Nirwan Dewanto: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Zaar Dinn (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
Tidak ada ringkasan suntingan
 
(18 revisi perantara oleh 7 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 6:
|birth_name =
|birth_date = {{Birth date and age|df=yes|1961|09|28}}
|birth_place = [[Surabaya]], [[Jawa Timur]], [[Indonesia]]
|years_active=[[1991]]-sekarang
|death_date = <!-- {{Death date and age|df=yes|YYYY|MM|DD|YYYY|MM|DD}} (death date then birth date) -->
|death_place =
|nationality = Indonesia
|Spouse = [[Nyak Ina Raseuki]]
|occupation = Penyair, Aktor, Kurator
|religion = Islam{{sfn|Tribun 2012, Aktor Romo Soegija}}
|known_for = Menulis
|occupation = Penyair
|alma_mater = [[Institut Teknologi Bandung]]
}}
'''Nirwan Dewanto''' ({{lahirmati|[[Surabaya]], [[Jawa Timur]], Indonesia|28|9|1961}}) adalah seorang [[budayawan]] terkemuka yang dikenal sebagai [[kurator]] dan pelaku [[seni rupa]], [[penyair]], penulis [[esai]] [[kritik sastra]], [[aktor]], dan [[Aktivis sosial|aktivis]] yang berasal dari [[Indonesia]]. Ia adalah penerima Penghargaan [[Achmad Bakrie]] XVIII 2022 untuk kategori Sastra.<ref>{{Cite news|last=Widya|first=Arianti|date=2022-08-15|title=Achmad Bakrie Award Significant for Indonesian Culture|url=https://www.viva.co.id/english/1509590-achmad-bakrie-award-significant-for-indonesian-culture|work=[[VIVA.co.id]]|language=id|access-date=2022-09-07}}</ref><ref>{{Cite web|last=epicentrum|title=Nirwan Dewanto: Keluarga Bakrie Sudah Mengawal PAB ini selama 20 tahun dengan Argumen yang Tepat dan Terang Benderang|url=https://epicentrum.co.id/read/diskursus/10963/nirwan-dewanto-keluarga-bakrie-sudah-mengawal-pab-ini-selama-20-tahun-dengan-argumen-yang-tepat-dan-terang-benderang|website=epicentrum|language=en|access-date=2022-09-07}}</ref>
'''Nirwan Dewanto''' ({{lahirmati|[[Surabaya]], [[Jawa Timur]], Indonesia|28|9|1961}}) adalah seorang [[sastrawan|sastrawan, kurator]] dan [[aktor]] berkebangsaan [[Indonesia]]. Dia juga dikenal karena perannya sebagai [[Albertus Soegijapranata]] dalam film ''biopik'' ''[[Soegija]]'' yang disutradarai [[Garin Nugroho]], tahun [[2012]].
 
Tahun 2018, Dewanto menerima ''[[The S.E.A. Write Award]]'' untuk buku kumpulan esai ''Satu Setengah Mata-Mata'' (2016).<ref>{{Cite web|last=Pusat Pembinaan Bahasa dan Sastra|title=The S.E.A. Write Award|url=https://rumahpusbin.kemdikbud.go.id/penghargaan/penghargaan8_detail.php?id=247|website=Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa|access-date=2022-09-16}}</ref> Tahun 2018, ''Buku Jingga'' (2018) terpilih sebagai fiksi terbaik oleh [[Tempo (majalah Indonesia)|majalah Tempo.]] Sebelumnya, ia juga menerima Penghargaan Sastra [[Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa|Badan Bahasa]] 2014 untuk buku ''Buli-Buli Lima Kaki.''<ref>{{Cite web|date=2014-10-30|title=Tiga Sastrawan Dapat Penghargaan Badan Bahasa|url=https://www.inilah.com/tiga-sastrawan-dapat-penghargaan-badan-bahasa|website=Inilah.com|language=id-ID|access-date=2022-09-16}}</ref> Tahun 2011, buku ''Buli-Buli Lima Kaki'' (2010) memenangkan [[Kusala Sastra Khatulistiwa]] kategori puisi. Tahun 2008, buku kumpulan puisinya, ''Jantung Ratu Lebah,'' memenangkan [[Kusala Sastra Khatulistiwa]]. {{sfn|Hermawan and Messakh 2008, Ayu Utami}}
== Biografi ==
Nirwan dilahirkan di [[Surabaya]], [[Jawa Timur]], pada tanggal [[28]]&nbsp;[[September]] [[1961]]. Saat masih di [[SMA]] dia sudah menulis [[puisi]]; karya-karyanya diterbitkan di majalah antara lain ''Kuncung'' dan ''[[Kartini (majalah)|Kartini]]''. Nirwan kuliah di [[Institut Teknologi Bandung]] di [[Bandung]], [[Jawa Barat]], dari tahun [[1980]] sampai 1987. Setelah meraih gelar [[Sarjana]] [[Geologi]], kemudian dia berpindah ke [[Jakarta]].{{sfn|Eneste|2001|p=165}}{{sfn|Kompas 2012, Nirwan Dewanto}}
 
Saat ini, Dewanto aktif di [[Komunitas Salihara]], yang didirikannya bersama jurnalis pendiri [[Tempo (majalah Indonesia)|majalah mingguan Tempo]] dan sastrawan [[Goenawan Mohamad|Goenawan Mohammad]], jurnalis dan novelis [[Ayu Utami]], musisi [[Tony Prabowo]], dan lain-lain. Ia adalah redaktur sastra untuk [[Koran Tempo]] selama 14 tahun sejak mula media itu terbit tahun 2001; media cetak ini menghentikan penerbitannya dengan edisi terakhir pada 31 Desember 2020, mengacu pada perubahan perilaku pembaca surat kabar serta meningkatnya jumlah pelanggan ''Koran Tempo'' versi digital.<ref>{{Cite news|last2=Paskalis|first2=Yohanes|year=2020|title=TRANSFORMASI DARI KERTAS KE LAYAR|url=https://koran.tempo.co/read/ekonomi-dan-bisnis/461242/transformasi-dari-kertas-ke-layar|work=[[Tempo.co]]|access-date=5 January 2021|last3=Efri R.|first=Rosseno|last=Aji|language=id}}</ref>
Pada tahun [[1991]] Nirwan menjadi pembicara di Konferensi Budaya Nasional. Dia kemudian lebih dikenal untuk banyak membicarakan soal budaya.{{sfn|Kompas 2012, Nirwan Dewanto}} Nirwan pernah menjadi satu redaktur majalah sastra ''Horison'' periode tahun 1990-an'','' saat susunan dewan redaksi diketuai oleh sastrawan [[Goenawan Mohamad]]. Nirwan menjadi redaktur majalah ''Kalam'' saat diluncurkan pada bulan [[Februari]] [[1994]], bersama [[sastrawan]] [[Goenawan Mohamad]].{{sfn|Tempo 1994, Jurnal Angker}} Pada tahun [[1996]] Nirwan menerbitkan koleksi [[esai]] yang diberi judul ''Senjakala Kebudayaan''.{{sfn|Eneste|2001|p=165}} Dua dekade sejak dikemukakan, kelemahan ''Kebudayaan Indonesia: Pandangan 1991'' dibongkar oleh Putri Karyani, blogger [[Kompasiana]], yang menolak premis [[Pascamodernisme|pascamodernis]] Nirwan mengenai posisi sains dalam kebudayaan.<ref><!-- Pernyataan-pernyataan tersebut seakan-akan ilmu sains di-Judge negatif disini. Apakah kita tidak menyadari bahwa sebenarnya ilmu budaya sendiri adalah dasar dari segala ilmu? Budaya – termasuk bahasa – sangat memilikiperan penting dalam hal ini. Bayangkan, tanpa adanya bahasa, bagaimana kita bisa mengolah berbagai macam ilmu pengetahuan? Tentu tanpa adanya bahasa, kita menjadi bisu dan buta. Jadi, mengapa sains di-judge seperti itu? Tiada yang menekan maupun ditekan dalam hal ini. Justru harusnya hal semacam ini dapat melebarkan peran budaya, sehingga bisa menjadi ilmu sains yang berbudaya. Setiap cabang ilmu pengetahuan saling terkait dan saling membutuhkan satu sama lain, dan tentunya memiliki peran tersendiri dalam kehidupan manusia, bahkan dalam hal terkecil sekalipun. Jadi, sebaiknya kita bisa mengambil sisi positif dari itu semua. -->[http://www.kompasiana.com/putrii Putri Karyani] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20140929024352/http://www.kompasiana.com/putrii |date=2014-09-29 }}, Tugas Mata Kuliah Pengantar Ilmu Budaya: Memberi Tanggapan atas Tulisan Nirwan Dewanto, “Kebudayaan Indonesia: Pandangan 1991”, [http://edukasi.kompasiana.com/2012/09/26/tugas-mata-kuliah-pengantar-ilmu-budaya-memberi-tanggapan-atas-tulisan-nirwan-dewanto-%E2%80%9Ckebudayaan-indonesia-pandangan-1991%E2%80%9D-490352.html edukasi.kompasiana.com]{{Pranala mati|date=Mei 2021 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}, 26 Desember 2012</ref>
 
== Latar Belakang Pendidikan ==
Nirwan dilahirkan di [[Surabaya]], [[Jawa Timur]], pada tanggal [[28]]&nbsp; [[September]] [[1961]]. Saat masih di [[SMA]] dia sudah menulis [[puisi]]; karya-karyanya diterbitkan di majalah antara lain ''Kuncung'' dan ''[[Kartini (majalah)|Kartini]]''. Nirwan kuliah di [[Institut Teknologi Bandung]] di [[Bandung]], [[Jawa Barat]], dari tahun [[1980]] sampai 1987, dan mulai dikenal sebagai aktivis mahasiswa pro-demokrasi yang memimpin Gerakan Apresiasi Sastra (GAS) ITB tahun 1984, sebelum komunitas tersebut dipimpin oleh [[Fadjroel Rachman|Fadjroel Rahman]] (1985) dan [[Kurnia Effendi]] (1986). Setelah meraih gelar [[Sarjana]] [[Geologi]], kemudian dia berpindah ke [[Jakarta]].{{sfn|Eneste|2001|p=165}}{{sfn|Kompas 2012, Nirwan Dewanto}} Ia adalah alumni dari program residensi ''International Writing Program'' tahun 2007 di [[Universitas Iowa]].
 
== Kiprah kesenianKesenian ==
Pada tahun [[1991]] Nirwan menjadi pembicara di Konferensi Budaya Nasional. Dia kemudian lebih dikenal untuk banyak membicarakan soal budaya.{{sfn|Kompas 2012, Nirwan Dewanto}} Nirwan pernah menjadi satu redaktur majalah sastra ''[[Horison (majalah)|Horison]]'' periode tahun 1990-an'','' saat susunan dewan redaksi diketuai oleh sastrawan [[Goenawan Mohamad]]. Nirwan menjadi redaktur majalah ''Kalam'' saat diluncurkan pada bulan [[Februari]] [[1994]], bersama [[sastrawan]] [[Goenawan Mohamad]].{{sfn|Tempo 1994, Jurnal Angker}} Pada tahun [[1996]] Nirwan menerbitkan koleksi [[esai]] yang diberi judul ''Senjakala Kebudayaan''.{{sfn|Eneste|2001|p=165}} Dua dekade sejak dikemukakan, kelemahan ''Kebudayaan Indonesia: Pandangan 1991'' dibongkar oleh Putri Karyani, blogger [[Kompasiana]], yang menolak premis [[Pascamodernisme|pascamodernis]] Nirwan mengenai posisi sains dalam kebudayaan.<ref><!-- Pernyataan-pernyataan tersebut seakan-akan ilmu sains di-Judge negatif disini. Apakah kita tidak menyadari bahwa sebenarnya ilmu budaya sendiri adalah dasar dari segala ilmu? Budaya – termasuk bahasa – sangat memilikiperan penting dalam hal ini. Bayangkan, tanpa adanya bahasa, bagaimana kita bisa mengolah berbagai macam ilmu pengetahuan? Tentu tanpa adanya bahasa, kita menjadi bisu dan buta. Jadi, mengapa sains di-judge seperti itu? Tiada yang menekan maupun ditekan dalam hal ini. Justru harusnya hal semacam ini dapat melebarkan peran budaya, sehingga bisa menjadi ilmu sains yang berbudaya. Setiap cabang ilmu pengetahuan saling terkait dan saling membutuhkan satu sama lain, dan tentunya memiliki peran tersendiri dalam kehidupan manusia, bahkan dalam hal terkecil sekalipun. Jadi, sebaiknya kita bisa mengambil sisi positif dari itu semua. -->[http://www.kompasiana.com/putrii Putri Karyani] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20140929024352/http://www.kompasiana.com/putrii |date=2014-09-29 }}, Tugas Mata Kuliah Pengantar Ilmu Budaya: Memberi Tanggapan atas Tulisan Nirwan Dewanto, “Kebudayaan Indonesia: Pandangan 1991”, [http://edukasi.kompasiana.com/2012/09/26/tugas-mata-kuliah-pengantar-ilmu-budaya-memberi-tanggapan-atas-tulisan-nirwan-dewanto-%E2%80%9Ckebudayaan-indonesia-pandangan-1991%E2%80%9D-490352.html edukasi.kompasiana.com]{{Pranala mati|date=Mei 2021 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}, 26 Desember 2012</ref>
 
[[Berkas:Nirwan BWCF2019.jpg|jmpl|ka|Nirwan Dewanto dalam [[BWCF]] 2019]]
Nirwan menduduki kursi dewan juri pada Penghargaanpenghargaan [[Kusala Sastra Khatulistiwa]] pertama, pada tahun 2001 yang memenangkan [[Sajak-sajak Lengkap, 1961-2001]], sebuah kumpulan [[puisi]] karya [[Goenawan Mohamad]].<ref>{{Cite web|title=Kusala Sastra Khatulistiwa|url=http://www.kusalasastrakhatulistiwa.com/pemenang/|archive-url=https://web.archive.org/web/20150223185238/http://www.kusalasastrakhatulistiwa.com/pemenang/|archive-date=2015-02-23|dead-url=yes|access-date=2015-07-13}}</ref><ref>[http://www.goodreads.com/book/show/1539627.Sajak_sajak_Lengkap_1961_2001 Good Reads: Sajak-sajak Lengkap, 1961-2001]</ref><ref>[http://www.bukabuku.com/browses/product/9789793019000/sajak-sajak-lengkap-1961-2001.html Buka Buku: Sajak-sajak Lengkap, 1961-2001]</ref> Di kemudian hari, Nirwan menyatakan bahwa proses seleksi kurang baik, sampai-sampai dewan juri sering tidak memahami karya yang dinilai dan kadang-kadang menilai karya secara sembarangan.{{sfn|Tempo 2001, Sebuah Panggung}} Pada tahun yang sama, diaNirwan menghasilkan karya antologi puisi ''Buku Cacing''.{{sfn|Eneste|2001|p=165}}
 
Setelah tidak duduk di kursi dewan juri, Nirwan berhasil memenangkan Penghargaan[[Kusala Sastra Khatulistiwa]] pada tahun 2008 untuk antologi puisi ''Jantung Ratu Lebah''; penghargaan ini juga termasuk honorarium senilai [[Rupiah|Rp]] 100 juta. Penulis [[cerita pendek]] [[Seno Gumira Ajidarma]], seorang juri, menyatakan bahwa antologi tersebut merupakan karya monumental.{{sfn|Hermawan and Messakh 2008, Ayu Utami}} Pada tahun 2010, Nirwan menghasilkan antologi puisi yang berjudul ''Buli-Buli Lima Kaki'' yang kembali memenangkan [[Kusala Sastra Khatulistiwa]] 2011 kategori puisi. Tahun berikutnya beberapa karyanya ditampilkan bersama musik oleh [[Dian HP]] dan istri Nirwan, penyanyi [[Nya Ina Raseuki]]; Nirwan juga membaca puisi pada kegiatan tersebut.{{sfn|Hamdani 2011, Making Poetry Sing}}{{sfn|Kompas 2012, Nirwan Dewanto}}
 
Pada tahun 2012, Nirwan berperan sebagai [[Uskup Agung]] Semarang, [[Albertus Soegijapranata]], dalam film biopik ''[[Soegija]]'' yang disutradarai [[Garin Nugroho]].{{sfn|Setiawati 2012, 'Soegija' sends a message}} Garin menyatakan bahwa dia pilih Nirwan sebab penyair itu mirip Soegijapranata secara fisik, biarpun Nirwan bukan orang Katolik.{{sfn|Siregar 2012, 'Soegija'}} Sementara, Nirwan menyatakan bahwa dia "dipaksa" untuk main film.{{sfn|Tribun 2012, Aktor Romo Soegija}} Indah Setiawati, yang menulis dalam ''[[The Jakarta Post]]'', menyatakan bahwa peran Nirwan cukup bagus, biarpun ia tampak merasa kurang nyaman memerankan perannya dalam beberapa adegan.{{sfn|Setiawati 2012, 'Soegija' sends a message}}
 
== BiografiBuku ==
Saat ini, ia aktif di [[Komunitas Salihara]], yang didirikannya bersama sastrawan [[Goenawan Mohamad|Goenawan Mohammad]] dan seniman Jakarta lainnya.
 
* ''Kebudayaan Indonesia: Pandangan'' ([[1991]])
== Kiprah kesenian ==
* Menyusun Koleksi [[esai]] ''Senjakala Kebudayaan ''([[1996]])
 
* Menulis ''KebudayaanBuli-Buli Indonesia:Lima PandanganKaki (''([[19912010]])
* ''Satu Setengah Mata-mataMata'' ([[2016]])
* Menyusun Koleksi [[esai]] ''Senjakala Kebudayaan ''([[1996]])
* ''Buku Merah'' (novel) ([[2017]])
* Menulis antologi puisi ''Buli-Buli Lima Kaki ''([[2010]])
*''Buku Jingga'' ([[2018]])
* Berperan sebagai [[Uskup Agung]] Semarang, [[Albertus Soegijapranata]], dalam film biopik ''[[Soegija]],'' disutradarai [[Garin Nugroho]] ([[2012]])
*''Kaki Kata'' ([[2020]])
* Satu Setengah Mata-mata (2016)
*''Dua Marga'' ([[2022]])
* Buku Merah (novel) (2017)
== Filmografi ==
=== Film ===
{| class="wikitable"
|-
! Tahun
! Judul
! Peran
! Keterangan
|-
| 2012
| ''[[Soegija]]''
| [[Albertus Soegijapranata]]
|
|}
 
== Rujukan ==
Baris 47 ⟶ 64:
;Bibliografi
{{refbegin|colwidth=30em}}
* {{Cite news|title=Aktor Romo Soegija Seorang Muslim
* {{cite news
|work=[[Tribunnews|Tribunnews.com]]
|title=Aktor Romo Soegija Seorang Muslim
|work=Tribun
|url=http://www.tribunnews.com/2012/05/21/aktor-romo-soegija-seorang-muslim
|date=21 May 2012
Baris 57 ⟶ 73:
|ref={{sfnRef|Tribun 2012, Aktor Romo Soegija}}
|dead-url=no
|language=id
}}
* {{cite book
Baris 161 ⟶ 178:
|dead-url=no
}}
* {{citeCite news|last2=Sartono
|last1=Wisanggeni
|first1=Aryo
|last2=Sartono
|first2=Frans
|last3=Arcana
|first3=Putu Fajar
|title=Nirwan Dewanto dalam Tikungan Kehidupan
|work=[[Kompas.com]]
|url=http://oase.kompas.com/read/2012/06/03/03450192/Nirwan.Dewanto.DALAM.TIKUNGAN.KEHIDUPAN
|date=3 June 2012
Baris 177 ⟶ 191:
|ref={{sfnRef|Kompas 2012, Nirwan Dewanto}}
|dead-url=no
|first1first=Aryo
|last1last=Wisanggeni
}}
{{refend}}
 
{{Kusala Sastra Khatulistiwa}}
{{bio-stub}}
 
[[Kategori:Tanggal kelahiran 28 September]]
[[Kategori:KelahiranAlumni 1896Institut Teknologi Bandung]]
[[Kategori:Tokoh dari Surabaya]]
[[Kategori:Tokoh Jawa Timur]]
[[Kategori:Tokoh Jawa]]
[[Kategori:Tokoh Jawa Timur]]
[[Kategori:Tokoh dari Surabaya]]