Piil Pesenggiri: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Yordansyah (bicara | kontrib)
Sikalongg (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
 
(29 revisi perantara oleh 13 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
'''Pi'il Pesenggiri''' (''Pasunggiri, Pusanggiri'') merupakan pandangan hidup dari masyarakat [[suku Lampung]]. Konsep dari arti ''Pi'il Pesenggiri'' dari satu individu dengan individu lainnya.<ref>{{Cite book|last=|first=|date=2018|url=https://wiki-indonesia.club/wiki/Berkas:Katalog_Warisan_Budaya_Takbenda_Indonesia_2018_(Buku_2).pdf|title=Katalog Warisan Budaya Takbenda Indonesia|location=Jakarta|publisher=Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya|isbn=|pages=79|url-status=live}}</ref>
'''Pi'il Pesenggiri''' (''Pasunggiri, Pusanggiri'') merupakan pandangan hidup dari masyarakat [[Suku Lampung]]. Kata '''Pi’il''' mengandung pengertian ''pendirian atau prinsip yang dipertahankan''. Dan kata '''Pesenggiri''' merupakan pelafalan Ulun Lampung terhadap peristiwa ''Pasunggiri dalam perang [[Majapahit]]-[[Kerajaan Bedahulu|Bedahulu]] pada tahun 1343''. Maka pengertian dari '''Pi’il Pesenggiri''' adalah ''sebuah pendirian atau prinsip yang dipertahankan mengacu pada peristiwa Pasunggiri dimasa Majapahit''. Pi’il Pesenggiri kemudian diwariskan dalam bentuk cerita nasehat dan ajaran pada sastra tradisional seperti berbagai jenis pantun masyarakat Lampung secara turun-temurun. Serta tertulis dalam kitab adat ''Kuntara Raja Niti'' yakni kitab adat yang digunakan oleh ''Sai Batin'' dan ''Punyimbang'' masyarakat Lampung yang telah ditulis pada era Majapahit.
 
''Pi'il Pesenggiri'' ini dijadikan sebagai landasan berpikir, bertindak dan berperilaku oleh masyarakat Lampung dimanapun mereka berada. ''Pi'il Pesenggiri'' terdapat nilai-nilai dan norma yang mengatur tata hidup masyarakat Lampung. ''Pi'il Pesenggiri'' ini terdapat nilai-nilai luhur dan hakiki yang menunjukkan kepribadian serta jati diri dari masyarakat Lampung, karena nilai-nilai luhur yang ada didalam falsafah hidup tersebut sesuai dengan kenyataan hidup masyarakat Lampung.<ref>{{Cite journal|last=syah|first=Iskandar|year=1999|title=AKTUALISASI PILL PESINGGIRI SEBAGAI FALSAFAH HIDUP MAHASISWA LAMPUNG DI TANAH RANTAU|url=http://ejournal.upi.edu/index.php/sosietas/article/view/14594|journal=SOSIETAS|volume=8|issue=2|pages=518|doi=}}</ref>
 
Terdapat beberapa aspek dalam piil pesenggiri yaitu bejuluk buadek (gelar kehormatan) nemui nyimah (ramah tamah dalam menyambut tamu), nengah nyappur (mudah berbaur dalam masyarakat), dan sakai sambayan (tolong menolong dan bergotong royong).<ref>{{Cite journal|last=Minandar|first=Camelia Arni|year=2018|title=AKTUALISASI PIIL PESENGGIRI SEBAGAI FALSAFAH HIDUP MAHASISWA LAMPUNG DI TANAH RANTAU|url=https://ejournal.upi.edu/index.php/sosietas/article/view/14594|journal=AKTUALISASI PIIL PESENGGIRI SEBAGAI FALSAFAH HIDUP MAHASISWA LAMPUNG DI TANAH RANTAU|volume=8|issue=2|pages=|doi=}}</ref>
 
'''Pi'ilKata Pesenggiri''' (''Pasunggiri, PusanggiriPi’il'') merupakan pandangan hidup dari masyarakat [[Suku Lampung]]. Kata '''Pi’il''' mengandung pengertian ''pendirian atau prinsip yang dipertahankan''., Dansedangkan kata '''''Pesenggiri''''' merupakan pelafalan [[Ulun Lampung]] terhadap peristiwa ''Pasunggiri'' dalam perang [[Majapahit]]-[[Kerajaan Bedahulu|Bedahulu]] pada tahun 1343''. Maka pengertian dari '''''Pi’il Pesenggiri''''' adalah ''sebuah pendirian atau prinsip yang dipertahankan mengacu pada peristiwa Pasunggiri dimasa Majapahit''. Pi’il Pesenggiri kemudian diwariskan dalam bentuk cerita nasehatnasihat dan ajaran pada sastra tradisional seperti berbagai jenis pantun masyarakat [[Lampung]] secara turun-temurun. Serta tertulis dalam kitabKitab adatAdat Pepadun ''Kuntara Raja Niti'' yakni kitab adat yang digunakan oleh ''Sai Batin'' dan ''Punyimbang'' masyarakat Lampung yang telah ditulis pada era Majapahit.
 
== Sejarah Pi'il Pesenggiri ==
Dalam upaya membantu penaklukan Mahapatih [[Majapahit]] [[Gajah Mada|Gajahmada]] terhadap kerajaan [[Kerajaan Bedahulu|Bedahulu]] [[Bali]]. Uparaja [[Adityawarman]] membawa 250015.000 pasukan menyerang Pulau Bali. Pasukan besar tersebut direkrut dari [[Kota Palembang|Palembang]] hingga [[Lampung]]. Pada mulanya penyerbuan dilakukan sebagaimana perang pada umumnya, yakni menggunakan kekerasan seluas-luasnya yang dinilai efektif dalam mengintimidasi dan menaklukan musuh. Namun perlawanan masyarakat Bali yang salah satunya dipimpin oleh ''Arya Pasunggiri'' sangatlah hebat, sehingga mampu menahan serangan [[Adityawarman]] beberapa hari. Maka ketika ''Arya Pasunggir''i menyerah kalah, [[Adityawarman]] tidak memberi ampun dan langsung membunuhnya. Peristiwa pembunuhan ''Arya Pasunggiri'' yang sudah menyerah namun tetap dibunuh membuat Ratu [[Majapahit]] [[Tribhuwana Wijayatunggadewi]] marah.
 
''Peristiwa Passungiri'' membuat [[Gajah Mada|Gajahmada]] akhirnya merubah strategi perang penaklukan [[Kerajaan Bedahulu|Bedahulu]] [[Bali]], melalui jalan diplomasi. Dengan pendekatan-pendekatan kultural, dialogis dan bermartabat, pada akhirnya [[Kerajaan Bedahulu|Bedahulu]] dapat ditaklukan dan kemudian menjadi bagian dari [[Majapahit]]. Strategi diplomasi [[Mahapatih Majapahit]] [[Gajah Mada|Gajahmada]] dalam menaklukan Bedahulu Bali tersebut menjadi perhatian bagi para prajurit pasukan Sumatera Selatan. Yang sebagian besar diantara merupakan para pelajar dan pendidik dari mandala pengetahuan Budha warisan masa [[Sriwijaya]]. Strategi diplomasi tersebut dibawa kembali ke Sumatera Selatan dalam bentuk pengetahuan, yang kemudian diajarkan secara turun-temurun dalam bentuk sastra tradisional dan kitab adat Lampung pepadun.<ref>http://repository.radenintan.ac.id/3439/22/BAB%20%20II-Acc.pdf</ref> Pada akhirnya strategi diplomasi menjadi ajaran luhur dan prinsip hidup bagi masyarakat [[Lampung]].
 
== Pokok Ajaran ==
Baris 10 ⟶ 16:
# '''Pesenggiri''', mengandung ajaran: Tidak mudah menyerah, tidak mengenal takut dan pantang mundur dalam menghadapi tantangan yang datang didalam kehidupan. Keberanian adalah merupakan bagian dari harga diri.
# '''Juluk-Adok''', mengandung ajaran: Selalu menggunakan nama-nama panggilan yang baik terhadap diri sendiri maupun orang lain. Panggilan yang baik bukan saja membuat orang lain terhormat, tetapi juga menunjukan diri yang bermartabat.
#'''Nemuy-Nyimah''', mengandung ajaran: Senang berkunjung dan dikunjungi dengan sikap yang ramah dan pemurah. Berkunjung dan dikunjungi bagian dari sikap saling menghormati.
#'''Nengah-Nyappur''', mengandung ajaran: Selalu bergaul ditengah masyarakat. Memperluas hubungan persahabatan dan kekeluargaan dengan semua orang.
#'''Sakay-Sambayan''', mengandung ajaran: Senang tolong-menolong dan bergotong-royong dalam hubungan persaudaraan dan kekeluargaan. Sehingga persoalan bersama dapat diselesaikan pula secara bersama-sama.
 
== Piil Pesenggiri dalam Pantun ==
Terdapat pesan nasihat dan ajaran Pi'il Pesenggiri pada pantun tradisional (adi-adi) masyarakat Lampung seperti berikut ini:
 
'''Tandani ulun Lampung, wat piil-pusanggiri'''
 
''Cirinya orang Lampung, memiliki Piil Pesenggiri''
 
'''Mulia heno sehitung, wat liom ghega dighi'''
 
''Kehormatan selalu diperhitungkan, memiliki malu dan harga diri''
 
'''Juluk-adok gham pegung, nemui-nyimah muaghi'''
 
''Juluk-Adok kita pegang, Nemuy Nyimah persaudaraan''
 
'''Nengah-nyampugh mak ngungkung, Sakai-Sambaian gawi'''
 
''Nengah-Nyappur tidak menutup diri, Sakay Sambayan dikerjakan''
 
== Piil Pesesnggiri dalam Kitab Adat ==
Pada pasal 23 Kitab Kuntara Raja Niti dinyatakan prinsip Pi’il Pesenggiri dalam lapisan masyarakat
 
''Raja piilnya wanita, lemah lembut terhadap masyarakat''
 
''Punyimbang piilnya gadis, selalu berupaya mendapatkan kecintaan dan kekaguman masyarakat''
 
''Ibu Rumah piilnya bahan makanan dan biaya hidangan''
'''Piil Pesinggiri''' merupakan pandangan hidup atau [[adat]] yang di pakai oleh orang [[Lampung]] atau [[masyarakat]] Lampung sebagai pandangan hidup. Kata Piil bersumber dari [[Bahasa Arab]] yang berarti perilaku dan Pesinggiri yang berarti bermoral tinggi, berjiwa besar, tahu diri, tahu hak dan kewajiban.
 
''Anak lelaki piilnya berhati-hati dalam bicara''
Unsur piil pesinggiri adalah :
 
''Anak perempuan piilnya menjaga perilaku dan kehormatan''
# Juluk-Adek, yang bermakna senantiasa menjaga nama baik dalam wujud perilaku di kehidupan bermasyarakat sehari-hari
# Nemui-Nyimah, yang bermakna memilki rasa kepedulian sosial dengan sesama serta setia kawan.
# Nengah-Nyampur, yang bermakna menyelesaikan sesuatu dengan musyawarah mufakat dan dengan penuh rsa tanggung jawab.
# Sakai Sambayan, yang bermakna saling tolong menolong dan saling menghargai antara satu sama lain.
# Tittie-Gemattie, yang bermakna bersikap sopan santun dan mengutamakan kebaikan
 
== Referensi ==
Nilai-nilai piil pesinggiri merupakan pandangan atau aturan sebagai [[undang-undang]] tidak hanya sekedar berupa pemikiran atau [[konsep]], melainkan sebagai sistem [[nilai]] yang dirujuk dan diinternalisasi oleh masyarakat. Hal penting dan signifikan dari piil pesinggiri yang sejajar dengan konsep kehormatan dan harga diri yang sangat penting, karena memiliki kesucian, prestise, kemuliaan dan keagungan (''sacred, prestige, radiance, glory, presence'').
 
* Masyarakat dan [[Adat]] [[Budaya]] [[Lampung]]. [[Hilman Hadikusuma]]. Bandar Madju [[Bandung]]. 1989
== Catatan Kaki ==
*[[Adat]] [[Istiadat]] [[Daerah]] [[Lampung]]. [[Hilman Hadikusuma]] dkk. [[Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Lampung]]. [[1977]]
<references />
*[[Kitab Adat Kuntara Raja Niti]]
*[[Babad Arya Tabanan]]
*[[Kidung Pamacangah]]
 
[[Kategori:Kebuadyaan indonesiaLampung]]
[[Kategori:Sejarah Lampung]]
[[Kategori:Budaya Lampung]]
[[Kategori:Warisan budaya takbenda Indonesia]]
[[Kategori:Pariwisata di Indonesia]]
[[Kategori:Pariwisata di Sumatra]]
[[Kategori:Pariwisata di Lampung]]
[[Kategori:Tempat wisata di Lampung]]