Soetan Noeralamsjah: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan |
OrophinBot (bicara | kontrib) |
||
(76 revisi perantara oleh 8 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{COI}}
{{Infobox person
| name = Soetan Noeralamsjah
| image =
| birth_date = {{Birth date|1900|04|21}}
| birth_place = [[Bonjol|Bondjol]], [[Sumatera Barat]]
| death_date = {{Death date and age|1970|09|06|1900|04|21}}
| death_place = [[Jakarta Selatan]], [[DKI Jakarta Raya]]
| nationality =
| occupation = Hoofd Djaksa Militer
| title = [[Mayor Jenderal]] [[Tituler]]
| mother = Siti Rabiah
| father =
| relatives = {{ubl|[[Soetan Sjahrir]] (adik)|[[Soetan Sjahsam]] (adik)|[[Roehana Koeddoes]] (kakak tiri)|[[A. N. Alcaff]] (besan)}}
| spouse = {{ubl|Boelan Ros'aidah|Siti Noertjahja|Siti Aminah}}
| children = {{ubl|Zoeraida Tobri|Iskandar Alamsyah|Djohor Maligan Alamsyah|[[Chandra Alamsyah (Tuan Tengah)]]|Sjahrazad (Monchu) Alamsjah<ref>https://www.geni.com/people/Soetan-Noer-Alamsjah/5475061265770083991</ref>}}
}}
'''Soetan Noeralamsjah''' ([[EBI]]: ''Sutan Nuralamsyah''; {{lahirmati|[[Bonjol|Bondjol]], [[Pasaman]], [[Sumatera Barat]]|21|4|1900|[[Jakarta]]|6|9|1970}}) adalah seorang jaksa dan politikus [[Partai Indonesia Raya]] (Parindra).
== Kehidupan awal ==
Noeralamsjah lahir di Bonjol, Sumatera Barat pada 21 April 1900. Ia adalah anak pertama dari tujuh bersaudara pasangan [[Mohammad Rasjad Gelar Maharadja Soetan]] bin Soetan Leman Palindih.<ref>{{Cite book|last=Salam|first=Solichin|date=1990|url=https://books.google.com/books?id=fogeAAAAMAAJ&newbks=0&printsec=frontcover&dq=%22Noer+alamsjah%22&q=%22Noer+alamsjah%22&hl=en|title=Sjahrir: wajah seorang diplomat|publisher=Pusat Studi dan Penelitian Islam|language=id}}</ref> Salah seorang adiknya adalah [[Soetan Sjahrir]], yang kelak menjabat sebagai [[Perdana Menteri Indonesia]] pertama. Noeralamsjah sempat mengenyam pendidikan di [[School tot Opleiding van Indische Artsen]] (STOVIA''',''' kini Kedokteran Universitas Indonesia), tetapi tidak tamat.
== Politik ==
Noeralamsjah aktif memperjuangkan pandangan politiknya di Parindra. Di partai tersebut, ia duduk dalam kepengurusan wilayah di [[Keresidenan Sumatra Timur|Sumatra Timur]] bersama S. M. Tarigan dan [[Luat Siregar]].<ref>https://www.delpher.nl/nl/tijdschriften/view?identifier=MMKITLV3:002244001:00009&query=Noeralamsjah+&coll=dts&rowid=2</ref><ref>{{Cite book|last=Reid|first=Anthony|date=2014-03-17|url=https://books.google.com/books?id=DCWIBgAAQBAJ&newbks=0&printsec=frontcover&pg=PA77&dq=%22Noer+alamsjah%22+%22parindra%22&hl=en|title=The Blood of the People: Revolution and the End of Traditional Rule in Northern Sumatra|publisher=NUS Press|isbn=978-9971-69-637-5|language=en}}</ref><ref>https://docplayer.info/60076051-Sejarah-partai-politik-di-pematang-siantar-history-of-political-parties-in-siantar.html</ref>
Pada awal 1934, ketika Sjahrir dan Hatta ditangkap, Noeralamsjah kembali ke Medan dengan "tugas yang diberikan pimpinan pusat untuk mempropagandakan tujuan pimpinan". Pada 1934, ia menjadi Ketua Pendidikan Cabang Medan. Ia dilaporkan sebagai salah seorang yang menandatangani surat Oktober 1934 yang menyatakan keluhan cabang Pendidikan Sumatra tentang cara-cara diktator pimpinan pusat di Jawa.<ref name=":0">{{Cite book|last=Mrázek|first=Rudolf|date=1996|url=https://books.google.com/books?id=W85uAAAAMAAJ&newbks=0&printsec=frontcover&dq=%22cabang+Pendidikan+Sumatra+tentang+cara-cara+diktator%22&q=%22cabang+Pendidikan+Sumatra+tentang+cara-cara+diktator%22&hl=en|title=Sjahrir: politik dan pengasingan di Indonesia|publisher=Yayasan Obor Indonesia|isbn=978-979-461-231-6|language=id}}</ref>
Di tengah-tengah laporan polisi tentang perselisihan yang meningkat dalam Pendidikan Cabang Medan, Noer Alamsjah pada Agustus 1936 berhenti sebagai ketua cabang.<ref name=":0" />
Pada Maret 1937, ia mengumumkan pencalonannya untuk Gemeenteraad (Dewan Kota) Medan. Ia menang dan dilaporkan duduk dalam dewan menjelang bulan Mei.
Pada Agustus 1937, ia menjadi Wakil Ketua Parindra di Medan.<ref name=":0" /> Selain itu, ia tercatat sebagai pendiri cabang dan ranting Parindra di [[Natal, Mandailing Natal|Natal]], [[Mandailing Natal]] (Ranah Nata) pada 1939.
== Jaksa ==
Setelah bebas
Sekian lama sidang berjalan, Bupati Tapanuli Selatan belum menentukan ketetapan atas penyelesaian peristiwa tersebut, akibatnya roda pemerintahan tidak berlajalan dengan baik, ditambah dengan situasi yang semakin genting akibat adanya [[Agresi Militer Belanda II]] pada 18 Desember 1948. Sementara itu, hubungan dengan ibu kota kabupaten sempat terputus akibat Kota Padangsidempuan diduduki oleh Belanda sejak tanggal 12 Januari 1949.
== Masa PDRI ==
Untuk mengatasi situasi kekosongan kekuasaan, maka pemuka masyarakat dan pemimpin-pemimpin ranting yang ada di Kota Nata bersama dengan pemuka adat serta alim ulama menyepakati pembentukan Dewan Pertahanan Kewedanaan Dinagari Nata dan Batangnata pada 15 Januari 1949. Dewan ini diketuai oleh Soetan Noeralamsjah dengan wakilnya Kepolisian Dinagari Nata. Adapun Kepala Staf dipegang oleh Soetan Oesman Sridewa dengan wakilnya Teuku Zainal Abidin Tasya dan Tayanuddin. Sebagai penasehat adalah Soetan Dur Muhayatsjah, H. Abdul Aziz, dan Taufik Dahlan dari ranting [[Masyumi]].
Dewan Pertahanan mengadakan kontak langsung dengan perwakilan [[Pemerintah Darurat Republik Indonesia]] (PDRI) yang berkedudukan di [[Muara Sipongi, Mandailing Natal|Muara Sipongi]], perbatasan Sumatera Utara dengan Sumatea Barat. Pada
== Kematian ==
Noeralamsjah wafat pada tanggal 6 September 1970 dalam usia 70 tahun, dan dimakamkan di Komplek Militer TNI-AL Pangkalan Jati, Jakarta Selatan. Ia mendapat penghargaan dari Pemerintah Republik Indonesia sebagai Pahlawan Pejuang Perintis Kemerdekaan RI.
== Referensi ==
<references />
[[Kategori:Tokoh Minangkabau]]
[[Kategori:Pejuang kemerdekaan Indonesia]]
[[Kategori:Politikus Indonesia]]
[[Kategori:Tokoh dari Pasaman]]
▲Pada tahun 1939, Soetan Noeralamsjah berkunjung ke Ranah Nata untuk mendirikan cabang dan ranting Parindra. Dikarenakan secara terang-terangan menyatakan antipati kolonial, antipati kaum kapitalisme, dan menuntut hak-hak kemerdekaan Nasional, maka atas putusan Pemerintah Hindia Belanda, Ia tidak diijinkan untuk memasuki wilayah Sumatra Barat. Tetapi Soetan Noeralamsjah tetap bersikukuh untuk berangkat ke Padang Panjang, Sumatera Barat, secara sembunyi-sembunyi, dan dibantu oleh beberapa kawannya untuk mengelabui tentara kolonial. Namun keberadaan tempatnya bersembunyi, pada akhirnya pun tercium juga oleh intelijen Belanda. Soetan Noeralamsjah ditangkap di Bukittinggi oleh Pemerintahan Belanda, dan dijatuhi hukuman kurungan selama tiga bulan penjara karena melanggar larangan berpergian.
[[Kategori:Jaksa Indonesia]]
▲Setelah bebas dan tugasnya selesai, Soetan Noeralamsjah mendapat panggilan dari [[Pemerintah (PDRIan Darurat Republik Indonesia|'''Pemerintah''' '''(PDRIan Darurat Republik Indonesia)''']], Ia diangkat sebagai Jaksa Agung Muda dan merangkap sebagai Wakil Jaksa Militer dengan pangkat Mayor Jenderal Tituler. Pada tahun 1943, Kewedanaan Nata dan Batangnata bersatu dengan dipimpin oleh Wedana Hidayatsjah Tuanku Mudo. Pada masa ini terjadi perebutan kekuasaan oleh Sutan Syaiful Manan (tokoh ulama Ranah Nata), sehingga Radja Djundjungan selaku Bupati Tapanuli Selatan mengadili mereka di Padangsidempuan.
▲Pada tanggal 21 April 1949, Dewan Pertahanan dibubarkan. Soetan Noeralamsjah meninggalkan Nata untuk bertemu dengan Mr. Syarifuddin Prawiranegara yang ketika itu menjabat Ketua Pemerintah Darurat Republik Indonesia (PDRI) yang bermarkas di Kota Raja Banda Aceh.
|