Passureq: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Pinerineks (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tidak ada ringkasan suntingan
 
(4 revisi perantara oleh 4 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
''[[Passureq|'''Massureq]]''''' adalah kegiatan membacakan ''[[Aksara Lontara|lontara]]'' dengan cara melagu dan tidak menggunakan musik. Orang yang membacakan lontara dengan cara melagu disebut Passureq. ''[[Passureq|'''Massureq]]''''' adalah salah satu mahakarya yang sangat vital dalam penyebaran ajaran-ajaran orang [[Bugis]] dulu yang tercatat dalam naskah lontara. Mulanya pertunjukan tradisi lisan ''[[Passureq|'''massureq]]''''' dijadikan sebagai sarana hiburan bagi masayarakat daerah [[Wajo]]. Pelaksanaan kegiatan massureq sebenarnya tidak memerlukan usaha yang besar, karena untuk membacanya hanya memerlukan [[sureq]] itu sendiri, penyangga untuk alat bantu membaca, serta pakaian tradisional untuk mendukung nuansa tradisionalnya. manakala ada acara ''massureq'', orang beramai-ramai mengunjungi karena tertarik mendengar lagoq (nada, irama). dalam kondisi seperti itu tradisi massureq berperan sebagai sarana jumpa sehingga momentum itu dapat memberikan informasi pembangunan, agama, dan nasihat-nasihat. Bagi pemuda dan pemudi mempunyai kesempatan untuk memperluas pergaulan. Lebih dari itu, dapat pula digunakannya sebagai langkah awal memilih pasangan hidup. <ref>{{Cite book|title=Penetapan Warisan Budaya Tak Benda Indonesia tahun 2018|last=Ratnawati|first=Lien|publisher=Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan|year=2018|isbn=|location=Jakarta|pages=309|url-status=live}}</ref>
 
''Massureq'' adalah satu dari tiga komponen inti yang sering digunakan dalam berbagai upacara suci dan sakral.
''Massureq'' adalah satu dari tiga komponen inti yang sering digunakan dalam berbagai upacara suci dan sakral. ''Massureq'' bisa dijumpai saat, [[Mappano bine]] (upacara menidurkan benih padi), [[Macceratasi|Maccera' tasi']] (persembahan untuk laut), [[Menre bola]] (naik rumah baru), [[Mattemu taung]] (menziarahi kuburan leluhur), dan masih banyak lainnya. Upacara-upacara suci dan sakral tersebut selalau dilaksanakan oleh tiga komponen yang saling melengkapi, yakni: [[Bissu]], atau pendeta Bugis yang memiliki tugas memimpin upacara ritual, [[Sanro]] yang bertugas menyiapkan seluruh perlengkapan upacara serta ''Passureq,'' penembang lontara Bugis.
 
# ''Massureq'' bisa dijumpai saat, [[Mappano bine]] (upacara menidurkan benih padi)
Berdasarkan literatur [[The Heroic Fall of Bone (1990)]], saat membacakan atau Massureq [[Sureq Galigo|Lontara La Galigo]], selalu akan diadakan sebuah ritual dan persembahan sakral, berupa: [[dupa]] serta pemotongan ayam atau kambing. Pada tahun 1951-1965 saat gerakan tentara Islam Indonesia atau [[Negara Islam Indonesia|DI/TII]] berkecamuk di [[Sulawesi Selatan]], praktik-praktik kebudayaan yang dianggap tidak sesuai dengan syariat Islam saat itu dibumi hanguskan. Peran para komponen penjaga [[Sureq Galigo|Sureq La Galigo]] seperti [[Bissu]], [[Sanro]], dan [[Passureq]] pun perlahan memudar karena dianggap menyimpang dari ajaran Islam.
# [[Macceratasi|Maccera' tasi']] (persembahan untuk laut)
# [[Menre bola]] (naik rumah baru)
''Massureq'' adalah satu dari tiga komponen inti yang sering digunakan dalam berbagai upacara suci dan sakral. ''Massureq'' bisa dijumpai saat, [[Mappano bine]] (upacara menidurkan benih padi), [[Macceratasi|Maccera' tasi']] (persembahan untuk laut), [[Menre bola]] (naik rumah baru),# [[Mattemu taung]] (menziarahi kuburan leluhur), dan masih banyak lainnya. Upacara-upacara suci dan sakral tersebut selalau dilaksanakan oleh tiga komponen yang saling melengkapi, yakni: [[Bissu]], atau pendeta Bugis yang memiliki tugas memimpin upacara ritual, [[Sanro]] yang bertugas menyiapkan seluruh perlengkapan upacara serta ''Passureq,'' penembang lontara Bugis.
 
Berdasarkan literatur [[The Heroic Fall of Bone (1990)]], saat membacakan atau Massureq [[Sureq Galigo|Lontara La Galigo]], selalu akan diadakan sebuah ritual dan persembahan sakral, berupa: [[dupa]] serta pemotongan ayam atau kambing. Pada tahun 1951-1965 saat gerakan tentara Islam Indonesia atau [[Negara Islam Indonesia|DI/TII]] berkecamuk di [[Sulawesi Selatan]], praktik-praktik kebudayaan yang dianggap tidak sesuai dengan syariat Islam saat itu dibumi hanguskan. Peran para komponen penjaga [[Sureq Galigo|Sureq La Galigo]] seperti [[Bissu]], [[Sanro]], dan [['''Passureq]]''' pun perlahan memudar karena dianggap menyimpang dari ajaran Islam.
 
== Referensi ==
{{reflist}}
<references />
== Daftar pustaka ==
*{{cite book
|title = Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam Ritual Maddoja Bine: Kontribusi Kearifan Lokal Petani Bugis dalam Mewujudkan Moderasi Beragama.
|last1 = Suhra
|first1 = Sarifa
|last2 =
|first2 = Rosita
|display-authors = 1
|publisher = Akademia Pustaka
|year = 2021
|location = Tulungagung
|url = http://repositori.iain-bone.ac.id/778/1/Maddoja%20bine.pdf
|isbn = 978-623-6364-52-9
 
|ref = {{sfnref|Suhra|2021}}
}}
 
 
[[Kategori:Warisan budaya takbenda Indonesia]]