Soetan Noeralamsjah: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Nobelalamsyah (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
OrophinBot (bicara | kontrib)
 
(50 revisi perantara oleh 8 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{COI}}
[[Berkas:Soetan Noeralamsjah.jpg|jmpl|436x436px|{{Infobox person
{{Infobox person
| name = Soetan Noeralamsjah
| image =
| birth_date = {{Birth date|1900|04|21}}
| birth_place = [[Bonjol|Bondjol]], [[Sumatera Barat]]
| death_date = {{Death date and age|1970|09|06|1900|04|21}}
| death_place = [[Jakarta Selatan]], [[DKI Jakarta Raya]]
| nationality = Indonesia{{IDN}}
| occupation = Hoofd Djaksa Militer
| title = [[Mayor Jenderal]] [[Tituler]]
| mother = Siti Rabiah
| father = Mohamad[[Mohammad Rasjad Gelar Maharadja Soetan]]
| relatives = {{ubl|[[Soetan Sjahrir]] (adik)|[[Soetan Sjahsam]] (adik)|[[Roehana Koeddoes]] (kakak tiri)|[[A. N. Alcaff]] (besan)}}
}}]]
| spouse = {{ubl|Boelan Ros'aidah|Siti Noertjahja|Siti Aminah}}
'''Soetan Noeralamsjah''' adalah kakak kandung tertua '''[[Sutan_Syahrir|Soetan Sjahrir]]''', '''[[Daftar_Perdana_Menteri_Indonesia|Perdana Menteri RI ke-I]]''' Periode 14 November 1945 hingga 20 Juni 1947. Soetan Noeralamsjah lahir di Bondjol, Sumatra Barat pada tanggal 21 April 1900. Ayahnya bernama Mohammad Rasjad Gelar Maharadja Soetan bin Soetan Leman Palindih, dan Ibunya bernama Siti Rabiah. Semasa mudanya, Pendidikan '''[[School_tot_Opleiding_van_Indische_Artsen|STOVIA]]''' Batavia (Sekarang Kedokteran UI) tidak sampai Ia tamatkan di Jakarta.
| children = {{ubl|Zoeraida Tobri|Iskandar Alamsyah|Djohor Maligan Alamsyah|[[Chandra Alamsyah (Tuan Tengah)]]|Sjahrazad (Monchu) Alamsjah<ref>https://www.geni.com/people/Soetan-Noer-Alamsjah/5475061265770083991</ref>}}
[[Berkas:Soetan Noeralamsjah 04.jpg|pus|jmpl|Soetan Noeralamsjah bin Mohamad Rasjad Gelar Maharadja Soetan|320x320px]]
}}]]
'''Soetan Noeralamsjah''' ([[EBI]]: ''Sutan Nuralamsyah''; {{lahirmati|[[Bonjol|Bondjol]], [[Pasaman]], [[Sumatera Barat]]|21|4|1900|[[Jakarta]]|6|9|1970}}) adalah seorang jaksa dan politikus [[Partai Indonesia Raya]] (Parindra).
 
== LatarKehidupan Belakangawal ==
[[Berkas:Soetan Noeralamsjah 03.jpg|480x480px|alt=|
 
Noeralamsjah lahir di Bonjol, Sumatera Barat pada 21 April 1900. Ia adalah anak pertama dari tujuh bersaudara pasangan [[Mohammad Rasjad Gelar Maharadja Soetan]] bin Soetan Leman Palindih.<ref>{{Cite book|last=Salam|first=Solichin|date=1990|url=https://books.google.com/books?id=fogeAAAAMAAJ&newbks=0&printsec=frontcover&dq=%22Noer+alamsjah%22&q=%22Noer+alamsjah%22&hl=en|title=Sjahrir: wajah seorang diplomat|publisher=Pusat Studi dan Penelitian Islam|language=id}}</ref> Salah seorang adiknya adalah [[Soetan Sjahrir]], yang kelak menjabat sebagai [[Perdana Menteri Indonesia]] pertama. Noeralamsjah sempat mengenyam pendidikan di [[School tot Opleiding van Indische Artsen]] (STOVIA''',''' kini Kedokteran Universitas Indonesia), tetapi tidak tamat.
Soetan Noeralamsjah, Soetan Sjahrir, dan bersama adik-adiknya|jmpl|kiri]]Pada tahun 1939, Soetan Noeralamsjah berkunjung ke Ranah Nata untuk mendirikan cabang dan ranting Parindra. Dikarenakan secara terang-terangan menyatakan antipati kolonial, antipati kaum kapitalisme, dan menuntut hak-hak kemerdekaan Nasional, maka atas putusan Pemerintah Hindia Belanda, Ia tidak diijinkan untuk memasuki wilayah Sumatra Barat. Tetapi Soetan Noeralamsjah tetap bersikukuh untuk berangkat ke Padang Panjang, Sumatera Barat, secara sembunyi-sembunyi, dan dibantu oleh beberapa kawannya untuk mengelabui tentara kolonial. Namun keberadaan tempatnya bersembunyi, pada akhirnya pun tercium juga oleh intelijen Belanda. Soetan Noeralamsjah ditangkap di Bukittinggi oleh Pemerintahan Belanda, dan dijatuhi hukuman kurungan selama tiga bulan penjara karena melanggar larangan berpergian. Setelah bebas dan tugasnya selesai, Soetan Noeralamsjah mendapat panggilan dari Pemerintah Pusat. Ia diangkat sebagai Jaksa Agung Muda dan merangkap sebagai Wakil Jaksa Militer dengan pangkat Mayor Jenderal Tituler. Pada tahun 1943, Kewedanaan Nata dan Batangnata bersatu dengan dipimpin oleh Wedana Hidayatsjah Tuanku Mudo. Pada masa ini terjadi perebutan kekuasaan oleh Sutan Syaiful Manan (tokoh ulama Ranah Nata), sehingga Radja Djundjungan selaku Bupati Tapanuli Selatan mengadili mereka di Padangsidempuan.[[Berkas:Soetan Noeralamsjah 02.jpg|480x480px|jmpl|Soetan Noeralamsjah, duduk kedua dari kanan. Semasa menjabat sebagai Hoofd Djaksa.|kiri]]Sekian lama sidang berjalan, Bupati belum juga menentukan ketetapan atas penyelesaian peristiwa tersebut, akibatnya Kewedanaan tidak dapat melaksanakan tugas-tugasnya, ditambah dengan situasi yang semakin genting akibat adanya Agresi Militer Belanda ke-II pada tanggal 18 Desember 1948. Untuk mengatasi situasi kekosongan kekuasaan (Vacum of Power) yang semakin darurat, maka pemuka masyarakat dan pemimpin-pemimpin ranting yang ada di Kota Nata bersama dengan pemuka adat serta alim ulama sepakat untuk bermusyawarah, dan hasilnya adalah terbentuklah Dewan Pertahanan Kewedanaan Dinagari Nata.
 
== Politik ==
Dewan Pertahanan Kewedanaan Dinagari Nata dan Batangnata dibentuk dan diketuai oleh Soetan Noeralamsjah dengan wakilnya Kepolisian Dinagari Nata. Sementara Kepala Staf dipegang oleh Soetan Oesman Sridewa dengan wakilnya Teuku Zainal Abidin Tasya dan Tayanuddin. Sebagai penasehat adalah Soetan Dur Muhayatsjah, H.Abdul Aziz, dan Taufik Dahlan dari ranting Masyumi. Dewan Pertahanan ini berdiri pada tanggal 15 Januari 1949. Hubungan dengan ibu kota kabupaten sempat terputus akibat kota Padangsidempuan diduduki oleh Belanda sejak tanggal 12 Januari 1949, maka Dewan Pertahanan mengadakan kontak langsung dengan Perwakilan [[Pemerintahan Darurat Republik Indonesia|'''Pemerintah Darurat Republik Indonesia (PDRI)''']] yang berkedudukan di Muara Sipongi perbatasan Sumatera Utara dengan Sumatera Barat. Pada waktu itu tentara agresor Belanda telah sampai ke sekitar kota panyabungan dalam aksinya Agresi Militer Belanda ke-II.
Pada tanggal 21 April 1949, Dewan Pertahanan dibubarkan. Soetan Noeralamsjah meninggalkan Nata untuk bertemu dengan Mr. Syarifuddin Prawiranegara yang ketika itu menjabat Ketua Pemerintah Darurat Republik Indonesia (PDRI) yang bermarkas di Kota Raja Banda Aceh.
*
 
Noeralamsjah aktif memperjuangkan pandangan politiknya di Parindra. Di partai tersebut, ia duduk dalam kepengurusan wilayah di [[Keresidenan Sumatra Timur|Sumatra Timur]] bersama S. M. Tarigan dan [[Luat Siregar]].<ref>https://www.delpher.nl/nl/tijdschriften/view?identifier=MMKITLV3:002244001:00009&query=Noeralamsjah+&coll=dts&rowid=2</ref><ref>{{Cite book|last=Reid|first=Anthony|date=2014-03-17|url=https://books.google.com/books?id=DCWIBgAAQBAJ&newbks=0&printsec=frontcover&pg=PA77&dq=%22Noer+alamsjah%22+%22parindra%22&hl=en|title=The Blood of the People: Revolution and the End of Traditional Rule in Northern Sumatra|publisher=NUS Press|isbn=978-9971-69-637-5|language=en}}</ref><ref>https://docplayer.info/60076051-Sejarah-partai-politik-di-pematang-siantar-history-of-political-parties-in-siantar.html</ref>
Soetan Noeralamsjah mendapat penghargaan dari Pemerintah Republik Indonesia sebagai Pahlawan Pejuang Perintis Kemerdekaan RI. Soetan Noeralamsjah wafat pada tanggal 6 September 1970 diusianya yang ke 70 tahun, dan dimakamkan di Komplek Militer TNI-AL Pangkalan Jati, Jakarta Selatan.
 
Pada awal 1934, ketika Sjahrir dan Hatta ditangkap, Noeralamsjah kembali ke Medan dengan "tugas yang diberikan pimpinan pusat untuk mempropagandakan tujuan pimpinan". Pada 1934, ia menjadi Ketua Pendidikan Cabang Medan. Ia dilaporkan sebagai salah seorang yang menandatangani surat Oktober 1934 yang menyatakan keluhan cabang Pendidikan Sumatra tentang cara-cara diktator pimpinan pusat di Jawa.<ref name=":0">{{Cite book|last=Mrázek|first=Rudolf|date=1996|url=https://books.google.com/books?id=W85uAAAAMAAJ&newbks=0&printsec=frontcover&dq=%22cabang+Pendidikan+Sumatra+tentang+cara-cara+diktator%22&q=%22cabang+Pendidikan+Sumatra+tentang+cara-cara+diktator%22&hl=en|title=Sjahrir: politik dan pengasingan di Indonesia|publisher=Yayasan Obor Indonesia|isbn=978-979-461-231-6|language=id}}</ref>
 
Di tengah-tengah laporan polisi tentang perselisihan yang meningkat dalam Pendidikan Cabang Medan, Noer Alamsjah pada Agustus 1936 berhenti sebagai ketua cabang.<ref name=":0" />
 
Pada Maret 1937, ia mengumumkan pencalonannya untuk Gemeenteraad (Dewan Kota) Medan. Ia menang dan dilaporkan duduk dalam dewan menjelang bulan Mei.
 
Pada Agustus 1937, ia menjadi Wakil Ketua Parindra di Medan.<ref name=":0" /> Selain itu, ia tercatat sebagai pendiri cabang dan ranting Parindra di [[Natal, Mandailing Natal|Natal]], [[Mandailing Natal]] (Ranah Nata) pada 1939.
 
Noeralamsjah menyatakan perlawanannya terhadap kolonialisme dan menuntut hak-hak kemerdekaan. Sikapnya ini membuat ia tidak diizinkan memasuki wilayah Sumatera Barat oleh pemerintah Hindia Belanda. Meski demikian, Soetan Noeralamsjah tetap bersikukuh untuk berangkat ke [[Padang Panjang]] secara sembunyi-sembunyi, dan dibantu oleh beberapa kawannya untuk mengelabui tentara kolonial. Namun keberadaan tempatnya bersembunyi pada akhirnya tercium oleh intelijen Belanda. Soetan Noeralamsjah ditangkap di [[Bukittinggi]] oleh Pemerintahan Belanda, dan dijatuhi hukuman kurungan selama tiga bulan penjara karena melanggar larangan berpergian.
 
== Jaksa ==
Setelah bebas dari penjara, Soetan Noeralamsjah mendapat panggilan dari pemerintah pusat. Ia diangkat sebagai Jaksa Agung Muda merangkap Wakil Jaksa Militer dengan pangkat Mayor Jenderal Tituler. Pada 1943, Kewedanaan Nata dan Batangnata bersatu di bawah pimpinan Hidayatsjah Tuanku Mudo. Pada masa ini, terjadi perebutan kekuasaan oleh Sutan Syaiful Manan (tokoh ulama Ranah Nata), sehingga [[Raja Junjungan Lubis|Radja Djundjungan]] selaku [[Bupati Tapanuli Selatan]] mengadili mereka di [[Padangsidempuan]].
 
Sekian lama sidang berjalan, Bupati Tapanuli Selatan belum menentukan ketetapan atas penyelesaian peristiwa tersebut, akibatnya roda pemerintahan tidak berlajalan dengan baik, ditambah dengan situasi yang semakin genting akibat adanya [[Agresi Militer Belanda II]] pada 18 Desember 1948. Sementara itu, hubungan dengan ibu kota kabupaten sempat terputus akibat Kota Padangsidempuan diduduki oleh Belanda sejak tanggal 12 Januari 1949.
 
== Masa PDRI ==
Untuk mengatasi situasi kekosongan kekuasaan, maka pemuka masyarakat dan pemimpin-pemimpin ranting yang ada di Kota Nata bersama dengan pemuka adat serta alim ulama menyepakati pembentukan Dewan Pertahanan Kewedanaan Dinagari Nata dan Batangnata pada 15 Januari 1949. Dewan ini diketuai oleh Soetan Noeralamsjah dengan wakilnya Kepolisian Dinagari Nata. Adapun Kepala Staf dipegang oleh Soetan Oesman Sridewa dengan wakilnya Teuku Zainal Abidin Tasya dan Tayanuddin. Sebagai penasehat adalah Soetan Dur Muhayatsjah, H. Abdul Aziz, dan Taufik Dahlan dari ranting [[Masyumi]].
 
Dewan Pertahanan mengadakan kontak langsung dengan perwakilan [[Pemerintah Darurat Republik Indonesia]] (PDRI) yang berkedudukan di [[Muara Sipongi, Mandailing Natal|Muara Sipongi]], perbatasan Sumatera Utara dengan Sumatea Barat. Pada tanggalwaktu itu, tentara agresor Belanda telah sampai ke sekitar Panyabungan. Pada 21 April 1949, Dewan Pertahanan Kewedanan dibubarkan. Soetan Noeralamsjah meninggalkan Nata untuk bertemu dengan Mr. Syarifuddin[[Syafruddin Prawiranegara]] yang ketika itu menjabat Ketua Pemerintah Darurat Republik Indonesia (PDRI) yang bermarkas di Kota Raja[[Kotaraja]] [[Banda Aceh]].
 
== Kematian ==
Noeralamsjah wafat pada tanggal 6 September 1970 dalam usia 70 tahun, dan dimakamkan di Komplek Militer TNI-AL Pangkalan Jati, Jakarta Selatan. Ia mendapat penghargaan dari Pemerintah Republik Indonesia sebagai Pahlawan Pejuang Perintis Kemerdekaan RI.
 
== Referensi ==
<references />
 
[[Kategori:Tokoh Minangkabau]]
[[Kategori:Pejuang kemerdekaan Indonesia]]
[[Kategori:Politikus Indonesia]]
[[Kategori:Tokoh dari Pasaman]]
[[Kategori:Jaksa Indonesia]]