catatan ringkas yang diperoleh sebuah [[lembaga swadaya masyarakat|LSM]] pemerhati Ci Tarum, masih mendapati puluhan jenis ikan dari berbagai lokasi di sungai ini.<ref>{{aut|Budiman, Y.}} 2011. [http://www.citarum.org/upload/knowledge/document/LOWRES_FINAL_Ikan_di_Citarum.pdf ''Berkenalan dengan ikan di Sungai Citarum'']{{Pranala mati|date=Februari 2021 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}. Laporan foto 2008-2011. Enclave Conservation. 22 hal</ref>
=== Pencemaran ===
Keadaan lingkungan sekitar Ci Tarum telah banyak berubah sejak paruh kedua dasawarsa 1980-an. [[Industri]]alisasi yang pesat sejak akhir 1980-an di kawasan sekitar sungai ini telah menyebabkan menumpuknya limbah buangan pabrik-pabrik di Ci Tarum.<ref name="daily-mail">[http://www.dailymail.co.uk/pages/live/articles/news/worldnews.html?in_article_id=460077&in_page_id=1811 "Is this the world's most polluted river?"], ''[[Daily Mail]]'', 5 Juni 2007</ref>
Setiap musim hujan wilayah Bandung Selatan di sepanjang Ci Tarum selalu dilanda [[banjir]]. Setelah kejadian banjir besar yang melanda daerah tersebut pada tahun 1986,{{butuh rujukan | date = Desember 2022}} pemerintah membuat proyek normalisasi sungai Ci Tarum dengan mengeruk dan melebarkan sungai bahkan meluruskan alur sungai yang berkelok. Tetapi hasil proyek itu tampaknya sia-sia karena setelahnya tidak ada perubahan perilaku masyarakat sekitar, sehingga sungai tetap menjadi tempat pembuangan sampah bahkan limbah pabrik pun mengalir ke Ci Tarum. Bertahun kemudian,{{kapan | date = Desember 2022}} keadaan sungai bahkan bertambah buruk, sempit dan dangkal, penuh sampah, dan di sebagian tempat airnya pun berwarna hitam pekat.{{butuh pemastian | date = Desember 2022}} Cipicung dan Cimeta menjadi sumber pencemaran karena keduanya bermuara di Citarum.<ref name = PR-26-OKT-PP10/>
Para pemerhati lingkungan telah mengamati bahwa lebih dari 20.000 ton limbah dan 340.000 ton air limbah dari pabrik tekstil tersebut dibuang ke sungai setiap hari. Akibat dari pencemaran ini adalah hilangnya sebagian besar populasi ikan sungai yang diperkirakan mencapai 60% sejak 2008.<ref>{{Cite magazine | last1 = Tarahita | first1 = Dikanaya | last2 = Rakhmat | first2 = Muhammad Zulfikar | url = https://thediplomat.com/2018/04/indonesias-citarum-the-worlds-most-polluted-river | title = Indonesia’s Citarum: The World’s Most Polluted River | trans-title = Citarum Indonesia: Sungai Paling Tercemar Dunia | magazine = [[:en:the Diplomat|The Diplomat]] | date = 28 April 2018 | language = {{en}} | access-date = 5 Maret 2020}}</ref><ref>{{Cite web | url = https://pulitzercenter.org/reporting/death-citarum-river-indonesias-most-toxic-waterway | title = The Death of the Citarum River: Indonesia's Most Toxic Waterway | trans-title = Matinya Sungai Citarum: Aliran Air Paling Beracun Indonesia | date = 13 Maret 2017 | website = Pulitzer Center | language = {{en}} | access-date = 5 Maret 2020}}</ref> Di tahun 2018, indeks kualitas air (i.k.a.) Sungai Citarum mencapai angka 33,43 atau berada dalam status tercemar berat. Pemerintah Propinsi [[Jawa Barat]] menargetkan bahwa, pada tahun 2025, IKA Sungai Citarum harus mencapai 60 poin.
{| class = wikitable
|- valign = bottom
! Indeks Kualitas Air
! Tahun
|-
| 33,43 (Tercemar berat)
| 2018<ref name=PR-26-OKT-HOMEPAGE/><ref name=PR-25-JUL>{{cite news | first1 = Novianti | last1 = Nurulliah | title = Program Citarum Harum: Tahun Keempat Jangan Patah Semangat | date = 25 Juli 2022 | work = [[Pikiran Rakyat]] | pp = 6}}</ref>
|-
| 40,67 (Tercemar ringan) {{naik}}
| 2019<ref name=PR-26-OKT-HOMEPAGE/>
|-
| 55 (Tercemar ringan) {{naik}}
| 2020<ref name=PR-26-OKT-HOMEPAGE/>
|-
| 50,13 (Tercemar ringan) {{turun}}
| 2021<ref name=PR-26-OKT-HOMEPAGE/>
|}
Pada tahun 2011, pemerintah Indonesia memulai proyek revitalisasi sungai, yang bertujuan untuk mengembalikan seluruh sungai menjadi air minum bersih. Proyek tersebut diperkuat dengan adanya Peraturan Presiden №15 Tahun 2018 tentang Percepatan Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Daerah Aliran Sungai Citarum.<ref name=PR-25-JUL-PP7>{{cite news | first1= Novianti | last1 = Nurulliah | date = 25 Juli 2022 | title = Memperkuat Komitmen Melalui Jampe | work = [[Pikiran Rakyat]] | pp =7}}</ref>
Catatan dari warga Kampung Ciwalengke Kelurahan [[Sukamaju, Majalaya, Bandung|Sukamaju]] pada bulan Oktober 2022 menyebutkan bahwa air di salah satu anak sungai Ci Tarum, yakni Kali Ci Walengke,<ref name = PR-26-OKT-PP10/> berwarna coklat. Hal tersebut dianggap masih lebih baik ketimbang beberapa tahun lalu ketika tidak ada pengawasan dari tentara yang membuat warna Kali Ci Walengke biru, merah, atau hitam, sebagai dampak dari pencemaran yang dilakukan pelaku industri tekstil berskala besar.<ref name = PR-26-OKT-PP10/> Kegiatan pembersihan Kali Ci Walengke dilakukan setiap hari Jumat oleh warga.<ref name = PR-26-OKT-PP10/> Sedangkan Kali Cipicung dan Cimeta yang berada di [[Bandung Barat]] menjadi sumber pencemaran Citarum karena di sana terdapat Tempat Pembuangan Akhir [[Sarimukti, Cipatat, Bandung Barat|Sarimukti]] sebagai penghasil limbah cair.<ref name = PR-26-OKT-PP10/> Air yang tadinya berwarna cokelat kemudian berubah menjadi hitam.<ref name = PR-26-OKT-PP10/>
== Lihat pula ==
* [[Balai Besar Wilayah Sungai Citarum]]
* [[Bendungan Walahar|Bendung Walahar]]
* [[BPDAS Citarum-Ciliwung]]
* [[Citarum Harum]]
* [[Daftar sungai di Indonesia]]
* [[Daftar daerah aliran sungai di Indonesia|Daftar daerah aliran sungai (DAS) di Indonesia]]
* [[Kali Bekasi]]
* [[Wilayah sungai]]
== Referensi ==
=== Catatan kaki ===
{{reflist}}
=== Daftar pustaka ===
* {{Cite book|last=Kompas|first=Tim Harian|date=September 2011|url=https://www.gramedia.com/products/ekspedisi-citarum-laporan-jurnalistik-kompas?srsltid=AfmBOop2Gr0RatX7hI4o3xENdcW26e2Y2_Qvcs84E4kZkUSOCbru5cgS|title=Ekspedisi Citarum, Sejuta Pesona dan Persoalan. Laporan Jurnalistik Kompas|location=Jakarta|publisher=Penerbit Buku Kompas|isbn=978-602-412-364-2|url-status=live}}
== Pranala luar ==
* Kompas.com: [http://regional.kompas.com/read/2011/05/01/13495482/Ikan.ikan.Pun.Kalah.di.Citarum Ikan-ikan Pun Kalah di Citarum], diakses pada 8/IX/2012
* [http://klipingut.wordpress.com/2009/11/30/pencemaran-citarum-di-fase-terberat/ Pencemaran Citarum di fase terberat]{{Pranala mati|date=Februari 2021 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}
{{Sungai di Jawa
[[Kategori:Sungai di Jawa Barat]]
[[Kategori:DAS Citarum]]
{{DEFAULTSORT:Tarum_Ci}}
|