Gelombang Korea: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k →Film Korea: wave |
Rescuing 16 sources and tagging 0 as dead.) #IABot (v2.0.9.5 |
||
(21 revisi perantara oleh 10 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{Infobox East Asian name
| img = 2014 K-Pop Night Out at SXSW, Hyuna.JPG
| caption = Pertunjukan [[K-pop]] di [[Texas]], [[Amerika Serikat]].
| title =
| koreanname = Bahasa Korea
| hangul = 한류
| hanja = 韓流
| rr = Hallyu<ref name="Romanization of Korean">{{cite web|title=Romanization of Korean|url=http://www.korean.go.kr/eng/roman/roman.jsp|publisher=The National Institute of the Korean Language|accessdate=14 Februari 2013|archive-date=2014-11-04|archive-url=https://web.archive.org/web/20141104002629/http://www.korean.go.kr/eng/roman/roman.jsp|dead-url=yes}}</ref>
| mr = Hallyu
| chinesename = Bahasa Tionghoa
| tradchi = 韓流
| simpchi = 韩流
| pinyin = Hánliú
| japanesename = Bahasa Jepang
| kanji = 韓流
| revhep = Kanryū/Hanryū
}}
'''
|last =
|first =
Baris 27:
|doi =
|id =ISBN 978-89-7375-153-2 03910
|pages =46-53}}</ref> Umumnya
== Awal mula ==
[[Berkas:Four Asian Tigers.svg|kiri|jmpl|[[Empat Macan Asia]]; [[Hong Kong]], [[Singapura]], [[Taiwan]], dan [[Korea Selatan]].]]
Kegemaran akan budaya pop Korea dimulai di [[
Gelombang Korea meliputi kesadaran global akan berbagai aspek
''[https://
[https://martinroll.com/resources/articles/asia/korean-wave-hallyu-the-rise-of-koreas-cultural-economy-pop-culture/#:~:text=Hallyu%20is%20a%20Chinese%20term,just%20to%20name%20a%20few.
Selama dua dekade terakhir, [[Korea Selatan]] menjadi sangat kaya dan sangat [https://martinroll.com/resources/articles/asia/korean-wave-hallyu-the-rise-of-koreas-cultural-economy-pop-culture/#:~:text=Hallyu%20is%20a%20Chinese%20term,just%20to%20name%20a%20few. futuristik.] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20210719043214/https://martinroll.com/resources/articles/asia/korean-wave-hallyu-the-rise-of-koreas-cultural-economy-pop-culture/#:~:text=Hallyu%20is%20a%20Chinese%20term,just%20to%20name%20a%20few. |date=2021-07-19 }} Pada tahun 1965, PDB per kapita Korea lebih rendah dari Ghana. Saat ini, Korea Selatan adalah ekonomi terbesar ke-12 di dunia.
Ilmuwan politik Amerika [[Joseph Nye]] menginterpretasikan Gelombang Korea sebagai "semakin populernya segala hal mengenai Korea, mulai dari fesyen dan film hingga musik dan masakan."<ref>{{cite web|last=Nye|first=Joseph|title=South Korea's Growing Soft Power|url=http://belfercenter.ksg.harvard.edu/publication/19694/south_koreas_growing_soft_power.html|publisher=[[Harvard University]]|accessdate=4 March 2013|quote=Indeed, the late 1990s saw the rise of "Hallyu", or "the Korean Wave" — the growing popularity of all things Korean, from fashion and film to music and cuisine.|archive-date=2013-07-06|archive-url=https://web.archive.org/web/20130706101306/http://belfercenter.ksg.harvard.edu/publication/19694/south_koreas_growing_soft_power.html|dead-url=yes}}</ref>
Pemerintah [[Korea]] sendiri sangat mendukung dan memiliki peran dalam mewabahnya [[Halloumi|hallyu.]] Dukungan tersebut diwujudkan dengan menghindarkan diri dari gempuran industri hiburan dari barat. Hal ini menjadikan orang korea sendirilah yang harus menciptakan produk-produk media massanya sendiri. Selain itu dukungan dari pemerintah juga diwujudkan melalui berbagai acara kesenian seperti festival-festival film dan musik bertaraf internasional.<ref
== Drama Korea ==
{{Main|Drama Korea}}
''Drama Korea'' merupakan penyebab dari mulainya Hallyu di berbagai negara.<ref name="koreanculture"/> Warga [[Korea Selatan]] suka menonton [[drama]] dan [[film]] dan mendengar [[musik]].<ref name="koreanculture"/> Perusahaan TV Korea mengeluarkan biaya besar untuk memproduksi drama dan beberapa di antaranya yang mencetak kesuksesan, diekspor ke luar negeri.<ref name="koreanculture"/> Drama televisi yang memicu Hallyu antara lain, ''[[Winter Sonata]]'', ''[[Dae Jang Geum]]'', ''[[Stairway to Heaven (drama)|Stairway to Heaven]]'', ''[[Beautiful Days (serial TV)|Beautiful Days]]'' dan ''[[Hotelier (serial TV)|Hotelier]]''.<ref name="koreanculture"/>
'''Asal Usul Hallyu'''
Media populer di wilayah tersebut mengaitkan asal-usul [[Hallyangmu|Hallyu]] dengan beberapa film dan drama TV yang dirilis pada tahun 1999. [[Sirius|“Swiri]]”, sebuah film yang menginspirasi tentang spionase Korea Utara / Korea Selatan yang dirilis pada tahun 1999, membuat Hallyu menjadi sorotan publik. karena menjadi sangat sukses di negara-negara Asia Tenggara. Disusul dengan drama berjudul "[[Autumn in My Heart|Autumn in my heart"]] pada tahun 2000 yang mempertahankan kegembiraan yang diciptakan oleh Swiri. Ini diikuti oleh [[My Sassy Girl (serial TV)|"My Sassy girl"]] pada tahun 2001 dan "[[Winter Sonata
Meskipun ini adalah wajah publik [[Hallu|Hallyu,]] asal-usul sebenarnya lebih jauh ke masa lalu. Lima faktor utama berkontribusi besar pada evolusi gelombang Korea:
Mencabut larangan bepergian ke luar negeri untuk warga Korea lokal: Mungkin faktor terpenting yang akhirnya memberi jalan bagi [[Hallu|Hallyu,]] adalah keputusan Pemerintah Korea pada awal 1990-an untuk mencabut larangan perjalanan asing bagi warga Korea. Ini memberi jalan bagi sejumlah orang [[Korea]] untuk menjelajahi dunia barat, terutama AS dan Eropa. Banyak yang mengejar pendidikan mereka di negara-negara ini dan yang lainnya memulai
Restrukturisasi [[Chaebol|chaebo]]<nowiki/>l Korea: Pada saat yang sama dengan pencabutan larangan, Asia (dan Korea) mengalami krisis keuangan Asia yang parah pada tahun 1997-98. Krisis keuangan Asia adalah badai hebat dari hutang buruk, kepanikan di antara pemberi pinjaman dan tantangan ekonomi regional. Pada Desember 1997, pemerintah Korea mengambil pinjaman sebesar USD 97 miliar dari IMF (Dana Moneter Internasional). Mereka akhirnya hanya menggunakan USD 19,5 miliar, dan pinjaman tersebut dilunasi pada tahun 2001 tiga tahun sebelum jadwal. Korea telah menjadi negara miskin hanya beberapa tahun sebelum krisis keuangan Asia, dan mengalahkan kemiskinan adalah sesuatu yang telah dipelajari negara tersebut dengan susah payah. Oleh karena itu, semua tindakan digunakan untuk membayar kembali pinjaman dan kembali ke jalur yang tepat dalam waktu singkat.<ref>{{Cite journal|last=Ignatius Roni Setyawan|first=Anthony Ghozali Dan|date=2019-08-02|title=Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Struktur Modal Pada Perusahaan Makanan Dan Minuman Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Pada Tahun 2008 -2015|url=http://dx.doi.org/10.24912/jmbk.v2i1.4807|journal=Jurnal Manajemen Bisnis dan Kewirausahaan|volume=2|issue=1|doi=10.24912/jmbk.v2i1.4807|issn=2598-0289|access-date=2021-04-24|archive-date=2023-07-29|archive-url=https://web.archive.org/web/20230729230642/https://journal.untar.ac.id/index.php/jmbk/article/view/4807|dead-url=no}}</ref>
Alur ceritanya yang kuat, genre yang bervariasi dan juga akting dari para pemeran yang dapat dengan mudah menangis secara natural menyebabkan banyak penduduk [[Asia]] yang melihat drama [[Korea]] menjadi terenyuh hatinya. Selain itu, cerita yang ditampilkan sesuai dengan budaya masyarakat [[Asia]] pada umumnya, konsep mengenai cinta sejati, pengorbanan, dan konsep kehidupan lain yang tergambar dalam drama Korea tidak bertentangan terlalu jauh dengan konsep kehidupan yang ada pada masyarakat Asia pada umumnya. Faktor-faktor tersebut menjadikan drama Korea lebih mengena bagi masyarakat [[Asia]] dibandingkan dengan drama dari Barat.<ref
== Film Korea ==
Baris 70:
''Film Korea'', bersama [[drama]] TV dan [[musik pop]], merupakan produk utama Hallyu yang dinikmati tidak hanya di dalam negeri, namun juga di berbagai negara. Pada awalnya, [[Drama televisi Jepang|film Jepang]] dan [[film Hongkong]] serta film-film [[Taiwan]] mendominasi [[bioskop]] di [[Asia]], namun dengan kehadiran Hallyu, mulai tersaingi oleh film Korea.<ref name="koreanculture"/> Film produksi Korea Selatan dikenal karena alur ceritanya yang kuat dan genre yang bervariasi sehingga menarik banyak penonton.<ref name="koreanculture"/>
Krisis membuat Korea memiliki masalah citra yang serius, karena banyak pemangku kepentingan global masih percaya bahwa Korea dalam kondisi yang buruk, sehingga negara tersebut kehilangan investasi asing langsung, kekurangan pariwisata, dan menghadapi skeptisisme global. Untuk mengatasi ini, presiden baru [[Kim Dae-Jung]] dan kepala agens [https://martinroll.com/resources/articles/asia/korean-wave-hallyu-the-rise-of-koreas-cultural-economy-pop-culture/#:~:text=Hallyu%20is%20a%20Chinese%20term,just%20to%20name%20a%20few. i PR global Korea] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20210719043214/https://martinroll.com/resources/articles/asia/korean-wave-hallyu-the-rise-of-koreas-cultural-economy-pop-culture/#:~:text=Hallyu%20is%20a%20Chinese%20term,just%20to%20name%20a%20few. |date=2021-07-19 }} Edelman bersama-sama menulis buku [https://martinroll.com/resources/articles/asia/korean-wave-hallyu-the-rise-of-koreas-cultural-economy-pop-culture/#:~:text=Hallyu%20is%20a%20Chinese%20term,just%20to%20name%20a%20few. "Korea: On Course - dan Terbuka untuk Bisnis"]
Salah satu konsekuensi terbesar dari krisis di Korea adalah pengaruhnya terhadap [[chaebol]] Korea. [[Chaebol]] Korea adalah konglomerat yang sangat terdiversifikasi yang beroperasi di setiap sektor ekonomi dari pembuatan chip hingga kapal. [[Krisis keuangan Asia]] memaksa para chaebol ini untuk merestrukturisasi model bisnis mereka dengan mendivestasikan banyak unit bisnis mereka dan berkonsentrasi pada kompetensi inti mereka. Hal ini pada gilirannya membuka pasar secara internal dan memberi pemain kecil lainnya peluang besar untuk terjun ke berbagai bisnis. Lebih banyak wirausahawan muncul dari krisis yang didorong oleh peluang. Korea menyadari bahwa itu bergantung pada [[chaebol]] - jika mereka gagal, negara itu akan gagal. Presiden [[Kim Dae-Jung]] mendorong teknologi informasi dan budaya populer sebagai dua pendorong utama untuk masa depan Korea. Teknologi akan menciptakan industri baru di atas manufaktur tradisional yang menjadi andalan Korea sejak ia keluar dari kemiskinan dan menjadi industri, dan [[budaya populer]] dapat menjadi produk ekspor penting yang bernilai miliaran dolar - sementara itu akan membantu mengubah citra Korea.<ref
Samsung adalah salah satu [[chaebol]] Korea yang paling terkemuka, dan implikasi dari krisis 1997-98 melahirkan dorongan yang meningkat untuk internasionalisasi oleh perusahaan dan pemiliknya saat mereka mencari pertumbuhan baru di luar Korea. Samsung dan kebangkitannya sejak saat itu telah menjadi contoh yang menonjol tentang bagaimana perusahaan-perusahaan Korea memperoleh keuntungan dari kepentingan global tentang apa itu Korea dan apa yang ditawarkan negara itu.<ref
== Pengaruh Hallyu di Indonesia ==
Baris 101:
Berbagai stasiun televisi Indonesia mulai menayangkan drama produksi [[Korea Selatan]] setelah [[RCTI]] yang mempelopori pemutaran drama ''[[Endless Love]]'' ''([[Autumn in My Heart]])''.<ref name="bintang hallyu2"/> Para sineas drama di Korea mulai menyadari daya jual drama Korea sangat tinggi di negara-negara tetangganya sehingga produksi serial mereka menjadi komoditas [[ekspor]].<ref name="bintang hallyu2"/> Puncaknya terjadi saat serial ''[[Winter Sonata]]'' diputar di [[Jepang]], [[Republik Rakyat Tiongkok|Tiongkok]], [[Taiwan]] dan [[Asia Tenggara]].<ref name="bintang hallyu2"/> Sejak saat itu istilah "Hallyu" atau "demam Korea" muncul.<ref name="bintang hallyu2"/>
Dari tahun 2002-2005 drama-drama Korea yang populer di Asia termasuk Indonesia antara lain ''Endless Love'', ''[[Winter Sonata]]'', ''[[Love Story in Harvard]]'', ''[[Glass Slippers]]'', ''[[Stairway to Heaven (serial TV)|Stairway to Heaven]]'', ''[[All In (serial TV)|All In]]'', ''[[Hotelier (serial TV)|Hotelier]]'', ''[[Something Happened in Bali]]'', dan ''[[I'm Sorry, I Love You]]'' yang merupakan serial drama melankolis.<ref name="bintang hallyu2"/> Drama komedi romantis muncul berikutnya, antara lain ''[[Full House (serial TV 2004)|Full House]]'', ''[[Sassy Girl Chun Hyang]]'', ''[[Lovers in Paris]]'', ''[[Princess Hours]]'', ''[[My Lovely Sam Soon]]'', ''[[My Girl (
Rupanya wabah dari ''hallyu'' atau gelombang Korea ini kemudian berdampak pada [[pariwisata]]. Lokasi syuting drama Korea yang terkenal menjadi objek pariwisata yang digemari para turis untuk dikunjungi. Tentu dengan semakin banyak turis yang mendatangi Korea selain berimplikasi terhadap bertambahnya [[devisa]] negara juga dapat sekaligus lebih mendekatkan secara emosional antara Korea dengan turis. Akan lebih banyak orang yang merasa dekat dengan negara Korea dan pelan-pelan akan memunculkan rasa ''sense of belonging''.
Baris 113:
* [[Drama Korea]]
* [[K-pop]]
* [[K-beauty]]
* [[Manhwa]] & [[Webtoon]]
Baris 121 ⟶ 122:
{{Commons category}}
{{Wiktionary}}
* [http://www.iias.nl/nl/42/IIAS_NL42_15.pdf Critical article by Roald Maliangkay on the recent development of the Wave] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20070614134434/http://www.iias.nl/nl/42/IIAS_NL42_15.pdf |date=2007-06-14 }}
* [http://news.bbc.co.uk/1/hi/business/1646903.stm "'Korean Wave' Piracy Hits Music Industry"] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20070823213734/http://news.bbc.co.uk/1/hi/business/1646903.stm |date=2007-08-23 }}, BBC, 9 November 2001.
* [http://www.iht.com/articles/2006/01/02/news/korea.php "A rising Korean wave: If Seoul sells it, China craves it"] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20060104092326/http://www.iht.com/articles/2006/01/02/news/korea.php |date=2006-01-04 }}, The [[International Herald Tribune]], 10 Januari 2006.
* [http://www.koreacontent.org Korean Culture & Content Agency] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20040808020704/http://koreacontent.org/ |date=2004-08-08 }}
* Shim Doo Bo, [http://mcs.sagepub.com/content/28/1/25.full.pdf Hybridity and the rise of Korean pop culture in Asia] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20160107105623/http://mcs.sagepub.com/content/28/1/25.full.pdf |date=2016-01-07 }}, ''Media, Culture and Society'', Januari 2006, Vol. 28, no. 1, pp. 25–44.
{{Senibudaya Korea}}
|