Kawasan Karst Maros-Pangkep: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
HsfBot (bicara | kontrib)
k Bot: obyek → objek (bentuk baku)
 
(9 revisi perantara oleh 3 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{Geobox|
| name=Kawasan Karst Maros-Pangkep
| other_name=
| image=
| image_size=
| image_caption=
| country =[[Indonesia]]
| state2 = [[Sulawesi Selatan]]
| state3 = [[Kabupaten Maros]] & [[Kabupaten Pangkep]]
| state4 =
| state5 =
| state6 =
| state7 =
| state8 =
| length_imperial=
| length_round=
| length_orientation=
| highest=Gunung Bulusaraung
| highest_elevation_imperial=1353
| highest_lat_d=
| highest_long_d=
| geology= [[Karst]] / [[Batu kapur]] / [[Batu gamping]]
| geology1=
| period=
| map=
| map_size=
| map_caption=
}}
{{Infobox protected area
| name = Kawasan Karst Maros-Pangkep
| alt_name =
| iucn_category =
| photo = Berkas:Hutan Kars Rammang-rammang3.jpg
| photo_alt = Kawasan Karst Maros-Pangkep
| photo_caption = Seorang petani menanam padi disekitar Kawasan Karst Maros-Pangkep di [[Salenrang, Bontoa, Maros|Desa Salenrang]], [[Kabupaten Maros]].
| photo_caption =
| photo_width = 250px
| map = Sulawesi_Topography
| relief =
| map_alt = Kawasan Karst Maros-Pangkep
| map_caption = Lokasi di Sulawesi
| map_width = 250px
| location = [[Kabupaten Maros]] dan [[Kabupaten Pangkep]], [[Sulawesi Selatan]], [[Indonesia]]
| area ={{convert|46200|ha|km2|}}
| nearest_city = [[Turikale (kota)|Kota Turikale]]{{br}}[[Pangkajene, Pangkajene dan Kepulauan|Kota Pangkajene]]{{br}}[[Kota Makassar]]
| coordinates = 04°42'49"S 119°55'13"E
| coords_ref = <ref name=":55"/>
|label_position = right
|lat_d = 04
|lat_m = 42
|lat_s = 49
|lat_NS = S
|long_d = 119
|long_m = 55
|long_s = 13
|long_EW = E
|region = INA
| established =
| visitation_year =
| governing_body = Badan Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Sulawesi Selatan
| world_heritage_site =
| url =
}}
[[Berkas:Jokes with friend in bulusaraung.jpg|jmpl|ka|[[Lanskap]] dari puncak Gunung Bulusaraung 1.353 [[mdpl]], titik tertinggi di Kawasan Karst Maros-Pangkep, [[Tompo Bulu, Balocci, Pangkajene dan Kepulauan|Desa Tompo Bulu]], [[Kabupaten Pangkep]] (Bagian 1)]]
[[Berkas:Final destination in bulusaraung.jpg|jmpl|ka|[[Lanskap]] dari puncak Gunung Bulusaraung 1.353 [[mdpl]], titik tertinggi di Kawasan Karst Maros-Pangkep, [[Tompo Bulu, Balocci, Pangkajene dan Kepulauan|Desa Tompo Bulu]], [[Kabupaten Pangkep]] (Bagian 2)]]
'''Kawasan Karst Maros-Pangkep''' (disingkat '''KKMP''') adalah sebuah kawasan [[karst]] yang terletak secara administratif di dua kabupaten di [[Provinsi]] [[Sulawesi Selatan]], yakni [[Kabupaten Maros]] dan [[Kabupaten Pangkep]]. Kawasan ini merupakan sebuah rangkaian [[pegunungan]] atau [[perbukitan]] [[karst]] yang berada di utara [[Maros]] dan selatan [[Pangkep]], [[Sulawesi Selatan]], [[Indonesia]]. Titik tertinggi Kawasan Karst Maros-Pangkep berada di puncak Gunung Bulusaraung yang berada di ketinggian 1.353 [[mdpl]]. Kawasan ini memiliki luas ± 46.200 [[hektare|ha]] atau 462 km².<ref name=":55"/> Wilayah seluas ± 22.800 [[hektare|ha]] pada kawasan ini masuk kedalam wilayah [[Taman Nasional Bantimurung-Bulusaraung]] ([[Taman Nasional Bantimurung-Bulusaraung|TN Babul]]) yang memiliki jumlah luas ± 43.750 [[hektare|ha]].<ref name=":55"/> Dengan luas tersebut, Kawasan Karst Maros-Pangkep menjadi kawasan karst terluas di [[Indonesia]] dan terluas kedua di dunia setelah karst yang ada di [[Guangzhou]], [[Cina]]. KKMP memiliki tipe tower karst sejenis di Cina Selatan & Vietnam, KKMP selain dimanfaatkan sebagai bahan galian untuk bahan bangunan & bahan baku semen, dimanfaatkan nilai jasa lingkungannya (''environmental services'') seperti sumberdaya air, keanekaragaman hayati, keunikan bentang alam, objek wisata alam, situs arkeologi, dan areal peribadatan
 
Indonesia memiliki potensi bentang alam karst sekitar 154.000 km² atau sekitar 0,08% dari luas daratan Indonesia. Sulawesi Selatan memiliki kawasan karst yang tersebar di beberapa wilayah kabupatennya. Namun yang paling terkenal adalah kawasan karst yang terletak di [[Kabupaten Maros]] dan [[Kabupaten Pangkep]]. Kawasan Karst Maros-Pangkep (KKMP) merupakan yang terbesar dan terindah kedua di dunia setelah kawasan karst di Cina. Keunikan kawasan karst Maros Pangkep yang tidak terdapat pada kawasan-kawasan karst lainnya di Indonesia karena mempunyai bentang alam yang unik dan khas yang biasa disebut menara karst (tower karst). Di kawasan itu, bukit-bukit kapur menjulang tinggi dengan tebing yang menantang. Bahkan bersama kawasankarst di Pegunungan Sewu, kawasan karst Maros-Pangkep diusulkan sebagai situs warisan budaya dunia (World Heritage) kepada UNESCO. Namun sayangnya kawasan karst Maros-Pangkep belum dapat menjadi situs warisan budaya dunia. Untunglah saat ini, sebagian besar kawasan karst Maros-Pangkep telah ditetapkan menjadi taman nasional dan telah menjadi satu-satunya kawasan taman nasional karst di Indonesia.<ref name=":55">{{Cite book|last1=Ahmad|first1=Amran|last2=A. Siady Hamzah|first2=|date=2016|url=http://ksdae.menlhk.go.id/assets/publikasi/Laporan_Karst_Lengkap1.pdf|title=Database Karst Sulawesi Selatan 2016|location=Makassar|publisher=Badan Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Sulawesi Selatan|isbn=|pages=1-2|url-status=live}}</ref>
'''Karst Maros-Pangkep''' adalah sebuah kawasan [[karst]] yang terletak di [[Sulawesi Selatan]] dengan luas 400 km².<ref name=cnntravel>{{cite news|url=https://edition.cnn.com/travel/article/sulawesi-world-oldest-art/index.html|title=In South Sulawesi, Indonesia, find some of the world's oldest cave art|author=Sutcliffe, Theodora|date=23 Mei 2016|accessdate=23 Desember 2019|work=CNN Travel}}</ref>
 
Indonesia memiliki potensi bentang alam karst sekitar 154.000 km² atau sekitar 0,08% dari luas daratan Indonesia. Sulawesi Selatan memiliki kawasan karst yang tersebar di beberapa wilayah kabupatennya. Namun yang paling terkenal adalah kawasan karst yang terletak di [[Kabupaten Maros]] dan [[Kabupaten Pangkep]]. Kawasan Karst Maros-Pangkep (KKMP) merupakan yang terbesar dan terindah kedua di dunia setelah kawasan karst di Cina. Keunikan kawasan karst Maros Pangkep yang tidak terdapat pada kawasan-kawasan karst lainnya di Indonesia karena mempunyai bentang alam yang unik dan khas yang biasa disebut menara karst (tower karst). Di kawasan itu, bukit-bukit kapur menjulang tinggi dengan tebing yang menantang. Bahkan bersama kawasankarst di Pegunungan Sewu, kawasan karst Maros-Pangkep diusulkan sebagai situs warisan budaya dunia (World Heritage) kepada UNESCO. Namun sayangnya kawasan karst Maros-Pangkep belum dapat menjadi situs warisan budaya dunia. Untunglah saat ini, sebagian besar kawasan karst Maros-Pangkep telah ditetapkan menjadi taman nasional dan telah menjadi satu-satunya kawasan taman nasional karst di Indonesia.<ref name=":55">{{Cite book|last1=Ahmad|first1=Amran|last2=A. Siady Hamzah|first2=|date=2016|url=http://ksdae.menlhk.go.id/assets/publikasi/Laporan_Karst_Lengkap1.pdf|title=Database Karst Sulawesi Selatan 2016|location=Makassar|publisher=Badan Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Sulawesi Selatan|isbn=|pages=1-2|url-status=live}}</ref>
 
Informasi yang tersedia mengenai kawasan Karst Maros-Pangkep di Sulawesi Selatan dianggap paling lengkap mengenai data kawasan karst. Tentunya karena kawasan tersebut statusnya sudah menjadi [[taman nasional]]. Ekosistem karst yang memiliki banyak nilai, membuat banyak sektor yang berkepentingan membuat kebijakan dalam pengelolaan yang terkadang tarik ulur dan berseberangan dengan sektor yang lain. Selain itu, karena tingginya kebutuhan untuk bahan bangunan, membuat kawasan karst menjadi sangat rentan untuk ditambang. Untuk melindungi dan melestarikan kawasan karst, diperlukan informasi yang cukup mengenai kawasan karst yang ada.<ref name=":55"/>
Baris 32 ⟶ 71:
Kawasan karst Maros-Pangkep terbentang seluas 43.750 [[hektare|ha]] yang terdiri dari areal penambangan seluas 20.000 [[hektare|ha]] dan 23.750 [[hektare|ha]] lainnya menjadi bagian dari 43.750 [[hektare|ha]] kawasan konservasi [[Taman Nasional Bantimurung-Bulusaraung]]. Pembagian tersebut dilakukan karena pada saat akan diusulkan menjadi taman nasional, di kawasan ini sudah banyak perusahaan yang mendapat izin melakukan kegiatan penambangan, diantaranya PT Semen Bosowa Maros, PT Semen Tonasa Pangkep, dan puluhan perusahaan lain yang menambang marmer dan batu kapur. Penambangan yang dilakukan di kawasan Karst Maros-Pangkep ini merupakan ancaman terhadap ekosistem dan kelestarian situs gua prasejarah dan tinggalan budaya prasejarah yang tersimpan di dalamnya. Salah satu aspek ekosistem yang terancam adalah ketersediaan air tanah di sekitar kawasan karst. Dari tinjauan hidrologis, daerah karst berpotensi sebagai wadah cadangan air. Hal ini terlihat pada beberapa gua yang di dalamnya terdapat sungai bawah tanah. Disamping itu, di kawasan ini dijumpai sejumlah sumber air berupa sungai besar dan sebagian bermuara di [[Air Terjun Bantimurung]]. Selain dikhawatirkan mengancam ketersediaan air, aktivitas penambangan juga dikhawatirkan dapat menghilangkan bukti-bukti sejarah karena gua-gua tersebut menyimpan sejumlah artefak sisa peradaban manusia masa prasejarah.<ref name=":56">{{Cite book|last=Tim Direktori Maros-Pangkep|date=2007|url=http://repositori.kemdikbud.go.id/7773/1/DIREKTORI%20POTENSI%20WISATA%20BUDAYA%20DI%20KAWASAN%20KARST%20MAROS%20PANGKEP%20SUL%20SEL.pdf|title=Direktori Potensi Wisata Budaya Di Kawasan Karst Maros-Pangkep Sulawesi Selatan Indonesia|location=Makassar|publisher=Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Makassar|isbn=978-979-17021-0-2|pages=31-33|url-status=live}}</ref>
 
Kawasan Karst Maros-Pangkep yang berada di areal [[Taman Nasional Bantimurung-Bulusaraung]] merupakan kawasan karst terluas di [[Indonesia]] dan terluas kedua di dunia setelah di [[Cina]]. Kawasan ini sudah ditunjuk sebagai kawasan [[Taman Nasional]] melalui Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 398/Menhut/11/2004, tanggal 18 Oktober 2004, tentang Perubahan Fungsi Cagar Alam, Taman Wisata Alam, Hutan Lindung, Hutan Produksi Terbatas, dan Hutan Produksi Tetap menjadi [[Taman Nasional Bantimurung-Bulusaraung]] di [[Kabupaten Maros]] dan [[Kabupaten Pangkep]], Provinsi Sulawesi Selatan, seluas ± 43.750 [[hektare|ha]]. Kawasan tersebut sebelumnya terdiri dari kawasan Cagar Alam seluas ± 10.282,65 [[hektare|ha]], Taman Wisata Alam seluas ± 1.624,25 [[hektare|ha]], Hutan Lindung seluas ± 21.343,10 [[hektare|ha]], Hutan Produksi Terbatas seluas ± 145 [[hektare|ha]] dan Hutan Produksi Tetap seluas ± 10.355 [[hektare|ha]].<ref name=":56"/>
 
== Sejarah kawasan ==
# Agustus–Oktober 1857, Alfred Russel Wallace (Naturalis asal Inggris) melakukan eksplorasi di Maros dan mempublikasikannya dalam buku “The Malay Archipelago”.
# 1902-1903, Fritz Sarasin dan Paul Sarasin (Naturalis dan Etnolog asal Swiss) melakukan kajian prasejarah di gua-gua di Maros dan mempublikasikannya dalam buku Reisen in Celebes: Ausgefhrt in Den Jahren 1893-1896 Und 1902-1903;
# 1970–1980, di Kawasan Karst Maros-Pangkep telah ditunjuk/ditetapkan 5 kawasan konservasi seluas ± 11.906,9 ha, yaitu TWA Bantimurung, TWA Gua Pattunuang, CA Bantimurung, CA Karaenta, dan CA Bulusaraung;
# 1989, Kantor Wilayah Departemen Kehutanan Sulawesi Selatan mengusulkan '''Taman Nasional Hasanuddin''';
# 1993, Kongres XI International Union of Speleology merekomendasikan Kawasan Karst Maros-Pangkep sebagai '''Warisan Dunia''';
# 1995, NCP (''National Conservation Plan'') memuat calon '''Taman Nasional Hasanuddin''' seluas 86.682 ha;
# 1997, Seminar Lingkungan Karst PSL-[[Unhas]] merekomendasikan perlindungan Kawasan Karst Maros-Pangkep;
# 1999, Unit KSDA Sulsel I & Unhas melaksanakan penilaian potensi calon '''Taman Nasional Hasanuddin''';
# Mei 2001, The Asia-Pasific Forum on Karst Ecosystems and World Heritage merekomendasi konservasi Kawasan Karst Maros-Pangkep.
# 12–13 November 2001, Bapedal Regional III menyelenggarakan Simposium Karst Maros-Pangkep merekomendasikan Kawasan Karst Maros-Pangkep sebagai [[Taman Nasional]] maupun '''''World Heritage Site''''';
# 2002, Dalam rangka perubahan fungsi kawasan hutan, Tim Terpadu dibentuk oleh Pemprov Sulsel;
# 2002-2004, Tim terpadu melaksanakan tugasnya sampai dengan terbitnya rekomendasi dari Bupati, DPRD & Gubernur
# 18 Oktober 2004, Menteri Kehutanan menerbitkan keputusan Nomor: SK.398/Menhut-II/2004 tentang Perubahan Fungsi Kawasan Hutan pada Kelompok Hutan Bantimurung Bulusaraung seluas ± 43.750 ha terdiri dari Cagar Alam seluas ± 10.282,65 ha, Taman Wisata Alam seluas ± 1.624,25 ha, Hutan Lindung seluas ± 21.343,10 ha, Hutan Produksi Terbatas seluas ± 145 ha, dan Hutan Produksi Tetap seluas ± 10.335 ha yang terletak di Kabupaten Maros dan Pangkep, Provinsi Sulawesi Selatan menjadi Taman Nasional Bantimurung-Bulusaraung.
 
== Geologi ==
Baris 42 ⟶ 96:
# '''Ralla Area''', [[Barru]] berupa [[batugamping]], napal
 
== BagianSebagian TN Babul ==
Penunjukan sebagian kawasan Karst Maros-Pangkep dan kawasan Hutan Pegunungan Bulusaraung menjadi taman nasional melalui proses yang cukup panjang. Proses tersebut dimulai pada tahun 1993 oleh desakan UNESCO kepada Pemerintah Indonesia untuk segera melindungi ekosistem karst melalui penetapan kawasan konservasi, untuk selanjutnya diusulkan menjadi Situs Warisan Dunia (World Heritage Site). Kawasan Karst Maros -Pangkep memiliki keistimewaan dibandingkan dengan kawasan karst lainnya, diantaranya:
* Membentang sepanjang dua wilayah administratif kabupaten, yaitu[[Kabupaten Maros]] dan [[Kabupaten Pangkep]];
Baris 53 ⟶ 107:
* Memiliki biodiversitas tertinggi se-Asia Tropika;
* Diusulkan untuk menjadi "natural world heritage" (warisan alam dunia) sejak tahun 1998.<ref name=":56"/>
 
== Lihat pula ==
* [[Taman Nasional Bantimurung-Bulusaraung]]
* [[Taman Bumi Maros-Pangkep|Geopark Nasional Maros-Pangkep]]
* [[Kabupaten Maros]]
* [[Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan]]
 
== Referensi ==
Baris 64 ⟶ 124:
[[Kategori:Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan]]
[[Kategori:Karst]]
 
{{Commonscat|Maros-Pangkep Karst Area|Kawasan Karst Maros-Pangkep}}