Jaranan Kediri: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan |
menambahkan paragraf baru |
||
(29 revisi perantara oleh 10 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
[[Berkas:Kesenian Jaranan.jpg|jmpl|263x263px|Pertunjukan Jaranan di Kediri]]
Seni '''Jaranan Kediri''' adalah jenis kesenian [[kuda lumping]] yang berkembang di Kediri, Jawa Timur. Kesenian Jaranan atau Jathilan dari Ponorogo masuk ke Kediri pada abad 19 masa [[Hindia Belanda]].
== Sejarah ==
Jaranan Kediri berkembang di [[Kediri]] karena banyak [[warok]] Ponorogo yang mengambil bocah kecil dari [[Kabupaten Nganjuk|Nganjuk]], [[Kota Madiun|Madiun]], [[Kabupaten Tulungagung|Tulungagung]],
Ranggawarsita mahir memainkan Jathilan karena sering berkumpul dengan para Warok Ponorogo dibandingkan belajar di Pondok, sehingga Ranggawarsita yang memiliki paras rupawan menjadi idola para warok dan mendapatkan kasih sayang serta diajarkan tentang kesenian Jathilan. Untuk mengembangkan kesenian Jathilan atau jaranan yang ada di kediri, para seniman yang mantan Gemblak belajar tari jaranan ke Tulungagung yang merupakan pengasingan dari perkumpulanan [[Jaranan Thek Ponorogo]] atau Reyog Thek dari Ponorogo.<ref name=":0" />
Seniman Jaranan Kediri merasa memiliki kesenian Jaranan Sepenuhnya karena pada alur kisah Jaranan menceritakan pula kerajaan Kediri, sehingga mengangap bahwa kesenian Jaranan berasal dari Kediri untuk menutupi adanya sejarah hubungan bahwa banyak remaja kediri era Kolonial dijadikan Gemblak seorang Warok dari Ponorogo. Padahal mula adanya Kesenian Jaranan di kediri karena banyakan remaja Kediri diambil asuh oleh Warok dari
Pada setelah Indonesia merdeka, Jaranan Kediri tidak jauh beda dengan Jaranan Thek di Ponorogo, dari segi pakaian masih terlihat seperti pakaian yang digunakan pada penari Reog Ponorogo begitu juga musiknya, hanya saja pada Jararan Kediri tidak ada [[Selompret Reog|Slompret]] karena pada kala itu belum ada yang mampu memainkan Slompret.<ref>{{Cite book|last=tim peneliti|first=Proyek sasana budaya direktorat jenderal kebudayaan|date=1978|url=http://pustaka.kebudayaan.kemdikbud.go.id/index.php?p=show_detail&id=3497&keywords=|title=Reog Di Jawa Timur|location=Jakarta|publisher=Departemen pendidikan dan kebudyaan|url-status=live}}</ref> Barulah pengaruh [[Reog|Reog Ponorogo]] di Kediri yang di gemari juga oleh warga kediri sehingga dimasukan unsur Slompret kedalam arasemen musik pada jaranan Kediri secara bertahap pada beberapa Grup dengan mengacu nada slompret kaset pita Reog Ponorogo Sardulo Seto pimpinan Mbah Misdi.
== Kisah ==
Adapun Dalam kisah yang digunakan oleh seniman jaranan Kediri yang dikaitkan dengan terjadinya Reog Ponorogo untuk dipergunakan menutupi sejarah bahwa banyaknya anak-anak kecil dari Kediri menjadi Gemblak seorang Warok di Ponorogo sebagai berikut :
Adapun Dalam kisah yang dipercayai seniman jaranan Kediri, Raja Airlangga memiliki seorang putri yang bernama Dewi Sangga Langit yang memiliki nama lain Kilisuci. Dia adalah orang kediri yang sangat cantik. Pada waktu itu banyak sekali yang melamar, maka dia mengadakan sayembara. Pelamar-pelamar Dewi Songgo Langit semuanya sakti. Mereka sama-sama memiliki kekuatan dan ilmu yang tinggi. Dewi Songgo Langit sebenarnya tidak mau menikah dan dia Ingin menjadi petapa saja. Prabu Airlangga memaksa Dewi Songgo Langit untuk menikah. Akhirnya dia mau menikah dengan satu permintaan. Barang siapa yang bisa membuat kesenian yang belum ada di Pulau Jawa dia akan menjadi suaminya.▼
▲
Ada beberapa orang yang ingin melamar Dewi Songgo Langit. Diantaranya adalah Klono Sewandono dari Wengker, Toh Bagus Utusan Singo Barong Dari Blitar, kalawraha seorang adipati dari pesisir kidul, dan 4 prajurit yang berasal dari Blitar. Para pelamar bersama-sama mengikuti sayembara yang diadakan oleh Dewi Songgo Langit. Mereka berangkat dari tempatnya masing-masing ke Kediri untuk melamar Dewi Songgo Langit.▼
▲Ada beberapa orang yang ingin melamar Dewi Songgo Langit. Diantaranya adalah Klono Sewandono dari Wengker, Toh Bagus Utusan Singo Barong Dari Blitar, kalawraha seorang adipati dari pesisir kidul, dan 4 prajurit yang berasal dari Blitar. Para pelamar bersama-sama mengikuti sayembara yang diadakan oleh Dewi Songgo Langit. Mereka berangkat dari tempatnya masing-masing ke Kediri untuk melamar Dewi Songgo Langit.
[[Berkas:Kesenian Rampak Barong.jpg|jmpl|290x290px|Jaranan di Kediri terdapat Topeng Barongan Naga Baruk Klinting]]
Dari beberapa pelamar itu mereka bertemu dijalan dan bertarung terlebih dahulu sebelum mengikuti sayembara di kediri. Pertarungan tersebut dimenangkan oleh Klana Sewandono atau Pujangganom. Dalam pertempuran itu Pujangganom menang dan Singo Ludoyo kalah. Pada saat kekalahan Singo Ludoyo, rupanya singo Ludoyo memiliki janji dengan Pujangganom. Singa Ludoyo meminta jangan dibunuh. Pujangganom rupanya menyepakati kesepakatan itu. Akan tetapi Pujangganom memiliki syarat yaitu Singo Barong harus mengiring temantenya dengan Dewi Sangga Langit ke Wengker.
Baris 21 ⟶ 25:
Karena Dewi Songgo Langit sudah diboyong ke Wengker oleh Pujangganom dan tidak mau menjadi raja di Kediri, maka kekuasaan Kahuripan diberikan kepada kedua adiknya yang bernama Lembu Amiluhut dan Lembu Amijaya. Setelah Sangga Langit diboyong oleh Pujangganom ke daerah Wengker Bantar Angin, Dewi Sangga Langit mengubah nama tempat itu menjadi Ponorogo. Jaranan muncul di kediri itu hanya untuk menggambarkan boyongnya dewi Songgo langit dari kediri menuju Wengker Bantar Angin. Pada saat boyongan ke Wengker, Dewi Sangga Langit dan Klana Sewandana diarak oleh Singo Barong. Pengarakan itu dilakukan dengan menerobos dari dalam tanah sambil berjoget. Alat musik yang dimainkan adalah berasal dari bambu dan besi. Pada zaman sekarang besi ini menjadi kenong.
Untuk mengenang sayembara yang diadakan oleh Dewi Songgo Langit dan Pernikahanya dengan Klana Sewandono maka diciptakanlah kesenian Reog Ponorogo oleh
Dalam penyebutan, singo barong sering biasa disebut Sima dalam bahasa jawa kuno yang berarti singa. sedangkan macan atau gembong disebut Sardula yang berarti harimau, turonggo yang merupakan bahasa jawa kuno berarti Kuda. Hal ini mempengaruhi nama - nama jaranan di kediri seperti adanya nama singo yang diambil dari tokoh singo barong, Menggolo yang diambil dari tokoh warok Ponorogo, Suro yang diambil dari nama depan tokoh-tokoh warok Ponorogo seperti Suro Menggolo, suro bangsat, suro Handoko, dan Turonggo yang diambil dari nama kuda.
== Peralatan ==
Pada pertunjukan Jaranan Kediri diperlukan berbagai peralatan kesenian sebagai berikut :
# [[Kuda lumping|Kuda Lumping]], Penari di bagian ini menggunakan anyaman bambu berbentuk hewan kuda. dilengkapi pakaian penunjang seperti udeng, baju, celana, sempyok dada panjang jathilan ponorogo, sabuk epek timang dan selendang.
# Celeng, Penari di bagian ini menggunakan kulit hewan bisa juga menggunakan anyaman bambu berbentuk hewan babi. dilengkapi pakaian penunjang seperti udeng, baju, celana, sempyok dada
# Topeng Barongan Singo Barong, Penari di bagian ini menggunakan Kruduk Ponoragan (dahulu dan sebagaian saat ini) atau Kruduk Barongan, Rompi setengah, Embong Ponoragan, Celana pembarong Sembryong Ponoragan atau Celana Serembyong kreasi baru bentuk celana barong sai.
# Topeng Barongan Kucingan alias Klono sewandono, Penari di bagian ini menggunakan Kruduk Ponoragan (dahulu dan sebagaian saat ini) atau Kruduk Barongan, Rompi setengah, Embong Ponoragan, Celana pembarong Serembyong Ponoragan atau Celana Srembyong kreasi baru bentuk celana barong sai.
# Bopo atau Bomoh, merupakan panggilan Gemblak kepada Warok yang dianggap seabagai ayah atau bapak, Bopo berarati Bapak. pada Bagian ini menggunakan udeng, Kaos Lorek Ponoragan, Penadon Ponoragan, Othok Ponoragan, Celana Kombor Ponoragan, tali Kolor Ponoragan dan Pecut besar. adapun bopo saat ini hanya tanpa menggunakan penadn, cukup mengenekan kaos lorek.
# Musik sebagai pengiring terdiri dari Kendang, 3 kenong, 2 Gong, Slompret Reog. Pada Jaranan Kediri, mulanya tidak menggunakan Slompret setelah mendapat pengaruh dari Ponorogo barulah ada penambahan Slompret untuk mengiringi Jaranan Kediri,<ref>{{Cite book|first=tim Peneliti|date=1978|url=http://pustaka.kebudayaan.kemdikbud.go.id/index.php?p=show_detail&id=3497&keywords=|title=Reog Di Jawa Timur|location=Jakarta|publisher=departemen pendidikan dan kebudayaan|url-status=live}}</ref> Instrumen opening yang menjadi acuan Jaranan Kediri saat ini adalah kaset pita dari Reog Ponorogo Grup Sardulo Seto.
# Ubo Rampe atau [[sesajen]]
== Pementasan ==
Pementasan Jaranan di Kediri terdapat urutan sebagai berikut :
# Buka Kalangan, para Bopo membawa ubo rampe atau sesajen dengan dupa. setelah itu para bopo mencambukan pecut besar ke tanah.
# Tarian kuda lumping
# Tarian Celeng
# Tarian Barongan Kucingan, Rampak
# Tarian Barongan Singo Barong, Rampak
# Tarian pertarungan kuda lumping melawan celeng dan Barongan singo Barong
# Kesurupan
Dalam pementasan Jaranan sering terjadinya tawuran antara pemain dan penonton, karena banyak penonton yang melanggar aturan sperti bersiul, karena hal tersebut dapat mengganggu konsentrasi penari dan membuat roh leluhur pada jaranan marah.
== Ciri Khas Barongan di Kediri ==
[[Berkas:Era baru barongan karya bambang bangsal jaranan kediri.jpg|jmpl|312x312px|Barongan ciptaan Bambang Bangsal]]
Selama pementasan pada Jaranan Kediri menggunakan barongan lawasan yang notabenya berasal dari Tulungagung, maka dari itu Bambang yang seorang Seniman Reog Ponorogo di Bangsal Kediri membuat bentuk model barongan kreasi terbaru dengan beberapa sentuhan modern, seperti bentuk ujung mulut berbentuk huruf "M" atau bentuk "''Love"'' yang dikonteskan pada lomba pembuatan barongan kuda lumping dan menjadi Juara, sehingga menjadi suasana baru pada Jaranan di kediri dan menjadi acuan Barongan pada Jaranan Kediri pada saat ini.
== Hak cipta Jaranan Kediri ditolak ==
Pada tahun 2009 Pemerintah kab. Kediri pernah mengajukan Hak Cipta Paten ke [[Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia|kementrian Hukum dan Hak Asasi Manusia]] (Kemenkumham) bahwa Jaranan adalah kesenian kuda lumping asal Kediri, sebagai antisipasi kedepannya apabila kuda lumping diklaim Malaysia. Namun Permintaan tersebut di tolak pada tahun 2010 setelah melalui proses panjang, karena pada jaranan yang diajukan pemkab Kediri sendiri sebenarnya Jaranan tidak bisa dipatenkan karena memiliki banyak variasi gerakan di sejumlah daerah. Selain Kediri, kesenian ini juga ditemukan di Kabupaten Nganjuk, Blitar, Ponorogo dan Tulungagung, terlebih kesenian properti anyaman berbentuk kuda sudah dipatenkan dalam kesenian Reog .<ref>{{Cite news|last=.co|first=Tempo|date=16 Juni 2010|title=Pengajuan Hak Cipta Jaranan Kediri Ditolak|url=https://seleb.tempo.co/read/255710/pengajuan-hak-cipta-jaranan-kediri-ditolak|work=[[Tempo.co]]|access-date=31 mei 2021|language=id}}</ref>
Selain itu, persoalan kesenian kuda lumping di Malaysia telah selesai. Kuda Kepang merupakan kuda lumping yang di kenal di Malaysia di lestarikan oleh keturunan Jawa bagian Ponorogo, Bukan Jawa bagian Kediri.<ref>{{Cite journal|last=DJ|first=Arik|date=september 2014|title=HUBUNGAN KEBUDAYAAN INDONESIA DAN MALAYSIA : SEJARAH DAN PERKEMBANGAN REYOG PONOROGO KE BATU PAHAT, JOHOR|url=https://www.researchgate.net/publication/266470082_HUBUNGAN_KEBUDAYAAN_INDONESIA_DAN_MALAYSIA_SEJARAH_DAN_PERKEMBANGAN_REYOG_PONOROGO_KE_BATU_PAHAT_JOHOR|journal=HUBUNGAN KEBUDAYAAN INDONESIA DAN MALAYSIA : SEJARAH DAN PERKEMBANGAN REYOG PONOROGO KE BATU PAHAT, JOHOR}}</ref>
== Referensi ==
|